Disusun Oleh :
Finna Yulianah
Nita Nurcahya Kardini
Jl. Cut Mutia No.88A, Sepanjang Jaya, Kec. Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat 17113
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu kami panjatkan kepada Tuhan yang maha esa, karena atas karunianya
kami dapat mengerjakan tugas makalah ini dengan sehat serta tanpa hambatan apapun. Shalawat
berserta salam semoga seelalu tercurahkan kepada jujungan kami nabi besar Muhammad SAW.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu syarat tugas di mata kuliah Fisiologi
Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan BBL, dan dalam proses penyusunan makalah ini, kami kami
sangat berterimakasih atas bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam
kesempatan ini kami juga bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Ibu Linda K. Telaumbanua, SST., M.Keb selaku ketua dari STIKes Medistra Indonesia
2. Ibu Puri Kresnawati selaku Ketua Program Studi S1 Kebidanan
3. Ibu Tetty Rina A, M.Keb selaku Koordinator mata kuliah Fisiologi Kehamilan,
Persalinan, Nifas, dan BBL dan Dosen Pengembang RPS
4. Serta teman – teman semua yang kami tidak bisa sebutkan satu – persatu, Terimakasih
atas kerjasamanya dalam kelompok ini untuk menyusun tugas makalah mata kuliah
Fisiologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan BBL.
Semoga Tuhan yang Maha Esa akan memberikan balasan yang setimpal kepada
semuanya.
Kami berharap makalah yang telah kami susun ini bisa memberikan sumbangsih untuk
menambah pengetahuan para pembaca, dan akhir kata, dalam rangka perbaikan selanjutnya,
kami akan terbuka terhadap saran dan masukan dari semua pihak karena kami menyadari
makalah yang telah kami susun ini memiliki banyak sekali kekurangan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................7
A. Pengertian Konseling ..............................................................................................7
B. Konsep Konseling Sebagai Upaya Pendekatan Psikologis.....................................7
C. Manfaat Konseling..................................................................................................8
D. Konseling Untuk Remaja.........................................................................................11
E. Konseling Masa Perkawinan...................................................................................14
F. Konseling Masa Kehamilan.....................................................................................16
G. Konseling Asuhan Kehamilan.................................................................................18
H. Konseling Masa Kelahiran. .....................................................................................18
I. Konseling Masa Nifas.............................................................................................20
J. Konseling Masa Menopause....................................................................................20
BAB III PENUTUP...........................................................................................................24
A. Kesimpulan.............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konseling merupakan salah satu teknik bimbingan. Melalui metode ini upaya pemberian
bantuan diberikan secara individu dan langsung tatap muka (berkomunikasi) antara pembimbing
(konselor) dengan klien. Dengan perkataan lain pemberian bantuan yang dilakukan melalui
hubungan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata), yang dilaksanakan
dengan wawancara antara pembimbing (konselor) dengan klien. Masalah-masalah yang
dipecahkan melalui teknik konseling, adalah masalah-masalah yang bersifat pribadi
(Tohirin,2007:296).
Dalam definisi yang lebih luas, Rogers mengartikan konseling sebagai hubungan membantu
di mana salah satu pihak (konselor) bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental
pihak lain (klien), agar dapat menghadapi persoalan / konflik yang dihadapi dengan lebih baik
(Namora, 2011 : 2).
Konseling agama (religion konseling) merupakan sebuah langkah nyata yang di lakukan
untuk membantu klien yang mengalami permasalahan seputar keagamaannya. Tetapi, bukan
beratri konseling agama berupaya menarik klien untuk mengikuti suatu ajaran agama tertentu.
Konseling agama lebih kepada memberikan nasehat, masukan, pandangan yang di kaitkan
dengan keyakinan agama klien. Menyampaikan kewajiban ataupun larangan dalam beragama
pada klien yang memiliki masalah tertentu haruslah menggunakan pendekatan konseling
(Namora,2011:18).
