Anda di halaman 1dari 15

PROGRAM BINA KELUARGA BALITA TERHADAP

TUMBUH KEMBANG ANAK


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan
dan Pengorganisasian Masyarakat
Dosen Pengampu : Nisrina, S.Kep., NS., M.KM

Disusun Oleh :

Kelompok 5

IKM-1 SEMESTER 5

Akmal Fiqhi Ranu Mahendra 0801213130


Aina Fitrah Aulia Ritonga 0801213213
Diva Aulia Nathasya 0801213109
Eka Fitria Saragih 0801212338
Khairiyah Dwi Vanesa 0801213114
Sylva Qamara Nur Fadilah 0801212095
Zahwatul Hasanah Siregar 0801213168

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala yang
telah memberikan kita banyak nikmat namun hanya sedikit yang kita ingat. Hanya kepada
Allah Subhanahu Wa Ta‟ala kita harapkan segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul
“PROGRAM BINA KELUARGA BALITA TERHADAP TUMBUH KEMBANG
ANAK”.

Terima kasih kepada Nisrina, S.Kep., NS., M.KM selaku Dosen Pengampu Mata
Kuliah Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat. Kesehtan Masyarakat karena
telah memberikanbimbingannya dan waktu kepada kami dalam proses pembuatan Makalah
ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang telah membantu
dalam penyusun makalah ini serta dalam memberikan gagasan dan kesediannya. Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah untuk memahami dan Lingkungan Sistem.

Kami sadar betul bahwa penyusunan Makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk
itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen pengampu maupun teman-teman
sekalian demi perbaikan makalah ini agar menjadi lebih baik lagi ke depannya. Akhir kata
kami mengucapkan terima kasih.

Medan, 26 September 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 4
2.1 Dasar Pembentukan Bina Keluarga Balita (BKB) .............................................. 4
2.2 Pengertian Bina Keluarga Balita (BKB) ............................................................. 5
2.3 Tujuan Bina Keluarga Balita (BKB) ................................................................... 5
2.4 Ciri-Ciri Bina Keluarga Balita (BKB) ................................................................ 5
2.5 Kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB)................................................................ 6
2.6 Manfaat Kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) ................................................. 7
2.7 Sasaran Program Bina Keluarga Balita (BKB) ................................................... 8
2.8 Peran dan Upaya Kader Bina Keluarga Balita (BKB) ........................................ 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 9
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 9
3.2 Saran ....................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa di bawah usialima tahun (balita) merupakan periode penting dalam
tumbuh kembang dan merupakan masa paling kritis dalam menentukan kualitas
sumber daya manusia. Lima tahun pertama proses tumbuh kembang berjalan
dengan cepat, dan masa ini juga sering dikenal dengan istilah golden age
period (masa emas). Dimana pada padausia 0-2 tahun perkembangan otak
anak sangat pesat bahkan mencapai 80%. Bila pada masa ini balita tidak
dibina secara baik, maka akan mengalami gangguan perkembangan baik
emosi, mental, sosial, moral bahkan intelektual, dimana hal ini akan
sangat menentukan sikap serta nilai pola perilaku anak dikemudian hari.
Dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal, anak mempunyai
kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi oleh orang tua. Kebutuhan dasar anak
untuk tumbuh kembang digolongkan menjadi tiga yaitu kebutuhan asuh,
asih, dan asah. Asuh menunjukan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan otak dan
pertumbuhan jaringan, asih menunjukkan kebutuhan bayi untuk
perkembangan emosi/kasih sayang dan spiritualnya, sedangkan asah
menunjukkan kebutuhan stimulasi atau rangsangan yang akan
merangsang perkembangan kecerdasan anak secara optimal. Program
pelayanan dan pengasuhan anak yang salah satunya adalah stimulasi anak
usia dini dapat dilakukan melalui Posyandu, Bina Keluarga Balita (BKB)
dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pelaksanaan BKB dapat dilakukan
di posyandu, rumah penduduk, balai desa, tempat-tempat pertemuan atau
tempat khusus yang dibangun masyarakat.
Program BKB tidak dapat disamakan dengan program posyandu. BKB
merupakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap
dan kesadaran orang tua/keluarga agartumbuh kembang anak optimal.
Sasaran kegiatan BKB adalah orang tua (ayah/ibu) atau anggota keluarga yang
lain. Pendekatan BKB melalui pendidikan orang tua khususnya ibu serta
anggota keluarga yang lain sehingga kader BKB sendiri harus
meningkatkan kemampuan mereka tentang stimulasi tumbuh kembang anak.
1
Kegiatan BKB meliputi kegiatan pelayanan yang meliputi penyuluhan terkait
tumbuh kembang anak dan gizi anak (ASI termasuk ASI eksklusif, gizi anak),
permainan edukatif untuk anak dan yang terpenting adalah pencatatan hasil
perkembangan anak dalam Kartu Kembang Anak (KKA).
Dalam upaya penigkatan pencegahan penyimpangan tumbuh kembang anak
balita dipandang perlu pemerataan program stimulasi pada deteksi dini dan
intervensi dini tumbuh kembang anak balita dan pemantauan tumbuh kembang
secara berkala. Tahap awal penapisan perkembangan dapat melibatkan orang
tua sehingga setelah diketahui anak memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk
melakukan intervensi secara dini di tempat pelayanan kesehatan yang memadai.
Adanya kerjasama antara keluarga yaitu orang tua, pengasuh anak dan anggota
keluarga lainnya, masyarakat yaitu kader BkkbN, organisasi profesi, dan
lembaga swadaya masyarakat dengan tenaga professional akan memberikan
kemudahan dalam penanganan penyimpangan tumbuh kembang pada anak,
sehingga akan mengurangi dan memutus rantai ketidaknormalan pertumbuhan
dan perkembangan anak balita (Fitriani & Oktobriariani, 2017).
Salah satu upaya pembinaan kesejahteraan keluarga adalah melalui program BKB,
yang dalam pelaksanaannya dipengaruhi oleh faktor kader, maka solusi dari
permasalahan tersebut adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang BKB
terhadap kader yang kemudian akan disampaikan kembali kepada orang tua balita
peserta BKB. Pelayanan BKB salah satunya adalah pemberian pendidikan kesehatan
meliputi kegiatan penyuluhan kepada orang tua (ayah dan ibu) dan anggota keluarga
lainnya, agar termotivasi untuk ikut dalam kegiatan BKB. Selain itu dengan adanya
program BKB diharapkan orang tua/keluarga anak balita mendapat informasi 4 yang
cukup tentang asuhan dini tumbuh kembang anak balita dari kader BKB.
Berdasarkan latar belakang di atas makalah ini akan menjelaskan pembentukan
program BKB serta peran dan upaya kader untuk program (BKB) terhadap tumbuh
kembang anak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa dasar pembentukan Bina Keluarga Balita (BKB) ?

2
2. Apa pengertian Bina Kelurga Balita (BKB) ?
3. Apa saja tujuan dibentuknya Bina Keluarga Balita (BKB)?
4. Apa saja ciri-ciri dari program Bina Keluarga Balita (BKB)?
5. Apa saja kegiatan-kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB)?
6. Apa manfaat dari kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB)?
7. Siapa saja sasaran dari program Bina Keluarga Balita (BKB)?
8. Bagaimana peran upaya kader untuk program Bina Keluarga Balita
(BKB)?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dasar pembentukan Bina Keluarga Balita (BKB) ?
2. Untuk mengetahui pengertian Bina Keluarga Balita (BKB).
3. Untuk mengetahui tujuan dibentuknya Bina Keluarga Balita (BKB).
4. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri Program Bina Keluarga Balita (BKB).
5. Untuk mengetahui kegiatan-kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB).
6. Untuk mengetahui manfaat kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB).
7. Untuk mengetahui siapa saja sasaran dari program Bina Keluarga Balita
(BKB).
8. Untuk mengetahui upaya kader untuk program Bina Keluarga Balita
(BKB).

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar Pembentukan Bina Keluarga Balita (BKB)


Sudah menjadi rahasia umum bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak di
bawah usia lima tahun sangatlah penting. Telah tersedianya berbagai penelitian dan
diskusi mengenai hal ini, dan penelitian yang mengidentifikasi keluarga sebagai
institusi pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak di bawah usia lima tahun. Hal itu dikarenakan anak-anak di
bawah usia lima tahun menghabiskan sebagian besar waktunya bersama keluarga.
Oleh karena itu, penting untuk memperkuat ketahanan keluarga, khususnya dalam
fungsi memaksimalkan tumbuh kembang anak di bawah usia lima tahun. Prinsip-
prinsip tersebut diterapkan BKKBN dalam program ketahanan keluarga yang
dikenal dengan Program Bina Keluarga Balita (BKB).
Menurut Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Berencana, untuk mencapai tujuan
pembangunan nasional diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia
Indonesia. Berdasarkan Pasal 47, Pemerintah dan Pemerintah Daerah menentukan
kebijakan pembangunan keluarga yang meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga. Kebijakan yang diuraikan pada ayat (1) dimaksudkan untuk membantu
keluarga dalam menjalankan fungsi keluarga seefektif mungkin. Kebijakan
pembangunan keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 dilaksanakan
dengan: meningkatkan kualitas anak melalui pemberian akses terhadap informasi,
pendidikan, konseling, dan pelayanan yang berkaitan dengan pengasuhan,
pengasuhan, dan perkembangan anak.
Program Bina Keluarga Balita (BKB) merupakan salah satu bagian dari
program Keluarga Berencana (KB) yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan orang tua serta anggota keluarga lainnya dalam
membina tumbuh kembang balita semaksimal mungkin melalui fisik, keterampilan,
stimulasi kecerdasan, emosional, dan sosial ekonomi. Hal ini merupakan bagian
dari upaya mempersiapkan keluarga berkualitas yang harus dimulai sejak dini,
bahkan sejak dalam kandungan.
Program BKB ini memprioritaskan keluarga kurang mampu yang memiliki
4
anak di bawah usia lima tahun. Melalui program BKB diharapkan setiap keluarga
dapat meningkatkan kemampuannya, khususnya dalam mengasuh balitanya,
sehingga anak-anak tersebut akan tumbuh dan berkembang menjadi generasi muda
yang berakhlak mulia, cemerlang, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2.2 Pengertian Bina Keluarga Balita (BKB)


Menurut BKKBN (2008:8) Bina Keluarga Balita merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua serta
anggota keluarga lainnya dalam mendorong tumbuh kembang balita sebaik-baiknya
melalui rangsangan fisik, kecerdasan motorik, emosional, dan sosial ekonomi.
Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan tersebut orang tua mampu mendidik dan
mengasuh anak balitanya sejak dini agar anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang
menjadi manusia Indonesia berkualitas.

2.3 Tujuan Bina Keluarga Balita (BKB)


Kegiatan Bina Keluarga Balita mempunyai tujuan yaitu:
a. Meningkatkan jumlah kelompok-kelompok Bina Keluarga Balita Baru
b. Meningkatkan jumlah ibu balita yang mengikuti penyuluhan Bina Keluarga
Balita.
c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga, kesadaran serta
kemampuan setiap ibu dan anggota keluarga dalam melakukan kegiatan program
BKB untuk anak balitanya.
d. Meningkatkan peran serta dalam pengembangan BKB (BKKBN, 1997: 23)

2.4 Ciri-Ciri Bina Keluarga Balita (BKB)


Program Bina Keluarga Balita dibedakan dengan program kesejahteraan balita
lainnya berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menekankan pada program pembinaan bagi orang tua dan anggota keluarga
lainnya yang memiliki anak dibawah usia lima tahun.
b. Membina tumbuh kembang balita.
c. Menggunakan alat-alat dalam interaksi timbal balik antara orang tua dan
anak yang digunakan untuk mendorong tumbuh kembang anak berupa
permainan seperti alat permainan edukatif (APE), cerita, dongeng, lagu, dan
lain sebagainya
5
d. Menitik beratkan perlakuan orangtua yang tidak membedakan anak laki-
lakidan anak perempuan (BKKBN, 2009:4).

2.5 Kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB)


Kegiatan BKB dilakukan satu kali dalam sebulan. Penanggung jawab umum
gerakan BKB adalah Lurah atau Kepala Desa. BKB direncanakan dan
dikembangkan oleh kader, LKMD dan PKK serta Tim Pembina LKMD tingkat
kecamatan. Penyelenggaraannya dilakukan oleh kader pelatihan berasal dari
anggota masyarakat yang bersedia secara sukarela bertugas memberikan peyuluhan
kepada sasaran gerakan BKB. BKB dilaksan akan untuk membina ibu kelompok
sasaran yang mempunyai anak Balita. Ibu sasaran ini, dibagi menjadi 5 kelompok
menurut umur anaknya,yaitu :
1. Kelompok ibu dengan anak usia 0-1 tahun
2. Kelompok ibu dengan anak umur 1-2 tahun
3. Kelompok ibu dengan anak umur 2-3 tahun
4. Kelompok ibu dengan anak usia 3-4 tahun
5. Kelompok ibu dengan anak usia 4-5 tahun
Kelompok umur tersebut dibagi berdasarkan tugas tumbuh kembang anak, dengan tugas
tumbuh kembang anak dibebankan pada masing-masing kelompok umur (Soetjiningsih,
1995).
BKB hendaknya berlokasi di kawasan yang mudah dijangkau masyarakat dan dipilih
sendiri oleh masyarakat. Dengan demikian, kegiatan BKB dapat dilakukan di tempat
pelayanan yang ada, rumah warga, balai desa, tempat pertemuan RT, atau tempat khusus
yang dibangun masyarakat. Kegiatan BKB merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan
pada hari buka BKB yang dilaksanakan satu kali dalam satu bulan. Untuk melaksanakan
tugasnya secara efektif dan sesuai dengan persyaratan yang berlaku, setiap BKB
memerlukan minimal 10 orang kader yang terbagi dalam 5 kelompok umur. Setiap
kelompok umur dibina kader inti (BKKBN, 2007).
Adapun kegiatan BKB dilakukan oleh kader yang terlatih dengan kegiatan :
1. Penyuluhan Bina Keluarga Balita (BKB)
Pertemuan penyuluhan BKB merupakan wadah bagi kader dan ibu peserta
untuk menyampaikan pesan dari kader kepada ibu peserta (BKKBN, 1992). Kata
penyuluhan dan penerangan, keduanya sama-sama bermakna upaya edukatif.
Namun, seringkali dibedakan dalam pemaknaannya. Penyuluhan pada umumnya

6
menekankan “bagaimana”, sedangkan penerangan menekankan “apa”. Penyuluhan
diartikan sebagai upaya yang luas dan menyeluruh untuk mengubah tingkah laku
manusia melalui pendekatan pendidikan, seperti uraian berikut ini.
Pendekatan edukatif dimaknai sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terorganisir, terarah, dengan partisipasi aktif individu, kelompok atau
masyarakat, dengan tujuan menyelesaikan permasalahan masyarakat dengan tetap
memperhatikan aspek sosial ekonomi dan budaya setempat (Suhardjo, 2003:31-3
2).
2. Alat Permainan Edukatif (APE)
Alat permainan edukatif (APE) adalah suatu alat permainan yang khusus
digunakan dalam pendidikan anak antara lain untuk merangsang berbagai
kemampuan anak balita dalam hal gerakan kasar dan halus (otot tubuh, anggota
badan, jari jemari) berbicara dan mengadakan hubungan dengan orang
lain,kecerdasan, menolong diri sendiri dan bergaul (BKKBN, 2009, h.25).
Tujuan Alat Permainan Edukatif (APE) dalam proses belajar anak usia dini
adalah sebagai alat bantu orangtua atau pendidik untuk :
1. Memberikan motivasi dan merangsang anak untuk melakukan berbagai
kegiatan guna menemukan pengalaman baru yang bermanfaat untuk
eksplorasi dan bereksperimen dalam peletakan dasar ke arah pertumbuhan
dan pengembangan bahasa, kecerdasan, fisik, sosial, dan emosional anak.
2. Memperjelas materi pelajaran yang diberikan pada anak.
3. Memberikan kesenangan pada anak dalam bermain dan belajar.

2.6 Manfaat Kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB)


Menurut BKKBN (2013:4), Adapun manfaat mengikuti kegiatan Bina Keluarga
Balita antara lain:
a. Bagi Orangtua
Orangtua akan menjadi:
a. Pandai megurus dan merawat anak, serta pandai membagi waktu dan
mengasuh anak.
b. Lebih luas wawasan dan pengetahuannya tentang pola asuh anak.
Meningkatkan keterampilanya dalam hal mengasuh dan mendidik balita.
c. Lebih baik dalam cara pembinaan ananya.
d. Lebil dapat mencurahkan perhatian pada anakya sehingga tercipta ikatan
batin yang kuat antara anak dan orangtua.

7
e. Akhirnya akan tercipta keluarga yang berkualitas.
b. Bagi Anak
Anak akan tumbuh dan berkembang sebagai anak yang:
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Berkepribadian luhur tumbuh dan berkembang secara optimal, cerdas,
terampil dan sehat.
c. Memiliki dasar kepribadian yang kuat, guna perkembangan selanjutnya.
2.7 Sasaran Program Bina Keluarga Balita (BKB)
Program BKB tidak dapat disamakan dengan program posyandu. BKB merupakan
kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kesadaran orang
tua/keluarga agartumbuh kembang anak optimal. Sasaran kegiatan BKB adalah orang
tua (ayah/ibu) atau anggota keluarga yang lain. Pendekatan BKB melalui pendidikan
orang tua khususnya ibu serta anggota keluarga yang lain sehingga kader BKB sendiri
harus meningkatkan kemampuan mereka tenatng stimulasi tumbuh kembang anak.
Sasaran dari kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) menurut BKKBN
(2008) antara lain :
1. Orang tua berusia 17-35 tahun
2. Mempunyai anak balita
3. Bertempat tinggal di lokasi program BKB
4. Telah atau sedang mengikuti program Kesejahteraan Ibu dan Anak seperti
posyandu, pos timbang, akseptor KB, dan PKK.
5. Keluarga dengan anak usia 0-5 tahun
6. Pelaksana kegiatan BKB dan kegiatan sejenis
7. Tokoh masyarakat, stakeholder
8. Fasilitator program BKB (lintas sektor terkait)
Berdasarkan Pokja BKB Jateng, kelompok sasaran gerakan BKB adalah ibu
atau anggota keluarga yang mempunyai balita (Ariesta, 2011).

2.8 Peran dan Upaya Kader Bina Keluarga Balita (BKB)


Kader merupakan sumber daya manusia yang terdapat di dalam kegiatan
penyuluhan Bina Keluarga Balita (BKB). Perannya sangat vital dan tidak hanya
memberi penyuluhan saja akan tetapi semua permasalahan yang dihadapi para peserta
Bina Keluarga Balita (BKB) kader harus menguasai tanpa terkecuali. Para kader

8
dituntut menguasai agar pelaksanaan BKB efektif dan tidak mendapat kendala. Peran
kader menjadi faktor penting dalam pelaksanaan program Bina Keluarga Balita
(BKB). Tugas kader BKB yaitu memberikan pengamatan perkembangan, pelayanan,
serta memotivasi orang tua untuk merujuk anak yang mengalami masalah tumbuh
kembang anak. Oleh karena itu, kader merupakan kunci utama yang menjadi
penggerak pelaksanaan kegiatan (BKB).
Adapun Tugas Kader adalah sebagai berikut :
a. Memberikan penyuluhan sesuai dengan materi yang telah ditentukan.
b. Mengadakan pengamatan perkembangan peserta BKB dan anak balitanya.
c. Memberikan pelayanan dan mengadakan kunjungan rumah.
d. Memotivaasi orangtua untuk merujuk anak yang mengalami masalah
tumbuh kembang.
e. Membuat laporan kegiatan (BKKBN, 2009, h. 6).
Adapun Upaya Kader Dalam Kegiatan BKB
a. Mengadakan dan menyelenggarakan penyuluhan BKB.
b. Mengadakan kunjungan rumah.
c. Melakukan pengamatan atau melihat langsung kegiatan belajar mengajar
ditempat penyuluhan.
d. Memotivasi peserta agar pesan BKB dilaksanakan.
e. Membuat dan melakukan pencatatan dan pelaporan (BKKBN, 1997, h.28)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnyamengenai ketahanan keluarga, bahwa keluarga yang memiliki
ketahanan dapat mendukung pengasuhan anak. Didalam konteks yang sama,
peningkatan ketahanan keluarga akan tercapai melalui pelaksanaan program
pembinaan ketahanan keluarga dan kesejahteraan keluarga. Hal ini

9
diimplementasikan dalam program Bina Keluarga Balita (BKB).
Bina Keluarga Balita (BKB) merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua serta anggota
keluarga lainnya dalam mendorong tumbuh kembang balita sebaik-baiknya
melalui rangsangan fisik, kecerdasan motorik, emosional, dan sosial
ekonomi. Melalui program BKB diharapkan setiap keluarga dapat
meningkatkan kemampuannya, khususnya dalam mengasuh balitanya,
sehingga anak-anak tersebut akan tumbuh dan berkembang menjadi
generasi muda yang berakhlak mulia, cemerlang, dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

3.2 Saran
Sebagai upaya mempersiapkan keluarga yang berkualitas, khususnya anak-anak
yang menjadi generasi yang cemerlang maka dibutuhkan efektivitas program Bina
Keluarga Balita (BKB). Dalam hal ini maka diperlukan upaya-upaya yang dapat
dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas program BKB dengan melakukan
penguatan peran orang tua dalam hal pengawasan perkembangan balita,
memberikan pendidikan awal bagi orang tua, mengembangkan prpgram interaktif
antara anak dan orang tua serta melakukan kemitraan dengan komunitas lokal
untuk mendukung program sejenis.

10
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. (1992). Buku Pegangan Kader KB. Jakarta.


BKKBN. (1997). Buku Pedoman Bina Kelurga Balita. Jakarta.
BKKBN. (2007). Buku Pegangan Kader Bina Keluarga Balita. Bandung.
BKKBN. (2009). Media Interaksi Orang Tua dan Balita Sebagai Alat Bantu
Pendidikan Anak Balita. Jakarta
BKKBN. (2009). Pengasuhan dan Pembinaan Tumbuh Kembang Anak. Jakarta.
Fauziah R, Mulyana N, Raharjo ST, et al. (n.d.) Efektifitas Program Bina Keluarga
Balita.:59–68.
Fitriani, I., & Oktobriariani, R. (2017). Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Orang Tua terhadap Pencegahan Penyimpangan Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak Balita. Indonesian Journal for Health Sciences, 1(1),
1 - 9. doi:https://doi.org/10.24269/ijhs.v1i1.383
Furqon, D. M., Kismartini, K., & Fathurrohman, F. (2014). Evaluasi Kinerja Program Bina
Keluarga Balita (BKB) di Kelompok BKB Mekar Sari 2 Kelurahan Pedurungan
Kidul Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Journal of Public Policy and
Management Review, 3(2), 37-45.
Hastasari Chatia dkk (2015) Pola asuh Balita ibu-ibu kelompok sasaran. J INFORMASI
Kajian Ilmu Komunikasi Volume 45.: 1–13.
Islamiyah, I., Awad, F. B., & Anhusadar, L. (2020). Outcome Program Bina Keluarga
Balita (BKB): Konseling Orang Tua Dalam Tumbuh Kembang Anak Usia
Dini. Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam, 6(1), 38-55.
Islamiyati, I., Sadiman, S., & Wijayanti, Y. T. (2023). Peningkatan Kapasitas Kader Bina
Keluarga Balita Dalam Stimulasi Tumbuh Kembang Balita. Dedikasi: Jurnal
Pengabdian Pendidikan dan Teknologi Masyarakat, 2(1), 10-16.
Kemenkes RI. (2009). Undang-Undang RI nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan
kependudukan dan perkembangan keluarga, pada pasal 47 ayat (1). Jakarta
Maulana, J. F. (2020). Analisis Pelaksanaan Program Kampung Keluarga Berencana
Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Di Kelurahan Air Dingin
Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru (Studi Pada Kelompok Kegiatan Bina
Keluarga Balita) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Riau).
Putri, M. D., & Sudarmiani, U. K. A. (2020). Peran Kader Bina Keluarga Balita (BKB)
dalam Kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) Taman Posyandu Desa Sedarat

11
Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. EQUILIBRIUM: Jurnal Ilmiah Ekonomi
dan Pembelajarannya, 8(1), 1-9.
Setianingrum, S., Desmawati, L., & Yusuf, A. (2017). Peranan Kader Bina Keluarga Balita
dalam Optimalisasi Tumbuh Kembang Fisik Motorik Anak Usia Dini. Journal of
Nonformal Education and Community Empowerment, 137-145.
Soekanto, Soejono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Suhardjo. (2003). Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Uluwiyah, R. (2023). Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bina Keluarga Balita (Bkb)
Di Desa Kupang Nunding Kecamatan Muara Uya Kabupaten Tabalong. Japb,
6(1), 321-331.

12

Anda mungkin juga menyukai