Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

RUANG LINGKUP PENGEMBANGAN NILAI-NILAI AGAMA PADA AUD


Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
METODE PENGEMBANGAN NILAI-NILAI AGAMA DAN MORAL

DOSEN PEMBIMBING :
H. IMAM WAHYUDI M.Pd.I

DISUSUN OLEH :
LILIS MUFARICHA

PROGAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS TABIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM ULUWIYAH MOJOKERTO
JANUARI 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada kami berupa makalah dengan judul “Ruang
Lingkup Pengembangan Nilai-nilai Agama pada Anak Usia Dini.”.

Dalam penyusunan makalah ini kami yakin masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, kami mengharap kepada bapak dosen khususnya dan para pembaca umumnya
untuk memberikan saran dan kritik, Untuk itu kami menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya.

Hanya kepada Allah SWT kami memohon semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin.

Mojokerto, Januari 2021

DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................       i

Daftar Isi.............................................................................................................      ii

BAB I  : PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang................................................................      1

B.  Rumusan Maslah.............................................................      2

C.  Tujuan Pembahasan.........................................................      2

D.  Manfaat...........................................................................      2

BAB II  : PEMBAHASAN

A. Esensi Penanaman Nilai-Nilai Agama Kepada Anak Usia Dini ........  3

B.  Munculnya Nilai Agama Pada Diri Anak Usia Dini........................    3

C.  Sifat-Sifat Materi Pembelajaran ....................................................      7

D.  Prinsip-Prinsip Materi Pengembangan Nilai-Nilai Agama..... .........  8

BAB III  : PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................      9

B. Saran......................................................................................       9

Daftar pustaka............ ........................................................................................     10

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Menurut Badudu Zein (1996), anak adalah keturunan pertama (setelah ibu dan bapak).
Anak-anak adalah manusia yang masih kecil yang belum dewasa dan memiliki berbagai
potensi laten untuk tumbuh dan berkembang.

Nilai-nilai agama akan tumbuh dan berkembang pada jiwa anak melalui proses
pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya sejak kecil. Seorang anak yang tidak
memperoleh pendidikan dan pengetahuan nilai-nilai keagamaan sebagai pengalaman
belajarnya., akan dimungkinkan menimbulkan ketidakpedulian yang cukup tinggi dalam
menghayati apa yang telah dipelajarinya.

Rasa keagamaan dan nilai-nilai keagamaan akan tumbuh dan berkembang pada diri
anak seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan psikis maupun fisik anak itu sendiri.

Demikian pun dengan pengetahuan keagamaan, anak usia dini perlu diperkenalkan
dengan keberadaan Tuhan dalam kehidupannya. Anak menjadi mengenal tuhan dari bahasa
yang diucapkan oleh orang dewasa yang ada disekelilingnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam makalah ini
meliputi :

a. Bagaimana Esensi Penanaman Nilai-Nilai Agaman Kepada Anak Usia Dini?

b.  Bagaimana Munculnya Nilai Agama Pada Diri Anak Usia Dini?

c.   Apa saja Sifat-Sifat Materi Pembelajaran?

d.  Bagaimana Prinsip-Prinsip Materi Pengembangan Nilai-Nilai Agama?

C.     Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman atau pengetahuan


tentang bagaimana pengembangan nilai-nilai agama bagi anak usia dini
D.   Manfaat

Untuk dijadikan pra-syarat tugas mata kuliah Metode pengembangan moral dan nilai
keagamaan sekaligus ingin mengetahui secara jelas tentang pengembangan nilai-nilai agama
bagi anak usia dini, sehingga bisa untuk menambah wawasan dan pemahaman lebih lanjut
tentang psikologi perkembangan anak.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Esensi Penanaman Nilai-Nilai Agama Kepada Anak Usia Dini

Menurut pandangan ajaran agama khususnya islam, setiap manusia yang lahir berada
dalam keadaan suci, dan faktor penentu kualitas keagamaan anak itu sendiri banyak
ditentukan oleh peran serta kedua orang tuanya. Landasan itu memberi makna bagi kita
bahwa ternyata faktor lingkungan keluarga adalah peringkat pertama yang akan memberi
warna dasar bagi nilai-nilai keagamaan anak. Dengan demikian peran serta orang tua tidak
boleh asal dan hanya sekedarnya saja pada saat memulai pengenalan  pengetahuan dan
pengembangan nilai-nilai keagamaan anak. Agar anak memiliki kualitas pondasi agama yang
kokoh , maka orang tua harus berperan serta secara berkualitas.

Menurut Badudu Zein (1996), anak adalah keturunan pertama (setelah ibu dan bapak).
Anak-anak adalah manusia yang masih kecil yang belum dewasa dan memiliki berbagai
potensi laten untuk tumbuh dan berkembang.

