Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

FISIOLOGI KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, DAN BBL

Dosen Pengajar : Ibu Linda K. Telaumbanua, SST., M.Keb

Disusun Oleh :
Finna Yulianah
Nita Nurcahya Kardini

S1 Kebidanan Tahun Ajaran 2020/2021

STIKes MEDISTRA INDONESIA

Jl. Cut Mutia No.88A, Sepanjang Jaya, Kec. Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat 17113
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami panjatkan kepada Tuhan yang maha esa, karena atas karunianya
kami dapat mengerjakan tugas makalah ini dengan sehat serta tanpa hambatan apapun. Shalawat
berserta salam semoga seelalu tercurahkan kepada jujungan kami nabi besar Muhammad SAW.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu syarat tugas di mata kuliah Fisiologi
Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan BBL, dan dalam proses penyusunan makalah ini, kami kami
sangat berterimakasih atas bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam
kesempatan ini kami juga bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Ibu Linda K. Telaumbanua, SST., M.Keb selaku ketua dari STIKes Medistra Indonesia
2. Ibu Puri Kresnawati selaku Ketua Program Studi S1 Kebidanan
3. Ibu Tetty Rina A, M.Keb selaku Koordinator mata kuliah Fisiologi Kehamilan,
Persalinan, Nifas, dan BBL dan Dosen Pengembang RPS
4. Serta teman – teman semua yang kami tidak bisa sebutkan satu – persatu, Terimakasih
atas kerjasamanya dalam kelompok ini untuk menyusun tugas makalah mata kuliah
Fisiologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan BBL.

Semoga Tuhan yang Maha Esa akan memberikan balasan yang setimpal kepada
semuanya.

Kami berharap makalah yang telah kami susun ini bisa memberikan sumbangsih untuk
menambah pengetahuan para pembaca, dan akhir kata, dalam rangka perbaikan selanjutnya,
kami akan terbuka terhadap saran dan masukan dari semua pihak karena kami menyadari
makalah yang telah kami susun ini memiliki banyak sekali kekurangan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................7
A. Pengertian Konseling ..............................................................................................7
B. Konsep Konseling Sebagai Upaya Pendekatan Psikologis.....................................7
C. Manfaat Konseling..................................................................................................8
D. Konseling Untuk Remaja.........................................................................................11
E. Konseling Masa Perkawinan...................................................................................14
F. Konseling Masa Kehamilan.....................................................................................16
G. Konseling Asuhan Kehamilan.................................................................................18
H. Konseling Masa Kelahiran. .....................................................................................18
I. Konseling Masa Nifas.............................................................................................20
J. Konseling Masa Menopause....................................................................................20
BAB III PENUTUP...........................................................................................................24
A. Kesimpulan.............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konseling merupakan salah satu teknik bimbingan. Melalui metode ini upaya pemberian
bantuan diberikan secara individu dan langsung tatap muka (berkomunikasi) antara pembimbing
(konselor) dengan klien. Dengan perkataan lain pemberian bantuan yang dilakukan melalui
hubungan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata), yang dilaksanakan
dengan wawancara antara pembimbing (konselor) dengan klien. Masalah-masalah yang
dipecahkan melalui teknik konseling, adalah masalah-masalah yang bersifat pribadi
(Tohirin,2007:296).
Dalam definisi yang lebih luas, Rogers mengartikan konseling sebagai hubungan membantu
di mana salah satu pihak (konselor) bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental
pihak lain (klien), agar dapat menghadapi persoalan / konflik yang dihadapi dengan lebih baik
(Namora, 2011 : 2).
Konseling agama (religion konseling) merupakan sebuah langkah nyata yang di lakukan
untuk membantu klien yang mengalami permasalahan seputar keagamaannya. Tetapi, bukan
beratri konseling agama berupaya menarik klien untuk mengikuti suatu ajaran agama tertentu.
Konseling agama lebih kepada memberikan nasehat, masukan, pandangan yang di kaitkan
dengan keyakinan agama klien. Menyampaikan kewajiban ataupun larangan dalam beragama
pada klien yang memiliki masalah tertentu haruslah menggunakan pendekatan konseling
(Namora,2011:18).
Kebutuhan akan bimbingan dan konseling sangat dipengaruhi oleh faktor filosofis,
psikologis, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, demokratisasi dalam pendidikan,
serta perluasan program pendidikan. Latar belakang filosofis berkaitan dengan pandangan
tentang hakikat manusia. Salah satu aliran filsafat yang berpengaruh besar terhadap timbulnya
semangat memberikan bimbingan adalah filsafat Humanisme. Aliran filsafat ini berpandangan
bahwa manusia memiliki potensi untuk dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Aliran ini
mempunyai keyakinan bahwa masyarakat miskin dapat dikembangkan melalui bimbingan
pekerjaan sehingga pengangguran dapat dihapuskan. Mereka berpandangan bahwa sekolah
adalah tempat yang baik untuk memberikan bimbingan pekerjaan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan. Dalam menjalani kehidupan, seseorang senantiasa memiliki permasalahan
kehidupan, baik pribadi maupun social. Berbagai permasalahan yang di hadapi manusia, baik
pada usia anak-anak, remaja, maupun dewasa sangatlah kompleks. Permasalahan tersebut tidak
cukup dibiarkan begitu saja, melainkan membutuhkan pemecahan yang solutif dan bijak.
Rumitnya permasalahan kehidupan di mana biasanya menyangkut masalah psikis membutuhkan
jawaban secara baik. Di sini diperlukan nasihat yang baik dan benar dalam menghadapi anak
bimbing agar mereka kembali menemukan religious insight, sehingga anak bimbing dapat
kembali termotivasi dalam menjalani kehidupan ini (Munir,2010:161).
Problematika yang timbul dikalangan remaja yang bisa di kategorikan sebagai permasalahan
serius antara lain adalah masalah kenakalan remaja, 3 mengingat remaja adalah suatu kelompok
usia yang di harapkan menjadi penerus generasi di masa yang akan dating. Problem remaja
terdapat hampir dalam semua masyarakat di berbagai kota dimanapun di dunia. Karena hal ini
merupakan salah satu gejala dari perkembangan masyarakat itu sendiri sebagai suatu totalitas
kehidupan (Munir,2010:366) Upaya menangkal dan mencegah prilaku-prilaku yang tidak di
harapkan seperti di sebutkan, adalah mengembangkan potensi diri dan memfasilitasi mereka
secara sistematik dan terprogram untuk mencapai kopetensi kemandirian maka narapidana
tersebut diberikan bimbingan konseling agar terarah jalan hidupnya dan tidak terjadi hal-hal yang
merugikan pada diri sendiri dengan melalui bimbingan (Tabrani, 2008:29).
Masa remaja merupakan masa yang banyak mengalami perubahan baik jasmani, rohani,
pikiran, maka pada masa ini para remaja banyak mengalami gejolak emosi remaja dan masalah
remaja pada umumnya di sebabkan adanya konflik peran sosial. Di satu pihak ia sudah ingin
mandiri sebagai orang dewasa, di lain pihak ia masih harus terus mengikuti kemauan orang tua.
Gejolak emosi tersebut menyebabkan kondisi psikisnya belum stabil dengan adanya kondisi
yang belum stabil ini pula yang menyebabkan para remaja sangat mudah terpengaruh oleh
lingkungan sekitarnya (Willis; 1981:19).
Dengan munculnya keinginan untuk berkumpul dan bersosialisasi dengan teman sebaya
pada remaja yang kemudian memunculkan gang-gang diantara mereka menimbulkan berbagai
dampak negatif, seperti fanatisme gang, yang dapat menimbulkan perkelahian antar gang
lainnya. Fenomena ini dapat juga 5 dapat memunculkan bentuk-bentuk prilaku negatif lainnya
yang di sepakati untuk di lakukan oleh kelompok. Adapun faktor yang menyebabkan remaja
melakukan hal tersebut di karenakan ajakan teman atau lingkungan masyarakat seperti : Faktor
keluarga (broken home), faktor ekonomi dan teman sekolah. Maka sudah selayaknya untuk
mencapai tujuan ideal remaja sebagai penerus bangsa yang akan mengisi posisi- posisi terpenting
di masyarakat, maka perlu diberikan suatu mekanisme kontrol bagi remaja. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan arahan dan pedoman bagi remaja untuk dapat berperilaku yang positif di
dalam masyarakat. Untuk mencapai berbagai aspek tersebut, maka diperlukan seperangkat aturan
yang dinamakan religi dan moral. Dari sisi lain tiadanya religi dan moral, merupakan faktor
penyebab meningkatnya kenakalan remaja. Religi yaitu kepercayaan terhadap kekuasaan suatu
dzat yang mengatur alam semesta ini adalah sebagai dari moral, sebab dalam moral diatur segala
perbuatan yang dinilai baik dan perlu di lakukan, serta perbuatan yang dinilai tidak baik sehingga
perlu dihindari.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konseling
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua orang
dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang
dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri
sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan
dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun
masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan
menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).
konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih
dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun
kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami
dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan
yang bermakna bagi dirinya.
B. Konsep Konseling Sebagai Upaya Pendekatan Psikologis
Pada hakekatnya hubungan dalam konseling itu bersifat membantu (helping
relationship). Hubungan membantu itu berbeda dengan memberi (giving) atau mengambil alih
pekerjaan orang lain. Membantu tetap memberi kepercayaan kepada klien untuk
bertanggungjawab dan menyelesaikan segala masalah yang dihadapinya. Hubungan
konseling tidak bermaksud mengalihkan pekerjaan klien kepada konselor, tetapi memotivasi
klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri mengatasi masalahnya.
Hubungan konseling mempunyai kualitas tersendiri yang mungkin tidak terdapat dalam
hubungan lain. Menurut Surya (2003:38) ada beberapa kualitas hubungan konseling yang tidak
dapat dijumpai dalam hubungan lain, yaitu:
1. Ketulusan konselor dalam melakukan hubungan membantu ditandai dengan sikap ramah,
hangat, bersahabat, dsb, dapat menggugah klien untuk lebih meyakini dirinya.
2. Pemahaman yang diberikan konselor terhadap klien dengan segala latar belakang dan
masalah-masalahnya dapat membuat klien merasa diterima.
3. Ketulusan orang,akan diperoleh dan berkembang melalui interaksi dengan konselor yang
tulus.
4. Resiko yang timbul dari hubungan dengan konselor, dengan sendirinya tidak
menimbulkan akibat yang bersifat merusak, akan tetapi dapat menunjang
perkembangan.
5. Respon-respon baru, akan diperoleh melalui serangkaian interaksi dalam hubungan yang
bersifat membantu. Dalam konseling, klien belajar bagaimana membuat respon yang
baru dan efektif dalam berinteraksi dengan lingkungan.
C. Manfaat Konseling
a. Tempat mengungkapkan emosi
Masalah yang di hadapi tentu menimbulkan berbagai macam emosi. Emosi negatif yang
tidak tersalurkan dengan baik lama-kelamaan akan menumpuk, menyebabkan masalah baru, dan
bahkan memicu timbulnya masalah psikologis lain. Konseling adalah tempat untuk
mengungkapkan emosi dengan cara yang sehat. Bisa mengeluarkan semua kesedihan, rasa takut,
dan amarah yang di rasakan tanpa perlu waswas merasa terhakimi. Mengungkapkan emosi juga
membuat merasa lebih lega, sebab akhirnya dapat melepaskan beban yang selama ini menumpuk
di dada. Selain itu, juga bisa memahami dari mana asalnya emosi tersebut dan cara
menghadapinya.
b. Membuka sudut pandang baru
Masalah yang muncul bertubi-tubi terkadang membuat pikiran terasa buntu. Inilah yang
membuat banyak orang memilih curhat kepada orang lain. Mereka sebetulnya berusaha mencari
sudut pandang baru karena mereka kesulitan menemukan solusi. Konseling bisa memberikan
sudut pandang lain, bahkan yang belum pernah di pikirkan sebelumnya. Saat konseling,
mendapat manfaat dari mengobrol dengan terapis.
c. Menggali masalah sekaligus solusinya
Setelah memahami dari mana sumber masalahnya, sekarang saatnya mencari cara
mengatasinya. Mencari solusi untuk masalah sendiri tentu tidak mudah. Oleh sebab itu, terapis
akan bekerja sama dengan nya melalui sesi konseling. Konseling membantu mencari solusi tanpa
diliputi rasa cemas atau sedih yang meluap-luap, bahkan sekalipun masalahnya belum tuntas.
Emosi negatif ini memang belum hilang, tapi terapis membantu mengelolanya melalui terapi.
Begitu emosi negatif tersebut sudah terkendali, kini dapat mencari solusi dengan pikiran yang
lebih jernih. Menuntaskan masalah tentu perlu waktu, tapi setidaknya kini tahu apa saja langkah
yang harus dilakukan.
d. Menjaga kesehatan fisik
Manfaat konseling juga berpengaruh pada kesehatan fisik. Mereka yang mengalami stres dan
rasa cemas berlebih sering kali juga mengalami susah tidur, penurunan berat badan, susah
konsentrasi, maupun keluhan lain yang tanpa sadar berasal dari pikiran. Konseling memang
fokus pada kesehatan jiwa, tapi metode ini turut membantu menjadi lebih sehat dan bahagia.
Konseling juga membuat anda merasa terhubung dengan orang lain sehingga tidak merasa
kesepian.
e. Membantu menjalani kehidupan sehari-hari
Konseling memang tidak mengatasi masalah semudah membalik telapak tangan. Namun,
metode ini membantu melepaskan beban yang menumpuk dan memberi ruang untuk berbicara
kepada orang lain ketika hidup terasa begitu sulit. Melalui konseling, bisa dapat bertemu tenaga
mental profesional yang mendengarkan semua keluh-kesah dan juga bisa mengendalikan emosi
negatif yang mengganggu dan fokus mencari solusi demi hidup yang lebih baik.
D. Konseling Untuk Remaja
Masa remaja adalah masa yang paling Indah. Remaja harus diselamatkan dari masa
globalisasi. Karena globalisasi ini ibaratnya kebebasan, sehingga banyak kebudayaan asing yang
masuk, sementara budaya tersebut tidak cocok dengan budaya Indonesia. Generasi muda adalah
tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu meneruskan kepemimpinan
bangsa ini agar lebih baik. Dalam mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada
kesiapan masyarakat yakni dengan keberadaan budayanya. Teknologi menjadi terasa begitu
dekat dengan manusia terutama remaja karena memudahkan manusia dalam melakukan sesuatu.
Namun sering kali teknologi disalahgunakan untuk membuka situs-situs yang tidak seharusnya
dibuka oleh remaja, sehingga seringkali rasa penasaran remaja mengakibatkan seks di luar nikah.
Melalui layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya mengatasi masalah konseli maka
konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang
melatarbelakangi perilaku konseli. Selain itu, seorang konselor juga harus dapat mengidentifikasi
aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikan sebagai modal untuk konselor sedapat mungkin
mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi bawaan
konseli.
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita melihat bermacam-macam jenis gadget yang
hampir digunakan semua kaum remaja. Gadget sangat berperan penting bagi kehidupan manusia
guna untuk berkomunikasi, memperbanyak relasi, menambah wawasan dan pengetahuan,
pendidikan, dan bisnis. Namun disisi lain, terjadi hal yang berlawanan disebabkan oleh faktor
keteledoran pemakaiannya atau kekurang tepatan dalam memanfaatkan fungsi yang sebenarnya.
Remaja pada zaman modern tentunya tidak ingin di judge sebagai orang “gaptek” (gagap
teknologi), yang terlihat biasanya remaja kini membawa gadget kemanapun mereka pergi.
Bahkan murid murid terlambat masuk sekolah gara-gara main game online, menghilangkan
stress, galau, kebosanan dengan gadget.
Gadget masuk dikalangan remaja dengan perlahan dan tidak disadari oleh remaja yang
menjadi korban perkembangan gadget, parahnya lagi tidak ada batasan umur untuk pengguna
gadget, mulai dari anak kecil sampai orang tua bisa kita lihat memiliki handphone, karena akses
informasi yang mudah tanpa filter akibatnya anakanak dibawah umurpun mampu mengakses
informasi yang seharusnya belum boleh diakses seperti pornografi, yang akan berdampak pada
perilaku seks bebas.
 Proses Konseling
Sebelum konseling dilakukan, konselor terlebih dahulu menggali informasi tentang konseli,
melalui studi dokumenter, wawancara dengan guru, Pembina OSIS, dan teman-teman dekatnya.
Konseli menghadap konselor berdasarkan panggilan, terkait dengan pemberitaan dirinya di
Koran. Pada awalnya konseli belum berani membuka diri dan tampak tegang. Dengan
menggunakan teknik attending, dan empati, konselor berusaha menumbuhkan kepercayaan pada
konseli untuk bersikap tenang dan mau membuka diri sedikit demi sedikit akhirnya tumbuh
keberanian untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan dipikirkannya terkait dengan kasus
pemberitaan di Koran. Pada kesempatan ini, konselor juga menyampaikan informasi bahwa
kasus yang menimpa dirinya sudah menjadi wacana di kalangan guru dan teman-temannya di
sekolah.
Dengan menggunakan teknik pertanyaan terbuka, selanjutnya, konseli pun bercerita panjang
lebar, bahkan sangat pribadi, mulai dari awal pertemuan dengan pria yang telah menodainya
hingga berujung pada pengaduan pria tersebut kepada pihak yang berwajib oleh orang tuanya.
Hubungan dengan pria ini sebetulnya diketahui oleh pihak orang tua, dan terkesan orang tua
cenderung bersikap permisif, dengan pernah mengijinkan sang pacar untuk menginap di
rumahnya.
Melalui penerapan teknik refleksi, konseli juga mengungkapkan berbagai perasaan yang
membebaninya, baik di hadapan teman, guru, keluarga maupun di masyarakat, akibat dari
mencuatnya kasus ini. Konseli sangat menyesali perbuatan yang telah dilakukannya dan ingin
tetap melanjutkan sekolahnya. “Saya benar-benar merasa dibodohi dan tertipu oleh laki-laki
kurang ajar itu”. Demikian, sepenggal kalimat yang sempat meluncur dari bibirnya sambil
berderai air mata. Konselor memberi dorongan supaya konseli tetap semangat sekolah dan
memberikan keyakinan pada konseli bahwa masih ada kesempatan kedua untuk berubah dan
menjadi lebih baik lagi.
 Tujuan Konseling
Membantu mengatasi masalah konseli yang terancam kelanjutan pendidikannya karena
terpublikasinya perilaku seks bebas di media massa.
E. Konseling Masa Perkawinan

Perkawinan merupakan upaya untuk menyatukan dua keunikan.Perbedaan watak, karakter,


selera dan pengetahuan dari dua orang (suami dan istri) disatukan dalam rumah tangga, hidup
bersama dalam waktu yang lama.Ada pasangan yang cepat menyatu, ada yang lama baru bisa
menyatu, ada yang kadang menyatu kadang-kadang bertikai, ada yang selalu bertikai tetapi
mereka tak sanggup berpisah. Hanya di tempat tidur mereka menyatu hingga anaknya banyak,
tetapi di luar itu mereka selalu bertikai.Kehidupan berumah tangga ada yang berjalan mulus,
lancar, sukses dan bahagia, ada yang setelah lama mulus tiba-tiba dilanda badai, ada yang selalu
menghadapi ombak dan badai tetapi selalu bisa menyelamatkan diri (Mubarok, 2009: 204).

Salah satu tujuan menikah ialah untuk membentengi diri dari segala hal-hal yang negatif dan
mengundang dosa. Jangan pernah berfikir jika zina ialah hanya berhubungan badan dengan
lawan jenis yang bukan muhrim. Namun saling bersentuhan, berpandangan, bahkan memenuhi
hati dan fikiran dengan lawan jenis merupakan salah satu dari bentuk zina kecil. Untuk
menghindari hal-hal tersebut, maka Rasulullah menganjurkan kepada semua umatnya untuk
segera menikah. Dengan adanya ikatan pernikahan maka semua yang dilarang akan menjadi
halal. Bukan hanya halal namun bernilai ibadah jika kita selalu berdekatan dan harmonis.
Menikah tidak terlalu sulit, tetapi membangun keluarga bahagia dan harmonis bukan sesuatu
yang mudah.Pekerjaan membangun, pertama harus didahului dengan adanya gambar yang
merupakan konsep dari bangunan yang diinginkan. Gambar bangunan (maket) bias didiskusikan
dan diubah sesuai dengan konseper pikiran yang akan dituangkan dalam wujud banguan itu.
Demikian juga membangun keluarga bahagia dan harmonis, terlebih dahulu orang harus
memiliki konsep tentang keluarga bahagia (Mubarok, 2009: 205). Terkadang, untuk menuju
keluarga bahagia atau dalam bahasa agama sering disebut dengan Istilah keluarga sakinah
mawaddah warahmah (SAMARA) membutuhkan suatu konseling perkawinan. Konseling ini
dibutuhkan bagi mereka yang mempunyai problem diseputar perkawinan dan kehidupan
berkeluarga, mulai dari memilih jodoh, ekonomi keluarga yang kurang mencukupi, perbedaan
watak, ketidak puasan dalam hubungan seksual, kesalah fahaman antara suami dan istri dan lain
sebagainya.

Konseling perkawinan memiliki peran dan fungsi terapan, sekaligus memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan mediatif, dan sikap ilmiah kepada individu yang baru membutuhkan
bantuan dan bimbingan. Pada dasarnya Konseling Keluarga adalah upaya yang memberikan
dasar-dasar teoritik, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling beserta
aplikasi dan pengembangannya dalam perkawinan dan keluarga untuk membentuk keluarga
sakinah mawaddah wa rahmah.

a. Pengertian Konseling

Klemer (1965) mengartikan konseling perkawinan sebagai konseling yang di


selenggarakannya sebagai metode pendidikan, metode penurunan ketegangan emosional, metode
membantu patner-patner yang menikah untuk memecahkan masalah dan cdara menentukan pola
pemecahan masalah yang lebih baik. Konseling akan permasalahan yang dihadapi oleh klien
mencakup ruang lingkup yang sangat luas, mulai dari masalah konflik dalam keluarga (antara
suami-istri, orangtua - anak, orangtua - menantu), hingga ke masalah kenakalan remaja, dan
segala masalah lain yang terkait dengan kehidupan manusia yang sangat kompleks (Willis, 2009:
45).

Menurut Cavanagh mendefinisikan konseling sebagai hubungan antara seorang petugas


bantuan yang terlatih dengan seseorang yang meminta bantuan, di mana keterampilan petugas
bantuan tersebut beserta suasana yang diciptakannya dapat membantu orang belajar berhubungan
dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain dengan cara yang lebih menghasilkan pertumbuhan
(Latipun, 2009: 78).

Mubarok (2009) menjelaskan bahwa konseling merupakan usaha membantu orang yang
sedangan mengalami gangguan kejiwaan agar mereka bias memutuskan sendiri apa yang terbaik
bagi mereka. Yang membantu disebut konselor yang dibantu disebut klien. Seorang konselor
bukan subjek, karena konselor harnya membantu, subjeknya adalah klien itu sendiri dan
objeknya adalah masalah yang dihadapi.

Yang dapat dilakukan oleh seorang konselor antara lain membantu klien untuk :

 Memahami diri sendiri


 Mengukur kemampuannya
 Mengetahui kesiapan dan kecenderungannya
 Memperjelas orientasi, motivasi dan aspirasinya
 Mengetahui kesulitan dan problem lingkungan dimana ia hidup, serta peluang yang
terbuka baginya
 Membantu menggunakan pengetahuan tersebut (1 s/d 5) untuk menetapkan tujuan yang
paling kongkrit bagi dirinya
 Mendorong klien untuk berani mengambil keputusan yang sesuai dengan
kemampuannya, dan memanfaatkan se-optimal mungkin potensi yang ada pada dirinya
untuk merebut peluang yang terbuka.
 Jika kliennya orang awam, konseling dibutuhkan untuk :
 Membantu pengembangan diri dan memilih gaya hidup (life style) yang sesuai dengan
aspirasinya
 Menjaga agar mereka tidak terjatuh pada keadaan merasa tidak wajar dan tidak bahagia
 Membantu menentukan pilihan-pilihan. (d) Membantu meringankan perasaan, frustrasi
dn sebangsanya.
 Urgensi Konseling
Perkawinan Muncul sebuah pertanyaan seputar konseling perkawinan. Perlukah dalam
perkawinan baik setelah dan sesudahnya diadakan konseling ? Tentu jawabannya perlu. Sebab
konseling perkawinan pada prinsipnya berisi dorongan untuk menghayati atau menghayati
kembali prinsip-prinsip dasar, hikmah, tujuan dan tuntunan hidup berumah tangga. Konseling
diberikan agar suami/istri menyadari kembali posisi masing-masing dalam keluarga dan
mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang terbaik bukan hanya untuk dirinya sendiri,
tetapi juga untuk keluarganya. Mubarok (2003) menjelaskan, jika memperhatikan kasus perkasus
maka konseling perkawinan diberikan dengan tujuan :

 Membantu pasangan perkawinan itu mencegah terjadinya/meletus problema yang


mengganggu kehidupan perkawinan mereka
 Pada pasangan yang sedang dilanda kemelut rumah tangga, Konseling diberikan dengan
maksud agar mereka bisa mengatasi sendiri problema yang sedang dihadapi
 Pada pasangan yang berada dalam tahap rehabilitasi, konseling diberikan agar mereka
dapat memelihara kondisi yang sudah baik menjadi lebih baik
 Tujuan Umum Konseling Perkawinan

Tujuan konseling perkawinan adalah agar klien dapat menjalani kehidupan berumah tangga
secara benar, bahagia dan mampu mengatasi problem-problem yang timbul dalam kehidupan
perkawinan. Oleh karena itu, maka konseling perkawinan pada prinsipnya berisi dorongan untuk
menghayati atau menghayati kem¬bali prinsip-prinsip dasar, hikmah, tujuan dan tuntunan hidup
berumah tangga menurut ajaran Islam. Konseling diberikan agar suami/istri menyadari kembali
posisi masing- masing dalam keluarga dan mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang
terbaik bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarganya.

Jika memperhatikan kasus perkasus maka konseling perkawinan diberikan dengan tujuan :

 Membantu pasangan perkawinan itu mencegah terjadinya/meletus problema yang


mengganggu kehidupan perkawinan mereka
 Pada pasangan yang sedang dilanda kemelut rumah tangga, konseling diberikan dengan
maksud agar mereka bisa mengatasi sendiri problema yang sedang dihadapi
 Pada pasangan yang berada dalam tahap rehabilitasi, konseling diberikan agar mereka
dapat memelihara kondisi yang sudah baik menjadi lebih baik
F. Konseling Masa Kehamilan
Ibu hamil memerlukan perhatian khusus selama masa kehamilan. Oleh karena itu sebuah
program konseling bagi ibu hamil layak untuk didapatkan oleh semua ibu hamil tanpa terkecuali
dengan meliputi identifikasi risiko, pencegahan dan penanganan medis pada ibu hamil.
Perempuan hamil memerlukan ketenangan hati, keluarga dan orang-orang terdekat harus
senantiasa memberikan dukungan moril dan menghibur hati Ibu hamil terutama pada saat akan
menghadapi proses persalinan. Pasien pra melahirkan biasanya mengalami rasa khawatir dan
ketakutan, apabila tidak bisa jadi ibu yang baik, juga ketakutan menghadapi proses persalinan
yang belum pernah dialami, juga minimnya pengetahuan tentang proses melahirkan baik di
rumah maupun di rumah sakit, khawatir anaknya lahir secara tidak normal, anak cacat dan
berbagai kekhawatiran lainnya yang menyebabkan stres pada calon ibu yang berdampak pada
proses kelahiran secara alami maupun dengan operasi caesar.
Setiap orang bisa memahami bahwa lancar atau tidaknya proses kelahiran itu banyak
tergantung pada kondisi biologis, khususnya kondisi ibu hamil yang bersangkutan. Namun dapat
dimengerti bahwa hampir tidak ada tingkah laku manusia (terutama yang disadari) dan proses
biologisnya yang tidak dipegaruhi oleh proses psikis. Maka dapat dimengerti bahwa
membesarnya janin dalam kandungan itu mengakibatkan calon ibu yang bersangkutan mudah
kelelahan, tidak nyaman badan, tidak bisa tidur enak, sering mendapatkan kesulitan dalam
bernafas dan macam-macam beban jasmani lain-lainnya di waktu kehamilan.
Semua pengalaman tersebut pasti mengakibatkan timbulnya rasa tegang, ketakutan,
kecemasan, konflik-konflik batin terutama pada saat mendekati kelahiran bayinya. Ibu hamil
yang akan menghadapi waktu persalinan, dia selalu dihadapkan perasaan ketidakpastian
mengenai persalinan itu akan berjalan lancar, mudah, dan selamat, atau sebaliknya. Demikian
juga anak yang dilahirkan hidup atau mati, jika hidup dia itu sehat dan sempurna atau menderita
cacat tubuh dan sebagainya.
Kehamilan dapat menimbulkan komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu maupun bayi
sehingga di dalam setiap kunjungan antenatal ibu perlu mendapatkan informasi-informasi
penting tentang kehamilannya agar dapat diidentifikasikan sedini mungkin adanya komplikasi
maupun penyakit yang lain. Either mengatakan bahwa identifikasi komplikasi pada ibu hamil
dapat dilakukan dengan konseling selama masa kehamilan. Hal ini didukung oleh Obermeyer
mengatakan bahwa konseling yang diberikan dalam bentuk informasi dapat membantu klien
dalam mengenali risiko yang ada dalam dirinya.
G. Konseling Asuhan Kehamilan
Satu proses bantuan oleh bidan kepada ibu hamil, yang dilaksanakan lewat tatap muka dalam
bentuk wawancara, dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan
kehamilannya,pemahaman diri tentang permasalahan yang dihadapi,dan penyusunan rencana
pemecahan masalah yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Menurut Williamson (1961) dan Ljatipun (2005) tujuan umum pelaksanaan konseling
membantu klien mencapai perkembangan secara optimal dalam batas-batas potensi yang
dimiliki. Secara lebih rinci dinyatakan menjadi 3 tujuan utama oleh Krumboltz, yaitu:
 Mengarahkan perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat
 Membimbing klien belajar membuat keputusan
 Membimbing klien mencegah timbulnya masalah
Pelaksanaan konseling berupaya memberi tanggung jawab kepada klien dalam setiap
pemecahan masalah yang dihadapi,sesuai dengan kondisi yang dimiliki. Perbedaannya dengan
pemberian nasehat adalah dalam pemberian nasehat seseorang berupaya menyampaikan gagasan,
yang menurut pandangannya maupun pengalamannya baik atau telah berhasil diterapkan dalam
mengatasi suatu permasalahan. Pemberian nasehat hanya beriorentasi pada kondisi orang yang
memberi nasehat tanpa mempertimbangkan secara spesifik kondisi orang yang diberi nasehat.
Pemberian nasehat cenderung menghilangkan insiatif klien dalam mencari upaya sendiri untuk
memecahkan masalahnya. Pemberian nasehat yang terlalu sering bisa membuat klien tidak
bertanggung jawab dalam pemecahan maslah pribadinya. Setiap mempunyai masalah cenderung
mendatangi seseorang untuk meminta nasehat
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain,
baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka mau merubah perilaku ,dan
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan kesehatan. Hasil yang diharapkan
adalah pelaku dalam hidup sehat (Notoadmodjo,2003).
Perilaku yang diubah adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan menjadi
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan, misalnya minuman-minuman keras, merokok
pada ibu yang sedang hamil. Dalam melaksanakan Pendidikan kesehatan permasalahan sasaran
dilihat secara umum tidak mengacu pada masalah individual. Pelaksanaan pendidikan kesehatan
tidak terlalu menggunakan tehnik-tehnik komunikasi spesifik seperti halnya pada konseling.
Pendidikan kesehatan kurang menekankan aspek psikologis sasaran, sedangkan dalam
pelaksanaan konseling sangat menekankan aspek psikologis individu sasaran.
Konseling yang berbeda dengan komunikasi informasi edukasi adalah upaya untuk
menciptakan perubahan perilaku yang dilaksanakan secara individu atau kelompok dengan
menggunakan komunikasi efektif, untuk mengutarakan permasalahan, sesuai dengan kondisi
sasaran sampai sasaran merasakan permasalahanya. Selanjutnya, mengajarkan cara-cara tentang
mengatasi permasalahan dan membimbing dalam pelaksanaannya.
 Pendekatan pada Pelaksanaan Konseling
a. Pendekatan Direktif. Tokoh yang mengemukakan adalah Williamson. Sifat
pendekatannya berpusat pada konselor. Tujuan konseling adalah membantu klien untuk
mengganti tingkah lakunya yang tidak sesuai rasional dengan tingkah laku yang sesuai.
Proses pelaksanaan:Konselor mengumpulkan informasi /data tentang masalah klien,
kemudian menganalisis dan menginterpretasi. Hasil analisis dipelajari oleh konselor
bersama-sama klien, dan merumuskan rencana pemecahannya. Selanjutnya, klien
melaksanakan rencana yang telah disepakati, dan konselor mengevaluasi
b. Pendekatan non-direktif. Tokoh yang mengemukakan adalah Rogers. Sifat
pendekatannya berpusat pada klien. Tujuan konseling adalah memberi kesempatan
kepada klien secara bebas mengekspresikan dirinya dan merencanakan pemecahan
masalah yang dihadapi. Proses pelaksanaan konseling: Konselor mendengarkan dengan
seksama, kemudian mengadakan analisis permasalahan dan rencana pemecahan yang
disusun oleh klien. Setelah dipahami konselor mengadakan kesepakatan dengan klien
tentang rencana pemecahan masalah yang akan dilaksanakan. Setelah klien melaksanakan
pemecahan masalah yang disepakati, masalah tersebut dievaluasi bersama-sama konselor.
c. Pendekatan Eklektik. Tokoh yang mengemukakan adalah F.P.Robinson. Sifat
Pendekatannya memilih unsur-unsur yang baik dari pendekatan direktif dan non-direktif
sesuai dengan kondisi klien yang diberi layanan konseling. Konselor menyesuaikan jenis
pendekatan yang cocok bagi klien, dengan menggabungkan prinsip pendekatan direktif
dan prinsip pendekatan non-direktif. Tujuan konseling membantu klien memahami
permasalahan yang dihadapi, menyusun rencana tindakan pemecahan masalah yang
dihadapi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Proses pelaksanaan : Konselor
menggali akar permasalahan klien dengan bertanya atau mempersilahkan klien
menceritakan secara rinci. Konselor bersama klien memahami permasalahan dan
menyusun rencana tindakan untuk pemecahan masalah. Klien melaksanakan tindakan
pemecahan masalah kemudian mengevaluasi bersama-sama konselor.
 Masalah yang Memerlukan Konseling Ibu Hamil
Beberapa masalah ibu hamil yang membutuhkan konseling meliputi:
 Penerimaan/tanggapan ibu yang tidak positif terhadap kehamilannya
 Ketidakmampuan ibu berdaptasi terhadap perubahan Fisik akibat kehamilannya.
 Kemampuan yang kurang memadai dalam mengantisipasi tanda bahaya penyakit yang
menyertai kehamilan karena masalah sosial ekonomi/pengetahuan
 Dukungan keluarga yang tidak optimal
 Pemilihan tempat/penolong persalinan
 Persalinan Tindakan
Contoh :
a. Seorang ibu hamil berdasarkan hasil pemeriksaan USG hamil kembar, tetapi ibu tidak
menerima bahwa dirinya hamil kembar.
b. Seorang ibu hamil yang tidak bisa mengambil keputusan apakah harus bersalin ditolong
oleh bidan atau dukun, karena mertuanya menyarankan bersalin supaya ditolong oleh
dukun
c. Seorang ibu hamil yang mengalami anemia berat/pre-eklampsia, ibu memandang hal itu
sebagai “bawaan bayi” dan tidak membahayakan kehamilannya, sehingga tidak perlu
penanganan yang khusus.
d. Ibu hamil menolak kehamilannya karena hamil akibat kegagalan penggunaan alat
kontrasepsi
e. Ibu hamil ingin menggugurkan kehamilannya karena suaminya belum siap dengan
penghasilan untuk membiayai perawatan kehamilan dan persalinannya
Ibu hamil di luar nikah yang tidak direstui.
 Melaksanakan konseling :
 Menyampaikan salam pembukaan kepada ibu dan suami ( bila ibu didampingi suami)
dengan sopan dan ramah menggunakan kata-kata yang sesuai dengan kondisi
 Mempersilahkan ibu dan suami duduk dengan posisi berhadapan dengan bidan dikursi
yang telah dipersiapkan
 Bidan duduk dengan posisi bidan agak membungkuk, serta mem-pertahankan kontak
mata dengan ibu dan suaminya.
 Menciptakan suasana pribadi yang akrab dengan:
- Menanyakan identitas ibu dan suami lebih rinci beserta status sosialnya tanpa
menyinggung perasaan dan harga dirinya
- Memperkenalkan identitas pribadi bidan (bila diperlukan)
- Pembicaraan yang serius dan santai
 Menanyakan dengan pertanyaan terbuka / mempersilahkan ibu men-jelaskan segala
sesuatu yang dirasakan / dialami, yang berkaitan dengan permasalahan kehamilan yang
sedang dialami.
 Mendengarkan dengan saksama sambil memberikan respons positif sesuai dengan
kebutuhan baik secara verbal maupun non-verbal terhadap semua pernyataan ibu.
 Bila diperlukan meminta ibu mengulangi pernyataan yang kurang jelas.
 Menganalisis, menyimpulkan, dan meyatubahasakan, menjaga kerahasiaan dari
pernyataan yang disampaikan oleh ibu, sampai ibu betul-betul menghayati dan
merasakan permasalahan yang dihadapi.
 Menggali potensi yang dimiliki oleh ibu yang bisa dijadikan alternative jalan keluar
untuk pemecahan masalah.
 Menanggapi respons ibu dan memberi penjelasan berkaitan dengan potensinya dalam
mengatasi permasalahan
 Mengevaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman ibu terhadap penjelasan yang
diberikan.
 Memberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan / tanggapan yang berkaitan dengan
penjelasan yang diberikan
 Mendiskusikan, kemudian menyepakati alternatif tindakan yang dipilih untuk pemecahan
masalah
 Menjelaskan lebih rinci, dan memberi bimbingan strategi pelaksanaan tindakan yang
dipilih untuk pemecahan masalah
 Menyimpulkan hasil konseling yang telah dilaksanakan.
 Membuat kesepakatan waktu kunjungan ulang untuk mengevaluasi tindakan pemecahan
masalah yang telah digunakan
 Mengakhiri pembicaraan dengan mengucapkan salam.
 ASPEK SIKAP
Sikap yang harus dikembangkan oleh bidan dalam melaksanakan konseling:
a. Ramah, sopan, dan wajar.
b. Mudah menyesuaikan diri dan menerima orang lain
c. Bisa memahami dan merasakan perasan orang lain (empati)
d. Hangat, semangat, selalu ceria dan bergairah.
e. Sabar dan rendah hati
f. Serius, ikhlas, dan selalu berniat untuk membantu
g. Jujur, lembut, peka, dan bijaksana.
Aspek sikap yang diuraikan diatas perlu dikembangkan oleh bidan dalam melaksanakan
konseling sebab apabila bidan bisa menunjukkan sikap-sikap diatas sesuai dengan kondisi ibu
yang diberi konseling maka suasana akrab, saling percaya, yang tercermin sebagai suasana
rapport akan mudah tercipta dalam proses pelaksanaan konseling. Suasana rapport dalam proses
konseling sangat mendukung ibu hamil sebagai klien untuk memaparkan peermasalahan
kehamilan yang sedang dihadapi. Sebaliknya, bidan juga akan lebih mudah menjelaskan dan
meyepakati cara-cara yang bisa dilaksanakan untuk me-mecahkan permasalahn yang dihadapi
oleh ibu. Dengan demikian, proses konseling bisa berjalan dengan lancer.
H. Konseling Masa Kelahiran
Masalah persalinan masih menjadi keprihatinan karena tingginya angka kematian ibu (AKI)
di Indonesia dibandingkan dengan negara Asean yang lain. Selain itu persalinan yang sebenarnya
merupakan peristiwa fisiologis dapat menjadi patologis dan membahayakan ibu maupun bayi.
Konseling diperlukan ibu akan bersalin agar mampu mengatur diri dalam menghadapi
perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya dan merasa aman selama persalinan. Penelitian
bertujuan untuk menguji apakah bagaimana manfaat pemberian konseling terhadap mekanisme
koping ibu bersalin.
Saat persalinan ibu harus mampu menangani atau menanggulangi diri (melakukan coping)
agar selama persalinan tetap merasa aman. Sikap positif terhadap peristiwa persalinan membuat
kadar endorfin tinggi dan peningkatan endorfin menguntung-kan karena menurunkan sensitifitas
nyeri. Ibu yang tidak tahu tentang peristiwa yang sedang dan akan terjadi dapat takut, cemas, dan
akan makin takut kalau nyeri makin hebat. Simkin, Paskali-Bonaro dan Kroeger (2004)
menjelas-kan distokia dapat disebabkan emosi yang mendalam, biasanya akibat ketidaktahuan
kondisi yang dialami.
Ibu yang akan bersalin ada yang mendapat informasi dari keluarga, sahabat, atau orang dekat
lainnya sesuai dengan pemahaman mereka. Beberapa pendapat mengatakan bahwa bersalin itu
sakit, ada yang harus dijahit, kadangkadang sampai berteriak-teriak, dan lain-lain sesuai dengan
pengalaman mereka. Akibat ketidaktahuan menjadikan ibu maupun keluarga menjadi bingung,
cemas, takut, menghadapi persalinan makin merasa ngeri, dan ini dapat menimbulkan kelelahan,
kecemasan yang makin tinggi kalau tidak diselesaikan. Penelitian yang telah dilakukan Tumblin
& Simkin (2001) tentang persepsi ibu hamil tentang peran perawat ketika persalinan
menyimpulkan bahwa ibu mengharapkan agar perawat menyediakan waktu untuk memberi rasa
nyaman, dukungan emosional dan dukungan informasi.
Konseling atau pemberian informasi merupakan aspek terpenting dalam asuhan keperawatan.
Dari wawancara dengan ibu-ibu yang akan bersalin pada umumnya tidak tahu peristiwa yang
akan terjadi selama persalinan, lama persalinan yang akan dijalani dan upaya penanggulangan
diri (mekanisme koping=coping mechanism) pada saat proses persalinan. Oleh karena itu
diperlukan peningkatan pengetahuan melalui konseling karena konseling merupakan peristiwa
belajar yang akan mengubah perilaku.
 Konseling Persalinan
Konseling dan atau pemberian informasi tentang kesehatan klien merupakan bagian
penggabungan konsep asuhan pasien yang dirawat, bahkan merupakan aspek terpenting dalam
asuhan kebidanan. Konseling dilakukan oleh tenaga kesehatan atau tenaga sosial yang sudah
dilatih (WHO,1993). Tujuannya adalah : a. Memberi informasi tentang segala hal yang berkaitan
dengan keadaankesehatan klien, meliputi penyebab, gejala, pola penularan, pencegahan penyakit
dan lain–lain. b. Memberi dorongan psikologis dan sosial kepada klien dalam menghadapi
masalah fisik dan psikologis sehingga pasien dapat menghadapinya secara mandiri. c. Memberi
dorongan kepada klien agar menyesuaikan diri dengan keadaannya yang baru, antara lain dengan
mengadakan perubahan perilaku.
Pendidikan sebelum bersalin penting untuk meningkatkan pengalaman melahirkan ibu dan
pengurangan nyeri persalinan (Reuwer dkk., 2009). Menurut Sherwen dkk. (1991), respon ibu
yang disiapkan pengetahuannya akan berkonsentrasi, aktivitas motoriknya terarah sehingga
merasa mampu menanggulangi kontraksi. Ibu yang tidak siap dapat tegang, respon viseral dan
otot meningkat sehingga menjadi tidak mampu menanggulangi diri.
Persiapan melahirkan tidak berarti bebas dari nyeri atau rasa tak nyaman selama persalinan.
Ibu harus disiapkan terhadap perasaan tersebut secara realistis (McKinney, 2000). Penting bagi
ibu dan pasangannya memahami peristiwa yang terjadi pada persalinan dan cara menghindari
kehebohan tersebut. Fase laten adalah waktu yang baik sekali untuk mengajarkan ibu dan
pasangannya, dan untuk pelatih dalam membantu proses persalinan (Klossner & Hatfield, 2006).
Pada kala I fase laten ibu masih mampu memfokuskan secara jelas tentang penjelasan atau
panduan yang diarahkan konselor sehingga konseling masih bisa dilaksanakan pada saat ini.
I. Konseling Masa Nifas
Konseling yang diberikan kepada ibu nifas yaitu :
a. Memberikan penekanan materi konseling kepada ibu nifas mengenai pentingnya
pemenuhan nutrisi pada masa nifas untuk mencegah ketidaknyamanan fisik sehingga
konsentrasi ibu terhadap segala sesuatu yang di hadapi tidak terganggu.
b. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas dan menyusui, pemenuhan nutrisi yang
baik, serta mempraktekkan personal higiene yang baik.
c. Memberikan asuhan kebidanan nifas dan menyusui secara etis profesional.
J. Konseling Masa Menopause
Menopause adalah berhentinya menstruasi akibat dari hilangnya aktivitas folikel ovarium
karenapenurunan hormon estrogen dan progesteron dan terjadi setelah 12 bulan berturut-turut
tidak menstruasi. Penurunan kadar kedua hormon ini diikuti berbagai perubahan fisik dan psikis
(Proverawati, 2010).
Pada masa menopause timbul berbagai macam gejala meliputi; gejala vasomotor, fisik,
seksual maupun psikososial (Kasdu , 2002; Kemenkes, 2010). Sebanyak 80 % wanita
melaporkan keluhan yang tidak menyenangkan ketika menjelang menopause, seperti sakit
kepala, masalah seksual, takikardia, hot flushes dan insomnia, yang secara signifikan
mengurangi kualitas hidup mereka (Kemenkes, 2007). Gejala vasomotor dapat mengganggu
kualitas tidur, mengganggu aktivitas kerja dan liburan, serta memperburuk kecemasan dan
depresi (Huffman, 1999).
Beberapa wanita menganggap menopause merupakan hal yang menakutkan, kekhawatiran ini
berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat sehingga muncul rasa
cemas.Keterbatasan informasi tentang menopause membuat wanita semakin khawatir, takut dan
cemas ketika memasuki masa menopause (Priyanto, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap ibu menopause secara signifikan
meningkat setelah diberikan pendidikan kesehatan. Pengetahuan tentang masa menopause
berperan penting dalam meningkatkan kemampuan mengelola menopause (Kwak, 2014;
Elnaggar, 2013).
Oleh karena itu, pada periode menopause diperlukan informasi lebih lanjut tentang
kebutuhan fisik dan psikososial. Intervensi dengan menggunakan metode pembelajaran yang
cocok untuk meningkatkan kesadaran wanita menopause akan meningkatkan kualitas hidupnya
(Fraley, 2002; Rotem, 2005)
Konseling merupakan salah satu pendekatan integratif yang dapat membantu wanita
menopause memahami perubahan yang terjadi pada dirinya. Konselor dapat memberikan
dukungan, dorongan dan sumber informasi serta membantu merencanakan dan melaksanakan
pendekatan pribadi dalam proses paruh baya. Pendekatan ini dapat membantu memberdayakan
dan mengontrol dirinya (Mcknight, 2011).
Bidan sebagai tenaga kesehatan profesional memiliki tugas penting dalam konseling dan
pendidikan kesehatan untuk membantu memberdayakan wanita menopause sehingga dapat
melalui masa transisi ini dengan bahagia dan sejahtera serta tetap dapat berkarya dan dapat
mempersiapkan masa usia lanjut dengan sehat (Lubis, 2011: Yulifah, 2012).
Konseling dilakukan oleh orang yang berkompeten di bidangnya, yaitu konselor yang
profesional harus mengetahui dan memahami tentang keterampilan dasar konseling untuk
melaksanakan tugasnya, dengan keterampilan yang dimiliki diharapkan konselor dapat
mengefektifkan proses konseling ( Purwoastuti, 2015).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kebutuhan akan bimbingan dan konseling sangat dipengaruhi oleh faktor filosofis,
psikologis, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, demokratisasi dalam pendidikan,
serta perluasan program pendidikan. Latar belakang filosofis berkaitan dengan pandangan
tentang hakikat manusia. Salah satu aliran filsafat yang berpengaruh besar terhadap timbulnya
semangat memberikan bimbingan adalah filsafat Humanisme. Aliran filsafat ini berpandangan
bahwa manusia memiliki potensi untuk dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Aliran ini
mempunyai keyakinan bahwa masyarakat miskin dapat dikembangkan melalui bimbingan
pekerjaan sehingga pengangguran dapat dihapuskan.

Mereka berpandangan bahwa sekolah adalah tempat yang baik untuk memberikan bimbingan
pekerjaan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan. Dalam menjalani kehidupan, seseorang
senantiasa memiliki permasalahan kehidupan, baik pribadi maupun social. Berbagai
permasalahan yang di hadapi manusia, baik pada usia anak-anak, remaja, maupun dewasa
sangatlah kompleks. Permasalahan tersebut tidak cukup dibiarkan begitu saja, melainkan
membutuhkan pemecahan yang solutif dan bijak. Rumitnya permasalahan kehidupan di mana
biasanya menyangkut masalah psikis membutuhkan jawaban secara baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad Atabik. 2015. Koseling Perkawinan Menuju Keluarga “SAMARA”. Vol 6. No. 1.
Kudus. Jawa Tengah
2. Suci Nurfajriah. 2010. Pengaruh Konseling Menopause Ole Bidan Konselor Terhadap
Pengetahuan Tentang Menopause. Universitas Muhammadiyah. Tangerang
3. Sita Azhara. 2019. Konseling Terhadap Kecemasan Ibu Hamil Pra-Melahirkan Di Klinik
Kesehatan Perempuan Joint Nasional Committee Family Care Kota Metro, Lampung.
Universitas Islam Negeri Raden Intan. Lampung
4. Heni Puji Wahyuningsih. 2018. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
KEMENKES
5. Renatha Ernawati. 2018. Layanan Konseling Untuk Remaja dalam Membantu Kebiasaan
Bermain Game Serta Perilaku Seks Bebas. Vol 1 No 1. Universitas Kristen Indonesia

Anda mungkin juga menyukai