Kebutuhan akan bimbingan dan konseling sangat dipengaruhi oleh faktor filosofis,
psikologis, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, demokratisasi dalam pendidikan,
serta perluasan program pendidikan. Latar belakang filosofis berkaitan dengan pandangan
tentang hakikat manusia. Salah satu aliran filsafat yang berpengaruh besar terhadap timbulnya
semangat memberikan bimbingan adalah filsafat Humanisme. Aliran filsafat ini berpandangan
bahwa manusia memiliki potensi untuk dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Aliran ini
mempunyai keyakinan bahwa masyarakat miskin dapat dikembangkan melalui bimbingan
pekerjaan sehingga pengangguran dapat dihapuskan. Mereka berpandangan bahwa sekolah
adalah tempat yang baik untuk memberikan bimbingan pekerjaan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan. Dalam menjalani kehidupan, seseorang senantiasa memiliki permasalahan
kehidupan, baik pribadi maupun social. Berbagai permasalahan yang di hadapi manusia, baik
pada usia anak-anak, remaja, maupun dewasa sangatlah kompleks. Permasalahan tersebut tidak
cukup dibiarkan begitu saja, melainkan membutuhkan pemecahan yang solutif dan bijak.
Rumitnya permasalahan kehidupan di mana biasanya menyangkut masalah psikis membutuhkan
jawaban secara baik. Di sini diperlukan nasihat yang baik dan benar dalam menghadapi anak
bimbing agar mereka kembali menemukan religious insight, sehingga anak bimbing dapat
kembali termotivasi dalam menjalani kehidupan ini (Munir,2010:161).
Problematika yang timbul dikalangan remaja yang bisa di kategorikan sebagai permasalahan
serius antara lain adalah masalah kenakalan remaja, 3 mengingat remaja adalah suatu kelompok
usia yang di harapkan menjadi penerus generasi di masa yang akan dating. Problem remaja
terdapat hampir dalam semua masyarakat di berbagai kota dimanapun di dunia. Karena hal ini
merupakan salah satu gejala dari perkembangan masyarakat itu sendiri sebagai suatu totalitas
kehidupan (Munir,2010:366) Upaya menangkal dan mencegah prilaku-prilaku yang tidak di
harapkan seperti di sebutkan, adalah mengembangkan potensi diri dan memfasilitasi mereka
secara sistematik dan terprogram untuk mencapai kopetensi kemandirian maka narapidana
tersebut diberikan bimbingan konseling agar terarah jalan hidupnya dan tidak terjadi hal-hal yang
merugikan pada diri sendiri dengan melalui bimbingan (Tabrani, 2008:29).
Masa remaja merupakan masa yang banyak mengalami perubahan baik jasmani, rohani,
pikiran, maka pada masa ini para remaja banyak mengalami gejolak emosi remaja dan masalah
remaja pada umumnya di sebabkan adanya konflik peran sosial. Di satu pihak ia sudah ingin
mandiri sebagai orang dewasa, di lain pihak ia masih harus terus mengikuti kemauan orang tua.
Gejolak emosi tersebut menyebabkan kondisi psikisnya belum stabil dengan adanya kondisi
yang belum stabil ini pula yang menyebabkan para remaja sangat mudah terpengaruh oleh
lingkungan sekitarnya (Willis; 1981:19).
Dengan munculnya keinginan untuk berkumpul dan bersosialisasi dengan teman sebaya
pada remaja yang kemudian memunculkan gang-gang diantara mereka menimbulkan berbagai
dampak negatif, seperti fanatisme gang, yang dapat menimbulkan perkelahian antar gang
lainnya. Fenomena ini dapat juga 5 dapat memunculkan bentuk-bentuk prilaku negatif lainnya
yang di sepakati untuk di lakukan oleh kelompok. Adapun faktor yang menyebabkan remaja
melakukan hal tersebut di karenakan ajakan teman atau lingkungan masyarakat seperti : Faktor
keluarga (broken home), faktor ekonomi dan teman sekolah. Maka sudah selayaknya untuk
mencapai tujuan ideal remaja sebagai penerus bangsa yang akan mengisi posisi- posisi terpenting
di masyarakat, maka perlu diberikan suatu mekanisme kontrol bagi remaja. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan arahan dan pedoman bagi remaja untuk dapat berperilaku yang positif di
dalam masyarakat. Untuk mencapai berbagai aspek tersebut, maka diperlukan seperangkat aturan
yang dinamakan religi dan moral. Dari sisi lain tiadanya religi dan moral, merupakan faktor
penyebab meningkatnya kenakalan remaja. Religi yaitu kepercayaan terhadap kekuasaan suatu
dzat yang mengatur alam semesta ini adalah sebagai dari moral, sebab dalam moral diatur segala
perbuatan yang dinilai baik dan perlu di lakukan, serta perbuatan yang dinilai tidak baik sehingga
perlu dihindari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konseling
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua orang
dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang
dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri
sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan
dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun
masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan
menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).
konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih
dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun
kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami
dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan
yang bermakna bagi dirinya.
B. Konsep Konseling Sebagai Upaya Pendekatan Psikologis
Pada hakekatnya hubungan dalam konseling itu bersifat membantu (helping
relationship). Hubungan membantu itu berbeda dengan memberi (giving) atau mengambil alih
pekerjaan orang lain. Membantu tetap memberi kepercayaan kepada klien untuk
bertanggungjawab dan menyelesaikan segala masalah yang dihadapinya. Hubungan
konseling tidak bermaksud mengalihkan pekerjaan klien kepada konselor, tetapi memotivasi
klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri mengatasi masalahnya.
Hubungan konseling mempunyai kualitas tersendiri yang mungkin tidak terdapat dalam
hubungan lain. Menurut Surya (2003:38) ada beberapa kualitas hubungan konseling yang tidak
dapat dijumpai dalam hubungan lain, yaitu:
1. Ketulusan konselor dalam melakukan hubungan membantu ditandai dengan sikap ramah,
hangat, bersahabat, dsb, dapat menggugah klien untuk lebih meyakini dirinya.
2. Pemahaman yang diberikan konselor terhadap klien dengan segala latar belakang dan
masalah-masalahnya dapat membuat klien merasa diterima.
3. Ketulusan orang,akan diperoleh dan berkembang melalui interaksi dengan konselor yang
tulus.
4. Resiko yang timbul dari hubungan dengan konselor, dengan sendirinya tidak
menimbulkan akibat yang bersifat merusak, akan tetapi dapat menunjang
perkembangan.
5. Respon-respon baru, akan diperoleh melalui serangkaian interaksi dalam hubungan yang
bersifat membantu. Dalam konseling, klien belajar bagaimana membuat respon yang
baru dan efektif dalam berinteraksi dengan lingkungan.
C. Manfaat Konseling
a. Tempat mengungkapkan emosi
Masalah yang di hadapi tentu menimbulkan berbagai macam emosi. Emosi negatif yang
tidak tersalurkan dengan baik lama-kelamaan akan menumpuk, menyebabkan masalah baru, dan
bahkan memicu timbulnya masalah psikologis lain. Konseling adalah tempat untuk
mengungkapkan emosi dengan cara yang sehat. Bisa mengeluarkan semua kesedihan, rasa takut,
dan amarah yang di rasakan tanpa perlu waswas merasa terhakimi. Mengungkapkan emosi juga
membuat merasa lebih lega, sebab akhirnya dapat melepaskan beban yang selama ini menumpuk
di dada. Selain itu, juga bisa memahami dari mana asalnya emosi tersebut dan cara
menghadapinya.
b. Membuka sudut pandang baru
Masalah yang muncul bertubi-tubi terkadang membuat pikiran terasa buntu. Inilah yang
membuat banyak orang memilih curhat kepada orang lain. Mereka sebetulnya berusaha mencari
sudut pandang baru karena mereka kesulitan menemukan solusi. Konseling bisa memberikan
sudut pandang lain, bahkan yang belum pernah di pikirkan sebelumnya. Saat konseling,
mendapat manfaat dari mengobrol dengan terapis.
c. Menggali masalah sekaligus solusinya
Setelah memahami dari mana sumber masalahnya, sekarang saatnya mencari cara
mengatasinya. Mencari solusi untuk masalah sendiri tentu tidak mudah. Oleh sebab itu, terapis
akan bekerja sama dengan nya melalui sesi konseling. Konseling membantu mencari solusi tanpa
diliputi rasa cemas atau sedih yang meluap-luap, bahkan sekalipun masalahnya belum tuntas.
Emosi negatif ini memang belum hilang, tapi terapis membantu mengelolanya melalui terapi.
Begitu emosi negatif tersebut sudah terkendali, kini dapat mencari solusi dengan pikiran yang
lebih jernih. Menuntaskan masalah tentu perlu waktu, tapi setidaknya kini tahu apa saja langkah
yang harus dilakukan.
d. Menjaga kesehatan fisik
Manfaat konseling juga berpengaruh pada kesehatan fisik. Mereka yang mengalami stres dan
rasa cemas berlebih sering kali juga mengalami susah tidur, penurunan berat badan, susah
konsentrasi, maupun keluhan lain yang tanpa sadar berasal dari pikiran. Konseling memang
fokus pada kesehatan jiwa, tapi metode ini turut membantu menjadi lebih sehat dan bahagia.
Konseling juga membuat anda merasa terhubung dengan orang lain sehingga tidak merasa
kesepian.
e. Membantu menjalani kehidupan sehari-hari
Konseling memang tidak mengatasi masalah semudah membalik telapak tangan. Namun,
metode ini membantu melepaskan beban yang menumpuk dan memberi ruang untuk berbicara
kepada orang lain ketika hidup terasa begitu sulit. Melalui konseling, bisa dapat bertemu tenaga
mental profesional yang mendengarkan semua keluh-kesah dan juga bisa mengendalikan emosi
negatif yang mengganggu dan fokus mencari solusi demi hidup yang lebih baik.
D. Konseling Untuk Remaja
Masa remaja adalah masa yang paling Indah. Remaja harus diselamatkan dari masa
globalisasi. Karena globalisasi ini ibaratnya kebebasan, sehingga banyak kebudayaan asing yang
masuk, sementara budaya tersebut tidak cocok dengan budaya Indonesia. Generasi muda adalah
tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu meneruskan kepemimpinan
bangsa ini agar lebih baik. Dalam mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada
kesiapan masyarakat yakni dengan keberadaan budayanya. Teknologi menjadi terasa begitu
dekat dengan manusia terutama remaja karena memudahkan manusia dalam melakukan sesuatu.
Namun sering kali teknologi disalahgunakan untuk membuka situs-situs yang tidak seharusnya
dibuka oleh remaja, sehingga seringkali rasa penasaran remaja mengakibatkan seks di luar nikah.
Melalui layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya mengatasi masalah konseli maka
konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang
melatarbelakangi perilaku konseli. Selain itu, seorang konselor juga harus dapat mengidentifikasi
aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikan sebagai modal untuk konselor sedapat mungkin
mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi bawaan
konseli.
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita melihat bermacam-macam jenis gadget yang
hampir digunakan semua kaum remaja. Gadget sangat berperan penting bagi kehidupan manusia
guna untuk berkomunikasi, memperbanyak relasi, menambah wawasan dan pengetahuan,
pendidikan, dan bisnis. Namun disisi lain, terjadi hal yang berlawanan disebabkan oleh faktor
keteledoran pemakaiannya atau kekurang tepatan dalam memanfaatkan fungsi yang sebenarnya.
Remaja pada zaman modern tentunya tidak ingin di judge sebagai orang “gaptek” (gagap
teknologi), yang terlihat biasanya remaja kini membawa gadget kemanapun mereka pergi.
Bahkan murid murid terlambat masuk sekolah gara-gara main game online, menghilangkan
stress, galau, kebosanan dengan gadget.
Gadget masuk dikalangan remaja dengan perlahan dan tidak disadari oleh remaja yang
menjadi korban perkembangan gadget, parahnya lagi tidak ada batasan umur untuk pengguna
gadget, mulai dari anak kecil sampai orang tua bisa kita lihat memiliki handphone, karena akses
informasi yang mudah tanpa filter akibatnya anakanak dibawah umurpun mampu mengakses
informasi yang seharusnya belum boleh diakses seperti pornografi, yang akan berdampak pada
perilaku seks bebas.
Proses Konseling
Sebelum konseling dilakukan, konselor terlebih dahulu menggali informasi tentang konseli,
melalui studi dokumenter, wawancara dengan guru, Pembina OSIS, dan teman-teman dekatnya.
Konseli menghadap konselor berdasarkan panggilan, terkait dengan pemberitaan dirinya di
Koran. Pada awalnya konseli belum berani membuka diri dan tampak tegang. Dengan
menggunakan teknik attending, dan empati, konselor berusaha menumbuhkan kepercayaan pada
konseli untuk bersikap tenang dan mau membuka diri sedikit demi sedikit akhirnya tumbuh
keberanian untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan dipikirkannya terkait dengan kasus
pemberitaan di Koran. Pada kesempatan ini, konselor juga menyampaikan informasi bahwa
kasus yang menimpa dirinya sudah menjadi wacana di kalangan guru dan teman-temannya di
sekolah.
Dengan menggunakan teknik pertanyaan terbuka, selanjutnya, konseli pun bercerita panjang
lebar, bahkan sangat pribadi, mulai dari awal pertemuan dengan pria yang telah menodainya
hingga berujung pada pengaduan pria tersebut kepada pihak yang berwajib oleh orang tuanya.
Hubungan dengan pria ini sebetulnya diketahui oleh pihak orang tua, dan terkesan orang tua
cenderung bersikap permisif, dengan pernah mengijinkan sang pacar untuk menginap di
rumahnya.
Melalui penerapan teknik refleksi, konseli juga mengungkapkan berbagai perasaan yang
membebaninya, baik di hadapan teman, guru, keluarga maupun di masyarakat, akibat dari
mencuatnya kasus ini. Konseli sangat menyesali perbuatan yang telah dilakukannya dan ingin
tetap melanjutkan sekolahnya. “Saya benar-benar merasa dibodohi dan tertipu oleh laki-laki
kurang ajar itu”. Demikian, sepenggal kalimat yang sempat meluncur dari bibirnya sambil
berderai air mata. Konselor memberi dorongan supaya konseli tetap semangat sekolah dan
memberikan keyakinan pada konseli bahwa masih ada kesempatan kedua untuk berubah dan
menjadi lebih baik lagi.
Tujuan Konseling
Membantu mengatasi masalah konseli yang terancam kelanjutan pendidikannya karena
terpublikasinya perilaku seks bebas di media massa.
E. Konseling Masa Perkawinan
Salah satu tujuan menikah ialah untuk membentengi diri dari segala hal-hal yang negatif dan
mengundang dosa. Jangan pernah berfikir jika zina ialah hanya berhubungan badan dengan
lawan jenis yang bukan muhrim. Namun saling bersentuhan, berpandangan, bahkan memenuhi
hati dan fikiran dengan lawan jenis merupakan salah satu dari bentuk zina kecil. Untuk
menghindari hal-hal tersebut, maka Rasulullah menganjurkan kepada semua umatnya untuk
segera menikah. Dengan adanya ikatan pernikahan maka semua yang dilarang akan menjadi
halal. Bukan hanya halal namun bernilai ibadah jika kita selalu berdekatan dan harmonis.
Menikah tidak terlalu sulit, tetapi membangun keluarga bahagia dan harmonis bukan sesuatu
yang mudah.Pekerjaan membangun, pertama harus didahului dengan adanya gambar yang
merupakan konsep dari bangunan yang diinginkan. Gambar bangunan (maket) bias didiskusikan
dan diubah sesuai dengan konseper pikiran yang akan dituangkan dalam wujud banguan itu.
Demikian juga membangun keluarga bahagia dan harmonis, terlebih dahulu orang harus
memiliki konsep tentang keluarga bahagia (Mubarok, 2009: 205). Terkadang, untuk menuju
keluarga bahagia atau dalam bahasa agama sering disebut dengan Istilah keluarga sakinah
mawaddah warahmah (SAMARA) membutuhkan suatu konseling perkawinan. Konseling ini
dibutuhkan bagi mereka yang mempunyai problem diseputar perkawinan dan kehidupan
berkeluarga, mulai dari memilih jodoh, ekonomi keluarga yang kurang mencukupi, perbedaan
watak, ketidak puasan dalam hubungan seksual, kesalah fahaman antara suami dan istri dan lain
sebagainya.
Konseling perkawinan memiliki peran dan fungsi terapan, sekaligus memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan mediatif, dan sikap ilmiah kepada individu yang baru membutuhkan
bantuan dan bimbingan. Pada dasarnya Konseling Keluarga adalah upaya yang memberikan
dasar-dasar teoritik, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling beserta
aplikasi dan pengembangannya dalam perkawinan dan keluarga untuk membentuk keluarga
sakinah mawaddah wa rahmah.
a. Pengertian Konseling
Mubarok (2009) menjelaskan bahwa konseling merupakan usaha membantu orang yang
sedangan mengalami gangguan kejiwaan agar mereka bias memutuskan sendiri apa yang terbaik
bagi mereka. Yang membantu disebut konselor yang dibantu disebut klien. Seorang konselor
bukan subjek, karena konselor harnya membantu, subjeknya adalah klien itu sendiri dan
objeknya adalah masalah yang dihadapi.
Yang dapat dilakukan oleh seorang konselor antara lain membantu klien untuk :
Tujuan konseling perkawinan adalah agar klien dapat menjalani kehidupan berumah tangga
secara benar, bahagia dan mampu mengatasi problem-problem yang timbul dalam kehidupan
perkawinan. Oleh karena itu, maka konseling perkawinan pada prinsipnya berisi dorongan untuk
menghayati atau menghayati kem¬bali prinsip-prinsip dasar, hikmah, tujuan dan tuntunan hidup
berumah tangga menurut ajaran Islam. Konseling diberikan agar suami/istri menyadari kembali
posisi masing- masing dalam keluarga dan mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang
terbaik bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarganya.
Jika memperhatikan kasus perkasus maka konseling perkawinan diberikan dengan tujuan :
Kebutuhan akan bimbingan dan konseling sangat dipengaruhi oleh faktor filosofis,
psikologis, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, demokratisasi dalam pendidikan,
serta perluasan program pendidikan. Latar belakang filosofis berkaitan dengan pandangan
tentang hakikat manusia. Salah satu aliran filsafat yang berpengaruh besar terhadap timbulnya
semangat memberikan bimbingan adalah filsafat Humanisme. Aliran filsafat ini berpandangan
bahwa manusia memiliki potensi untuk dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Aliran ini
mempunyai keyakinan bahwa masyarakat miskin dapat dikembangkan melalui bimbingan
pekerjaan sehingga pengangguran dapat dihapuskan.
Mereka berpandangan bahwa sekolah adalah tempat yang baik untuk memberikan bimbingan
pekerjaan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan. Dalam menjalani kehidupan, seseorang
senantiasa memiliki permasalahan kehidupan, baik pribadi maupun social. Berbagai
permasalahan yang di hadapi manusia, baik pada usia anak-anak, remaja, maupun dewasa
sangatlah kompleks. Permasalahan tersebut tidak cukup dibiarkan begitu saja, melainkan
membutuhkan pemecahan yang solutif dan bijak. Rumitnya permasalahan kehidupan di mana
biasanya menyangkut masalah psikis membutuhkan jawaban secara baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmad Atabik. 2015. Koseling Perkawinan Menuju Keluarga “SAMARA”. Vol 6. No. 1.
Kudus. Jawa Tengah
2. Suci Nurfajriah. 2010. Pengaruh Konseling Menopause Ole Bidan Konselor Terhadap
Pengetahuan Tentang Menopause. Universitas Muhammadiyah. Tangerang
3. Sita Azhara. 2019. Konseling Terhadap Kecemasan Ibu Hamil Pra-Melahirkan Di Klinik
Kesehatan Perempuan Joint Nasional Committee Family Care Kota Metro, Lampung.
Universitas Islam Negeri Raden Intan. Lampung
4. Heni Puji Wahyuningsih. 2018. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
KEMENKES
5. Renatha Ernawati. 2018. Layanan Konseling Untuk Remaja dalam Membantu Kebiasaan
Bermain Game Serta Perilaku Seks Bebas. Vol 1 No 1. Universitas Kristen Indonesia