Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Pendidikan Agama Kristen di Keluarga, Sekolah dan Gereja

Pengantar Pendidikan Agama Kristen

Dibuat oleh :
Hellmut Sharon Tegar Waruwu

Dosen pengampuh :
Roce Marsaulina, M.Pd.

STTM
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI MORIAH
Tanggerang, Banten
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Pendidikan Agama Kristen yang penulis beri judul: “Pendidikan Agama Kristen di Keluarga,
Sekolah dan Gereja”. Itu semua bukan karena kehebatan dan kelebihan penulis melainkan
hanya kasih karunia Tuhan saja.

Makalah ini disusun dengan mengacu pada beberapa sumber bacaan. Tulisan ini
sebagian besar adalah kutipan-kutipan dan bacaan dari beberapa sumber yang tercantum
dalam catatan kaki dan daftar pustaka, yang telah penulis sederhanakan menggunakan bahasa
sehari-hari agar dapat lebih mudah dipahami oleh semua kalangan masyarakat.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan mungkin
beberapa bahasa yang penulis gunakan kurang membuahkan pemahaman yang akurat dan
sesuai dengan keaslian dari pandangan para ahli. Namun, harapan penulis semoga karya yang
sederhana ini ada setitik manfaatnya, terutama untuk penulis pribadi dan teman-teman yang
telah membaca makalah ini.

Tanggerang, 30 November 2021

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

II.I. Latar Belakang..............................................................................................1

II.II. Rumusan Masalah.........................................................................................2

II.III. Tujuan Penelitian..........................................................................................2

BAB II............................................................................................................................3

II.I. Pendidikan Agama Kristen di Keluarga.......................................................3

II.I.I. Peran Keluarga dalam Pendidikan Agama Kristen....................................3

II.I.II. Nilai-nilai Pendidikan Agama Kristen......................................................5

II.II. Pendidikan Agama Kristen di Sekolah.........................................................6

II.II.I. Posisi Guru................................................................................................6

II.II.II. Pengajaran Pendidikan Agama Kristen di Sekolah.................................7

II.III. Pengajaran Pendidikan Agama Kristen di Gereja.........................................8

II.III.I. Tugas dan Fungsi Gereja.........................................................................9

II.IV. Mengoptimalkan Pengajaran Pendidikan Agama Kristen..........................10

II.IV.I. Mengikuti Teladan dari Tuhan Yesus Kristus.......................................11

II.IV.II. Menjadi teman setia sang anak yang terus mengingatkan mereka......11

BAB III.........................................................................................................................13

III.I. Kesimpulan.................................................................................................13

III.II. Saran...........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

II.I. Latar Belakang

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan


sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Proses mengetahui, terampil, dan terbiasa terjadi sejak
awal perkembangan manusia mulai dari lahir sampai dewasa. Oleh karena itu hubungan
antara pendidikan dan kehidupan manusia terjadi sepanjang hayat.

Tidak lupa juga penulis tekankan bahwa pengetahuan itu memiliki dua sisi, yaitu sisi
baik dan sisi buruk. Hal ini dapat kita temukan dalam hal praktik sehari-hari, dengan
menggunakan pengetahuan yang buruk, hal ini dapat menyebabkan penyimpangan moral.
Dengan adanya kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan pengetahuan, hal ini akan
menciptakan pribadi yang unggul baik dari segi pengetahuan dan spiritual. Mengutip
perkataan dari Lawrence Cremin dalam (Christian Religion Education, 2010), ia
mendefinisikan pendidikan sebagai “usaha sengaja, sistematis, dan terus-menerus untuk
menyampaikan, menimbulkan, atau memperoleh pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai,
keahlian-keahlian, atau kepekaan-kepekaan, juga setiap akibat dari usaha itu”. Dengan
demikian dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan manusia
secara sengaja, sistematis, dan dilakukan secara terus menerus dengan tujuan untuk
membentuk pengetahuan, sikap, karakter, keahlian, moral, simpati dan empati yang baik dan
benar. Hal ini bertujuan untuk menciptakan manusia yang mandiri dan produktif.

Berbicara mengenai pendidikan memang selalu terkesan bahagia, namun masih


terdapat banyak sekali orang-orang yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak, oleh
sebab itu peran pendidikan di dalam keluarga, sekolah, dan gereja harus dilaksanakan dengan
baik dan menghindari pengajaran yang salah yang dapat menjerumuskan anak-anak ke dalam
perbuatan-perbuatan yang bersifat negatif. Dengan demikian penulis ingin menyusun
pengajaran yang bagi penulis dipercaya dapat mengurangi terjadinya kemungkinan
pengajaran yang salah. Secara sistematis penulis ingin memberikan kepada para pembaca
pemahaman yang baik dan referensi dalam melakukan pendidikan agama Kristen baik di
dalam keluarga, sekolah dan gereja.

II.II. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Pendidikan Agama Kristen yang baik dan benar baik di dalam keluarga,
sekolah, dan gereja?
2. Bagaimana cara mengoptimalkan pengajaran Pendidikan Agama Kristen agar tidak
terjadi pengajaran yang salah?

II.III. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk melihat bagaimana sebenarnya Pendidikan Agama Kristen yang baik dan
benar.
2. Untuk membantu para pembaca, pengajar, dan orangtua dalam menerapkan dan
mengoptimalkan Pendidikan Agama Kristen di dalam keluarga, sekolah, dan gereja.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.I. Pendidikan Agama Kristen di Keluarga

PAK di tengah keluarga berhasil bukan hanya saja lewat pengajaran formal,
melainkan keteladanan orang tua. Keteladanan adalah merupakan pendidikan iman yang
paling efektif sepanjang masa. Pengajaran PAK formal di gereja dan di sekolah menjadi
gagal karena tidak dilandasi dengan keteladanan. Yesus berhasil dalam pengajarannya karena
ia sangat menekankan keteladanan bagi murid-murid-Nya. Yesus berkata kepada murid-
murid-Nya, “Ikutlah teladan-Ku”. PAK dalam keluarga haruslah berbasiskan kepada
keteladanan dari orang tua kepada anak-anaknya sehingga keluarga hidup dalam
keharmonisan.1

Orangtua berperan penting dalam pendidikan sang anak, orangtua yang menjadi
teladan bagi anak-anak dalam segala hal. Pendidikan terbaik yang didapatkan oleh sang anak
adalah pendidikan yang didasari pada persekutuan hidup yang baik antara kedua orangtua.
Keterlibatan orangtua dalam kehidupan anak sangat mempengaruhi perkembangan sang anak.
Keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk bertumbuh dan berkembang.

II.IV. Peran Keluarga dalam Pendidikan Agama Kristen

Homrighausen dan Enklaar dalam (Pendidikan Agama Kristen, 2011) mengatakan


bahwa arti yang sedalam-dalamnya dari PAK adalah “bahwa dengan menerima pendidikan
itu, segala pelajar, muda dan tua, memasuki persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan
sendiri, dan oleh dan dalam Dia mereka terhisab pula pada persekutuan jemaat-Nya yang
mengakui dan mempermuliakan namaNya disegala waktu dan tempat”.

Robert R. Boehlke dalam (Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan


Agama Kristen, 2011) mengatakan “Pendidikan Agama Kristen (PAK) adalah usaha untuk
menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh

1
J.M. Nainggolan, Strategi Pendidikan Agama Kristen, (Jawa barat: Generasi Info Media, 2008), hal.
40.

3
Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus, yang dinyatakan
dalam kehidupan sehari-hari terhadap sesama dan lingkungannya”.

Anne Neo Feld Rupp dalam (Tumbuh Kembang Bersama Anak, 2009) berpendapat
tentang peran keluarga dalam memberi pengajaran haruslah.

1. Membangun persekutuan keluarga.


2. Melayani kehidupan anak-anak dalam keluarga.
3. Mendidik anak dalam didikan agama Kristen melalui nasehat dan teguran yang
Alkitabiah.
4. Mengkomunikasikan iman lewat keteladanan hidup orangtua, seperti membangun
ikatan kasih sesama orangtua, keluarga, mengembangkan sukacita dan komitmen
dalam keluarga.

Alkitab memberitahukan kepada kita semua bahwa Pendidikan Agama Kristen bagi
anak sangatlah penting. Dikatakan dalam Ulangan 6:7: “Haruslah engkau mengajarkannya
berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumah,
apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau
bangun”. Allah mengatakan kepada kita semua agar dengan tekun dan konsisten mengajarkan
anak, pengajaran ini dilakukan kapan saja dan di mana saja. Pendidikan agama dalam
keluarga merupakan dasar bagi seluruh pendidikan lainnya, setiap keluarga harus
mengajarkan dasar pendidikan yang benar. Seorang anak harus sejak sedini mungkin
diajarkan tentang betapa pentingnya Pendidikan Agama Kristen. Seorang anak yang sering
diajarkan Firman Tuhan sudah pasti akan memiliki etika yang sangat baik.

Dari beberapa pernyataan di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa Pendidikan


Agama Kristen di dalam keluarga sangatlah panting. Peran kedua orangtua dan keluarga
sangat berperan penting dalam membentuk karakter anak agar menjadi pribadi yang baik
yang dapat mencerminkan Kristus yang hidup di dalam kehidupannya sehari-hari. Melalui
keluarga seorang anak mendapatkan pembelajaran pertama kali tentang bagaimana
berperilaku yang sesuai dengan Alkitab, tata krama, cara berbicara yang sopan dan santun.

4
II.V. Nilai-nilai Pendidikan Agama Kristen

Sebagai orangtua yang baik seperti yang dikehendaki oleh Tuhan Allah, maka untuk
menjadi orangtua yang baik mereka harus menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak-
anaknya. Hal ini haruslah dilakukan secara konsisten agar anak dapat memahami betapa
pentingnya melakukan nilai-nilai ini dalam kehidupannya.

Adapun nilai-nilai dalam Pendidikan Agama Kristen yang yang harus diberikan
keluarga kepada anak-anak yaitu sebagai berikut.

A. Mengajarkan anak berdoa

Hasudungan Simatupang dalam (Remaja Kristen yang Bertumbuh, 2011) mengatakan


“bahwa berdoa dapat diartikan dengan berkomunikasi dengan Allah melalui Tuhan Yesus,
atau dengan kata lain, berdoa sama dengan berbicara dengan Allah melalui Yesus Kristus”.

Dalam 1 Tesalonika 5:17 mangatakan “Tetaplah berdoa!”. Ayat ini menunjukkan


bahwa Allah menghendaki setiap orang Kristen berdoa, karena melalui doa orang Kristen
mendapatkan kekuatan untuk bertahan dan mengalahkan tipu daya iblis yang akan
menjatuhkan iman orang Kristen. Kekayaan orang Kristen adalah doa, karena doa dapat
menyatakan segala keinginan kita kepada Allah.

B. Mengajarkan pentingnya beribadah

Pengajaran tentang pentingnya beribadah disampaikan orangtua pada anak dengan


harapan agar anak-anaknya menjadi anak yang saleh dan menjadi anak yang takut akan
Tuhan. Indrawan Eleeas dalam (Bukan Kristen Rutinitas, 2007) mengatakan tujuan ibadah
adalah “membangun manusia. Secara internal, lewat ibadah umat Kristen dibangun mental,
perilaku, moral dan sosialnya. Secara eksternal, manusia lain di bangun mental, prilaku,
moral, dan sosialnya”.

C. Rutin membaca alkitab

Alkitab merupakan tulisan-tulisan yang berisi tentang firman Tuhan, berita


keselamatan. Firman Tuhan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, merupakan ukuran yang
telah dipatok sehingga tidak dapat ditambah dan dikurangi lagi isinya.

5
D. Mengajarkan kasih kepada sesama

Dalam Yohannes 3:16, dikatakan bahwa “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal”. Dengan nats ini
Allah menunjukkan kepada kita semua bahwa begitu besar Ia mengasihi manusia walaupun
manusia telah jatuh ke dalam dosa, Ia tidak meninggalkannya melainkan menolongnya.

II.II. Pendidikan Agama Kristen di Sekolah

Sekolah adalah suatu lembaga yang digunakan untuk kegiatan belajar bagi para
pendidik serta menjadi tempat memberi dan juga menerima pelajaran yang sesuai dengan
bidangnya. Sekolah menjadi salah satu tempat untuk mendidik anak-anak dengan maksud
untuk memberikan ilmu yang diberikan supaya mereka mampu menjadi manusia yang
berguna bagi bangsa dan juga negara. Sekolah memiliki peran yang sangat penting bagi
kehidupan bangsa.

