Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSELING PRANIKAH

“ISU KEINTIMAN”

Dosen Pengampu :

Dr. Nurfarhanah, S.Pd., M.Pd., Kons.

Azmatul Khairiah, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Fhirlynesia Martha (20006069)


2. Hilfa Novebrianti (20006071)
3. Nadya Agustin (20006095)
4. Muhammad Ihsan (20006090)

DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami hantarkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan karunia
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat beserta salam tak lupa
kami haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Semoga kita semua mendapat syafa’at
Beliau di Yaumil Akhir kelak. Amin ya Robbal ‘Alamin.

Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Konseling Pranikah, dengan judul makalah ini adalah “ISU KEINTIMAN”

Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nurfarhanah, S.Pd., M.Pd., Kons., dan Ibu
Azmatul Khairiah, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pengajar dan kepada teman-teman anggota
kelompok yang sudah membantu dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih dapat kekurangan
dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Maka kami berharap adanya masukan dari
berbagai pihak untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata, besar harapan kami agar teman-teman berkenan memberikan umpan balik
berupa kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat serta wawasan bagi kita semua dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Padang, 7 Maret 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................3

A. Latar Belakang .............................................................................................................3


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................5

A. Masalah Terkait SBM ...................................................................................................5


B. Malam Pertama dan Orgasme .......................................................................................6
C. Masalah Terkait ............................................................................................................7

BAB III PENUTUP .........................................................................................................10

A. Kesimpulan ................................................................................................................10
B. Saran ..........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konseling pra-nikah dimaksudkan untuk membantu pasangan calon pengantin
menganalisis kemungkinan masalah dan tantangan yang akan muncul dalam rumah tangga
mereka dan membekali mereka kecakapan untuk memecahkan masalah (Sofyan, 2009).
Upaya untuk membantu calon suami dan calon istri oleh seorang konselor profesional
sehingga mereka dapat berkembang dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya
melalui cara-cara yang menghargai, toleransi dan dengan komunikasi yang penuh
pengertian, sehingga tercapai motivasi keluarga, perkembangan, kemandirian, dan
kesejahteraan seluruh anggota.
Konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan dari konselor/orang yang ahli
kepada konseli/individu dengan memanfaatkan bahan/data atau informasi konseli untuk
memecahkan masalah konseli dengan berlandaskan norma-norma yang berlaku. Sedangkan
pra-nikah merupakan sebelum melaksanakan akad/perjanjian perkawinan antara seorang
laki-laki dengan seorang perempuan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum
Negara dan agama. Jadi, konseling pra-nikah merupakan suatu proses pemberian bantuan
yang dilakukan oleh konselor/orang yang ahli kepada klien (calon pasangan
pengantin/catin) untuk memberikan bimbingan, arahan, dan pemahaman serta informasi
mengenai kehidupan berumah tangga guna mempersiapkan diri pada kondisi kehidupan
social, ekonomi, ilmu agama, fisiologis, psikologis, serta hak dan kewajiban suami istri.
Menurut Sri Muniarti (2006) menyatakan tujuan konseling pranikah untuk membantu
pasangan catin untuk mengetahui keungkinan tantangan dan permasalahan hidup dalam
berumah tangga. Sehingga dalam konseling pranikah diberikan pengetahuan dan
keterampilan untuk memecahkan masalah sebagai antisipasi. Pembekalan tersebut berupa
pengetahuan agama, medis, psikologis, seksual, dan sosial.

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan masalah terkait SBM?
2) Apa yang dimaksud dengan malam pertama dan orgasme?
3) Apa yang dimaksud dengan masalah terkait pranikah?

3
C. Tujuan Masalah
1) Untuk mengetahui apa itu masalah terkait SBM
2) Untuk mengetahui apa itu malam pertama dan orgasme
3) Untuk mengetahui apa saja masalah terkait pranikah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masalah Terkait SBM


