Oleh :
Kelompok 3
Prodi PAK
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Peran Guru Pendidikan
Agama Kristen sebagai Konselor terhadap Perilaku Remaja” tepat pada
waktunya. makalah ini dibuat untuk melengkapi atau memenuhi persyaratan dalam
mata kuliah Bimbingan Konseling di sekolah.
Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka dengan segala kerendahan hati saya sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kehidupan remaja Kristen dan para guru
Pendidikan Agama Kristen.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................5
1.4 Manfaat...........................................................................................................6
1.5 Metode............................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................7
2.1 LANDASAN TEORI.....................................................................................7
2.1.1 Remaja............................................................................................................7
2.1.2 Guru................................................................................................................8
2.2 ISI...................................................................................................................9
2.2.1 Masalah-Masalah Remaja Di Sekolah............................................................9
2.2.2 Peran Guru Pendidikan Agama Kristen Sebagai Konselor..........................11
BAB III PENUTUP...................................................................................................15
3.1 Kesimpulan...................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16
BAB 1
PENDAHULUAN
Kehadiran Guru agama sebagai figur sentral dalam pertumbuhan iman remaja
karena guru agama adalah sosok yang sangat diperlukan untuk memacu perilaku baik
remaja. Betapapun baiknya yang dirancang, namun pada akhirnya perilaku para siswa
juga tergantung dari peran guru agama. Oleh karena itu, Peran Guru Pendidikan
Agama Kristen sebagai Konselor sangatlah diperlukan untuk mengarahkan,
membimbing, dan mendampingi siswa dalam menghadapi masalah-masalah tersebut
di sekolah.
1.3 Tujuan
1.5 Metode
Kajian dari berbagai referensi yang relevan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja
sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan
anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh
Calon (dalam Monks, dkk 1990) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas
sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan
tidak lagi memiliki status anak.
Erikson (dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa
kritis identitas atau masalah identitas – ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja
berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat,
serta usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru para remaja harus
memperjuangkan kembali dan seseorang akan siap menempatkan idola dan ideal
seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir.
2.1.2 Guru
Boehlke (2000:698) mengatakan : ”Guru Pendidikan Agama Kristen Adalah
seorang pengajar, pengalaman belajar yang siap memanfaatkan berbagai sumber
buku, peralatan, peryataan, objek dan sebagainya guna menolong orang lain
bertumbuh dalam pengetahuan iman Kristen dan pengalaman percaya secara pribadi”.
Dari pengertian di atas maka ada alasan bahwa Guru Pendidikan Agama
Kristen merupakan seorang pengajar yang mempunyai pengalaman dalam
menyampaikan materi pelajaran yang dibuat dari berbagai sumber buku sebagai
bahan untuk pelajaran bagi anak didik yang dapat memberi pengetahuan Iman
Kristen sehingga mereka mempuyai Iman dan kepercayaan akan Kasih Allah dan
Guru Pendidikan Agama Kristen juga selalu siap menolong setiap orang dengan
memberikan kasih karunia dari Allah yang berkelanjutan.
2.2 ISI
Perilaku tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan
mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara
cermat akibatnya. Perilaku menyontek, membolos, dan melanggar peraturan sekolah
merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menengah.
Guru tidak hanya bertugas untuk menyampaikan ilmu kepada siswa, tetapi
juga mempunyai peran lainnya, yaitu menjadi orang tua kedua bagi siswa dan
berperan sebagai konselor. Peran guru sebagai konselor sesungguhnya bukan hanya
tugas guru Bimbingan Konseling (BK), tetapi juga tugas setiap guru wali kelas,
termasuk guru Pendidikan Agama Kristen. Guru sebagai konselor akan menolong
setiap murid yang sedang bermasalah dan jika memungkinkan dapat memberikan
solusi sehingga mereka dapat keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi.
Guru Agama Kristen harus mengajari remaja, yang Pertama, ajarlah untuk
mempercayai Alkitab (Yohanes 8:31-32). Allah tidak pernah berbohong karena
firman Tuhan tetap teguh untuk selama-lamanya (Mazmur 119:89). Mereka dapat
mempercayai firman Tuhan karena firman Tuhan tidak pernah berubah. Kedua,
ajarlah mereka tentang baptisan air (Roma 6:4-6). Tuntutan Allah kepada setiap orang
Kristen baru adalah baptisan air. Ketiga, ajarlah mereka untuk melayani Tuhan
(Efesus 2:8-10). Sebagai orang tua, adalah hal yang menggetarkan ketika melihat
anak remajanya bersukacita melayani Kristus. Keempat, ajarlah mereka tentang kuasa
doa. Kristus pun menjadi teladan bagi semua orang bahwa di dalam doa ada kuasa
yang berasal dari Allah.
Rasul Paulus membandingkan sifat orang duniawi dan rohani dalam surat
Galatia pasal 5, yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala,
sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percederaan,
roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora. Daftar tersebut tidak berbeda jauh
dari sifat-sifat yang dibahas dalam surat Roma pasal satu. Dalam pasal itu, Paulus
memperkenalkan sebuah hukum sebab akibat, yaitu bahwa penindasan kebenaran
dapat merusak relasi seseorang dengan orang lain (Roma 1:18-21, 32).
Sebagai kontras, surat Galatia 5:22-23 mengutarakan sifat-sifat yang dapat
diharapkan kalau seseorang diinjili dan dibina untuk hidup beriman. Sifat-sifat itu
merupakan hasil atau buah dari karya Roh Kudus dalam batinnya. Daftar ini terdiri
dari sifat-sifat terpuji, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri.
Seorang Siswi di suatu SMP Negeri memiliki permasalahan dengan sikap yang acuh tak
acuh terhadap gurunya tetapi terkesan mencari perhatian kepada gurunya. banyak hal yang
dilakukan siswi tersebut untuk mencari perhatian seperti menelepon gurunya dan
mengatakan akan bunuh diri dengan meminum obat obatan dan berdiri di Rel kereta api dan
sempat berbohong bahwa ibunya diruah sakit karena serangan jantung. Setelah dilakukan
konseling diduga siswi tersebut memiliki disfungsi family atau bisa dibilang anak broken
home, sebagai guru PAK bagaimana sikap kita menanggapi anak tersebut ?
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran