Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN NAM DALAM PENDIDIKAN


KARAKTER AUD
Disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah “Perkembangan Moral
Dan Nilai-Nilai Agama”
Dosen pengampu : Samin Sahidin, M.pd

Disusun oleh :
Nur Aliyah ( 01062101011 )

FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI ( PIAUD )
STAI DR KH.EZ MUTTAQIEN – PURWAKARTA
TAHUN AKADEMIK
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala Tuhan
seluruh alam yang maha rahman dan rahim karena atas berkat rahmat dan kasih sayang-Nya
makalah yang berjudul “Karakteristik Perkembangan Nam Dalam Pendidikan Karakter Aud “
dapat terselesaikan.

Dan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Bahasa
Indonesia, Bapa Samin Sahidin, M.Pd. yang telah mengarahkan dan membimbing pembuatan
makalah yang baik dan benar.

Dalam makalah ini dibahas tentang beberapa materi yang meliputi pengertian kalimat,
pengertian kalimat efektif, ciri-ciri kalimat efektif, kesepadanan struktur, kepararelan bentuk,
kecermatan, ketegasan, kepaduan, dan kelogisan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi pembaca. Oleh
karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini dengan senang hati penulis
terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.

Purwakarta, 08 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2

A. Perkembangan Nilai Agama Dan Moral........................................................ 2


B. Karakteristik NAM Pada Bayi .................................................................... 2
C. Karakteristik NAM Pada usia Pra sekolah .................................................... 4
D. Upaya Menanamkan Konsep NAM pada AUD............................................. 4
E. Pembangunan Karakter dalam Pengembangan NAM AUD.......................... 6

BAB III PENUTUPAN ...........................................................................................

A. Kesimpulan ................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan secara universal dapat dipahami sebagai upaya pengembangan
potensi kemanusiaan secara utuh dan penanaman nilai-nilai sosial budaya yang
diyakini oleh sekelompok masyarakat agar dapat mempertahankan kehidupan
secara layak. Dalam konsep pendidikan anak adalah manusia kecil yang memiliki
potensi yang harus dikembangkan, adapun dalam mengembangkan segala potensi
yang dimiliki oleh anak maka perlu diadakan suatu pendidikan. Pendidikan anak
usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai usia 6 tahun, hal tersebut dinilai merupakan upaya strategis untuk
menyiapkan generasi bangsa yang berkualitas.
Pendidikan terkait dengan nilai-nilai agama dan moral bagi anak sangat erat
kaitannya dengan perilaku seorang anak, terlebih dalam hal sikap sopan santun
serta ghiroh dalam melaksanakan nilai-nilai ajaran agama pada kehidupan sehari-
hari mereka. Dalam lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD), moral dan nilai-
nilai agama ditanamkan melalui keteladanan dari guru maupun orangtua, meskipun
anak-anak cenderung meneladani gurunya.
Dalam mencapai pendidikan anak yang shalih dan shalihah guru tidak cukup
hanya memberikan prinsip saja, karena yang terpenting bagi anak adalah figur yang
memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip tersebut, sehingga sebanyak
apapun prinsip yang diberikan tanpa disertai dengan contoh teladan maka hanya
akan menjadi suatu kumpulan resep yang tidak ada maknanya, oleh karena itu
perlunya pengembangan moral dan nilai-nilai keagamaan sejak anak usia dini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan
masalah:
1. Apa itu perkembangan Moral dan Agama?
2. Bagaimana karakteristik perkembangan NAM pada anak usia dini?
3. Bagaimana upaya untuk optimalisasi perkembangan NAM anak usia dini?
C. Tujuan Masalah
Tujuan masalah yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui apa itu perkembangan moral dan agama
2. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan NAM pada AUD
3. Untuk mengetahui bagaimana upaya optimalisasi perkembangan NAM pada
AUD