B.     Munculnya Nilai Agama Pada Diri Anak Usia Dini

Nilai-nilai agama akan tumbuh dan berkembang pada jiwa anak melalui proses
pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya sejak kecil. Seorang anak yang tidak
memperoleh pendidikan dan pengetahuan nilai-nilai keagamaan sebagai pengalaman
belajarnya., akan dimungkinkan menimbulkan ketidakpedulian yang cukup tinggi dalam
menghayati apa yang telah dipelajarinya.
Lain halnya dengan anak yang mendapatkan pendidikan agama yang cukup dalam
keluarganya, tumbuh dan berkembang dalam lingkungan masyarakat agamis, kawan
sebayanya taat beribadah, ditambah  dengan pengalaman-pengalaman keagaamaan yang baik
disekolah maupun tempat-tempat ibadah maka dengan sendirinya anak itu akan memiliki
kecenderungan untuk hidup dengan kebiasaan nilai-nilai agama yang dianutnya.

1.      Fenomena Munculnya Nilai Keagamaan Anak

Rasa keagamaan dan nilai-nilai keagamaan akan tumbuh dan berkembang pada diri
anak seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan psikis maupun fisik anak itu sendiri.

Demikian pun dengan pengetahuan keagamaan, anak usia dini perlu diperkenalkan
dengan keberadaan Tuhan dalam kehidupannya. Anak menjadi mengenal tuhan dari bahasa
yang diucapkan oleh orang dewasa yang ada disekelilingnya.

2.      Perkembangan Nilai-nilai Keagamaan Anak

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan  nilai-nilai keagamaan


pada diri anak, yaitu :

a.  Faktor pembawaan (Internal)

Perbedaan hakiki antara manusia dengan hewan adalah dimilikinya akal


pikiran yang merupakan potensi termahal dan tidak dimiliki oleh makhluk yang lain
sesama ciptaan Tuhan. Akal pikiran itu diharapkan akan mampu membimbing dan
mengarahkan serta mendorong manusia ke jalan yang benar, mampu membedakan
yang baik dengan yang buruk dan membentuk peradaban kehidupan yang sempurna
sebagai insan mulia.

b.  Faktor Lingkungan (Eksternal)

Faktor pembawaan atau fitrah beragama merupakan potensi yang mempunyai


kecenderungan berkembang. Namun perkembangan itu tidak akan terjadi manakala tidak ada
faktor luar (Eksternal) yang memberi rangsangan atau stimulus yang memungkinkan fitrah
itu berkembang dengan sebaik-baiknya. Faktor  eksternal itu tiada lain adalah lingkungan
dimana individu itu hidup, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Dalam ilmu pendidikan kondisi fisik anak sangat jauh  berbeda dengan orang dewasa,
dalam banyak hal. Anak-anak sesuai dengan fisiknya yang kecil, dalam pandangan pikiran
dan kemampuannya pun memiliki keterbatasan dibandingkan dengan kemampuan orang
dewasa. Jadi, akan sangat tidak manusiawi apabila ada diantara kita yang mengukur
kemampuan anak dengan ukuran dan kriteria kemampuan orang dewasa dan memperlakukan
anak disamakan dengan orang dewasa.

Berikut ini akan dipaparkan beberapa kemungkinan tentang sifat-sifat pemahaman


anak usia dini terhadap nilai-nilai keagamaan pada saat mengikuti kegiatan belajar mengajar,
yaitu :

a.  Unreflective

Istilah unreflective menurut Jhon Eckol (1995) dapat dimaknai sebagai tidak
mendalam, tidak/kurang dapat memikirkan secara mendalam atau anak tidak dapat
merenungkannya. Artinya salah satu sifat anak dalam memahami pengetahuan yang berkaitan
dengan hal yang abstrak, seperti pengetahuan/ajaran agama, tidak merupakan hal yang harus
diperdulikan dengan serius.

Secara nyata kita dapat menemukan bahwa hakikat pemahaman dan kemampuan anak
dalam mempelajari nilai-nilai agama yang sering menampilkan suatu hal yang tidak
serius  (seperti layaknya orang dewasa), bercanda, main-main dan asal mengikuti apapun
yang diperintahkan kepadanya.

b. Egocentris

Sifat yang kedua ini memiliki makna bahwa pada diri anak sesuai dengan
perkembangan kejiwaannya lebih mementingkan kemauan dirinya sendiri dalam segala hal.
Tidak perduli dengan urusan orang lain dan lebih terfokus pada hal-hal yang
menggantungkan dirinya. Demikian pun dengan sifat anak pada saat mempelajari nilai-nilai
agama yang dipelajarinya.

c. Misunderstand

Ketika kita membicarakan berbagai hal yang bersifat abstrak, (seperti masalah-
masalah ajaran agama) kepada orang dewasa, kitatidak dapat menjamin bahwa apa yang kita
maksud akan mampu dipahami dengan 100% benar oleh orang dewasa.

