Anda di halaman 1dari 26

Tahap Perkembangan Keluarga dengan LANSIA”

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen Pengampu : Ns. Kusdiah Eny S, M.Kep.Sp.Kep.Kom

Disusun oleh :

Husnul Aulia 2720170037


Alfiyani Damayanti 2720170043
Siti Hosima 2720170009
Fathin Azizah .M 2720170040
Anggri gustina2720170081
Husnia Darajah 2720170055
Mutia Safitri 2720170065
Anisah rabihan 2720170052

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
berkat izin-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan
Keluarga. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
ataupun pemikirannya.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini tidak sedikit hambatan yang
penyusun hadapi. Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
dan untuk menyelesaikan tugas makalah yang diberikan Bapak/Ibu Dosen
mata kuliah Keperawatan Keluarga kepada kami.
Kami mennyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh
karena itu, kami mengharapkan krtitik dan saran yang bersifat membangun.
Khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Jakarta, April 2020

Penyusun,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan...................................................................................................
A. Latar belakang.................................................................................................
B. Rumusan masalah............................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................
D. Manfaat ...........................................................................................................

BAB II Pembahasan..................................................................................................
A. Pengertian Lansia ...........................................................................................
B. Batas-batasan Lansia …...............................................................................
C. Tahap-tahap Perkembangan Lansia..............................................................
D. Teori Menua...... ............................................................................................
E. Perubahan Pada Lansia………….................................................................
F. Pekembangan Lansia ....................................................................................
G. Pengkajian Pada Lansia………....................................................................

BAB III …Penutup.................................................................................................


Kesimpulan.............................................................................................................
Saran ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keluarga dengan tahap perkembangan usia lanjut merupakan tahap perkembangan dari
keluarga yang merupakan tahap akhir dari sebuah tahapan keluarga. Pada tahap ini menurut
Duvall dan Miller 1985 adalah tahap terakhir siklus kehidupan keluarga di mulai dengan
salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu
pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal Pada tahap
perkembangan keluarga usia lanjut proses lanjut usia dan pensiun merupakan realita yang
tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga.
Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial,
kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunya produktivitas dan fungsi kesehatan. Untuk
memenuhi tugas-tugas perkembangan keluarga usia lanjut keluarga harus mampu beradaptasi
menghadapi stressor tersebut (Friedman, 1998).
Keluarga pada tahap ini harus mampu memenuhi tugastugas perkembangan dalam
keluarga yaitu mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap
pendapatan yang 2 menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri
terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan
untuk memahami eksistensi usia lanjut. Lansia merupakan kelompok umur yang memerlukan
perhatian lebih, kerena telah mengalami berbagai kemunduran baik fungsi fisik maupun
psikologisnya. Termasuk pada kemunduran pada sistem musculoskeletal diantaranya tulang,
persendian, otot-otot pada lansia. Penurunan pada masa tulang dapat disebabkan karena
ketidakaktifan fisik, perubahan hormonal dan resorbsi tulang. Efek dari penurunan masa
tulang adalah tulang menjadi lemah, lunak dan dapat tertekan serta tulang berbatang panjang
kurang dapat menahan sehingga mengakibatkan fraktur (Maryam,2008).
Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada
semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem
muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitanya dengan timbulnya beberapa golongan
nyeri sendi. Yang sering dialami pada usia lanjut yang menimbulkan gangguan
muskuloskeletal terutama adalah nyeri sendi (fitriani, 2009).
Setiap orang, apalagi lansia (lanjut usia), tentu pernah merasakan nyeri selama
perjalanan hidupnya. Perasaan ini kualitas dan kuantitasnya berbeda dari satu orang ke orang
lain, tergantung dari tempat nyeri, waktu, 3 penyebab dan lain-lain. Pada lansia rasa nyeri ini
sudah menurun, sehingga keluhan akan berkurang, karena kepekaan sarafnya sudah mulai
berkurang bahkan bisa sampai hilang sama sekali. Karena berkurangnya rasa nyeri inilah
maka diagnosis nyeri pada lansia sering kali sulit atau bahkan kabur untuk menentukan
tempat/daerah asal nyeri (Warfields, 1991).
Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al 2008, prevalensi nyeri sendi di
Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini menunjukan bahwa rasa nyeri sendi
sudah cukup mengganggu aktivitas sangat padat di daerah perkotaan seperti mengendarai
kendaraan di tengah arus kemacetan, duduk selama berjam-jam tanpa gerakan tubuh yang
berati, tuntutan untuk tampil menarik dan prima, kurangya porsi berolahraga, serta faktor
bertambahnya usia. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan kepada anggota
keluarga yang sakit, sebagai pendidik kesehatan dan sebagai fasilitator agar pelayanan
kesehatan mudah dijangkau dan perawat dengan mudah dapat menampung permasalahan
yang di hadapi keluarga serta membantu mencarikan jalan pemecahnya, misalnya
mengajarkan kepada keluarga untuk mencegah agar tidak terjadi penyakit nyeri sendi. Peran
klien dan keluarga lebih difokuskan untuk menjalankan lima tugas keluarga tersebut adalah
mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi
perawatan kepada 4 anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau menciptakan suasana
rumah yang sehat, mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan
masyarakat (Friedman, 1998).

A. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami konsep dasar keluarga dengan tahap perkembangan Lansia
dan asuhan keperawatan pada keluarga dengan tahap perkembangan Lansia
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa atau perawat dapat mengetahui dan memahami konsep dasar keluarga
dengan tahap perkembangan Lansia
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada keluarga dengan tahap
Lansia.

B. Metode penulisan
Dalam pembuatan makalah ini tim penulis menggunakan metode  deskriptif yaitu
dengan mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber internet dan diskusi bersama
anggota kelompok
KONSEP DASAR

A. Tahap PerkembanganKeluarga Usia Konsep


Lansia

1. Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan
memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu mendapat perhatian
khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin
dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga
dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (Mubarak, 2006).
Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis
yang tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang.
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
(graduil) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan
terhadap injuri termasuk adanya infeksi (Paris Contantinides, 1994).
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai
dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot,
susunan saraf dan jaringan lain sehingga tubuh “mati” sedikit demi
sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa
penampilan seorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi
fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian
puncak maupun aat menurunya. Namun umumnya fungsi fisiologis
tubuh mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun. Setelah mencapai
puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh
beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai
bertambahnya umur.
B. Batasan-batasan lansia
Terdapat batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur orang
yang masuk dalam kategori lansia, diantaranya adalah
 60 tahun keatas (UU No. 13 Tahun 1998)
 60-74 tahun (WHO)

Menurut organisasi kesehatan Dunia lanjut usia dikelompokkan


menjadi :
1) Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.
2) Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun.
3) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun.
Tetapi ada Mentri Sosial (Mensos) Agus
Gumiwang Kartasasmita mengusulkan agar
batasan usia lanjut atau lansia tidak lagi 60
tahun melainkan diubah menjadi 65 tahun ke
atas .

C. Tahap-tahap perkembangan Lansia


Tahap VII : Keluarga Dalam Masa Pensiun & LansiaMerupakan tahap
terakhir siklus kehidupan keluarga, dimulai dengan salah satu
pasangan memasuki masa pensiun, yang terus berlangsung hingga
salah satu meninggal dan berakhir dengan pasanagan lainnya yang
meninggal.
Masalah mayoritas yang sering dihadapi oleh para lansia :
 Ekonomi, biasanya tergantung pada kelurga atau
pemerintah.
 Perumahan, terkadang kondisi perekonomian mereka
mendorong mereka untuk pindah ketempat yang lebih
kecil.
 Sosial : kehilangan saudara, teman dan pasnagan.
 Pekerjaan : hilangnya peran dan perasaan produktivitas.
 Kesehatan: menurunnya fungsi fisik, mental, dan kognitif
dalam hal pemberian perawatan bagi peran yang kurang
sehat.
Tugas-tugas yang penting untuk dilaksanakan pada
tahap ini, antara lain :
 Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
 Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
 Mempertahankan hubungan perkawinan
 Menyesuaikan diri tehadap kehilangnya pasangan
 Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi
 Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka
( penelahan & integrasi hidup).

D. Teori Menua
Menurut Wahyudi (2008), Teori proses menua dibagi menjadi
dua, yaitu teori biologis dan teori sosiologis. Adapun teori biologis
diantaranya sebagai berikut :
1) Teori biologis
Teori genetic clock merupakan teori intrinsik yang
menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang
mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini
menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik
untuk spesies tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya
memiliki suatu jam genetik atau jam biologis sendiri dan setiap
spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah
diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenius ini
berhenti berputar, maka ia akan mati.
Teori mutasi somatik. Menurut teori ini, penuaan terjadi
karena adanya mutasi somatic akibat pengaruh lingkungan
yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA
atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein atau enzim.
Kesalahan ini terjadi terus- menerus sehingga akhirnya akan
terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi
kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin
sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.

2) Teori nongenetik
Teori penurunan sistem imun tubuh merupakan mutasi
yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition).
Jika mutasi yang merusak membrane sel, akan menyebabkan
sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Dalam
proses metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai
contoh, tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa
berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan autoimun.
Teori kerusakan akibat radikal bebas, teori radikal bebas
dapat terbentuk di alam bebas dan didalam tubuh karena
adanya proses metabolisme atau proses pernapasan didalam
mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau
molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang
tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau
molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau
perubahan dalam tubuh.
Radikal bebas yang terdapat dilingkungan seperti :
a) Asap kendaraan bermotor
b) Asap rokok
c) Zat pengawet makanan
d) Radiasi
e) Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya
perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.
Teori sosiologis
1) Teori interaksi sosial teori ini mencoba menjelaskan
mengapa lanjut usia bertindak pada suatu situasi tertentu,
yaitu atas dasar hal- hal yang dihargai masyarakat.
Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial
merupakan kunci mempertahankan status sosialnya
berdasarkan kemampuannya bersosialisasi.
2) Teori aktivitas atau kegiatan
a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah
kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa
usia lanjut
yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut
serta dalam kegiatan sosial.
b) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat
melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas
tersebut selama mungkin.
c) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada
cara hidup lanjut usia.
d) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial
dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai
lanjut usia.
3) Teori kepribadian berlanjut
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan
sebelumnya. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang
terjadi pada seorang usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tipe
personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia.
4) Teori pembebasan atau penarikan diri
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.
Menurut teori ini seorang lanjut usia dinyatakan mengalami
proses menua yang berhasil apabila ia menarikdiri dari
kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan
pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.
E. Perubahan Pada Lansia
Perubahan pada lansia Menurut Wahyudi (2008),
Perubahan Fisik meliputi :
← 1.Sistem muskoloskeletal
Sistem muskuloskeletal bekerja membuat gerakan dan
tindakan yang harmoni sehingga manusia menjadi seorang
yang bebas dan mandiri. Sistem muskuloskeletal terdiri dari
kerangka, sendi, otot, ligamentum dan bursa. Kerangka
membentuk dan menopang tubuh, melindungi organ penting
dan berperan sebagai penyimpanan mineral tertentu seperti
kalsium, magnesium, dan fosfat. Rongga medula tulang adalah
tempat utama yang memproduksi sel darah. Otot memberikan
kekuatan untuk menggerakkan tubuh, menutup lobang luar dari
sistem gastrointestinal dan saluran kencing serta meningkatkan
produksi panas untuk menjaga kontrol temperatur. Perubahan
pada sistem muskuloskeletal (Surini, 2003)
a. Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen
sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon,
tulang, artilago, dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan cross linking yang tidak
teratur. Bentangan yang tidak teratur dan penurunan
hubungan tarikan linier pada jaringan kolagen merupakan
salah satu alasan penurunan mobilitas pada jaringan
kolagen merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas
pada jaringan tubuh. Setelah kolagen mencapai puncak
fungsi atau daya mekaniknya karena penuaan, tensile
strength dan kekakuan dari kolagen mulai menurun.
Kolasen dan elastin yang merupakan jaringan ikat pada
jaringan penghubung mengalami perubahan kualitatif dan
kuantitatif sesuai penuaan. Perubahan pada kolagen itu
merupakan penyebab turunya fleksibilitas pada lansia
sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan
kemampuan untuk meningkatkan kekakuan otot, kesulitan
bergerak dari duduk keberdiri, jongkok dan berjalan, dan
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari- hari.

b. Kartilago. Jaringan kartilago pada persendian menjadi


lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya permukaan
sendi menjadi rata. Selanjutnya, kemampuan kartilago
untuk generasi berkurang dan degenerasi yang terjadi
cenderung ke arah progresif. Proteoglikan yang merupakan
komponen dasar matriks kartilago berkurang atau hilang
secara bertahap. Setelah matriks mengalami deteriorasi,
jaringan fibril pada kolagen kehilangan kekuatanya, dan
akhirnya kartilago cenderung mengalami fibrilasi.
Kartilago mengalami klasifikasi di beberapa tempat, seperti
pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi
tidak efektif, tidak hanya sebagai peredam kejut, tetapi juga
sebagai permukaan sendi berpelumas. Konsekuensinya,
kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.
Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar
penumpu berat badan. Akibat perubahan itu sendi mudah
mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan
gerak dan terganggunya aktivitas sehari-hari.

c) Tulang. Berkurangnya kepadatan tulang, setelah


diobservasi, adalah bagian dari penuaan fisiologis.
Trabekula longitudinal menjadi tipis dan trabekula
transversal terabsorbsi kembali. Sebagai akibat dari
perubahan itu, jumlah tulang spongiosa berkurang dan
tulang kompakta menjadi tipis. Perubahan lain yang
terjadi adalah penurunan estrogen sehingga produksi
osteoklas tidak terkendali, penurunan penyerapan
kalsium di usus, peningkatan kanal Haversi sehingga
tulang keropos. Berkurangnya jaringan dan ukuran
tulang secara keseluruhan menyebabkan kekuatan dan
kekakuan tulang menurun. Dapak kekurangan

kepadatan akan mengakibatkan osteoporosis.


Osteoporosis lanjut akan mengakibatkan nyeri,
deformitas dan fraktur.

d) Otot. Perubahan otot pada penuaan sangat bervariasi.


Penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan
jaringan penghubung, dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif.

e) Sendi. Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti


tendon, ligamen dan fasia mengalami penurunan
elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi, dan klasifikasi
pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehingan
fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan luas gerak
sendi. Beberapa kelainan akibat perubahan pada lansia
antara lain osteoartritis, artritis reumatoid, gout, dan
pseudogout. Kelainan tersebut dapat menimbulkan
gangguan berupa bengkak, nyeri, kekakuan sendi,
keterbatasan luas gerak sendi, gangguan jalan dan
aktivitas keseharian lainya. Tulang rawan sendi pada
orang dewasa tidak mendapat aliran darah, limfe, atau
persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme lain
dibawa oleh cairan sendi yang membasahi tulang rawan
tersebut. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan
proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau ketika
usia bertambah.

← 2.Sistem persyarafan
 Menurun hubungan persarafan
 Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang
berkurang setiap harinya)
 Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya
terhadap stress
 Saraf panca- indra mengecil
 Penglihatan berkurang, pendengaran menhilang, saraf
penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap
dingin
 Kurang sensitif terhadap sentuhan
 Defisit memori

3.Sistem Endokrin
Perubahan pada sistem endokrin akibat penuaan
antara lain produksi dari semua hormon menurun, fungsi
paratiroid dan sekresinya tidak berubah, terjadinya pituitari
yaitu pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan
hanya di dalam pembuluh darah. Menurunnya aktivitas
tiroid, menurunnya BMR (Basal dan menurunnya daya
pertukaran WOKE Metabolic Rate) zat. Menurunnya
produksi aldosteron dan menurunnya sekresi hormon
kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan testosteron
4.Selain itu :
1. Penuan pada kullit ,
Kulit manusia akan menjadi lebih keriput akibat
berkurangnya produksi kolagen. Kolagen adalah salah
satu protein yang berfungsi untuk menjaga kekenyalan
kulit. Kelenjar keringat di kulit juga dapat berkurang,
menyebabkan seorang lansia lebih rentan mengalami
kulit kering.
2. Fungsi jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
Penuaan memengaruhi struktur jantung dan
pembuluh darah, yang turut memengaruhi fungsinya.
Pembuluh darah arteri akan menebal dan menjadi keras
karena proses aterosklerosis. Selain itu, katup jantung
juga dapat menjadi lebih kaku. Hal ini dapat
menyebabkan daya tahan jantung berkurang saat
berolahraga maupun beraktivitas.

3. Sistem pencernaan
Lambung akan memproduksi asam lambung dalam
jumlah yang lebih sedikit. Akibatnya, tubuh lansia akan
rentan terhadap infeksi dari makanan.
Sedangkan pada lidah, pengecap rasa akan bekurang
jumlahnya sehingga makanan terasa lebih hambar.
Usus juga bergerak lebih pelan sehingga Anda
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencerna
makanan.

4. Fungsi ginjal
Seiring bertambahnya usia, struktur pada ginjal
akan berubah. Proses aterosklerosis juga dapat
menyerang ginjal, menyebabkan menurunnya fungsi
ginjal.

5. Penglihatan
Lensa mata akan menjadi lebih keras. Akibatnya,
mata akan sulit melihat pada kondisi remang-remang.
Kemampuan akomodasi juga akan berkurang, sehingga
lansia umumnya memerlukan bantuan kacamata ganda
untuk melihat dengan fokus. Ketajaman penglihatan,
kepekaan warna, dan persepsi kedalaman juga
berkurang.

6. Pendengaran
Terjadi berbagai perubahan pada sistem
pendengaran di usia tua. Mulai dari berkurangnya saraf
pendengaran hingga melemahnya struktur telinga. Pada
lansia, gejala yang paling mudah dirasakan adalah
hilangnya pendengaran pada nada tinggi serta kesulitan
membedakan nada bicara.

7. Sistem imun
Menurunnya aktivitas sel T pada sistem imun
(kekebalan tubuh) akan menyebabkan lansia mudah
mengalami infeksi. Selain itu, ketika sedang terserang
penyakit pun tubuh lansia pun jadi lebih sulit untuk
mempertahankan dan memulihkan diri.

F. Perkembangan Lansia
a. Perkembangan Fisik Pada masa lansia terlihat pada perubahan
perubahan fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran,
penubahan perubahan biobgis yang dialami pada masa kansia yang
terlihat adanya kemunduran tersebut sangat berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan dan terhadap kondisi psikobogis. Kebanyakan
perubahan fisik pada lansia mengalami hal yang sama, misalnya
rambut yang memutih, kulit keriput, dan gigi yang tunggal Pada
periode ini penurunan fungsi organ tampak jelas.
Sistem peredaran darah
Tidak lama berselang terjadi penurunan jumlah darah yang
dipompa oleh jantung dengan seiringnya pertambahan usia sekalipun
pada orang dewasa yang sehat. Bagaimanapun, kita mengetahui bahwa
ketika sakit jantung tidak muncul jumlah darah yang dipompa sama
tanpa mempertimbangakan usia pada masa dewasa. Kenyataannya para
ahli penuaan berpendapat bahwa jantung yang sehat dapat menjadi
lebih kuat selama kita menua dengan kapasitas meningkat bukan
menurun (Fozard, 1992).
Meningkatnya tekanan darah yang terjadi akibat bertambah
kerasnya dinding pembuluh arteri aorta dan pusat merupakan gejala
unmum bagi orang yang berusia lanjut.
Sistem pernafasan
Kapasitas paru-paru akan menurun pada usia 20 hingga 80 tahun
sekalipun tanpa penyak it. Paru paru kehilangan ektisitasnya, dada
menyusut, dan diafragma melemah. Meskipun begitu, berita baiknya
adalah bahwa orang dewasa hnjut dapat memperbaiki fungsi paru paru
dengan ktihan-latihan memperkuat diafragma.
Seksualitas
Penuaan menyebabkan beberapa perubahan penununan dalam hal
seksualitas manusia, dan terdapat perubahan yang lebih banyak pada
laki laki dari pada perempuan. Rubin (Harlock) mengatakan bahwa
hubungan seksual tidak mungkin berhenti secara otomatis pada usia
berapapun. Mereka yang tidak meakukan hubungan seksual pada usia
lanjut, biasanya disebabkan oleh penyakit yang diderita pasangannya.

b. Perkembangan Psikis dan Intelektual


Otak dan Sistem syaraf berubah dengan tanda adanya penurunan
kecepatan beajar sesuatu yang diikuti dengan menurunnya kemnmpuan
intekektual. Beberapa pene liti memperkirakan 5 sampai 10% neuron
akan berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun, setelah itu
hilangnya neuron menjadi dipercepat. Aspek yang signifikan dari
proses penuaan adakh pada neuron-neuron yang tidak mengganti
dininya sendiri yang menyebabkan hiangnya sebagian kecil
kemampuan pada masa dewasa akhir.
c. Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap
menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan
para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan
masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih,
tidak dibutuhkan agi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti
penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan
sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang hanus
dihadapi lanjut usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya
gangguan fungsional keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatk
an kanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masakah
Sehingga lanjut usia yang masa lahunya sulit dakm menyesuaikan dini
cendenung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa
selanjutnya.

d. Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa knsia yang kbih dekat
dengan agama menunjuk kan tingkatan yang tinggi dakm hal kepuasan
hidup, harga din dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan)
sangat berperan memberikan ketemangan batiniah khususnya bagi para
Lansia. Rasukukh bersabda "sema penyakt ada obatrya kecuali
penyakit tua". Sehingga religusitas atau perghayatan keagamaan besar
pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental

G. Pengkajian pada Lansia


Pengkajian Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi
yang sangat mendasar pada proses menua yang meliputi seluruh organ
tubuh dalam melakukan pengkajian perawat memerlukan
pertimbangan khusus. Pengkajian harus dilakukan terhadap fungsi
semua system, status gizinya, dan aspek psikososialnya. Hal-hal yang
dapat ditemukan pada pengkajian lanjut usia:
a. Mulut dan gigi
Gigi menjadi ompong yang dapat menyebabkan timbuhnya
berbagai penyaki periodontal sehingga gusi menj aadi atrofi
secara progresif. Mulut kering sehingga air ludah mudah
mengental. Selain itu dapat menimbulkan risiko mukosa mudah
mukt mudah pecah sehingga timbul stomatitis dan perasaan tidak
nyaman.
b. Kulit
Akan sering ditemukan data subjektif dari lanjut usia gatal-gatal
dan nampak kulit kering serta mudah terluka.
c. Ekstemitas atas dan bawah
Terjadi penebakn pada kulit yang tertekan terutama pada tekpak
kaki mata kaki termasuk tekapak tangan Beberapa kulit di daerah
ekstermitas bahkan menipis, kulit terke lupas, pecah pecah dan
mudah tergores. Terjadi puka kehinan pada kuku seperti kapisan
tanduk yang semakin mengeras, hipertrofi kuku atau kuku yang
merusak jaringan lunak di bawahnya.

d. Mobilitas
Terdapat keterbatasan pergerakan yang terjadi akibat beratnya
penyakit atau kompleksitas dari gangguan fungsi tubuhnya,
sehingga dapat meninbuk an masalh mobilitas. Untuk itu perlu
dikaji kemampuan lama dan jenis aktivitas yang dapat dilakukan
serta waktu yang digunak an untuk beristirahat setelah menjalani
aktivitas tertentu.

e. Eliminasi
Konstipasi, inkontinensia urin dan atau fekal diare merupakan ke
huhan utama klien kanjut usia yang paling menonjol Perlu
dilakukan pengkajian frekuensi dan pola defekasi, pola diet,
masukan dan keluaran cairan aktivitas klien integritas kulit sekitar
anus dan kemaluan serta mengidentifikasi factor penyebab
munculnya masalah eliminasi
f. Penglihatan
Klien lanjut usia akan sering mengalami gangguan penglihatan
diantaranya akan ditemukan glaucoma dan katarak. Perlu dikaji
jenis alat bantu penglihatan yang digunakan serta pemeriksaan
fisik pada mata sesuai dengan masalah yang muncul

g. Pendengaran
Ketahuilah tentang penggunaan alat bantu pendengaran yang
digunakan klien, keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari
atau terjadi gangguan hubungan social akibat gangguan
pendengaran.

h. Jantung dan pembuluh darah


Terjadi peningkatan tekanan darah, hipotensi orthostasis, penyakit
jantung koroner atau bahkan gagal jantung merupakan penyakit
yang hzim terjadi pada kanjut usia. Perubahan hemodinamik, poa
diet, nyeri dada, kembung. bingung, sesak nafas, palpitasi, vertigo
bahkan sink op akan sering dijumpai pada pemeriksaan fisik.

i. Pernafasan
Pneumonia dan obstruksi paru menahun juga menupakan masalah
kesehatan pada system respirasi yang menonjol pada lanjut usia.
Akan ditemukan adanya data batuk, kesulitan mengeluark an
dahak, mudah lelah lemah, berat badan menurun, tidak nafsu
makan dan lain-lain.

j. Endokrin
Diabetes mellitus dan penyakit-penyakit tiroid kerap merupakan
masakh kesehatan yang banyak ditemui pada hanjut usia. Maka
perawat perlu mengidentifikasi adanya tanda- tanda dan gejala
terhadap kehikangan atau meningk atnya berat badan, hilangnya
atau meningkatnya nafsu makan, sesak mafas, palpitasi, tremor,
kelemahan atau adanya intoleransi terhadap perubahan cuaca
dingin atau panas.
k. Nyeri
Nyeri pada lanjut usia dirasakan dua kali ebih berat dibandingkan
pada usia muda. Data- data yang dapat ditemukan antara hin
adanya temuan skala nyeri, menangis, mengerang kesakitan
agitasi lemah dan tampak tertekan disamping adanya perubahan
tanda-tanda vital
l. Depresi
Perasaan tidak berdaya muncul akibat hikangnya berbagai fungsi
organ tubuh olkh karenma bertambahnya usia. Sulit berkosentrasi
merasa sedih dan pesimis, kesulitan atau teralu banyak tidur,
kelkebihan atau kehilangan berat badan hikangnya minat
melakukan motivasi serta energy merupakan tanda-tanda bagi
klien yang mengalami depresi
m. Demensia
Kehilangan daya ingat terutama ingatan jangka pendek, gangguan
dakam memberikan alasan yang abstrak, sangat tergantung
dengan bantuan orang lain dakam memenuhi kebutuhan sehari-
hari serta tidak mampu berkomunikasi dengan jelas secara
lengkap dan ekspresif.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Merupakan tahap terakhir siklus kehidupan keluarga, dimulai dengan salah satu
pasangan memasuki masa pensiun, tahap perkembangan keluarga akan masuk kategori usia
lanjut saat suami-istri telah pensiun hingga salah satunya meninggal dunia dengan berbagai
macam perubahan serta perkembangan yang terdapat pada lansia tersebut dan di saat inilah
juga suami-isteri bertugas untuk saling merawat dan mempertahankan hubungan baik
dengan anak dan sosial masyarakat.
Diharapkan perawat atau mahasiswa dalam hal ini mempunyai peran juga untuk
membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
Pengkajian keluarga dengan tahap usia lanjut merupakan salah satu dari proses
keperawatan dimana dalam hal ini dapat mengoptimalkan peran dan fungsi lansia. Jadi
semakin tinggi tingkat pengetahuan lansia akan kesehatannya dan terhadap masalah-
masalah yang terjadi maka dapat diminimalisir masakah itu terjadi

B.Saran
1. Perawat Sebagai perawat dalam menjalankan tugas pelayanan kesehatan, perawat harus
lebih tanggap dalam mengidentifikasi masalah - masalah apa saja yang terkait dengan
keluarga lanjut usia, sehingga dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan tahap lanjut
usia serta perawat menjadi fasilitator dakam membantu penyelesaian masalah
2. Pasien dan keluarga Pasien diharapkan agar menjalankan tugas perkembangan sesuai
dengan tahap lanjut usia, dapat menjaga keharmonisan keluarga, juga menjaga kesehatan
dengan menkonsumsi makanan-makanan yang bernutrisi tinggi serta mengoptimakan
kemampuan yang dimiliki.
3. Masyarakat Sebagai masyarakat juga harus memahami tentang masalah-masalah yang
sering terjadi pada lansia serta perawatannya pada masing-masing masalah tersebut
dengan mengikuti pendidikan kesehatan yang diadakan oleh perawat sehingga apabila
dikeluarga masyarakat terdapat kehuarga dengan tahap lanjut usia, masyarakat dapat
memberikan saran-saran yang bemanfaat pada lansia-hns ia yang ada disekitar
masyarakat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Friedman.2005.Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC


Nugroho, Wahyudi.2008.Asuhan Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC
Suprajitno.2004.Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik. Jakarta :E

Anda mungkin juga menyukai