PAK dalam sekolah bertujuan untuk mengembangkan pertumbuhan iman anak


kepada Tuhan Yesus, dapat belajar menerapkan secara langsung kasih terhadap sesama,
membentuk karakter dan spiritualitas yang Alkitabiah, baik guru maupun murid.

II.II.I. Posisi Guru

Salah satu unsur yang paling penting di dalam pendidikan adalah guru. Guru
merupakan gembala bagi murid-muridnya. Sama seperti Tuhan Yesus yang dianggap sebagai
Guru Agung, peran seorang guru adalah memberikan didikan, nasehat, arahan kepada seluruh
murid-muridnya.

Dalam konteks PAK di sekolah, guru adalah seorang pelayan firman Allah atau
seorang penafsir isi Alkitab dan menerapkannya secara praktis kepada siswa. Kualitas PAK
di sekolah berhubungan dengan kemampuan guru Pendidikan Agama Kristen membaca
komentar atau tafsiran-tafsiran Alkitab, khususnya yang berhubungan dengan nilai-nilai
Kristiani seperti kasih dengan beberapa indikator kasih sebagaimana dalam I Korintus 13:4.
Indikator kasih itu yakni: Murah hati; Tidak cemburu; Tidak memegahkan diri dan tidak
sombong; Tidak melakukan yang tidak sopan; Tidak mencari keuntungan diri sendiri; Tidak
pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain (tidak bersedia memaafkan orang yang

6
bersalah padanya); Tidak bersukacita karena ketidak adilan tetapi karena kebenaran; Sabar
menanggung segala sesuatu.

II.II.II. Pengajaran Pendidikan Agama Kristen di Sekolah

Adanya Pendidikan Kristen atau pendidikan yang bernafaskan keyakinan Kristen di


sekolah memberi faedah-faedah yang berarti. Menurut E. G. Homrighausen dan I.H. Enklaar
dalam (Pendidikan Agama Kristen, 2011), faedah pendidikan keagamaan Kristen di sekolah
yaitu.

1. Gereja dapat menyampaikan Injil kepada anak-anak dan pemuda-pemuda yang sukar
dikumpulkan dalam PAK gereja sendiri, seperti Sekolah Minggu dan Katekisasi.
2. Anak-anak yang menerima pendidikan Kristen di sekolah akan merasa bahwa
pendidikan umum dan keagamaan ada hubungannya.
3. Meringankan beban biaya Gereja yang harus dikeluarkan untuk pendidikan Kristen di
sekolah.
4. Agama mulai menjadi bagian kebudayaan setiap rakyat.

Selain itu, pemerintah telah memberikan undang-undang Pendidikan Nasional.


Pendidikan keagamaan mendapat tempat penting dalam setiap jenjang pendidikan, mulai dari
tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan
untuk menolong siswa dalam pembinaan mental dan spiritualnya.

Pengajaran PAK tidak hanya menjadi alat atau sarana yang sangat efektif bagi
penginjilan, tetapi juga mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pertumbuhan dan
perkembangan gereja di masa yang akan datang. Di bawah ini dikemukakan beberapa alasan,
antara lain sebagai berikut.

1. Pengajaran Pendidikan Agama Kristen mempertemukan kehidupan manusia dalam


hal ini anak-anak dengan Firman Tuhan atau dengan Tuhan Yesus sendiri, yang
adalah Firman Yohanes 1:1, “Pada mulanya adalah Firman dan firman itu bersama-
sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah”. Dalam Injil Yohanes 1:14,
dikatakan bahwa : “Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara dan kita telah
melihat kemulianNya” Karena perjumpaannya dengan Yesus, Sang Firman yang
hidup, melalui pelajaran Agama Kristen di sekolah, banyak siswa yang pada akhirnya
percaya kepada Tuhan Yesus, dan tidak sedikit orang tua yang dahulu menolak Tuhan