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Nilai agama Dan Moral


Perkembangan nilai-nilai moral dan agama adalah kemampuan anak untuk
bersikap dan bertingah laku. Islam telah mengajarkan nilai-nilai positif yang
bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini menyebabkan perlunya
pengembangan pembelajaran terkait nilai nilai moral dan agama. Hasil analisis
menunjukkan bahwa dalam ajaran Islam telah dijelaskan bagaimana proses
pengembangan nili-nilai agama dan moral pada anak usia dini dapat diterapkan
dengan benar.
Isitilah Moral berasal dari Kata Latin yaitu “ Mos” ( Moris )  adat
istiadat, kebiasaan, perturan / nilai atau tata cara kehidupan.
Moralitas  Kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, niali-nilai atau
prinsip-prinsip moral.
Contoh :
- Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain , Memelihara ketertiban dan
keamanan, memelihara kebersihan, memelihara hak orang lain
- Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum minuman keras, berjudi dsb.
Masa kanak-kanak yaitu sebelum mereka berumur 12 tahun. Namun
apabila mengikuti periodesasi yang dirumuskan oleh Elizabeth B. Hurlock yang
mana dalam masa pertumbuhan mereka terdiri dari 3 tahapan, yaitu : usia 0-2 tahun
(masa vital), usia 2-6 tahun (masa kanak-kanak), dan usia 6-12 tahun (masa
sekolah).3 Begitu pula seorang anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa,
dari kata-kata orang yang ada di lingkungannya, bagi mereka Tuhan adalah
pemikiran tentang kenyataan luar dan hal tersebut tidak disukai oleh anak berusia 3
tahun. Pada usia 7 tahun, perasaan anak terhadap Tuhan cenderung negatif karena
mereka berusaha menerima pemikiran tentang kebesaran dan kemulian Tuhan,
menurut gambaran yang ada dalam benak m ereka yaitu Tuhan sesuai dengan
fikiran emosional mereka, maka apabila usia anak sudah menginjak usia 7 tahun
keatas mereka akan bersikap hormat, cinta dan dipenuhi rasa percaya serta rasa
aman.

B. Karakteristik Perkembangan Moral dan Agama Pada Bayi


Moral :
1. Bayi yang baru dilahirkan belum memiliki pengertian apa yang baik dan
buruk.
Aristoteles berpendapat bahwa moralitas itu dipelajari, dan bahwa
kita dilahirkan sebagai 'makhluk amoral' sementara Sigmund Freud
menganggap bayi baru lahir sebagai kertas moral yang kosong. Hobbes
2
menggambarkan manusia sebagai 'jahat' dan 'kejam', membutuhkan
masyarakat dan aturan untuk mengendalikan naluri mereka agar
berkembang; kemudian Rousseau secara terbuka mengkritiknya, dan
berpendapat bahwa manusia justru akan lembut dan murni jika tak ada
korupsi lantaran keserakahan dan ketidaksetaraan yang disebabkan oleh
sistem kelas yang dipaksakan masyarakat. Studi perkembangan psikologi
terbaru menunjukkan mungkin ada beberapa 'kebaikan' alami dalam
kemanusiaan (atau, lebih teknis, bahwa setidaknya anak-anak mampu
memiliki penilaian moral pada usia lebih awal dari yang diperkirakan
sebelumnya).

2. Masa ini didominasi oleh dorongan naluriah (impulsif)


Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh
kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan
naluri psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam
kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud
tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Namun demikian
menurut Gerald Corey yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan
tertumpu pada dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang
telah dinyatakan pada aliran Freud luluh. Lebih jauh Kovel menyatakan
bahwa jalan pikiran itu adalah ditentukan, tetapi tidak linier. Ajaran
psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari
pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut.Menurut Sigmund Freud,
perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari
dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa
enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan
bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah
deterministik. Namun demikian menurut Gerald Corey yang mengutip
perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpu pada dialektika antara sadar dan
tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud luluh.
Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran itu adalah ditentukan,
tetapi tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku
seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang
tersebut.
3. Tingkah laku anak belum bisa dinilai sebagai tingkah laku bermoral atau
tidak. Contoh : Merebut mainan orang lain
4. Anak cenderung mengulangi perbuatan yang menyenangkan
Agama:
1. Bayi sudah mempunyai perasaan Ketuhanan

3
2. Perasaan Ketuhanan ini memegang peranan penting dalam diri pribadi
anak
3. Perasaan Ketuhanan pada fase ini merupakan fundamental bagi
perkembangan perasaan Ketuhanan pada periode berikutnya
C. Karakteristik Perkembangan Moral Dan Agama pada fase pra sekolah
( Taman Kanak-kanak )
Moral:
1. Anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok
sosialnya ( orangtua, saudara, teman sebaya)
2. Anak sudah dapat belajar memahami tentang kegiatan / perilaku mana yang
baik / boleh / diterima / disetujui atau buruk / tidak boleh / tidak diterima /
tidak disetujui
3. Anak di latih atau dibiasakan bagaimana dia harus bertingkah laku 
mencuci tangan sebelum makan, menggosik gigi sebelum tidur, membaca
basmalllah / doa sebelum makan
Agama:
1. Sikap keagamaannya bersifat responsif (menerima) meskipun banyak
beratnya
2. Pandangan ketuhanannya bersifat anthropormorph (dipersonifikasi)
3. Penghayatan secara rohaniah masih superfiscal (belum mendalam)
meskipun mereka sudah berpastisipasi dalam berbagai kegiatan ritual
4. Hal Ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan
pribadinya) sesuai dengan tahap berpikirnya yang masih egosentris dalam
berbagai ritual

D. Upaya Menanamkan Konsep Moral Dan Agama Pada Anak Usia Dini
Upaya optimalisasi perkembangan moral pada anak:
1. Berilah pujian, ganjaran atau sesuatu yang menyenagkan anak ( dicium,
dipeluk dan beri kata-kata pujian) jika melakukan perbuatan yang baik 
Ganjaran ini akan menjadi reinforceman bagi anak untuk mengulang
perbuatan yang baik
2. Berilah hukuman atau sesuatu yang mendatangkan perrasaan tidak senang,
jika melakukan perbuatan tidak baik.  Hukuman tsb menjadi
reinforceman bagi anak ketika melakukan perbuatan tidak baik.

3. Ajarkan Kejujuran, Hal mendasar yang menyebabkan seseorang


berbohong adalah kebiasaan di waktu kecil sehingga terbawa sampai
dewasa.. Oleh karena itu penting sekali mengajarkan kebiasaan bersikap
jujur pada anak-anak sejak usia dini. Orang tua perlu memberikan penjelasan

4
bahwa kejujuran akan membawa kepada kebahagiaan dan kebohongan
hanya akan indah di awal tetapi membawa penderitaan sepanjang hidup.
Sekecil apapun kebohongan tetap saja akan membawa dampak yang besar
bagi kehidupan.
4. Latihlah Tanggung Jawab, Tanggung jawab penting sekali diajarkan
kepada anak sejak dini. Orang tua bisa mengajarkan pada anak untuk
senantiasa meminta maaf apabila melakukan kesalahan terhadap orang lain.
Sebaiknya orang tua memberikan penjelasan kepada anak-anak bahwa
meminta maaf adalah bentuk dari tanggung jawab atas kesalahan yang telah
diperbuat.
5. Mengajarkan Sikap Menyayangi, Jarak usia anak kami memang sangat
dekat. Anak pertama dan kedua terpaut 14 bulan, anak kedua dan ketiga
terpaut 3 tahun sedangkan anak ketiga dan keempat terpaut 5 tahun. Jadi
setiap hari rumah sangat ramai dan sering sekali terjadi pertengkaran.
Pertengkaran biasanya muncul karena saling iri, berebut mainan, secara tidak
sengaja menyenggol hingga jatuh, saling mengejek dan lain sebagainya.
Walaupun demikian tidak berapa lama mereka akan rukun kembali dengan
cara bersalaman.
6. Tanamkan Disiplin, Dengan mengajarkan anak disiplin maka pola hidup
anak lebih teratur. Sehingga moralitas anak akan terbiasa disiplin
berkelakuan yang baik dan benar. Sepertinya hal ini sepele namun sikap
disiplin ini merupakan kunci anak patuh pada orang tua. Sebagai orang tua
jangan bosan untuk mengajak anak bangun di awal pagi, jangan lelah untuk
mengajak anak sholat 5 waktu setiap hari, jangan letih untuk mengajarkan
anak disiplin dalam belajar, mengaji, makan, tidur dan aktivitas harian
lainnya.
7. Ajaklah Bergaul, Cara lain untuk menanamkan nilai moral yaitu dengan
mengajarkan anak bergaul dengan orang lain. Orang tua yang sering
mengajak anak bergaul membiasakan anak berkomunikasi dengan orang lain
dan memahami cara menghargai sesamanya. Ajarkan anak berteman dengan
baik tanpa memilih status sosial teman mainnya. Supaya anak bersikap baik
terhadap sesama orang.
Upaya optimalisasi perkembangan agama pada anak :
Pembinaan jiwa pada anak-anak merupakan tanggung jawab dari semua
pihak dalam hal kematangan agama anak-anak dikemudian hari, adapun ciri-ciri
kematangaan beragama antara lain, yaitu :
a. Kesadaran bahwa setiap perilaku tidak terlepas dari pengawasan Tuhan.
b. Mengamalkan peribadahan.
c. Selalu bersyukur .
d. Bersabar dalam menghadapi musibah.
e. Menjalin Ukhuwah Islamiyah. (persaudaraan dalam Islam)

5
f. Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Sedangkan untuk mencapai kematangan agama diatas maka dapat dilakukan
upaya, yaitu
g. Menjadi teladan yang baik.
h. Guru memberikan peningkatan jiwa agama terhadap para peserta didik.
i. Mengajak untuk beribadah ke tempat ibadah
j. Menyediakan ekstrakulikuler kerohanian.

E. Pembangunan Karakter Dalam Pengembangan Nilai Agama dan Moral Anak


Usia Dini
Pengembangan nilai agama dan moral dilakukan tidak hanya
menggunakan strategi tunggal saja, seperti melalui indoktrinasi, melainkan harus
dilakukan secara komprehensif. Strategi tunggal dalam pendidikan nilai sudah tidak
cocok lagi apalagi yang bernuansa indoktrinasi. Adapun pengertian moral menurut
K. Prent (Soenarjati, 1989: 25) berasal dari bahasa latin mores, dari suku kata mos
yang artinya adat istiadat, kelakuan, watak, tabiat, akhlak. Dalam
perkembangannya moral diartikan sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku yang
baik, yang susila. Dari pengertian tersebut dinyatakan bahwa moral adalah
berkenaan dengan kesusilaan. Seorang individu dapat dikatakan baik secara moral
apabila bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang ada. Sebaliknya
jika perilaku individu itu tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada, maka ia akan
dikatakan jelek secara moral. Perkembangan keagamaan yang baik akan
berpengaruh pada perilaku sosial yang baik pula. Oleh karena itu pola
pengembangan agama pada anak tidak boleh dipisahkan dari nilai-nilai moral yang
berlaku di masyarakat setempat. Oleh karena itu pengembangan agama pada anak
perlu diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Di bawah ini penulis
gambarkan tabel perkembangan nilai-nilai moral keagamaan anak usia dini.
(Suyadi,2010.138)
Tabel Perkembangan Nilai-nilai Moral Keagamaan Anak Usia Dini Pada Rentang
Usia TK/RA
No Usia Perkembangan Nilai-Nilai Agama Dan Moral
1 Usia 4-5 Tahun 1. Berdo’a sebelum dan sesudah makan, tidur, dan aktivitas
lainnya.
2. Mampu membedakan ciptaan Tuhan dan benda mainan
buatan manusia.
3. Membantu pekerjaan ringan orang tuanya.
4. Mengenal sifat-sifat Allah dan mencintai Rasulullah SAW
2 Usia 5-6 tahun 1. Mampu menghafal beberapa surah dalam Al-Qur’an,
seperti al-Ikhlas dan an-Nas.
2. Mampu menghafal gerakan shalat dengan sempurna.

6
3. Mampu menyebutkan beberapa sifat Allah.
4. Menghormati orang tua, menghargai temannya, dan
menyayangi adik-adiknya atau anak di bawah usianya. 5.
Mengucapkan syukur dan terimakasih.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan untuk anak usia dini perlu untuk mendapatkan perhatian yang lebih
khusus. Pendidikan yang diberikan untuk anak usia dini berbeda dengan pendidikan
yang diberikan untuk orang dewasa. Kekhususan yang perlu mendapatkan
perhatian, misalnya dalam merapkan metode pembelajaran, termasuk di dalamnya
pemilihan metode penanaman nilai moral.
Pentingnya nilai agama dan moral bagi anak usia dini. dalam hal ini tentu
orang tualah yang paling bertanggung jawab, karena pendidikan yang utama dan
pertama adalah pendidikan dalam keluarga. Keluarga tidak hanya sekedar berfungsi
sebagai persekutuan sosial, tetapi juga merupakan lembaga pendidikan. oleh sebab
itu kedua orang tua bahkan semua orang dewasa berkewajiban membantu,
merawat, membimbing dan mengarahkan anak-anak yang belum dewasa di
lingkungannya dalam pertumbuhan dan perkembangan mencapai kedewasaan
masing-masing dan dapat membentuk kepribadian, karena pada masa usia dini
adalah masa peletakan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik,
moral dan agama.

7
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, ‘Tahap-Tahap Perkembangan Keagamaan Pada Anak’, Liputan Islam Situs Berita
Dunia Islam., 2014
M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam Dalam Teori & Praktek (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset, 2011)
Nurjan, Syarifan, Perkembangan Peserta Didik Perspektif Islam, Titah Surga, 2008
Satibi Hidayat, Otib. 2000. Metode Pengembangan Moral Dan Nilai-Nilai Agama. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai