Anda di halaman 1dari 14

TUGAS AKHIR SEMESTER

MAKALAH

“AJARAN YESUS DAN IMPLEMENTASI DITENGAH MASYARAKAT MAJEMUK”

Oleh:

Nama: Lydia Christina Winarno

NPM: 222290

Prodi: PAK

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SYALOM

BANDAR LAMPUNG

2022
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
Sekolah dan Pendidikan Agama Kristen..................................................................................................5
PENGAJARAN TUHAN YESUS...........................................................................................................6
Kualitas Seorang Guru.............................................................................................................................9
Implementasi Pengajaran Yesus dalam Masyarakat Majemuk..............................................................10
Pihak Yang Terlibat...............................................................................................................................11
Kesimpulan................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13
PENDAHULUAN

Masyarakatnya terdiri dari berbagai suku, agama, bahasa dan etnis, tersebar dari Sabang
sampai Merauke. Francis Irwan Widjaja mengatakan bahwa masyarakat Indonesia berasal dari
berbagai latar belakang. Secara sosiologis, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang
religius, dan mudah menerima budaya dengan nilai-nilai spiritual. Masyarakat multikultural
Indonesia menganut berbagai agama seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Khonghucu
dan kepercayaan agama, dan menghadapi tantangan yang sama dalam hal intoleransi antaragama
dan antaragama.

“Menurut Pusat Penelitian Kependudukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, ada


empat faktor yang memperparah terjadinya intoleransi politik di Indonesia, yaitu keyakinan
beragama, media sosial, fanatisme, dan sekularisme. Fanatisme agama menyebabkan tingkat
ketidakpercayaan dan sinisme yang tinggi terhadap agama lain Survei yang dilakukan oleh
Wahid Foundation dan Lembaga Penelitian Indonesia menunjukkan bahwa 59,9% responden
memiliki kelompok tertentu yang tidak mereka sukai, terutama non-Muslim, Tionghoa, dan
Komunis.

Survei PPIM yang dirilis pada 16 Oktober 2018 menemukan bahwa mayoritas guru
Muslim di sekolah-sekolah di Indonesia memiliki pandangan intoleran terhadap perbedaan
agama dan keyakinan. Media sosial dan ruang publik Indonesia saat ini dibanjiri oleh ujaran
kebencian, kata-kata kotor terhadap tokoh dan kepercayaan lain yang dapat memicu konflik.
Kepedulian dan kasih sayang terhadap sesama sebagai sesama manusia Tuhan terpinggirkan dan
terabaikan karena perbedaan agama dan keyakinan. Merasa dan meyakini bahwa hanya agama
dan kepercayaannya sendiri yang benar menjadi tolok ukur sikap terhadap agama dan
kepercayaan lain.

Masalah ini merupakan masalah yang sangat serius yang dapat mengganggu ketertiban
dan keharmonisan negara dan kehidupan negara, sehingga semua sumber daya yang ada harus
dikerahkan secara maksimal untuk menghentikan semua tindakan tersebut. Dari sudut pandang
umat Kristiani yang berbeda-beda, kebhinekaan masyarakat Indonesia merupakan karunia Tuhan
dan kekayaan bangsa yang besar, yang harus dijaga dan dihargai. Keragaman bangsa, suku, ras,
dan agama merupakan kekuatan dan kekuatan Indonesia sebagai negara besar. Hubungannya
yang penuh kasih dan belas kasih dengan orang-orang mencerminkan kehidupan Yesus sendiri,
yang dipenuhi dengan hubungan yang intim dan tak terpisahkan dengan Bapa-Nya.