7
Yesus secara terang-terangan, akhirnya mengakui dan memberi diri dibaptis. Penulis
Ibrani mengatakan “Sebab firman Allah hidup dan kuat, lebih tajam daripada pedang
bermata dua manapun; Ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh,
sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati
kita”
2. Pengajaran Agama Kristen menghasilkan suasana pribadi antar sesama. Pengajaran
Agama Kristen yang dilaksanakan di Sekolah dalam satu kelas, secara formal dan
tertata rapi, menghasilkan suasana pribadi antara sesama rekan sekelas yang akhirnya
dapat membimbing kepada keputusan untuk menerima Kristus.
3. Pengajaran Agama Kristen menyediakan struktur logis untuk Penginjilan. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal, di setiap kelas terdiri dari siswa yang umurnya
tidak jauh berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu program pengajaran
Agama Kristen tersusun sesuai dengan tingkat umur dan kemampuan siswa. Dalam
penyampaian materipun disesuaikan dengan kondisi setempat. Dengan demikian
gereja dan sekolah dapat membuat program yang dapat memberikan tugas penginjilan
secara logis dan efektif.
4. Pengajaran Agama Kristen mengembangkan tujuan yang paling utama dari semua
pelayanan Pengajaran Kristen, yaitu membimbing orang (siswa) ke dalam hubungan
yang benar dengan Allah, melalui iman kepada Yesus Kristus. Tujuan Penulis injil
yang keempat , yaitu Yohanes, mengatakan : Supaya kami percaya bahwa Yesuslah
Messias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam
namaNya (Yohanes 20:31). Memang tak seorangpun dapat menjamin hasil seperti ini.
Bahkan Tuhan Yesus sendiri kadang-kadang melihat bahwa maksudNya terhalang
(Mark 10:20).

Dari sekian banyak atau lamanya Pengajaran Agama Kristen pasti ada semacam
pengajaran yang menambah kemungkinan, bahwa siswa atau orang-orang percaya yang sesat
atau hilang akan ditemukan dan diselamatkan. Dan orang-orang atau siswa yang sudah
diselamatkan oleh karena percaya kepada Tuhan Yesus (Yoh 3:16), akan bertumbuh sebagai
hasil dari pengalamannya ketika mengikuti Pelajaran Agama Kristen, menuju kedewasaan
Kristus dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.

8
II.III. Pengajaran Pendidikan Agama Kristen di Gereja

Dalam bahasa inggris, kata gereja adalah Church yang berasal dari bahasa Kuriakon
yang berarti “Milik Tuhan”. Kata ini biasa digunakan untuk menunjukkan hal-hal lainnya
seperti tempat, orang-orang, atau denominasi yang menjadi milik Tuhan.2

Yang menjadi dasar gereja adalah umat dan atau persekutuan serta orang-orang yang
berada di dalamnya. Oleh karena itu tujuan dari gereja adalah pertumbuhan hidup rohani
orang Kristen secara pribadi. Pertumbuhan dan kedewasaan hidup rohani orang Kristen
secara pribadi adalah dasar pertumbuhan gereja. Pertumbuhan gereja harus dimulai dari
kualitas hidup rohani.3 Sehingga, setiap pribadi yang menjadi bagian dari gereja mendapat
perhatian khusus agar mampu menjadi pribadi yang bertumbuh di dalam Yesus Kristus.
Gereja hadir sebagai “gereja yang mendidik”. Berkaitan dengan pembinaan rohani, maka
gereja perlu melakukan pendidikan agama Kristen (PAK).

II.III.I. Tugas dan Fungsi Gereja

Gereja mempunyai banyak Tugas dalam menjalankan panggilannya, termasuk kepada


warga gerejanya. Namun secara garis besar tugas gereja dibedakan menjadi tiga hal yang
sering disebut sebagai “Tri Tugas Gereja” yaitu persekutuan (Koinonia), Pelayanan
(Diakonia), dan Kesaksian (Marturia). Ketiganya merupakan satu kesatuan yang utuh dan
tidak terpisah satu sama lain. Dalam mewujudkan hal tersebut, gereja perlu terus menerus
melakukan pendampingan dan pembinaan atau pendidikan kepada warga gerejanya. Karena
sesungguhnya setiap tugas panggilan gereja mengandung unsur pendidikan, sehingga sudah
seharusnya dalam melaksanakan setiap tugas yang menjadi kewajibannya gereja perlu
senantiasa mengajarkan kepada setiap anggotanya agar mengerti akan tugas panggilannya.

Pengajaran Pendidikan Agama Kristen di gereja dapat dikategorikan ke dalam


beberapa umur agar pengajaran dapat tepat sesuai kebutuhan.

1. PAK Dewasa, untuk kategori keluarga, kelompok bapa, ibu dan sebagainya.
2. PAK Remaja.
3. PAK Anak.

2
Charles C Ryrie, Teologi Dasar: Panduan Populer Untuk Memahami Kebenaran Alkitab (Yogyakarta: Yayasan
ANDI, 1986), 143.
3
Dr. Peter Wongso, Tugas Gereja dan Misi Masa Kini (Malang: SAAT, 1999), hal. 69.

9
Menurut Dien Sumiyatiningsih dalam (Mengajar Dengan Kreatif dan Menarik: Buku
Pegangan Untuk Mengajar Pendidikan Agama Kristen, 2006), ada enam fungsi gereja.

1. Gereja adalah persekutuan yang beribadah. Orang belajar beribadah dengan


mengambil bagian dalam kebaktian.
2. Gereja adalah persekutuan yang menebus. Artinya, kebutuhan dasar para anggotanya
terpenuhi dan hubungan yang terputus dapat dipersatukan serta disembuhkan kembali.
3. Gereja sebagai persekutuan belajar-mengajar. Gereja menyediakan kesempatan
belajar bagi orang dengan segala kategori usia. Dalam gereja, orang mencari jawaban
dari injil terhadap pertanyaan yang ditimbulkan oleh pengalaman hidup.
4. Gereja adalah persekutuan yang peduli akan kebutuhan orang lain terutama yang
sakit, miskin, lemah, dan kesepian. Gereja berusaha melayani siapa pun, khususnya
yang paling hina dan lemah.
5. Gereja adalah persekutuan yang ingin membagikan iman kepada orang yang belum
menerima kabar baik.
6. Gereja adalah persekutuan yang bekerja sama dengan kelompok lain, baik kelompok
yang berbeda agama, sosial dll.

Dengan demikian kita dapat melihat tugas dan fungsi gereja. Kita harus senantiasa
mendukung pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen agar dapat menciptakan pribadi yang
kuat, yakin dan teguh di dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus dan menjadi saksi-saksi
Kristus kepada dunia.

II.IV. Mengoptimalkan Pengajaran Pendidikan Agama Kristen

Cara terbaik untuk mengoptimalkan pengajaran PAK adalah dengan belajar melalui
teladan orang lain. Ada banyak sekali pengajar-pengajar terbaik yang pernah ada di muka
bumi ini. Seperti yang telah penulis singgung pada pembahasan sebelumnya mengenai
keteladanan. Orangtua, guru, maupun pendeta yang menjadi pengajar utama dalam PAK
keluarga, sekolah dan gereja juga belajar dari orang lain yang dianggap lebih baik dan dapat
memberikan semangat kepada mereka untuk tetap setia dalam melakukan pengajaran PAK.

II.IV.I. Mengikuti Teladan dari Tuhan Yesus Kristus

10
Robert Pazmino mengemukakan enam hal yang menjadi karakteristik Yesus
mengajar.4

1. Yesus mengajar berotoritas (otoritatif) karena mengandalkan BapaNya. Relasi


(kebergantungan) dengan Bapa yang memberikan tugas (mengutus) (Yoh 5:17-21);
dan relasi dengan Roh Kudus (Luk 4:1,14; Mat 12:28).
2. Para murid bisa tidak setuju atau menolak apa yang disampaikan-Nya, Dia tidak
otoriter (Yoh. 6:60-69).
3. Yesus mengajar dengan cara mendorong, memotivasi orang berpikir, merasakan,
menghayati dan melakukan.
4. Yesus menjadikan diriNya teladan dengan melakukan, mempraktekkan apa yang
diyakini dan diajarkan-Nya.
5. Yesus mengasihi para murid dan mereka yang mendengarkan pengajaranNya, belas
kasihan (compassion) (Mat 9:35-36). Dia mengajarkan supaya para murid-Nya saling
mengasihi.
6. Yesus mengajar dan mendidik dengan sadar tujuan. Tujuan pengajaran-Nya ialah agar
setiap orang mengenal siapa Allah (Yoh 17:3) dan mengasihi Dia dengan segenap
kekuatan, akal budi, jiwa, hati (Mat 22:37-39).

Mengikuti teladan Tuhan Yesus dalam melakukan pengajaran PAK pastinya akan
membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Proses pembelajaran untuk peserta didik secara
aktif dengan mengikuti contoh dari teladan Tuhan Yesus dapat mengembangkan potensi diri
anak untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

II.IV.II. Menjadi teman setia sang anak yang terus mengingatkan mereka

Sangat penting sekali sebagai orangtua maupun guru yang berperan sebagai orangtua
kedua bagi sang anak untuk memposisikan diri sebagai sahabat kepada anak. Hal ini dapat
membantu orangtua menjadi lebih akrab dengan anak sehingga sang anak dapat membuka
diri tanpa adanya perasaan takut maupun perasaan-perasaan yang kurang nyaman. Anak
cenderung merasa lebih dekat dan nyaman dengan orang tua yang mudah didekati dan
terbuka akan pendapat anak. Salah satu keuntungan peran orang tua sebagai sahabat adalah

4
Robert W. Pazmino, “Jesus The Master Teacher”, dalam Introducing Christian Education Foundations
for The Twety First Century, ed. MichaelJ. Anthony. (Baker Book House, 2001), 114.

11
dapat membantu menyelesaikan masalah anak dengan lebih efektif dan mandiri. Ha ini
dikarenakan anak lebih terbuka dan percaya kepada orang tua, sehingga sang anak dapat
menceritakan masalahnya secara sukarela. Selain itu, ini juga membantu membuat orang
menjadi salah satu “obat” bagi anak dalam menjalani kesibukannya karena perasaan nyaman
dan terlindungi yang telah dibangun.

Peran Orangtua maupun guru sebagai Sahabat bagi anak bukan berarti sepenuhnya
menjadi teman. Ada kalanya kita perlu menjadi orang tua maupun guru agar dapat
mengarahkan anak serta memberikan bimbingan. Ada batasan-batasan yang perlu dijaga
antara orangtua dan anak. Jangan sampai keduanya melewati batasan tersebut agar dapat
saling menghormati satu sama lain. Namun sebaiknya batasan antara menjadi sahabat dan
orang tua tidak terlalu jauh agar Anda dapat memainkan kedua peran tersebut secara
bergantian di waktu yang tepat.

2 Timotius 3:15 mengatakan, “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal
Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan
oleh iman kepada Kristus Yesus.” Dari nats ini kita bisa melihat bahwa orangtua Yahudi
sudah sedari kecil mengajarkan kepada anak-anak mereka untuk selalu mengenal Firman
Tuhan. Kita sebagai orangtua yang dapat menjadi sahabat bagi anak akan lebih mudah untuk
mengajarkan PAK kepada anak.

12
BAB III
PENUTUP

III.I. Kesimpulan

Keteladanan merupakan pendidikan iman yang paling efektif sepanjang masa.


Orangtua berperan penting dalam pendidikan sang anak, orangtua yang menjadi teladan bagi
anak-anak dalam segala hal. Pendidikan terbaik yang didapatkan oleh sang anak adalah
pendidikan yang didasari pada persekutuan hidup yang baik antara kedua orangtua.
Keterlibatan orangtua dalam kehidupan anak sangat mempengaruhi perkembangannya.
Ditambah lagi keterlibatan guru dan pendeta akan semakin menguatkan jalannya tumbuh
kembang anak.

Pendidikan agama dalam keluarga merupakan dasar bagi seluruh pendidikan lainnya,
setiap keluarga harus mengajarkan dasar pendidikan yang benar. Seorang anak harus sejak
sedini mungkin diajarkan tentang betapa pentingnya Pendidikan Agama Kristen. Seorang
anak yang sering diajarkan Firman Tuhan sudah pasti akan memiliki etika yang sangat baik.
Pengajaran PAK yang baik dan benar adalah pengajaran yang tekun dan konsisten terhadap
anak, pengajaran ini dilakukan kapan saja dan di mana saja.

Penerapan nilai-nilai Kristiani yang baik dan konsisten menciptakan anak yang cerdas
dan berbakti luhur. Dengan melakukan pendekatan seperti seorang sahabat kepada sang anak,
maka nilai-nilai Kristiani akan dapat masuk ke dalam hati mereka. Oleh karena itu, penerapan
nilai-nilai Kristiani ini harus dilaksanakan secara konsisten dan sistematis. Adapun nilai-nilai
dalam Pendidikan Agama Kristen yang yang harus diberikan keluarga kepada anak-anak
yaitu sebagai berikut.

1. Mengajarkan anak berdoa.


2. Mengajarkan pentingnya beribadah
3. Rutin membaca alkitab
4. Mengajarkan kasih kepada sesama

Pendidikan-pendidikan yang diterima oleh anak di dalam sekolah dan gereja akan
memperkaya pemahaman anak dalam mempraktikkan penerapan nilai-nilai baik yang telah
dibangun di dalam keluarga. Dari sekian banyak atau lamanya Pengajaran Agama Kristen
pasti ada semacam pengajaran yang menambah kemungkinan, bahwa anak remaja dan

13
pemuda yang telah hilang akan ditemukan dan diselamatkan. Mereka yang sudah
diselamatkan oleh karena percaya kepada Tuhan Yesus (Yoh 3:16), akan bertumbuh sebagai
hasil dari pengalamannya ketika mengikuti Pelajaran Agama Kristen, menuju kedewasaan
Kristus dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Sehingga, setiap
pribadi yang menjadi bagian dari sekolah maupun gereja dapat menjadi pribadi yang
bertumbuh di dalam Yesus Kristus.

Teladan yang telah diperlihatkan oleh Tuhan Yesus dalam melakukan pengajaran
PAK pastinya akan membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Proses pembelajaran untuk
peserta didik secara aktif dengan mengikuti contoh dari teladan Tuhan Yesus dapat
mengembangkan potensi diri anak untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat. Maka, PAK dapat dilaksanakan secara optimal dan dengan sangat
yakin penulis mengatakan bahwa mereka tidak akan terjerumus ke dalam pengajaran yang
salah.

III.II. Saran

Penulis berharap agar pembaca makalah ini lebih berhati-hati dalam menerapkan PAK
kepada anak. Pengajaran PAK untuk anak haruslah dilakukan secara serius, tidak boleh kita
mengabaikan pengajaran PAK agar anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik, memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Penerapan PAK yang konsisten dan sistematis akan sangat berguna, dengan
melakukan pendekatan seperti seorang sahabat bagi anak. Anak yang merasa nyaman dan
tidak tertekan akan lebih terbuka kepada kita, dengan demikian pengajaran PAK yang akan
kita ajarkan kepada anak akan dapat dilaksanakan secara optimal.

Harapan penulis adalah para pembaca sekalian dapat pengajaran PAK yang baik dan
benar. Semoga makalah ini dapat membantu para pembaca, pengajar, dan orangtua dalam
menerapkan dan mengoptimalkan Pendidikan Agama Kristen di dalam keluarga, sekolah, dan
gereja.

14
DAFTAR PUSTAKA

Boehlke, R. R. (2011). Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama


Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Elees, I. (2007). Bukan Kristen Rutinitas. Yogyakarta : Penerbit ANDI.

Groome, T. H. (2010). Christian Religion Education. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Homrighausen, E. (2011). Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Pazmino, R. W. (2001). “Jesus The Master Teacher”, dalam Introducing Christian


Education Foundations for The Twety First Century, ed. MichaelJ. Anthony. Baker
Book House.

Rupp, A. N. (2009). Tumbuh Kembang Bersama Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Ryrie, C. C. (1986). Teologi Dasar: Panduan Populer untuk Memahami Kebenaran Alkitab.
Yogyakarta: Penerbit Andi.

Simatupang, H. (2011). Remaja Kristen yang Bertumbuh. Medan : Mitra.

Sumiyatiningsih, D. (2006). Mengajar Dengan Kreatif dan Menarik: Buku Pegangan Untuk
Mengajar Pendidikan Agama Kristen. Yogyakarta: Penerbit ANDI .

Wongso, D. P. (1999). Tugas Gereja dan Misi Masa Kini. Malang: SAAT.

15

Anda mungkin juga menyukai