SBM merupakan kepanjangan dari Sex Before Marriage yang artinya melakukan
hubungan seksual dengan lawan jenis sebelum adanya ikatan pernikahan yang sah. Salah
satu terjadinya SBM ini adalah adanya ikatan pacaran. Salah satu tugas perkembangan
remaja menurut Havighurst (dalam Sarwono, 2012) adalah mempersiapkan perkawinan dan
kehidupan berkeluarga. Salah satu bentuk mempersiapkan perkawinan bagi remaja melalui
proses pacaran. Pacaran menurut Bannet (dalam Wisnuwardhani & Mashoedi, 2012) adalah
hubungan pranikah antara pria dan wanita yang dapat diterima oleh masyarakat. Pacaran
dapat menjadi konteks untuk melakukan eksperimen dan eksplorasi seksual, bentuk
eksperimen dan eksplorasi seksual yang marak dikalangan remaja Indonesia saat ini adalah
melakukan hubungan seksual pranikah. Hubungan seksual sebelum menikah pada remaja
merupakan masalah yang serius berhubungan dengan peningkatan penularan penyakit
menular seksual, mempunyai pasangan lebih dari satu, dan kehamilan dini. Perilaku seksual
adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis
maupun sesama jenis, bentuk tingkah laku bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan
tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa
berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri (Sarwono, 2012).
Remaja yang hamil di luar nikah akan merasakan dampak psiko-sosial seperti
ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial, selain itu juga akan terjadi
cemoohan dan penolakan dari lingkungan masyarakat sekitar (Sarwono, 2008). Perempuan
yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, pasti akan kesulitan untuk membuat
keputusan akan kehamilannya apakah akan dilanjutkan atau melakukan aborsi. Hal ini bisa
terjadi pada semua perempuan yang mengalaminya, tanpa memandang usia. Akan tetapi,
pada saat masa remaja kesulitan dalam mengambil keputusan ini dipengaruhi oleh berbagai
tantangan seperti kurangnya pengalaman, keterbatasan usia dan tekanan dari lingkungan
sekitar (Coleman, 2006).
Perilaku seksual remaja terutama perilaku seks pranikah masih mendominasi
perdebatan dari sisi moral, psikologi dan fisik. Hubungan seks pranikah pada remaja adalah
masalah serius karena berkaitan dengan rendahnya penggunaan kontrasepsi dan remaja
cenderung memiliki lebih banyak pasangan seksual jika mulai berhubungan seks pranikah
pada usia yang lebih dingin (Rahyani, dkk. 2012).

5
Berikut ini faktor-faktor penyebab terjadinya seks pranikah yaitu :
1. Pengaruh tekanan dari teman terhadap kejadian seks pranikah
2. Pengaruh tekanan dari pacar terhadap seks pranikah
3. Pengaruh sikap orang tua terhadap kejadian seks pranikah
4. Pengaruh pergeseran nilai, norma, moral dan etika terhadap kejadian seks pranikah.
5. Pengaruh kemiskinan terhadap kejadian seks pranikah.
Meningkatnya minat seksual remaja mendorong remaja itu sendiri untuk selalu
berusaha mencari informasi dari teman sebaya, buku, film, video bahkan yang paling tren
sekarang dengan mengakses situs di internet. Ironisnya pendidikan seksual yang diberikan
oleh orang tua ataupun guru justru sangat sedikit diperoleh sehingga menyebabkan tidak
sedikit remaja yang mencontoh perilaku seks bebas (Rachman & Ibnu, 2013).

B. Malam Pertama dan Orgasme


Malam pertama identik dengan hubungan intim saat setelah menikah, pasangan suami
istri yang sah akan mengalami momen bernama malam pertama. Malam pertama adalah
moment yang spesial di mana pasangan saling berbagi kasih sayang. Keintiman antara
pasangan di dalam pernikahan mencakup aspek fisik, emosional, dan spiritual. Hal-hal yang
terkandung dalam keintiman adalah saling berbagi baik dalam minat, aktivitas, pemikiran,
perasaan, nilai serta suka dan duka. Pada saat malam pertama, setiap pasangan yang sudah
menikah mendambakan adanya kepuasan seksual. Kartono (Avianti dan Hendrati, 2011)
memandang kepuasan seksual merupakan kesatuan fisik dan psikis yang dicapai kedua
belah pihak sebagai penyebar tekad kesatuan suami istri serta lepasnya ketegangan dan rasa
tidak menyenangkan atau tidak enak di seluruh badan. Kepuasan seksual adalah respon yang
menyenangkan dengan berkurangnya ketegangan serta merupakan puncak dari kepuasan
fisik dan emosional dalam aktivitas seksual.
Aturan malam pertama supaya lancar tanpa gugup :
a. Mengenal Anotomi Tubuh
Kiat umum untuk mengurangi rasa tidak nyaman adalah dengan membiasakan diri
mengenal anatomi tubuh sendiri. Masturbasi dapat membantu kamu mengetahui apa
yang terasa enak saat berhubungan seks dan itu dapat membantu kalian mengenal tubuh
sendiri lewat masturbasi kamu juga bisa menemukan bahwa pada sudut atau posisi
tertentu tidak nyaman. Sementara itu di sisi lain ada yang lebih menyenangkan. Dengan
mengenal anatomi tubuh sendiri, kamu tidak hanya lebih percaya diri tetapi juga bisa
memberitahu pasangan cara menyenangkan dirinya.
6
b. Ngobrol dengan Pasangan
Bicaralah dengan pasangan tentang kekhawatiranmu, sangat penting untuk
mempraktikkan komunikasi yang terbuka dan jujur. Jika kamu gugup bicarakan dengan
pasangan akan hal itu. Beritahu pasangan Jika kamu khawatir akan sakit. Bersama
pasangan kami dapat mengambil tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa
senyaman mungkin secara fisik dan emosional
c. Ekspektasi dan Realitas
Tetapkan harapan dan realistis sewajarnya. Kamu mungkin merasa tertekan untuk
mendapatkan orgasme. Seks adalah keterampilan yang dapat menjadi lebih baik seiring
berjalannya waktu. Sama seperti mengemudi atau bahkan berjalan kamu mungkin tidak
bisa langsung pandai.
Orgasme adalah puncak reaksi seksual yang diterima, baik oleh pria maupun wanita.
Pada pria kondisi ini biasanya ditandai dengan ejakulasi keluarnya cairan sperma.
Sedangkan pada wanita orgasme ditandai dengan terjadinya kontraksi otot vagina. Winarso
(dalam Niswati,2011) menjelaskan bahwa dalam orgasme tekanan darah bisa turun dari 5-
10 dengan dikeluarkannya hormon endrogen sehingga muncul perasaan rileks, bahagia,
enak, dan ketegangan berkurang.
Cara mencapai kepuasan seks atau orgasme harus memperhatikan hal berikut:
1. The Right Attitude (spontan, percaya diri, saling terbuka akan kebutuhan seks masing-
masing, saling menjaga penampilan agar tetap menggairahkan, harapan yang tidak
muluk-kuluk dan mau menambah pengetahuan tentang seks.
2. Fore Play adalah fase percumbuan, seharusnya dilakukan secara bergantian sampai
keduanya mengalami lubrikasi atau pelumasan.
3. The Act Of Intercourse, ada dua macam cara yaitu coitus by demand: coitus dasar yang
menuntut seks agar dapat kepuasan secara maksimal dan coitus by time: coitus
berdasarkan perhitungan waktu.
4. Variation In Position, variasi gaya berhubungan intim
5. Frequency Of Intercourse
6. After Play, kegiatan akhir dari permainan seks, hendaknya ada pengungkapan kasih
sayang, senang atas pelayanan pasangan, berterimakasih dan lain sebagainya.

C. Masalah Terkait
Dampak sosial yang ditimbulkan akibat melakukan hubungan seksual pranikah
diantaranya timbul stigma buruk pergunjingan serta pengucilan dari lingkungan sekitar.
7
Hubungan seksual pranikah memiliki dampak buruk bagi remaja, yaitu resiko terkena
penyakit menular seksual (seperti HIV/AIDS, gonore, sifilis, dan herpes genitalis).
Kehamilan yang tidak diinginkan oleh remaja putri, dan trauma kejiwaan. Kehamilan yang
tidak diinginkan dapat berakibat aborsi yang dilakukan dengan berbagai cara seperti
meminum jamu tradisional, obat peluntur di apotik atau toko, bahkan melakukan cara-cara
khusus seperti makan nanas, minum Sprite, jongkok-jongkok setelah berhubungan seks dan
sebagainya, yang digunakan para remaja perempuan sebagai upaya pencegahan kehamilan
yang terkadang justru tidak berhasil dan mengakibatkan kehamilan.
Remaja yang hamil di luar nikah akan merasakan dampak psiko-sosial seperti
keteganganmental dan kebingungan akan peran sosial, selain itu juga akan terjadi cemoohan
dan penolakan dari lingkungan masyarakat sekitar (Sarwono, 2008). Perempuan yang
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, pasti akan kesulitan untuk membuat keputusan
akan kehamilannya apakah akan dilanjutkan atau melakukan aborsi. Hal ini bisa terjadi pada
semua perempuan yang mengalaminya, tanpa memandang usia. Akan tetapi, pada saat masa
remaja kesulitan dalam emngambil keputusan ini dipengaruhi oleh berbagai tantangan
seperti kurangnya pengalaman, keterbatasan usia dan tekanan dari lingkungan sekitar
(Coleman, 2006).
Ada beberapa masalah-masalah yang terjadi sebagai berikut Menurut Lutfiah Husaini,
(2009) :
1) Kurangnya Iman dan Pendidikan Agama; Kurangnya penanaman nilai-nilai agama
berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan
hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan, pada kondisi
ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab
2) Faktor lingkungan
a) Kurangnya pengawasan orang tua
Kurangnya perhatian khusus dari orang tua untuk dapat memberikan pendidikan
seks yang baik dan benar. Dimana dalam hal ini orang tua bersikap tidak terbuka
terhadap anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah
seksual.
b) Teman, Tetangga dan Media Pergaulan yang salah serta penyampaian dan
penyalahgunaan dari media elektronik yang salah dapat membuat para remaja
berpikiran bahwa seks bukanlah hal yang tabu lagi tapi merupakan sesuatu yang
lazim. Sinetron dalam Televisi sering memunculkan berbagai macam kontroversi
didalam Masyarakat karena bertentangan dengan syari’at, norma, dan moralitas.
8
c) Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan
Pengetahuan seksual yang setengah-setengah mendorong gairah seksual
sehingga tidak bisa dikendalikan. Hal ini akan meningkatkan resiko dampak
negatif seksual. Dalam keadaan orang tua yang tidak terbuka mengenai masalah
seksual, remaja akan mencari informasi tersebut dari sumber yang lain,
temanteman sebaya, buku, majalah, internet, video atau blue film. Mereka sendiri
belum dapat memilih mana yang baik dan perlu dilihat atau mana yang harus
dihindari.
Terdapat berbagai faktor yang bisa menjadi penyebab terjadinya hamil di luar nikah.
Adapun menurut sarlito wirawan sarwono, menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
hamil di luar nikah adalah sebagai berikut Sarwono, (2001) :
d) Meningkatnya libido seksualitas Hal ini bisa terjadi apabila seseorang memperoleh
rangsangan dari luar yang dingkap oleh indra, berupa video porno, gambar porno, atau
dipicu oleh faktor lain atau cerita dewasa dan lainlain.
e) Penundaan usia perkawinan Penundaan perkawinan ini bisa saja menyebabkan
seseorang lepas kontrol, karena hasrad dan kebutuhan akan seks. yang sudah mencapai
waktunya namun belum memproleh penyaluran yang tepat, sehingga menicu adanya
perilaku seks.
f) Faktor pergaulan bebas Pergaulan ini mengarah kepada internalisasi budayabudaya
barat dan mengesampingkan sistem moral budaya indonesia. Dari pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwasannya faktor terjadinya kehamilan di luar nikah ialah adanya
rangsangan akibat menonton video porno, faktor pendidikan dan pergaulan bebas.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dampak sosial yang ditimbulkan akibat melakukan hubungan seksual pranikah
diantaranya timbul stigma buruk pergunjingan serta pengucilan dari lingkungan sekitar.
Hubungan seksual pranikah memiliki dampak buruk bagi remaja, yaitu resiko terkena
penyakit menular seksual (seperti HIV/AIDS, gonore, sifilis, dan herpes genitalis).
Kehamilan yang tidak diinginkan oleh remaja putri, dan trauma kejiwaan. Kehamilan yang
tidak diinginkan dapat berakibat aborsi yang dilakukan dengan berbagai cara seperti
meminum jamu tradisional, obat peluntur di apotik atau toko, bahkan melakukan cara-cara
khusus seperti makan nanas, minum Sprite, jongkok-jongkok setelah berhubungan seks dan
sebagainya, yang digunakan para remaja perempuan sebagai upaya pencegahan kehamilan
yang terkadang justru tidak berhasil dan mengakibatkan kehamilan.

B. Saran
Demikian yang dapat penulis uraikan tentang materi yang menjadi pokok bahasan
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, dikarenakan
keterbatasan pengetahuan dan kurangnya referensi atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini. Penulis berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca pada umumnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Avianti, Hajar Pandu., & Hendrati, F. (2011). Pengaruh Keterbukaan Komunikasi Seksual
Suami Istri Mengenai Hubungan Seksual Terhadap Kepuasan Seksual Istri. Jurnal
Psikologi. Vol 6 (2).

Coleman, Peter T., & Morton D. (2006). The Handbook Of Conflict Resolution: Theory And
Practice, 2nd Edition. Usa: Jossey-Bass, A Wiley Imprint.

Lutfiah Husaini. (2009). Depresi Pada Remaja Putri Yang Hamil Diluar Nikah. Skripsi
Jurusan Psikologi: Universitas Guna Darma.

Murniati, S. (2006). Before the Wedding:150 Question For Muslims To Ask Get Married
(Munira Lekovick Ezzeldine) Terjemahan. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Niswati, I. (2011). Hubungan Loving, Kepuasan Seksual Dan Religiusitas Dengan


Keharmonisan Perkawinan, Jurnal Psibernetika. 4(2). 1-15

Rachman & Ibnu. (2013). Perilaku Seks Pra Nikah Mahasiswa Pada Sekolah Tinggi
Manajemen dan Ilmu Komputer Bina Bangsa Kendari. Universitas Hasanuddin.

Rayani, K.Y. dkk. (2012). “Perilaku Seks Pranikah Remaja”. Kesmas, Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 4.

Sarlito Wirawan Sarwono. (2001). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Willis Sofyan, S. (2009). Konseling Keluarga (Family Counseling) Suatu Upaya Anggota
Keluarga Memecahkan Masalah Komunikasi didalam Sistem Keluarga. Bandung:
Alfabeta.

Wisnuwardhani, D., & Mashoedi, S. F. (2012). Hubungan Interpersonal. Jakarta: Salemba


Humanika

11

Anda mungkin juga menyukai