Toleransi yang membangun “kehidupan” dan “semangat” yang harmonis dalam


masyarakat yang majemuk, tampaknya telah dibayangi oleh cahaya ajaran radikalisme lintas
agama yang lambat laun mengoyak semangat persatuan dalam keberagaman. Intoleransi yang
merajalela di Indonesia selama satu dasawarsa terakhir telah berhasil mengubah sikap dan cara
pandang masyarakat yang saling bekerja sama, menjadikannya bangsa yang egois memikirkan
apa yang benar bagi dirinya sendiri, ajarannya, kelompoknya, agamanya, kepentingannya. ras .
Sikap ini begitu subur tidak hanya di luar gereja dan kekristenan, tetapi juga di dalamnya,
sehingga berhasil melahirkan berbagai denominasi baik di dalam maupun di luar gereja.

“Di satu sisi, gereja-gereja evangelis sering dicap sebagai pietis, hanya mementingkan
aspek spiritual dari kodrat manusia, dan acuh tak acuh terhadap keadaan dunia saat ini. Di sisi
lain, gereja-gereja ekumenis dicap sebagai gereja liberal. menempatkan terlalu banyak
penekanan pada sisi manusia dari pelayanan gereja dan menjadikan kebenaran alkitabiah relatif.”
Mengambil Tuhan Yesus Kristus sebagai anak poster, tokoh sentral dari iman Kristen, yang
meninggalkan warisan luhur yang toleran sepanjang hidupnya dalam pelayanan praktis dan nilai
pengajaran.

Akibatnya, kontradiksi dan perbedaan yang timbul dari berbagai sebab di dalam dan di
luar gereja menjadi argumentasi dan argumentasi yang belum terselesaikan. Menyadari
maraknya praktik dan perilaku intoleransi antar umat beragama serta maraknya konflik di dalam
dan di luar Gereja hingga saat ini, diperlukan berbagai kontribusi untuk menciptakan
keharmonisan bangsa dan kehidupannya. Gereja Tuhan harus memelihara dan memupuk
semangat toleransi yang diajarkan dan diwariskan oleh Tuhan Yesus Kristus sebagai standar
berpikir, bersikap dan bertindak setiap orang beriman. Nilai-nilai toleransi yang diajarkan oleh
Tuhan Yesus Kristus dalam praktek kehidupan dan para hamba-Nya harus dipahami dan
diamalkan oleh setiap orang percaya.
PEMBAHASAN

Sekolah dan Pendidikan Agama Kristen

Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk menjaga ketaatan dan keimanan kepada Tuhan
karena mereka hidup dalam lingkungan musyrik tanpa takut akan Tuhan, dengan kata lain Israel
hidup dalam lingkungan multikultural dan religius. Menumbuhkan generasi yang takut akan
Tuhan dan berpegang teguh pada imannya di lingkungan yang beragam, pendidikan sejak dini
menjadi tugas dan tanggung jawab gereja, terutama para orang tua. Pendidikan merupakan suatu
hal yang sangat penting, dan tugasnya adalah membangun kualitas manusia seutuhnya, serta
kehidupan fisik, intelektual, moral, spiritual dan sosial budaya individu dan kelompok.

Jadi di Indonesia ada orang yang mengajar, mereka disebut guru dan penceramah agama
Kristen. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tertuang dalam UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab".

Mengajar agama masih dianggap pekerjaan mudah yang tidak perlu dilakukan oleh guru
yang ahli di bidang agama. Keberhasilan pelaksanaan PAK yang bermutu tergantung pada
beberapa faktor, yaitu mutu dan kualitas guru, mutu kurikulum, daya tampung siswa, sarana dan
prasarana, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pendidikan dan
pelaksanaannya serta dukungan sekolah dalam penyelenggaraan PAK. Namun pada
kenyataannya masih banyak kesulitan dalam pelaksanaan PAK di sekolah. Dalam proses
pendidikan formal, baik guru yang mengajar sebagai guru maupun siswa yang diajar. Pendidikan
berarti mewariskan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan; mengajar berarti melanjutkan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; melatih peserta didik untuk
mengembangkan keterampilan dalam bidang kemanusiaan.

Oleh karena itu, sekolah memiliki tenaga pendidik atau pengajar yang berkualitas yang
memiliki segala kemampuan, yaitu kerohanian yang baik, pengetahuan teologis, keterampilan
mengajar dan kemampuan memahami Firman Tuhan serta menjadi teladan dalam perkataan dan
perbuatan. Guru harus memiliki dan meningkatkan berbagai kualifikasi, sebagaimana diatur
dalam UU Guru dan Dosen, “Guru harus memiliki kualifikasi akademik, kemampuan, sertifikat
tenaga kependidikan, kesehatan jasmani dan rohani, serta kemampuan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.”

"Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagodik,


kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi". Menurut B.S. Sijadbat, "Guru Kristen sepatutnya menanggapi secara positif
dan konstruktif keempat bidang kompetensi yang sudah dikemukakan, yaitu kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi pedagogis atau
mengajar."

Pengajaran Tuhan Yesus

Sebagai bagian dari masyarakat majemuk, Gereja Tuhan wajib mengamalkan dan
menghayati ajaran dan teladan Tuhan Yesus Kristus. Toleransi adalah kehidupan kehidupan yang
harmonis, dan itu harus dididik dan dipraktikkan dalam interaksi sosial secara maksimal.
“Toleransi, dipahami sebagai toleranceia, adalah memberi kelonggaran, kelemahlembutan,
tenggang rasa dan kesabaran.” Dengan demikian, kata toleransi dapat dipahami sebagai sikap
keterbukaan, kemurahan hati, kerelaan dan kelembutan terhadap orang lain yang berbeda
pandangan dan keyakinan.

UNESCO mendefinisikan toleransi sebagai saling menghormati, menerima dan


menghormati keragaman budaya, kebebasan berekspresi dan kemanusiaan. Yesus atau
Kekristenan pertama kali muncul, bekerja dan menyebar di rakyat dan Yudaisme. Dengan
teladan hidup dan ajarannya, Tuhan Yesus mewarisi nilai-nilai toleransi yang tercatat dalam
Alkitab dan menjadi pedoman wajib bagi pemikiran dan perilaku orang percaya. Ajaran Tuhan
Yesus tentang toleransi begitu tegas, lugas, dan jelas sehingga mudah diterima orang.

Tuhan Yesus dalam ajaran-Nya memandang manusia sebagai sesama yang harus
diperlakukan sebagai obyek kasih, standar memperlakukan sesama tidak dibatasi oleh agama, ras
dan suku, tetapi harus dilandasi kasih. Bagi orang beriman, semua orang sama, sehingga
intoleransi dilarang keras, dan toleransi harus dijunjung tinggi dalam pemikiran dan perilaku
orang lain. Ajaran Tuhan Yesus dalam kisah Orang Samaria yang Baik Hati menegaskan
kembali perintah untuk mengasihi setiap orang yang tidak dapat diabaikan, ditoleransi atau
direndahkan. Kisah-kisah orang-orang yang bermaksud baik menegaskan bahwa setiap orang
adalah tetangga yang pantas untuk dibantu dan diperhatikan.

Setiap orang adalah tetangga dan harus dicintai, dihormati, dibantu dan diperhatikan
tanpa memandang agama atau kepercayaan orang lain. Standar mengasihi dan memperlakukan
orang lain yang ditetapkan dan diajarkan oleh Tuhan Yesus sama seperti mengasihi diri sendiri.
Menerima dan mengasihi setiap orang seperti orang lain adalah ajaran utama Tuhan Yesus yang
harus ditaati oleh setiap orang percaya. Dengan mencintai sesama seperti diri sendiri, toleransi
harus ada dalam pemikiran dan praktik orang beriman.

Yesus adalah seorang guru yang hebat dan dia mengomunikasikan pemikiran, pemikiran,
dan gagasannya dengan sangat efektif. Hidup dalam masyarakat intoleran yang menolak atau
tidak bergaul dengan orang lain karena perbedaan adat dan kepercayaan, Tuhan Yesus
menurunkannya dengan teladan dalam pengajaran yang sangat efektif. Penerimaan Yesus
terhadap wanita Samaria merupakan ajaran yang langsung dipraktikkan oleh Tuhan Yesus
sebagai orang Yahudi, meruntuhkan tembok tebal intoleransi Yahudi terhadap orang Samaria,
dan orang Yahudi tidak mau bergaul dengan orang Samaria. . Bagi Tuhan Yesus, setiap orang
sama kedudukan dan derajatnya.

Penerimaan wanita Samaria merupakan pesan dan ajaran bahwa tidak ada bangsa, ras,
golongan atau agama yang lebih rendah dari yang lain. Perbedaan adalah anugrah dari Tuhan,
memberi warna indah pada kehidupan. Praktik hidup ketika berhadapan dengan keragaman
dalam masyarakat harus mencerminkan inklusivitas Kristus, inklusivitas semua agama dan
kepercayaan yang harus melekat pada setiap orang percaya. Tuhan Yesus Kristus mengajar Anda
untuk mengasihi sesama Anda seperti diri Anda sendiri, yang menjadi dasar pemikiran dan
perilaku orang percaya, karena ajaran ini terbukti dalam praktik pelayanan Kristus, dan
penerimaan wanita Samaria adalah contohnya.

Pernyataan Tuhan Yesus tentang hukum dalam Taurat tentu saja sangat sensitif bagi
orang Yahudi, “Di mana Hukum itu adalah dasar, menurut Perjanjian Lama, kehidupan
beragama dan kepercayaan orang Israel.” Perjanjian Baru mencatat bahwa Tuhan Yesus berkali-
kali Dia menentang dan mengkritik para imam dan ahli Taurat sebagai pejabat dan guru agama
Yahudi, tetapi berdasarkan kepercayaan agama orang Israel, yaitu Pentateukh, Tuhan Yesus
sangat menghargai dan menghormati mereka. melangkah lebih jauh. Oleh karena itu siapa pun
yang menghapus perintah yang paling kecil dari hukum, dan mengajar orang lain sesuai dengan
itu, akan berada di tempat terendah di kerajaan surga; tetapi siapa pun yang menuruti dan
mengajarkan semua perintah hukum akan berada di tempat tertinggi di kerajaan surga.

Tetapi “dalam ajarannya, Yesus Kristus memperkuat hukum Musa dengan menyatakan
bahwa hukum-hukum ini harus dipenuhi. Bagi Yesus Kristus, hukum Taurat adalah pernyataan
kehendak Allah yang kekal, yang tidak dapat diubah.”14 Pernyataan Yesus dibantah Asumsikan
dan pikirkan dari mereka yang dulunya adalah orang Yahudi, mereka semua heran, dan
berkomentar, "Apa ini? Ajaran baru. Dia berbicara dengan kekuatan. Bahkan roh-roh jahat
diperintahkan olehnya, dan mereka mematuhinya.". Yesus menghormati dan menjunjung tinggi
hukum Taurat sebagai dasar agama bangsa Israel. Ia hidup menurut hukum Taurat dan tidak
sedikitpun menolak Yesus terhadap hukum Musa. Tuhan Yesus sangat menganut nilai dan ajaran
dalam Hukum Taurat, Dia hanya mengkritik para guru Hukum Musa karena praktik hidup
mereka yang tidak sesuai dengan ajaran Hukum Taurat.

Tulisan dalam Injil Yohanes Bab 8 tentang ahli Taurat dan orang Farisi yang membawa
perempuan yang kedapatan berzina dengan kuat menegaskan pandangan dan sikap Tuhan Yesus
yang menjunjung tinggi toleransi. Para imam dan orang Farisi meminta Musa untuk merajam
wanita Tindakan dan keputusan Tuhan Yesus sama sekali tidak terduga. Yesus menekankan:
"Barang siapa yang tidak berdosa di antara kamu, biarlah dia yang pertama melempari dia
dengan batu." Dari kejadian ini, Tuhan Yesus memberi pelajaran kepada semua orang dan
memahami arti dan pentingnya toleransi yang sebenarnya. Ajaran Tuhan Yesus tentang toleransi,
atau sikap menerima orang lain dalam kasih Kristus, menyadarkan semua ahli Taurat dan orang
Farisi bahwa mereka juga adalah orang berdosa, dan bahwa mereka tidak melupakan dosa dan
kelalaian mereka.Tanpa semuanya itu akan terbentuk sikap dan praktek hidup merasa diri lebih
baik, lebih benar, lebih unggul dan lain sebagainya yang menyeret kepada praktek intoleransi.
Teladan Kristus tentang makna dan artii toleransi tergambar jelas dari perkataan, tindakan dan
perlakuaanNya kepada perempuan tersebut.
Kualitas Seorang Guru

Guru harus memiliki ketenangan, kedewasaan, kecanggihan, dan karakter berwibawa


untuk menjadi panutan. Memiliki karakter tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan dan
pelatihan. Namun tidak dapat disangkal bahwa manusia itu terbatas dan membutuhkan
pertolongan Tuhan melalui Yesus, Roh Kudus, dan Firman-Nya. Tuhan membantu para guru
untuk menjadi orang-orang dewasa iman. Guru harus memiliki pengetahuan yang lebih dalam
dan lebih lengkap tentang pribadi Yesus.

Dengan demikian mengubah setiap aspek kehidupan, memberikan tidak hanya


pengetahuan tetapi juga pengalaman hidup. Adalah pekerjaan Roh Kudus untuk belajar dan
berlatih keras untuk bertumbuh menjadi pribadi yang sehat. Dengan konsep diri yang positif,
guru dapat mengembangkan hubungan yang sehat dengan orang lain, tumbuh dalam penerimaan
diri, dan mengembangkan diri dalam kerelaan berkorban untuk orang lain dan mengutamakan
kepentingannya.

Guru juga harus mempertimbangkan keterampilan sosial yang berkaitan dengan


komunikasi dan kemampuan untuk membentuk hubungan yang sehat. Guru bekerja dengan
siswa dari latar belakang yang berbeda, ada banyak keragaman, dan guru harus dapat melibatkan
mereka dalam proses pengajaran. Peran sosial seorang guru tidak hanya mampu berkomunikasi
dengan siswa, tetapi juga bercengkerama dengan rekan kerja, orang tua dan wali siswa, serta
masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilakukan dengan baik ketika guru mau mempelajari kebenaran
komunikasi dari Firman Tuhan dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kompetensi pendagogis atau kemampuan dalam mengajar sangat penting bagi guru PAK.
Dengan kemampuan tersebut, siswa dapat memahami dengan jelas mata pelajaran yang diajarkan
oleh guru. Banyak siswa Kristen tidak mengambil kelas Kristen karena tidak ada guru Kristen
yang mengajar mereka. Terkadang sekolah menunjuk guru emeritus yang mengajar agama,
bahkan ada juga guru yang bukan bidangnya. Beberapa guru PAK mengajar karena
pekerjaannya, menganggap PAK tidak penting, dan tidak memiliki panutan pribadi.
Implementasi Pengajaran Yesus dalam Masyarakat Majemuk

Dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia, isu-isu kunci yang sering dihadapi adalah
hubungan antara lembaga negara atau pemerintah negara dan komunitas etnis minoritas yang
merupakan warga negara; hubungan antara kelompok etnis dengan budaya yang berbeda;
tempat-tempat umum, khususnya hubungan pasar dengan rekan senegaranya di pusat berbagai
kegiatan pelayanan ekonomi. Menghadapi berbagai persoalan yang muncul, sebagai gereja
Tuhan kita wajib hidup, berpikir dan bertindak sesuai dengan praktek hidup Tuhan Yesus
Kristus. Tuhan Yesus Kristus Tentang toleransi.

