Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SIKAP DAN TINDAKAN KRITIS WARGA NEGARA YANG BAIK


TERHADAP ISU-ISU YANG BERKEMBANG

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur


Mata Kuliah: Pancasila

Dosen Pengampu: Ayu Afridah, M.H.

Disusun oleh Kelompok 12 (HK B/Semester 1):

1. Ahmad Fauzan Ramdloni Ridlo (2383110042)


2. Naila Fadhilah Maulida (2383110064)

JURUSAN HUKUM KELUARGA


IFAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SYEKH NURJATI CIREBON
2023/1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
Sikap dan Tindakan Kritis Warga Negara Yang Baik Terhadap Isu-Isu Yang
Berkembang ini dengan sebaik mungkin. Sholawat serta Salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun
hasanah kita, Nabi Muhammad SAW tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih
kepada Ibu Ayu Afridah, M.H. selaku dosen mata kuliah Pancasila.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat


kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun
dengan teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku
para penulis usahakan. Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para
pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Cirebon, 07 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pancasila Dan Toleransi Umat Beragama Di Indonesia .............................. 3
B. Pancasila Dan Radikalisme .......................................................................... 3
C. Pancasila Dan Politik Ketatanegaraan ......................................................... 5
D. Pancasila Dan Perkembangan Ekonomi Syariah Di Indonesia .................... 6
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 8
A. Kesimpulan .................................................................................................. 8
B. Saran ............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kritis adalah proses terorganisasi yang melibatkan proses mental yang


menyangkut di dalamnya pemecahan masalah, pengambilan keputusan, analisis, dan
aktivitas inkuiri ilmiah (Ennis, 1985). Keterampilan berpikir kritis merupakan
sebuah kecenderungan dan keterampilan untuk ikut dalam sebuah aktivitas dengan
sikap reflektif yang skeptis. Keterampilan berpikir kritis juga dinyatakan sebagai
keterampilan berpikir reflektif yang masuk akal untuk memutuskan apa yang bisa
dipercaya dan dapat dilakukan. Lebih jauh lagi menurut Fahrudin (2012)
keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan untuk
mengidentifikasi strategi yang tepat dan pengambilan keputusan dalam
memecahkan masalah secara efektif.
Kemampuan berpikir kritis terhadap perbedaan yang sering menjadi
penyebab munculnya isu-isu kontroversi juga merupakan salah satu indikator
penting watak atau karakter yang selayaknya dikuasai mahasiswa sebagai warga
negara muda. Sebagaimana harapan yang dikemukakan oleh banyak pihak agar
keterampilan berpikir kritis diperhatikan dalam proses pembelajaran atau dalam
bidang studi atau matakuliah.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dikutip beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:

1. Pancasila dan Toleransi Umat Beragama di Indonesia


2. Pancasila dan Radikalisme
3. Bagaimana Pancasila dan Politik Ketatanegaraan
4. Bagaimana Pancasila dan Perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam menyusun makalah ini adalah sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui Pancasila dan Toleransi Umat Beragama di Indonesia.


2. Untuk mengetahui Pancasila dan Radikalisme.
3. Untuk mengetahui Bagaimana Pancasila dan Politik Ketatanegaraan.
4. Untuk mengetahui Bagaimana Pancasila dan Perkembagan Ekonomi
Syariah di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pancasila dan Toleransi Umat Beragama di Indonesia

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), terdapat beberapa jenis


agama yang diakui melalui Undang-undang Administrasi Kependudukan
(Adminduk) Nomor 24 Tahun 2013 yaitu Islam dengan rumah ibadahnya Masjid,
Kristen Protestan dan Katolik dengan rumah ibadahnya Gereja, Hindu dengan rumah
ibadahnya Pura, Buddha dengan rumah ibadahnya Vihara, dan Kong Hu Cu dengan
rumah ibadahnya Litang/Klenteng. Setiap agama tersebut juga memiliki kitab suci,
pembawa ajaran, simbol, dan hari raya masing-masing.
Perbedaan tersebut adalah kekayaan bangsa dimana para penganut agama
yang berbeda bisa saling menghargai atau menghormati, saling belajar, saling
menghormati serta memperkaya dan memperkuat nilai-nilai keagamaan dan
keimanan masing-masing, dengan menerapkan nilai Pancasila yang termaktub
dalam sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Perbedaan tidak perlu
dipertentangkan, tetapi dilihat dan dijadikan sebagai pembanding, pendorong,
bahkan penguat dan pemurni apa yang dimiliki. Kaum beriman dan penganut agama
yang berbeda-beda semestinya bisa hidup bersama dengan rukun dan damai selalu,
bisa bersatu, saling menghargai, saling membantu dan saling mengasihi. Pancasila
adalah dasar filsafat negara dan filosofis Bangsa Indonesia sehingga sudah menjadi
keharusan moral untuk secara konsisten merealisakan dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan negara. Dengan pandangan hidup yang jelas, bangsa
indonesia akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana mengenal serta
memecahkan berbagai masalah politik,sosial budaya, ekonomi, hukum dan
persoalan lainnya dalam gerak masyarakat yang semakin maju.

B. Pancasila dan Radikalisme


Pasca reformasi yang di tadai dengan terbukanya kran demokratisasi telah
menjadi lahan subur tumbuhnya kelompok islam radikal. Radikalisme yang
berujung pada perbuatan terorisme menjadi masalah penting bagi umat islam
Indonesia saat ini, ke duanya telah menyebabkan islam di cap sebagai agama terror
dan umat islam di anggap menyukai jalan kekerasan untuk menyebarkan agamanya
hal ini memicu kecurigaan pada diri umat islam yang ada di Indonesia.
Adanya radikalisme agama menjadi ancaman bagi integrasi nasional dan
pluralitas masyarakat, munculnya gejala stereotyping dalam diri umat beragama di
Indonesia dapat memicu adanya saling kecurigaan yang berlebihan rasa takut dan
was was dalam tiap kelompok beragama akibat dari munculnya gejala radikalisme
agama di Indonesia harus segera di atasi untuk mencegah terjadinya perpecahan
social.
sudah sejak lama pancasila telah mendorong adanya kerukunan di antara
umat beragama dan sekaligus mencegah terhadap ekspresi agama yang bisa memicu
permusuhan di Indonesia. Agama radikal dapat dikatakan sebagai sebuah bentuk
penyimpangan dari Pancasila, dikarenakan tidak sejalan dengan nilai asli
masyarakat di Indonesia. Agama radikal telah merampas nilai-nilai dan
norma Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia yang telah disepakati para
pendiri bangsa.
Pancasila sendiri pada dasarnya telah menjadi ideologi terbuka dan
disepakati para pendiri negara yang berasal dari berbagai kelompok agama sebagai
alat pemersatu sekaligus identitas nasional di Indonesia. Keterbukaan ini
sesungguhnya bersifat kultural, yakni sejalan dengan kebudayaan. Hal ini bermakna
bahwa keterbukaan tersebut selaras dengan nilai dasar kemanusiaan yang
merupakan inti kebudayaan. Dan Keterbukaan tersebut dibentuk oleh adanya sifat
dasar monodualistik atau kedwi tunggalan mendasar antara: personalitas dan
sosialitas, antara ke-apa-an dan ke-siapa-an, antara dinamika dan keterbatasan,
antara materialitas dan spiritualitas, antara kesinambungan dan pembaharuan.
Pancasila perlu diwujudkan dalam upaya penanganan radikalisme agama,
khususnya melalui metode pendidikan. Studi tentang radikalisme dan terorisme
mensinyalir adanya lembaga pendidikan Islam tertentu (terutama yang nonformal)
telah mengajarkan fundamentalisme dan radikalisme kepada para peserta didik.
Belakangan, sekolah-sekolah formal juga mulai mengajarkan elemen-elemen Islam
radikal, misalnya mengajarkan kepada murid untuk tidak menghormat bendera
Merah Putih saat upacara bendera.
C. Pancasila dan Politik Ketatanegaraan
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang
dalam ilmu kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara. Dalam
kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap
aspek penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara
Republik Indonesia. Konsekuensinya seluruh peraturan perundang-undangan serta
penjabarnya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila. Dalam konteks inilah maka Pancasila merupakan suatu asas kerohanian
negara, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma dan kaidah hukum dalam
ketatanegaraan Republik Indonesia.
Kedudukan Pancasila yang demikian ini justru mewujudkan fungsinya yang
pokok sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang manifestasinya dijabarkan
dalam suatu peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu Pancasila merupakan
sumber hukum dasar negara baik yang tertulis yaitu UUD negara maupun hukum
dasar tidak tertulis atau konvensi.
Pancasila, proklamasi 17 Agustus 1945 dan UUD 1945 yang merupakan
cita-cita bangsa saling berkaitan dan kaitan itu mengarah pada pembentukan
ketatanegaraan Republik Indonesia dan segala sistem pemerintahannya. Proklamasi
kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan kulminasi (puncak) dari tekad bangsa
untuk merdeka. Proklamasi memuat perjuangan penegakan jiwa Pancasila yang
telah berabad-abad lamanya dicita-citakan. Selanjutnya tujuan dan cita-cita
proklamasi ini tercermin dalam UUD 1945 yang terbagi dalam Pembukaan dan
Batang Tubuh UUD. Dan, UUD 1945 berlandaskan dan didasari oleh Pancasila yang
merupakan sumber tata tertib hukum Indonesia. Pada pembukaan UUD 1945
terdapat dengan jelas maksud,tujuan serta alasan bangsa Indonesia untuk mendirikan
suatu negara. Dalam pembukaan itu juga secara resmi dan autentik dirumuskan
kelima sila Pancasila dan Pancasila sebagai falsafah negara Republik Indonesia.
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan, diungkapkan
secara terperinci dalam Batang Tubuh UUD 1945 yang terdiri dari 37 pasal, 4 aturan
peralihan dan 2 aturan tambahan. Secara khusus, pada pembukaan UUD 1945 dalam
alinea IV, disebutkan bahwa pemerintah melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tanah tumpah darah Indonesia, dan kemudian dipertegas kembali pada pasal
1 yang mengatakan bahwa negara Indonesia adalah negara kesatuan. Hal ini hendak
menandaskan tuntutan jiwa Pancasila, yaitu terbentuknya negara kesatuan
Melalui prinsip-prinsip UUD 1945, sistem pemerintahan Negara Republik
Indonesia pun dibentuk. Dengan kata lain, sekali lagi, dasar sistem pemerintahan
adalah UUD 1945, yang di dalamnya terkandung muatan-muatan Pancasila. Akan
tetapi, kendati dalam perjalanan waktu sistem pemerintahan ketatanegaraan
Republik Indonesia mengalami perubahan, sistem pemerintahan ketatanegaraan
tetap berdasar pada UUD 1945.

D. Pancasila dan Perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia


Pancasila merupakan dasar negara dan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Pancasila terdiri dari lima sila yang saling berkaitan dan saling
menyempurnakan. Kelima sila tersebut adalah:
• Ketuhanan Yang Maha Esa
• Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
• Persatuan Indonesia
• Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
• Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Ekonomi syariah merupakan sistem ekonomi yang didasarkan pada


prinsip-prinsip syariah Islam. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
• Tauhid
• Keadilan
• Kemanusiaan
• Kemandirian
• Keseimbangan
Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia telah mengalami kemajuan
yang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya jumlah lembaga keuangan syariah, produk dan jasa keuangan
syariah, serta literasi dan kesadaran masyarakat terhadap ekonomi syariah.
Pancasila dan ekonomi syariah memiliki banyak titik temu. Kedua sistem
tersebut sama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan
kesejahteraan sosial.
Berikut adalah beberapa titik temu antara Pancasila dan ekonomi syariah:
• Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
Pancasila dan ekonomi syariah sama-sama berlandaskan pada nilai
ketuhanan. Pancasila menganut prinsip ketuhanan yang maha esa, sedangkan
ekonomi syariah melarang riba dan eksploitasi karena bertentangan dengan
prinsip tauhid.
• Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab
Pancasila dan ekonomi syariah sama-sama menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan. Pancasila menganut prinsip kemanusiaan yang adil dan
beradab, sedangkan ekonomi syariah melarang segala bentuk ketidakadilan
dan eksploitasi.
• Nilai persatuan Indonesia
Pancasila dan ekonomi syariah sama-sama menjunjung tinggi nilai persatuan.
Pancasila menganut prinsip persatuan Indonesia, sedangkan ekonomi syariah
melarang segala bentuk diskriminasi dan segregasi.
• Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Pancasila dan ekonomi syariah sama-sama menjunjung tinggi nilai
kerakyatan. Pancasila menganut prinsip kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, sedangkan
ekonomi syariah menekankan pentingnya musyawarah dalam pengambilan
keputusan.
• Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pancasila dan ekonomi syariah sama-sama menjunjung tinggi nilai
keadilan sosial. Pancasila menganut prinsip keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia, sedangkan ekonomi syariah melarang segala bentuk
kesenjangan sosial.
Kesamaan nilai-nilai antara Pancasila dan ekonomi syariah
memberikan peluang bagi kedua sistem tersebut untuk saling melengkapi dan
memperkuat satu sama lain. Ekonomi syariah dapat menjadi sarana untuk
mewujudkan nilai-nilai Pancasila, sedangkan Pancasila dapat menjadi dasar
bagi pengembangan ekonomi syariah yang adil dan sejahtera.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), terdapat beberapa jenis


agama yang diakui melalui Undang-undang Administrasi Kependudukan
(Adminduk) Nomor 24 Tahun 2013 yaitu Islam dengan rumah ibadahnya Masjid,
Kristen Protestan dan Katolik dengan rumah ibadahnya Gereja, Hindu dengan
rumah ibadahnya Pura, Buddha dengan rumah ibadahnya Vihara, dan Kong Hu Cu
dengan rumah ibadahnya Litang/Klenteng. Perbedaan tersebut adalah kekayaan
bangsa dimana para penganut agama yang berbeda bisa saling menghargai atau
menghormati, saling belajar, saling menghormati serta memperkaya dan
memperkuat nilai-nilai keagamaan dan keimanan masing-masing, dengan
menerapkan nilai Pancasila yang termaktub dalam sila pertama Ketuhanan Yang
Maha Esa. Pancasila adalah dasar filsafat negara dan filosofis Bangsa Indonesia
sehingga sudah menjadi keharusan moral untuk secara konsisten merealisakan
dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan negara. Dengan
pandangan hidup yang jelas, bangsa indonesia akan memiliki pegangan dan
pedoman bagaimana mengenal serta memecahkan berbagai masalah politik,sosial
budaya, ekonomi, hukum dan persoalan lainnya dalam gerak masyarakat yang
semakin maju. Radikalisme yang berujung pada perbuatan terorisme menjadi
masalah penting bagi umat islam Indonesia saat ini, ke duanya telah menyebabkan
islam di cap sebagai agama terror dan umat islam di anggap menyukai jalan
kekerasan untuk menyebarkan agamanya hal ini memicu kecurigaan pada diri umat
islam yang ada di Indonesia.

B. Saran

Saran yang dapat dipetik dari materi ini adalah agar seluruh masyarakat
mengetahui seberapa penting Pancasila dan dapat mengamalkan nilai-nilai sila dari
pancasila dengan baik dan benar, serta tidak melecehkan arti penting pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayama, 2010. Cerdas, Kritis, Dan Aktif Berwarganegara
(Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi).

ERLANGGA : Jakarta. Kaelan,M.S. 2016. Pendidikan Pancasila (Pendidikan Untuk


Mewujudkan Nilai-nilai Pancasila, Rasa Kebangsaan dan Cita-cita Tanah Air Sesuai Dengan
SK. Dirjen DIKTI NO.43/DIKTI/KEP/2006 Sesuai Dengan KKNI bdg PT 2013).

PARADIGMA : Yogyakarta. I Wayan Windia, I Gede Sutrisna, Wayan Kesieg, Adi Wisnyana
dan Wirya Agung.2014.Modul Pendidikan Pancasila Dalam Membangun Karakter Bangsa.
UDAYANA PRESS : Kampus Sudirman Denpasar

Chandrawinata, Andhyn. ______. Pengertian Pancasila Secara Etimologis, Historis, &


Terminologis. http://pancasila.weebly.com/pengertian-pancasila.html.

Diakses pada tanggal 3 Maret 2017. Maulidi, Achmad. 2016. Pengertian Filsafat (Filosofi).
http://www.kanalinfo.web.id/2016/08/pengertian-filsafat-filosofi.html.

Diakses pada tanggal 3 Maret 2017. Dwi Tama, Rizco.2012. Pengertian Filsafat Pancasila,
Objek, Cabang Filsafat dan Kedudukan Dalam Ilmu-ilmu Lain.
http://icounipa.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-filsafatpancasila-objek.html.
Diakses pada tanggal 3 Maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai