Anda di halaman 1dari 24

PROBELMATIKA INDIVIDU DAN

PENTINGNYA BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD

Dosen Pengampuh
Sukria Ahsan, S.Pd, M.Pd

Oleh:
Cici Ramli (03302011019)
Astri Ferdinandus (03302011021)
Fahria Herman (03302011006))
Elsa Indah Paraswati (033020111007
Mira Savi Tarate (03302011024)
Armi Putri Kurnia (03302011020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2023

1
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur senantiasa marilah kita panjatkatkan atas kehadirat Allah SWT, atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan
tugas yang telah diberikan kepada kami dengan judul “ Problematika Individu dan Pentingnya
Bimbingan dan Konseling di SD”, Adapun tujuan dari makalah ini yaitu, sebagai pemenuhan
tugas dari Dosen mata kuliah pada mata kuliah Bimbingan dan Konseling, juga untuk
memperluas wawasan kami sebagai mahasiswa bahwa mempelajari Sains itu sangatlah penting.
Kami ucapkan terimakasih kepada Dosen mata kuliah yang telah memberikan kami tugas ini dan
partisipasi aktif dari teman-teman semua. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memperluas
wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.

Menyadari makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Ternate, 06 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................5

A. Latar belakang......................................................................................................................5

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................6

C. Tujuan...................................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................7

A. Problematika Individu.........................................................................................................11

B . Pentinya Bimbingan Konseling di SD................................................................................13

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................23

DAFTAR PUSTKAKA.................................................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sekolah dasar bertanggung jawab memberikan pengalaman-pengalaman dasar kepada anak,


yaitu kemampuan dan kecakapan membaca, menulis dan berhitung, pengetahuan umum serta
mengembangkan kepribadian, yaitu sikap terbuka terhadap orang lain, penuh inisiatif,
kreatifitas, kepimimpian, keterampilan seta bertanggung jawab. Guru sekolah dasar memegang
peranan tanggung jawab untuk memahami anak dan membantu perkembangan social pribadi
anak.

Guru sekolah dasar (SD) sebagai guru kelas, selain wajib melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang berupa penyusunan program belajar mengajar, menyajikan program belajar
mengajar melaksanakan evaluasi belajar juga wajib melaksanakan kegiatan bimbingan dan
konseling terhadap siswa di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Masalah yang dihadapi
siswa sekolah dasar (SD) harus diperhatikan, karena dari sekolah dasar anak (siswa) karakter
yang mereka miliki dapat menujju kearah yang lebih positif. Dengan begitu pada tahun-tahun ini
pemerintah sudah menerapkan bahwa setiap sekolah-sekolah dasar harus ada guru BK.

Layanan bimbingan dan konseling yang diberikan di Sekolah Dasar (SD) mencakup layanan
bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir. Layanan bimbingan dan konseling di SD bertujuan
membantu siswa menemukan, memahami serta mengembangkan pribadi yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa, mandiri, aktif, kreatif, serta sehat secara jasmani dan
rohani. Dalam layanan bimbingan belajar, bimbingan dan konseling berupaya membantu

4
siswa mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan,
ketrampilan, serta untuk mempersiapkan siswa melanjutkan studi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja problematika yang di hadapi peserta didik di sekolah dasar (SD)?
2. Apa saja peran bimbingan konseling?
3. Apakah bimbingan konseling di sekolah dasar (SD) itu penting?

C. Tujuan

1. Mengetahui problematikan yang di hadapi peserta didik di sekolaj dasar (SD)


2. Mengetahui peran bimbingan konseling
3. Mengetahui pentingnya bimbingan konseling di sekolah dasar (SD)

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Problematika Individu
Problematika berasal dari bahasa Inggris “problematic” yang berarti masalah atau
persoalan. Problematika berasal dari kata problem yang dapat diartikan permasalahan atau
masalah. Adapun masalah itu sendiri adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan
dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang
diharapkan dengan baik, agar tercapai hasil yang maksimal. Terdapat juga di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia kata Problematika berarti masih menimbulkan masalah; hal-hal yang
masih menimbulkan suatu masalah yang masih belum dapat dipecahkan. Sedangkan Individu
merupakan bagian terkecil dari suatu kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisahkan ke
bagian kecil. Istilah “individu” ini berasal dari bahasa yunani, yakni “individuum” yang artinya
tidak terbagi. Selain itu juga problematika individu adalah

1. Perkembangan Individu

Perkembangan individu merupakan pola gerakan atau perubahan yang secara dinamis
dimulai dari pembuahan atau konsepsi dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia
yang terjadi akibat dari kematangan dan pengalaman. Salah satu tujuan dari perubahan ini adalah
agar individu mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga baik secara fisik maupun
psikis sesuai dengan harapan-harapan sosial.

Adapun perubahan-perubahan dalam perkembangan individu merupakan hasil dari


proses-proses biologis, kognitif dan sosio-emosional yang saling berkaitan. Proses biologis
meliputi perubahan pada sifat fisik individu yang semakin bertambah usia akan mengarah kepada
kematangan. Untuk proses kognitif meliputi perubahan pada pemikiran, intelegensi dan bahasa
individu, sedangkan proses sosio-emosional meliputi perubahan pada relasi individu dengan
orang lain, serta perubahan emosi dan kepribadian yang menyertainya. Adapun interaksi ketiga
proses tersebut.

Pengkajian perkembangan individu ini ada dua istilah yang sering muncul, pertama
perkembangan (development) dan kedua adalah pertumbuhan (growth). Bila pertumbuhan terkait

6
dengan perubahan fisiologis atau ukuran tubuh (badan), maka perkembangan lebih difokuskan
pada pada perubahan yang bersifat psikologis atau perubahan psikis.

Istilah perkembangan dititik beratkan pada aspek-aspek yang bersifat psikis (kualitatif),
sedangkan pertumbuhan dipakai untuk perubahan-perubahan yang bersifat fisik (kuantitatif).
Antara fisik dan psikis ini saling berkaitan dalam menelaah kehidupan manusia. Pertumbuhan
dan perkembangan kadang-kadang masih kabur pengertiannya dan sukar dibedakan. Biasanya
istilah-istilah itu digunakan untuk menjelaskan adanya perubahan yang bersifat progresif namun
sifatnya berbeda.Secara lebih rinci, perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan adalah:

a. Pertumbuhan (Growth) : cenderung lebih bersifat kuantitatif dan berkaitan dengan aspek
fisik.Contoh: ukuran berat dan tinggi badan, ukuran dimensi sel tubuh, umur tulang yang
bisa diukur.
b. Perkembangan (Development): cenderung lebih bersifat kualitatif, berkaitan dengan
pematangan fungsi organ individu. Contoh :
1) Bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur, misalnya dalam perkembangan bahasa, emosi, intelektual,
perilaku.
2) Perkembangan periode bayi sampai anak. Kita melihat bahwa bayi dan anak berbeda
sebagai hasil dari pertumbuhan, tetapi disini juga terdapat perubahan struktur dan
bentuk. Jadi, bentuk bayi tidak sama dengan bentuk anak (bentuknya bukan bentuk
bayi dalam ukuran besar). Untuk perubahan strukturnya yaitu secara berproses
melalui kematangan dan belajar, tangan anak sudah bisa digunakan untuk makan
sendiri.

a. Aspek-Aspek Perkembangan

Perubahan yang terjadi pada diri individu meliputi perubahan pada aspek fisik (motorik),
emosi, kognisi, sosial, dan psikososial.

1) Perkembangan Fisik (Motorik)

7
Perkembangan fisik merupakan proses tumbuh kembng kemampuan gerak seorang
anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks
dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang kontrol oleh otak. Perkembngan fisik
meliputi perkembngan motorik kasar dan motorik halus.
a) Perkembngan motorik kasar
Kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh
perkembngan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh
digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik kasar
dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Oleh karena proses kematangan anak berbeda
maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda satu sama lain.
b) Perkembangan motorik halus
Perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yg menggunakan
otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini
dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Menulis, menggunting, dan
menyusun balok adalah contoh-contoh gerakan motorik halus.

2) Perkembangan Emosi
Emosi merupakan suatu kompleksi suasana yang memengaruhi perasaan/pikiran
yang ditandai oleh perubahan biologis dan muncul sebelum atau sesudah terjadinya
sesuatu. Terjadinya emosi didahului dengan suatu kejadian (situasi) yang mengaktifkan
sistem saraf; menimbulkan terjadinya perubahan fisiologis di dalam tubuh, misal kontaksi-
kontraksi otot, sekresi kalenjar-kalenjar tertentu, peredaran darah cepat, biasa juga terjadi
tindakan atau tingkah laku tertentu seperti menangis (kalau emosi sedih), tertawa
terbahak-bahak (kalau gembira), menari-nari, berpelukan dan cium-mencium, mencubit,
mengucapkan kata-kata tertentu. Jadi, emosi terkadang terjadi melalui perubahan
fisiologis di luar kesadaran.

3) Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum
kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge),

8
pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis),
evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk
mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Perkembngan kognitif anak nampak pada kemampuannya dalam menerima,
mengelola, dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya. Kemampuan
kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa (bahasa lisan maupun isyarat),
memahami kata dan berbicara. Kognisi sebagai kapasitas kemampuan berpikir dan segala
bentuk pengenalan, digunakan individu untuk melakukan interaksi dengan lingkungannya.
Dengan berfungsinya kognisi mengakibatkan individu memperoleh pengetahuan dan
menggunakannya sehingga muncul organisasi, yaitu kecenderungan untuk menghasilkan
struktur kognitif yang kompleks yakni sistem pengetahuan atau cara berpikir yang
memadukan semakin banyak citra tentang realitas. Struktur tersebut disebut skema, yaitu
pola perilaku yang terorganisasi yang digunakan seseorang untuk berpikir dan bertindak
dalam satu situasi.

4) Perkembangan Psikososial
Psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Misalnya kemampuan anak untuk menyapa dan bermain dengan teman-
teman sebayanya. Aktivitas bermain bagi seorang anak memiliki peranan yang cukup besar
dalam mengembangkan kecakapan sosialnya sebelum anak mulai berteman. Sikap yang
perlu dikembngakan melalui kegiatan bermain antara lain: sikap sosial (mengalahkan ego
mempedulikan orang lain), belajar berkomunikasi (memahami sifat teman bermain),
belajar bekerja sama (organisasi), belajar menghargai perbedaan dan belajar kompromi
untuk menciptakan harmoni.

b) Tahap-tahap Perkembangan Individu


Tahapan perkembangan individu/manusia memiliki fase yang cukup panjang. Yaitu:
a. Periode sebelum lahir, dimulai konsepsi dan diakhiri dengan kelahiran.
b. Infancy, dimulai saat manusia lahir dan berlanjut sampai usia 2 tahun.
c. Childhood, dimulai sekitar 2 tahun melewati masa anak akhir, yaitu sampai sekitar usia
12 tahun.
9
d. Adolescence, dimulai pada usia 12 tahun sampai kurang lebih usia 21 tahun.
e. Adulthood, dimulai pada usia 21 tahun sampai lanjut.

2. Masalah perbedaan individu

Siswa merupakan individu yang sedang masa pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu
mereka mempunyai kesamaan, tentu juga mempunyai sifat yang khas yang dimilki oleh diri
mereka masing-masing. Komponen utama terbentuknya keunikan individu dengan timbulnya
perbedaan individu dapat diperoleh dari faktor pembawaan dan lingkungan tempat mereka
tinggal. Selain itu, juga akan mempengaruhi perbedaan individu (Mulyadi, 2010). Masalah yang
sering kita jumpai di sekolah tentang perbedaan individu merupakan siswa yang lambat belajar
dan ada juga siswa yang cepat dalam belajar, ada siswa yang cerdas, ada siswa yang berbakat.
Hal ini dapat mempengaruhi dalam metode pembelajran, bahan pembelajaran dan alat-alat
mengajar. Inti dari tujuan pendidikan itu sendiri merupakan perkembangan yang terjadi pada
peserta didik secara optimal dan masalah pada perbedaan individu perlu diperhatikan dalam
pelayanan pendidikan di sekolah. Sekolah dapat memberi bantuan kepada siswa yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan perbedaan individiu tersebut. Perbedaan pada
peserta didik dilakukan dengan pendekatan dan pembelajaran.
Masalah yang sering terjadi pada perbedaan individu dalam pendidikan biasanya
menjelaskan perbedaan yang berkaitan dengan peserta didik baik dalam berpikir, berperasaan
dan bertindak dalam suatu kelas. Perbedaan pada individu menyangkut variasi yang terjadi pada
aspek fisik maupun psikologis. Perbedaan zaman menimbulkan perubahan dan kemajuan dalam
masyarakat. Aspek perubahan seperti social, politik, ekonomi, industry dan informasi.
Akibatnya berbagai permasalahan yang dihadapi oleh individu, misalnya pengangguran,
penyesuaian diri, kesempatan kerja, masalah keluarga dan masalah pribadi. Ada sebagian
individu dapat mengatasi masalahnya dengan sempurna dan sebagian individu lain masih perlu
mendapatkan bantuan.

Sebagai seorang guru yang baik, guru tidak dapat meniadakan perbedaan-perbedaan
dengan menganggap semua peserta didik itu sama. Oleh karena itu dibutuhkan upaya untuk
menyikapi perbedaan setiap peserta didik, upaya tersebut dapat berupa cara mengajar yang
bervariatif. Meskipun banyak terdapat perbedaan individu pada peserta didik, para peserta didik
atau guru bisa mengatasi mereka denganbaik dan sempurna dan kadang masih ditangani dalam
proses bimbingan dan konseling di sekolah.

10
3. Masalah Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri merupakan proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku
individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dan lingkungannya.
Penyesuaian diri adalah tindakan yang dilakukan individu untuk menyesuaikan diri atas tuntutan
dari dalam dirinya sendiri dan tuntutan yang diterima dari lingkungan sekitar sehingga mencapai
keselarasan kehidupan.

Penyesuaian diri adalah suatu perubahan yang dialami seseorang untuk mencapai suatu
hubungan yang memuaskan dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Penyesuaian diri
merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Penyesuaian diri merupakan
kemampuan yang dimiliki individu untuk berinteraksi dengan orang lain yang bertujuan untuk
dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya, baik secara pribadi ataupun sosial.

Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri di antara persoalan terpentingnya yang


dihadapi seseorang dalam kehidupan sehari-hari dan yang menghambat penyesuaian diri yang
sehat adalah hubungan individu dengan orang dewasa terutama orang tua. Tingkat penyesuaian
diri dan pertumbuhan individu sangat tergantung pada sikap orangtua dan suasana psikologi dan
social dalam keluarga. Sikap orangtua yang otoriter, yang memaksakan kekuasaan dan otoritas
kepada individu juga akan menghambat proses penyesuaian diri. Biasanya remaja berusaha
untuk menentang kekuasaan orang tua dan pada gilirannya ia kan cenderung otoriter terhadap
teman-temannya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah maupun
dimasyarakat.

Permasalahn-permasalahan penyesusaian diri yang dihadapi individu dapat berasal dari


suasana psikologis keluaraga. Banyak penelitian membuktikan bahwa seseorang yang hidup
dalam rumah tangga yang retak, mengalami masalah emosi, tampak padanya ada kecendrungan
yang besar untuk marah, suka menyendiri, disamping kuran kepekaan terhadap penerimaan
social dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisa dibandingkan dengan seseorang yang
hidup dalam rumah tangga yang wajar. Terbukti pula bahwa kebanyakan anak-anak yang
dikeluarkan dari sekolah karena tidak dapat menyesuaikan diri adalah mereka yang datang dari
rumah tangga yang pecah/ retak.
11
Adapula masaalah yang timbul dari teman perpindahan ketempat/ masyarakat baru, berarti
kehilangan teman lama dan terpaksa mencari teman baru. Banyak remaja yang mengalami
kesulitan dalam mencari/ membentuk persahabatan dengan hubungan social yang baru.
Mungkin seseorang berhasil baik dalam hubungan di sekolah yang lama, ketika pindah ke
sekolah yang baru ia menjadi tidak dikenal dan tidak ada yang memperhatikan. Di sini
seseorang dituntut untuk dapat lebih mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat yang baru,
sehingga dia menjadi bagian dari masyarakat yang baru itu.

Penyesusaian diri dengan kehidupan disekolah. Permasalahan penyesuaian diri di sekolah


mungkin akan timbul ketika individu mulai memasuki jenjang sekolah yang baru, baik sekolah
lanjutan pertama maupun sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin mengalami permasalahan
penyesuaian diri dengan guru- guru, teman, dan mata pelajaran. Sebagai akibat antara lain
adalah prestasi belajar menjadi menurun dibanding dengan prestasi disekolah sebelumnya.

Persoalan-persoalan umum yang seringkali dihadapi seseorang antara lain memilih sekolah.
Jika kita mengharapkan peserta didik mempunyai penyesuaian diri yang baik, sebaiknya kita
tidak mendikte mereka agar memilih jenis sekolah tertentu sesuai keinginan kita. Orangtua/
penndidik hendaknya mengarahkan pilihan sekolah sesuai dengan kemampuan, bakat, dan sifat-
sifat pribadinya. Tidak jarang terjadi anak tidak mau sekolah, tidak mau belajar, suka
membolos, dan sebagainya karena ia dipaksa oleh orangtuanya untuk masulk sekolah yang tidak
ia sukai.

Permasalahan lain yang mungkin timbul adalah penyesuaian diri yang berkaitan dengan
kebiasaan belajar yang baik. Bagi siswa yang baru masuk sekolah lanjutan mungkin mengalami
mkesulitan dalam membagi waktu belajar, yakni adanya pertentangan antara belajar dan
keinginan untuk ikut aktif dalam kegiatan sosial, kegiatan ekstra kurikuler, dan sebagainya.

4. Masalah individu yang berhubungan dengan lingkungan sosial

Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain untuk
melakukan interaksi serta membentuk hubungan di lingkungannya. Hubungan sosial ini terus
berlangsung dan berkembang hingga individu tersebut dewasa. Meskipun manusia memiliki

12
tangung jawab sebagai makhluk individual, tetapi manusia dalam memenuhi kebutuhannya juga
membutuhkan orang lain. Pemenuhan kebutuhan dilakukan dengan cara bersosialisasi dan
berinteraksi dengan manusia lainnya. Manusia yang mampu hidup dan bersosialisasi baik
dilingkungan maka di diri manusia tersebut terjalin keseimbangan dalam perkembangannya,
artinya individu berkembang seiring dengan berkembangnya kesosialan diri individu. Manusia
yang berkualitas adalah manusia yang dapat mengembangkan dimensi-dimensi kemanusiaannya
meliputi dimensi kefitrahan, keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagamaan.

Hubungan sosial dimulai sejak lahir, seperti dengan Ibu yang melahirkan atau dengan
keluarganya. Selain itu pada masa anak-anak, remaja akan berinterkasi dan bersosialisasi dengan
teman-temannya di sekolah dan guru, hingga dewasa interaksi terus bertambah luas. Proses
sosialisasi akan berjalan bersamaan dengan proses pencarian identitas pribadi. Sosialisai akan
menguatkan kesadaran atas identitas pribadi, sedangkan perkembangan identitas pribadi akan
membantu remaja berhadapan dengan harapan masyarakat.

Permasalahan tersebut sering terjadi di lingkungan sekolah, di mana peserta didik yang
berada pada masa usia remaja sering menghadapi masalah ketika berhubungan sosial dengan
teman sebayanya. Sekolah sebagai satu lembaga pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan
sosial remaja secara optimal, karena tujuan pendidikan salah satunya adalah membantu peserta
didik mengembangkan hubungan sosialnya. Sekolah menjadi tempat terjadinya proses belajar
dan interaksi sosial sehingga peserta didik dapat belajar berinteraksi dan bergaul dengan
sesamanya. Kemampuan peserta didik dalam membina hubungan sosial dengan lingkungannya
menandakan bahwa ia telah mencapai salah satu dari tugas-tugas perkembangannya. Tercapainya
tugas perkembangan memberikan arti bahwa potensi peserta didik sudah berkembang secara
optimal. Namun, kenyataannya di lapangan masih banyak peserta didik kesulitan dalam menjalin
hubungan sosial dengan temanya.

B. Pentingnya Bimbingan Konseling Di SD


1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Secara etimologis, istilah bimbingan (guidance) mempunyai arti bantuan atau tuntunan,
namun tidak semua bantuan atau tuntunan menunjukan konteks dari bimbingan. Pada sudut

13
pandang ini bimbingan dapat dijadikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu
yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya
sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai
dengan tuntutan dan keadaan lingkungannya baik itu di sekolah, keluarga dan masyarakat atau
dikehidupan pada umumnya. Pemberian bimbingan juga dapat membantu mereka mencapai
tugas-tugas perkembangan secara optimal dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat di artikan bahwa dalam bimbingan


konseling, individu itu diarahkan kepada pemahaman terhadap potensi-potensi dirinya. Dengan
pemahan itu, individu berusaha mengatasi masalah-masalahnya dengan caranya sendiri.
Kemampuan untuk menentukan pilihan sendiri yang tepat, bukanlah sesuatu yang diwarisi sejak
lahir. Akan tetapi merupakan hal yang harus dikembangkan dan dibina dalam diri individu
melalui pendidikan. Menyesuaikan diri artinya menerima diri sesuai apa adanya, tanpa timbul
konflik dan frustasi atau kelainan perilaku Jika melihat dari proses perkembangan individu yang
dibimbing, maka bimbingan juga merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan
oleh pembimbing kepada yang dibimbing agar individu tersebut mencapai perkembangan yang
optimal.

Dapat disimpulkan bahwa bimbingan berarti bantuan yang diberikan oleh pembimbing
kepada individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan,
melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan
norma-norma yang berlaku.

Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan
oleh pembimbing (konselor) kepada individu (Konseli) melalui pertemuan tatap mukaatau
hubungan timbal balik antara keduany, agar konseli mempunyai kemampuan atau kecakapan
melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri, atau proses
pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada
individu (konseli) melalui tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk
mengunggkap masalah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri sesuai dengan
potensinya, dan mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.

14
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu dalam rangka menemukan
pribadinya sehingga mampu memahami kelebihan dan kekurangan dirinya, dapat menerima dan
menyikapi secara positif, dan akhirnya dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya
lebih lanjut dalam kehidupan sosialnya. Menemukan pribadi bermakna juga individu tersebut
disamping dapat mewujudkan hal-hal positif dalam dirinya juga dapat menerima apa adanya hal-
hal negatif yang mungkin terdapat pada pribadinya.

Sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling bertujuan agar peserta
didik dapat menetukan dirinya, mengenal dirinya dan mampu merencanakan masa depannya.
Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta
didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi
pribadi yang utuh dan mandiri. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling mengemban
sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan dan konseling. Penyuluh atau
konselor bimbingan dan konseling haruslah memahami fungsi, prinsip, dan asas bimbingan dan
konseling, serta ruang lingkup atau layanan apa saja yang harus diberikan oleh seorang konselor
terhadap anak didiknya. Jika seorang konselor sudah memahami yang tersebut di atas, mereka
juga harus memahami setting di mana layanan dan bimbingan itu diberikan.

Mengingat bimbingan merupakan bagian integral dari pendidikan. (Mortensen dan


Schmuller, dalam Ngalimun mengemukakan tujuan bimbingan tidak terpisahkan dengan tujuan
pendidikan. Dalam UUSPN dan PP Nomor 28 Tahun 1990, dikemukakan bahwa jenjang
pendidikan dasar, pendidikan memiliki tujuan untuk memberikan bekal bagi peserta didik dalam
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, angota masyaraka, warga negara dan anggota
umat manusia serta mempersipakan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Lebih-
lebih dikemukakan bahwa pengembangan kehidupan siswa sebagi pribadi sekurangkurangnya
mencakup upaya untuk:

a. memperkuat dasar keimanan dan ketaqwaan,


b. membiasakan untuk berperilaku baik,
c. memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar,

15
d. memelihara kesehatan jasmani dan rohani,
e. memberikan kemampuan untuk belajar, dan membentuk kepribadian yang mantap dan
mandiri.
3. Peran Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk di perhatikan. Kemajuan suatu
negara tergantung dari tingkat pendidikannya. Semua negara akan terus berupaya memajukan
pendidikan. Untuk mencapai pendidikan yang bermutu, sekolah perlu mengembangakan tenaga
pendidik yang bermutu dan meningkatkan mutu pendidikan. Akan tetapi, kegiatan belajar
mengajar bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri dari banyak hal yang berkaitan langsung
maupun tidak langsung sengan kegiatan belajar. Salah satunya adalah kegiatan bimbingan dan
konseling.
Fungsi bimbingan dan konseling disekolah sendiri sebagai wadah yang membantu siswa
mengembangkan dan mengoptimalkan potensi didrinya menuju aktualisasi diri serta
mengambangkan sikap dan membentuk kepribadian. Sepeerti yang termuat dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 111 Tahun 2014 Tentang
Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah pasal 1, menyebutkan bahwa
“bimbingan dan konseling adalah upaya sistematis, logis, dan berkelanjutan serta terprogram
yang dilakuan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling untuk memfasilitasi
perembangan peserta didik/konseli untuk mencapai emandirian dalam kehidupan”. Hal ini dapat
diartikan bahwa guru bimbingan konseling di Sekolah dasar mempunyai peran yang sangat
penting dalam terciptanya pribadi siswa yang berkualitas dan memnfasilitasi siswa dalam
mengoptimalkan potensinya disekolah untuk menjadi manusia yang mandiri dalam kehidupan
sehari-hari.
Bimbingan dan Konseling berperan menjadi pusat layanan kesehatan mental bagi siswa,
terutama membantu mengatasi berbagi masalah atau pengembangan potensi siswa yang
berkaitan dengan pribadi, sosial, dan juga karier. Jika dikaitkan dengan model teoritis sekolah
maka bimbingan dan konseling merupakan sistem yang berusaha mewujudkan kesejahteraan
sekolah terutama pada kesejahteraan siswa.
Layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan dari ke-
empat aspek sosiologis yang ada dalam model sekolah sejahtera, yaitu kondisi sekolah (having),

16
hubungan soasial (loving), pemenihan diri (being), dan status kesehatan (health). Secara spesifik
keempat aspek dalam model sekolah sejahtera dapat terwujud dalam layanan bimbingan
konseling disekolah. Bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran yang cukup penting
dan strategis. Bimbingan dan konseling berperan untuk memebrikan layanan kepada siswa agar
dapat berkembang secara optimal mellaui proses pembelajaran secara efektif. Pendekatan yang
dilakukan bimbingan dan konseling dalam membantu keseluruhan dari proses pembelajaran
yaitu dengan pendekatan pribadi.
Berdasarkan ruang lingkup terkait dengan bimbingan dan konseling bahwasannya yang
berperan penting sebagai pusat informasi di lingkungan sekolah dengan mewujudkan sebagian
besar kesejahteraan solah untu menuju sekolah yang sejahtera dengan aktifnya semua layyanna
bimbingan onseling dilingkungan sekolah. Pada dasarnya bimbingan konseling disekolah harus
menciptakan kondisi sekolah yang (having) idealnya sekolah yang sejahtera. Selain itu juga
dapat meningkatkan hubungan sosial (loving) yang mengacu pada lingkungan sosial
pembelajaran, hubungan anatara siswa dengan guru, hubungan pertemanan disekolah , dinamika
kelompok, dan kerjasama antara sekolah dengan orang tua dirumah.
Layanan bimbingan dan konseling yang berfungsi dengan baik akan daapt menempatkan
siswa menjadi seorang pribaddi yang berkembang dalam pemenuhan dirinya (being) secara baik.
Aspek keempat yaitu status kesehatan (health) baik fisik maupun psikologi. Misalnya seorang
anak yang menjadi korban bullying secara psikologi mengalami ketidaksejahteraan dalam
dirinya. Hal ini karena mereka yang menjadi korban bullying merasa dirinya tidak berharga,
tertekan stres bahkan mungkin akan mnari diri dari lingkungan sosial yang dpat berakibat pada
tindakan bunuh diri. Berdasarkan keempat hal tersebut maa disinilah peran bimbingan dan
konseling yang memberikan layanan bagi siswa disekolah. Layanan-layanan yang diberikan
disekolah berupa layanan orientasi, layanan informasi, layanan penemoatan dan penyaluran,
layanan penguasaan konten, layanan konseling peorangan dan layanan bimbingan kelompok.
siswa.
4. Pentingnya Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar
Bimbingan dan konseling merupakan suatu layanan pemberian bantuan yang dilakukan
konselor kepada seorang klien atau peserta didik, agar klien dapat memehami dirinya sediri,
membuat keputusan, memahami potensi dirinya yang dimiliki, mengetahui bagaimana

17
mengambangkan potensinya tersebut, dan memiliki sifat tanggung jawab atas keputusan-
keputusan yang diambilnya sendiri. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah,
supaya setiap siswa lebih berkembang kearah yang semaksimal mungkin.
Saat ini, di Sekolah Dasar kegiatan Bimbingan Konseling tidak diberikan oleh guru
pembimbing secara khusus seperti di jenjang SMP dan SMA. Guru kelas harus menjalankan
secara menyeluruh, baik tugas menyampaikan semua materi pelajaran (kecuali agama dan
penjaskes) dan memberikan layanan bimbingan konseling kepada semua siswa tanpa terkecuali.
Guru sekolah dasar harus melaksanakan semua layanan bimbingan konseling agar setiap
permasalahan yang dihadapi siswa dapat di antisipasi sedini mungin sehingga tida mengganggu
jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat mencapai prestasi bbelajar secara
optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan pembelaharan yang cukup berarti.
Namun realita yang terjadi dilapangan menunjukkan bahwa peran guru kelas dalam
pelaksanaan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara optimal. Mengingat tugas dan
tanggung jawab guru kelas yang penuh dengan beban, seperti mengajar dan mengevaluasi siswa,
sehingga tugas memberikan layanan bimbingan konseling kurang membawa dapak positif bagi
peningkatan prestasi belajar siswa sekolah dasar.
Inilah yang membuat betapa pentingnya bimbingan dan onseling untuk siswa sekolah
dasar. Sehingga keberadaan guru bimbingan sangat diperlukan dalam pendidikan sekolah dasar.
Disamping membantu siswa dalam menyelesaian masalah danmengambangkan peotensinya, giru
bimbingan dan konseling juga akan membantu guru kelas dalam meberikan bimbingan dan
pelayanan bagi siswa sekolah dasar agar layanan bimbingan konseling lebih maksimal lagi.
Mengingat bahwa anak sering menemui hambatan dan permasalahan sehingga mereka banyak
bergantung kepada orang lain, terutama orang tua dan guru. Oleh sebab itu, anak usia sekolah
dasar memerlukan perhatian khusus agar siswa dapat mencapai prestasi belajar dan segenap
potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal tanpa mengalami hambatan dan
permasalahan yang cukup berarti.
5. Layanan bimbingan dan konseling di SD

Dalam dunia pendidikan sangatlah diperlukan adanya sarana dalam pembinaan


kepribadian muridnya, pembinaan kepribadian ini tidak mungkin dilaksanakan secara langsung
oleh masing-masing guru di sekolah. Oleh sebab itu diperlukan suatu badan khusus yang
18
berfungsi untuk menangani pembinaan kepribadian murid yang di namakan “bimbingan
konseling”. (Anita dkk, 2014: 29)

Bimbingan konseling adalah salah satu komponen sekolah yang bertugas membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi komponen sekolah yang lain. Khususnya para siswa atau
anak didik baik permasalahan pribadi, keluarga maupun sosisl masyarakat sehingga tercapai
tujuan pendidikan. Secara formal kedudukan Bimbingan konseling dalam sistem pendidikan di
Indonesia ada didalan undang-undang No. 20 / 2003 tentang sistem pendidikan naisonal beserta
perangkat peraturan pemerintahanya, sedangkan hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan
dasar dimana sekolah dasar ada didalamnya dibicarakan secara khusus dalam PP No. 28/1999
tentang pendidikan dasar bab X. pada pasal 25 ayat I, dalam PP tersebut dikatakan bahwa : 1.
bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
peribadi, mengenal ligkungan dan merencanakan masa depan. 2. bimbingan diberikan oleh guru
pembimbing.

a. Strategi layanan bimbingan dan konseling dalam menghadapi siswa bermasalah


1) Karakteristik Siswa Bermasalah

Sekolah merupakan tempat instansi formal yang dijadikan tempat belajar bagi para siswa-
siswanya. Sekolah terdiri dari berbagai karakter siswa yang berbeda-beda, perbedaan karakter
siswa ini jelas terjadi karena perbedaan cara pandang dalam hidup mereka. Dalam kehidupannya,
siswa- siswa ini tidak lepas dari segala macam masalah yang harus dihadapinya. Masalahnya pun
beragam, hal tersebut merupakan pengertian dari siswa bermasalah. Siswa di sekolah sebagai
manusia (individu) dapat dipastikan memiliki masalah, tetapi kompleksitas masalah-masalah
yang dihadapi oleh individu yang satu dengan lainnya berbeda-beda. Siswa di sekolah akan
mengalami masalah-masalah yang berkenaan dengan : pertama, perkembangan individu; kedua,
perbedaan individu dalam hal kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, sikap, bakat, kebiasaan,
pengetahuan, kepribadian, minat, ciri-ciri jasmaniah, dan latar belakang lingkungan; ketiga,
kebutuhan individu dalam hal memperoleh kasih sayang, memperoleh harga diri, memperoleh
penghargaan yang sama; keempat penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku; Kelima, masalah
belajar.

19
Hamdan Bakran Adz-Dzaky yang dikutip Tohirin (2004:112) mengklasifikasikan
masalah individu atau siswa sebagai berikut :

a) Masalah individu yang berhubungan dengan Tuhan-Nya, ialah kegagalan individu


melakukan hubungan secara vertikal dengan Tuhan-Nya; seperti sulit menghadirkan rasa
takut, memiliki rasa tidak bersalah atas dosa yang telah dilakukan, sulit menghadirkan
rasa taat, merasa bahwa Tuhan senantiasa mengawasi perilakunya sehingga individu
merasa tidak memiliki kebebasan.
b) Masalah individu berhubungan dengan dirinya sendiri adalah kegagalan bersikap disiplin
dan bersahabat dengan hati nurani yang selalu mengajak atau menyeru dan membimbing
kepada kebaikan dan kebenaran Tuhan-Nya.
c) Masalah individu berhubungan dengan lingkungan keluarga, misalnya kesulitan atau
ketidakmampuan mewujudkan hubungan yang harmonis antara anggota keluarga seperti
antara anak dengan ayah dan ibu, adik dengan kakak dan saudara-saudara lainnya.
Kondisi ketidakharmonisan dalam keluarga menyebabkan anak merasa tertekan, kurang
kasih sayang dan kurangnya ketauladanan dari kedua orang tuanya.
d) Masalah individu yang berhubungan dengan lingkungan kerja, misalnya kegagalan
individu memilih pekerjaan yang sesuai dengan karakteristik pribadinya, kegagalan
dalam meningkatkan prestasi kerja, ketidakmampuan berkomunikasi dengan atasan,
rekan kerja dan kegagalan melaksanakan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung
jawabnya.
e) Masalah individu yang berhubungan dengan masalah lingkungan sosialnya misalnya
ketidakmampuan melakukan penyesuaian diri (adaptasi) baik dengan lingkungan
tetangga, sekolah dan masyarakat atau kegagalan bergaul dengan lingkungan yang
beraneka ragam watak, sifat dan perilaku.

2) Upaya Pendekatan Terhadap Siswa Bermasalah


Di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang bermasalah, dengan menunjukan
gejala penyimpangan perilaku. Upaya untuk menangani siswa bermasalah, khususnya yang
terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu:
a) Pendekatan disiplin
20
b) Pendekatan bimbingan dan konseling
Penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan
ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu komponen
organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta sanksinya memang perlu ditegakan untuk
mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa. Kendati
demikian, harus diingat sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada
siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga pendidikan, justru
kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan
perilaku yang terjadi pada para siswanya. Dengan hal tersebut, pendekatan kedua perlu
digunakan yaitu melalui bimbingan dan konseling. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang
memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, penanganan siswa bermasalah
melalui bimbingan dan konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apapun, tetapi
lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya
diantara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa tersebut
dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannnya, serta dapat mengarahkan diri guna
tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik. Salah satu aspek yang sulit dalam mengajar adalah
bagaimana membantu murid yang berprestasi rendah dan susah didekati.

21
BAB III
PENUTUP
Problematika berasal dari bahasa Inggris “problematic” yang berarti masalah atau
persoalan. Problematika berasal dari kata problem yang dapat diartikan permasalahan atau
masalah. Adapun masalah itu sendiri adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan
dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang
diharapkan dengan baik, agar tercapai hasil yang maksimal. Sedangkan Individu merupakan
bagian terkecil dari suatu kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisahkan ke bagian kecil.
Istilah “individu” ini berasal dari bahasa yunani, yakni “individuum” yang artinya tidak terbagi.
Selain itu juga problematika individu adalah

1. Perkembangan Individu
2. Masalah perbedaan individu
3. Masalah penyesuaian diri
4. Masalah individu yang berhubungan dengan lingkungan sosial

Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan
adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang
mempunyai pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap
usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatankegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan
arah pandangnya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri (Tohirin,
2011: 17). Bahwa bimbingan berarti bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu
yang dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui
interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-
norma yang berlaku.

Tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu dalam rangka menemukan
pribadinya sehingga mampu memahami kelebihan dan kekurangan dirinya, dapat menerima dan
menyikapi secara positif, dan akhirnya dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya
lebih lanjut dalam kehidupan sosialnya. Menemukan pribadi bermakna juga individu tersebut
disamping dapat mewujudkan hal-hal positif dalam dirinya juga dapat menerima apa adanya hal-
hal negatif yang mungkin terdapat pada pribadinya.
22
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, N. (2019). Perkembangan Individu. Jurnal Teknologi Pendidikan Madrasah, 2(1), 26-
46.
Putri, R. D. P., Kurniawan, S. J., & Safitri, N. E. (2019, July). Inovasi Layanan Bimbingan Dan
Konseling Di Sekolah Dasar Berbasis Permainan Tradisional “SUNDA MANDA”. In
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAGELARAN PENDIDIKAN DASAR
NASIONAL (PPDN) 2019 (Vol. 1, No. 1, pp. 8-15).
Drs. Masdudi, M.Pd. (20015). Bimbingan dan konseling perspektif sekolah. Cirebon. Nurjati
press.
Asyad, M. (2016) Peranan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dalam Menciptakan Sekolah
Seejahtera (School Well-Being). PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI
SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN SEKOLAH SEEJAHTERA (SCHOOL WELL-
BEING).
Nurohman, A., & PRASASTI, S. (2019). Pentingnya Bimbingan Dan Konselig Di Sekolah Dasar
(SD). Jurnal Ilmiah Konseling, 19(1).
Baharudin, Y. H. (2022). Peran Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial dalam mengatasi
komunikasi lintas budaya siswa lama dan pendatang. JCOSE Jurnal Bimbingan dan
Konseling, 4(2), 87-92.
Sukatin, A. D., Siregar, D., & Indi Mawaddah, S. (2022). Bimbingan dan Konseling Dalam
Pendidikan. Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 8(2), 159-171
Mulyadi. (2010). Diagnosis kesulitan belajar. Yogyakarta: Nuha Litera

Fatimah, Psikologi Perkembangan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006)

Prayitno, E. psikologi perkembangan remaja. FIP. UNP padang

Yusuf, S. (2014). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Prayitno, Konseling Integritas: Pola Konseling Indonesia. (Padang: Universitas Negeri Padang,

2014)

Khalilah, layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial dalam meningkatkan keterampilan
hubungan sosial siswa. Journal of islamic Guidance and counseling, 2017.

23
Saputra, S. Y. (2014). Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Dasar
Kelas Tinggi di Gugus Diponegoro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan
(Doctoral dissertation, Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP-UKSW).
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan
Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.

24

Anda mungkin juga menyukai