Menurut ajaran Tuhan Yesus Kristus, sikap dan praktik toleransi terhadap semua orang
yang harus dikembangkan oleh penganut masyarakat majemuk adalah mengasihi semua orang
seperti diri sendiri. Bimbingan dalam hidup memungkinkan orang Kristen untuk menghindari
perbuatan jahat dan tindakan intoleransi. Mengasihi sesama seperti diri sendiri, orang beriman
memiliki kemampuan untuk menerima kelebihan dan kekurangan setiap orang, tanpa
memandang ras, agama, bahasa dan kepercayaan. dan perilaku.

Sumber utama masalah pluralisme adalah sikap berpikir bahwa agama dan keyakinan
sendiri adalah yang terbaik, paling benar, dan paling sempurna. Menghina ajaran, agama dan
kepercayaan orang lain. Toleransi beragama yang dikembangkan tidak hanya menghormati
teologi dan keyakinan masing-masing agama dan kelompok agama, tetapi juga memahami dan
menghormati budaya kelompok agama tersebut. Penghormatan terhadap agama dan kepercayaan
orang lain harus ditunjukkan dalam pikiran, perkataan dan perbuatan, seperti yang dilakukan
oleh Tuhan Yesus Kristus.

Penanganan Kristus terhadap perempuan yang bersalah karena perzinahan dalam


Yohanes 8 menjadi dasar dan fondasi hidup dengan pengampunan dengan membudayakan
praktek pengampunan, karena sejatinya tidak ada seorangpun yang tidak berdosa. Praktek hidup
munafik dan merasa lebih berharga dari orang lain adalah benih intoleransi dan harus diabaikan.
Yesus Kristus mengajarkan dan mempraktikkan kehidupan pengampunan, merangkul para
pendosa dan mengajak mereka untuk meninggalkan kegelapan dan bergerak menuju terang
kehidupan.
Pihak Yang Terlibat

Banyak gereja yang tidak memahami hakikat PAK sekolah dan tanggung jawabnya
dalam mencapai tujuan PAK. Tujuan tertinggi PAK adalah agar setiap orang dapat mengalami
perjumpaan dengan Yesus Kristus, sehingga siswa dapat mengalami pertumbuhan rohani dan
menghasilkan buah rohani dalam kehidupannya. Gereja dapat menyediakan guru PAK ke
sekolah yang membutuhkan dengan membekali jemaat dan memberikan dukungan untuk
menjadi guru PAK, daripada memandang rendah jemaat yang menjadi guru PAK di sekolah.

Pemerintah memegang peranan penting dalam pendidikan. Pemerintah harus


merumuskan peraturan untuk melindungi siswa dari menerima pendidikan agama sesuai dengan
agama masing-masing. Jika sekolah hanya memiliki beberapa lusin siswa dari agama tertentu,
dan hanya satu guru agama yang menjadi PNS, mengajar empat puluh jam seminggu, itu tidak
efektif, tetapi pemerintah harus memberikan kesempatan sebanyak mungkin bagi PAK di
sekolah. alat sekolah. Sekolah adalah tempat diadakannya PAK.

Sekolah berperan penting dalam memberikan kenyamanan untuk proses belajar mengajar,
memperhatikan keadaan siswa dan menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung proses
belajar mengajar. Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mendukung penuh pelaksanaan
PAK di sekolah untuk memaksimalkan hasil dengan menyediakan kurikulum dan sarana dan
prasarana yang baik serta menyediakan guru yang berkualitas.
KESIMPULAN

Ajaran, perintah dan amalan hidup Tuhan Yesus Kristus tentang toleransi menjadi dasar
dan landasan bagi setiap orang beriman untuk bertingkah laku, berbicara dan berperilaku di
dunia. Dalam pengamalan hidup dan ajaran-Nya, Tuhan Kristus telah mewariskan ajaran
berdasarkan kebenaran firman Tuhan dan sikap toleran terhadap sesama, yang harus dipraktikkan
setiap orang percaya dalam praktik kehidupan sosial sehari-harinya, yaitu: pertama; Cintai semua
orang seperti kamu mencintai dirimu sendiri.

Inilah ajaran dan perintah Tuhan Yesus Kristus yang memampukan kita untuk bersikap
toleran terhadap orang lain karena kita mengasihi semua orang dari agama, ras, negara apapun,
sama seperti diri kita sendiri. Kedua; Menghargai dan menghormati keyakinan agama orang lain.
Toleransi ditunjukkan ketika agama dan kepercayaan orang lain diakui dan dihormati. Cara
Tuhan Yesus menangani perempuan yang kedapatan berzinah dengan jelas menunjukkan bahwa
sikap dan perilaku mengampuni harus dipraktikkan oleh semua orang.

Keberhasilan implementasi PAK di sekolah didukung oleh guru yang berkualitas,


kurikulum, daya tampung siswa, sarana dan prasarana, peraturan perundang-undangan dan
sekolah penyelenggara PAK. Yang satu dengan yang lainnya saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan. Dalam pelaksanaannya menghadapi kendala yang tetap menjadi perjuangan. Seiring
berjalannya waktu, pemahaman yang baik tentang pentingnya PAK dan kerjasama semua pihak
akan mengurangi atau meminimalkan hambatan tersebut. Dengan mengenalkan Trinitas dan
karya-karyanya, siswa bertumbuh dalam iman, menanamkan pemahaman tentang Trinitas
sehingga siswa dapat memahami dan menghayatinya.
DAFTAR PUSTAKA

Assyaukanie, Luthfi. “Akar-Akar Legal Intoleransi Dan Diskriminasi Di Indonesia.” (2018).” MAARIF
Journal 13, no. 27–42 (2018).

Awulle, Clartje Silvia E. “Penyelenggaraan Pendidikan Kristen Sebagai Pemenuhan Hak Asasi Manusia.”
SIKIP Jurnal Pendidikan Agama Kristen 1, no. 1 (2020): 25–37.

Casram, Casram. “Membangun Sikap Toleransi Beragama Dalam Masyarakat Plural.” Wawasan: Jurnal
Ilmiah Agama dan Sosial Budaya (2016).

Ghota, Noel, and Prima Bayu. “BELAJAR MENGHARGAI KEARIFAN LOKAL DARI YESUS
DALAM MATIUS 22:32.” Jurnal Teologi Kristen VISIO DEI 1, no. 2 (2019).

Hartono, Handreas. “Membentuk Karakter Kristen Pada Anak Keluarga Kristen.” KURIOS (Jurnal
Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) 2, no. 1 (2014): 62–69. www.sttpb.ac.id/e-
journal/index.php/kurios.

Hasugian, Johanes Waldes. Menjadi Guru PAK Profesional Melalui Supervisi Pendidikan Agama
Kristen. 2nd ed. Medan: CV. Mitra, 2016.

Marantika, Chris. Kristologi. Yogyakarta: Iman Press, 2008.

Non-Serrano, Jansen Belandina, Profesionalisme Guru dan & Bingkai Materi, Bandung: Bina Media
Informasi, 2009.

Sidjabat, B.S, Mengajar Secara Profesional, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2009

Simanjuntak, Fredy. “Problematika Disorganisasi Dan Disharmonisasi Keluarga.” In Keluarga Yang


Misioner, 2018.

Soesilo, Yushak. “Gereja Dan Pluralisme Agama Dalam Konteks Di Indonesia.” Jurnal Antusias (2011).

Suparlan, Parsudi. “Masyarakat Majemuk Dan Perawatannya.” Antropologi Indonesia (2014).

Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: C.V Sinar Baru, 1988

Anda mungkin juga menyukai