Demikian pula, sangat mungkin hal itu (misunderstand) akan muncul dikalangan anak-
anak di usia prasekolah, ketika kita mengenal berbagai hal yang terkait dengan
pengembangan nilai-nilai agama. Dilandasi oleh belum semampunya komponen psikologis
dan fisiologis anak didik, tentu akan banyak hal yang dapat kita tangkap, seperti terjadinya
salah persepsi ketika mereka belajar memahami makna dari sebuah ajaran/pengetahuan
agama yang bersifat abstrak tersebut.

         Seperti yang diungkapkan oleh sistem pendidikan neo humanis dalam masalah
spiritualitas dikatakan bahwa: bagi anak kecil, segala-galanya itu semua hidup, dan menjadi
sumber kekaguman (I. Ketut, 1999:84).

d. Verbalis dan Ritualis

Anak usia dini sekitar 3 sampai 6 tahun, berada pada fase perkembangan kosa
yang sangat pesat. Seperti yang diungkapkan oleh Elizabeth B. H. 1997:188): setiap
anak belajar berbicara, mereka berbicara hampir tidak putus-putusnya. Keterampilan
baru menimbulkan rasa penting bagi mereka.

C.    Sifat-Sifat Materi Pembelajaran

1.  Aplikatif

Sifat yang pertama ini memiliki makna bahwa yang harus anak dapatkan pada saat
mereka mengikuti proses pembinaan dan pengembangan nilai-nilai agama, adalah
pembelajaran terapan, materi yang berkaitan dengan kegiatan rutin anak sehari-hari, dan
materi yang memang sangat dibutuhkan/dapat dilakukan anak dalam kehidupannya.

2.  Enjoyable

Topik kegiatan inti dari pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak salah satunya adalah memberi kesempatan kepada anak untuk bermain
dengan belajar tentang kehidupan religius (Early Childhood Education & Development
centre, 2003:14).

Berdasarkan pada pernyataan tersebut maka dapat kita pahami bahwa sifat-sifat
materi pembelajaran nilai-nilai agama yang harus disiapkan oleh guru dan orang tua adalah
harus bersifat menyenangkan bagi anak, membuat anak bahagia, dan menjadikan anak
mencintai/menyukai aktivitasnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa pemilihan materi yang selektif adalah sesuatu hal yang
esensial keberadaannya. Sebab bisa jadi anak tidak akan menyukai kegiatan pengembangan
nilai-nilai agama hanya karena guru dan orang tua yang kurang mampu menentukan materi
yang cocok dengan kebutuhan anak. Hindari pemberian materi yang sifatnya menjenuhkan
dan membosankan anak, sehingga anak akan kurang berminat untuk mengikutinya.

3.  Mudah Ditiru

Kualitas dan kuantitas materi pembelajaran nilai-nilai agama, juga harus menjadi
salah satu pertimbangan para guru dan orang tua, agar materi yang disajikan dapat
dilakukan/dipraktekkan sesuai dengan kemampuan anak.

Ruang lingkup tentang hal tersebut dapat diberikan, seperti praktek kepribadian yang
ringan (sikap berdoa, sikap bersalaman, praktek wudhu, gerakan shalat.)

D.    Prinsip-Prinsip Materi Pengembangan Nilai-Nilai Agama

1.      Prinsip penekanan pada aktivitas anak sehari-hari

2.      Prinsip pentingnya keteladanan dari lingkungan dan orang tua/keluarga anak

3.      Prinsip kesesuaian dengan kurikulum spiral

4.      Prinsip Developmentally Appropriate Practice (DAP)

5.      Prinsip psikologi perkembangan anak

6.      Prinsip monitoring yang rutin

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
            Jadi, Nilai-nilai agama akan tumbuh dan berkembang pada jiwa anak melalui proses
pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya sejak kecil. Seorang anak yang tidak
memperoleh pendidikan dan pengetahuan nilai-nilai keagamaan sebagai pengalaman
belajarnya., akan dimungkinkan menimbulkan ketidakpedulian yang cukup tinggi dalam
menghayati apa yang telah dipelajarinya.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan  nilai-nilai keagamaan


pada diri anak, yaitu Factor pembawaan (Internal) dan Faktor Lingkungan (Eksternal).

B. SARAN

Agar, dapat dijadikan tambahan pengetahuan tentang pentingnya Pengembangan


Nilai-nilai Agama bagi Anak Usia Dini. Dengan kata lain dengan saran yang diberikan oleh
pembaca dapat dijadikan cerminan sekaligus bisa dijadikan instropeksi diri bahwa selama ini
cara asuh kurang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

http://blog.tp.ac.id/ruang-lingkup-pengembangan-nilai-nilai-agama-bagi-anak-taman-kanak-
kanak

http://lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/05110130.pdf

http://rivafauziah.files.wordpress.com/2009/08/pengambangan-taman-kanak-kanak-
cianjur1.pdf

Anda mungkin juga menyukai