Anda di halaman 1dari 18

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT

REMAJA (SMA) DI KOMUNITAS


disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Proses Dokumentasi Keperawatan

oleh:
Bagus Setyo P. 082310101010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2013
1. Konsep Remaja
1.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah individu yang berada pada rentang usia 10-19 tahun. Masa
remaja dapat dikelompokkan menjadi beberapa tahap diantaranya tahap remaja
awal adalah mereka yang berusia 10-14 tahun, masa remaja pertengahan adalah
mereka yang berusia 14-17 tahun, masa remaja akhi adalah mereka yang berusia
17-19 tahun. Dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya remaja ditandai
dengan ciri-ciri mengalami kematangan fisik, kognitif, sosial dan emosional yang
sangat cepat baik pada anak laki-laki yang mempersiapkan diri menjadi laki-laki
dewasa dan pada perempuan yang mempersiapkan diri menjadi perempuan
dewasa (Wong, 2008).

1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja


A. Tahapan perkembangan remaja :
a. remaja awal (early adolescence)
pada tahap ini remaja masih belum paham akan perubahan-perubahan yang
terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-
perubahan tersebut. Remaja pada tahap ini akan mengembangkan pikiran-
pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan peka sekali terhadap
rangsangan-rangsangan yang bersifat erotis. Kepekaan yang berlebihan
tersebut dapat menyebabkan remaja pada tahap ini sulit mengerti dan
dimengerti orang dewasa;
b. remaja pertengahan (middle adolescence)
pada tahap ini remaja sudah mulai membutuhkan teman-teman dan remaja
merasa senang apabila banyak teman yang menyukainya. Kecenderungan
menyukai diri sendiri dengan cara mulai menyukai teman-teman yang
mempunyai sifat yang sama dengan dirinya. Khusus remaja laki-laki pada
tahap ini sudah mulai mempererat hubungan dengan teman-teman terutama
lawan jenisnya;
c. remaja akhir (late adolescence)
tahap remaja akhir merupakan masa persiapan menuju masa dewasa.

2
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
a. Perkembangan Biologis
Pada masa remaja biasanya terjadi perubahan fisik akibat hasil dari aktivitas
hormonal di bawah kendali susunan sistem saraf pusat. Adanya peningkatan
fisik serta diikuti dengan perkembangan karakteristik seks sekunder jelas
menandakan akan adanya perubahan fisik pada remaja, sedangkan untuk
perubahan fisiologis dan kemampuan bereproduksi kurang begitu tampak
(Wong, 2008).
1. Perubahan Hormonal Saat Pubertas
Hormon yang berpengaruh pada proses pertumbuhan dan perkembangan
adalah hormon pertumbuhan (growth hormone), hormon gonadotropin
(gonadotropic hormone), estrogen, progesteron, serta testosteron. Hormon
pertumbuhan akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan tinggi dan berat
badan pada remaja baik laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki akan
muncul ciri-ciri seksual sekunder seperti rambut wajah, tubuh dan kelamin
serta suara yang dalam akibat dari hormon androgen, sedangkan pada
perempuan, ciri-ciri seksual sekunder yang timbul berupa adanya rambut
di daerah kelamin, pembesaran payudara, pinggul yang lebih lebar akibat
dari hormon estrogen. Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas
baik pada laki-laki maupun perempuan akan mengakibatkan adanya
dorongan seksual.
2. Pertumbuhan Fisik
Perubahan fisik pada remaja laki-laki dimulai pada usia 12-14 tahun dan
berakhir pada usia 20 tahun, sedangkan perubahan fisik remaja perempuan
dimulai pada usia 10-14 tahun dan berkahir pada usia 17-19 tahun.
3. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis yang terjadi selama masa pubertas akan memberikan
respon pada perubahan fisiologis tubuh seperti perubahan ukuran dan
kekuatan jantung, pembesaran pembuluh darah, dan peningkatan tekanan
sistolik, sementara produksi panas tubuh dan frekuensi nadi mengalami
penurunan (Wong, 2008).
b. Perkembangan Psikososial.
Perkembangan emosional pada masa remaja dapat ditandai dengan adanya
perubahan-perubahan seperti perubahan pemikiran bagaimana cara remaja

3
melihat dirinya sendiri. Perubahan fisik dan fisiologis yang terjadi selama
masa pubertas akan dapat meningkatkan emosi pada remaja.
c. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif pada masa remaja adalah remaja mulai mampu
menunjukkan cara berfikir yang logis, mampu menggunakan istilah sendiri,
memiliki pandangan dalam bergaul dan hobi yang diminatinya serta cara
berpenampilan. Cara berfikir remaja sudah mulai menatap masa depan,
mampu mengevaluasi berbagai cara dalam pengambilan tindakan, dan apa
yang menjadi tujaun pribadi dari remaja.
d. Perkembangan Moral
Perkembangan moral pada masa remaja ditandai dengan munculnya suatu
pertanyaan mengenai nilai-nilai moral yang sudah ada dan relevansinya
terhadap individu dan masyarakat. Remaja lebih memahami tugas dan
kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga
memahami konsep peradilan yang nampak dalam penetapan hukuman
terhadap kesalahan yang dilakukan oleh remaja. Remaja mempertahankan
peraturan moral yang telah ditetapkan. Sering kali remaja menganggap
peraturan moral secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi remaja tidak
mematuhi peraturan tersebut (Wong, 2008).
e. Perkembangan Spiritualitas
Perkembangan spiritualitas yang terjadi adalah perubahan aktifitas ibadah
yang dilakukan oleh remaja mulai dari menolak untuk melakukan aktifitas
ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara mandiri dengan privasi
dalam kamar sendiri (Wong, 2008).
f. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial yang terjadi pada masa remaja adalah kedekatan dengan
teman sebaya dan waktu yang lebih banyak dihabiskan dengan kelompok
sebaya merupakan perubahan sosial yang terjadi pada masa remaja.
2. Konsep HIV/AIDS
2.1 Pengertian HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan retrovirus yang menyerang
sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia terutama CD4 positive T-sel dan
macrophages (komponen-komponen utama sistem kekebalan sel). Infeksi virus ini
mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang

4
akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sistem kekebalan dianggap
defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi
infeksi dan penyakit. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi
kekebalan yang parah dikenal sebagai infeksi oportunistik karena infeksi-infeksi
tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah aplikasi dari berbagai
gejala dan infeksi terkait dengan penurunan sistem kekebalan tubuh. Sindrome
imonudefisiensi (AIDS) diartikan sebagai bentuk paling berat dari keadaan sakit
yang terus-menerus akibat adanya infeksi HIV.

2.2 Fase HIV/AIDS


a. Fase Pertama
Pada fase pertama belum terlihat adanya infeksi HIV meskipun dengan tes
darah karena pada fase ini masih belum terbentuk antibodi terhadap HIV
tetapi pada fase ini orang yang terinfeksi HIV sudah dapat menularkan
virus HIV pada orang lain.
b. Fase Kedua
Fase kedua berlangsung sekitar dua sampai sepuluh tahun setelah
terinfeksi HIV. Hasil tes pada fase ini akan menunjukkan hasil positif
tetapi belum menampakkan gejala sakit.
c. Fase Ketiga
Pada fase ketiga sudah mulai terlihat adanya penurunan sistem kekebalan
tubuh ini sudah mulai muncul gejala awal penyaki seperti keringat
berlebihan pada malam hari, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar
getah bening, flu yang tak kunjung sembuh, nafsu makan berkurang
sehingga menyebabkan penurunan berat badan.
d. Fase Keempat
Pada fase keempat hasil tes menunjukkan positf AIDS. Pada fase ini sudah
muncul penyakit yang disebut dengan infeksi oportunistik seperti kanker,
infeksi paru, infeksi usus dan infeksi otak.

5
2.3 Tanda dan gejala HIV/AIDS
Kehilangan berat badan (>10%) dari berat badan dasar, demam yang terus
menerus atau intermitten dan temperatur atau suhu oral tinggi (>37,5 oC) yang
lebih dari satu bulan, diare yang terus menerus lebih dari satu bulan, dan
meluasnya limfadenopati. Tanda dan gejala lain yang patut diduga sebagai infeksi
HIV yaitu :
a. PPE (papular pruritis eruption) dan kulit kering yang meluas merupakan
dugaan kuat akan adanya infeksi HIV;
b. infeksi jamur seperti kandidiasis oral, dermatitis serobotik, dan kandidiasis
vaginan berulang;
c. infeksi viral seperti herpes zoster yang berulang, herpes genital yang
berulang, moluskum kontagiosum, dan kondiloma;
d. gangguan pernafasan seperti batuk yang tak kunjung sembuh (lebih dari
satu bulan, sesak nafas, tuberkulosis, pneumonia berulang, dan sinusitis
kronis;
e. ejala neurologis seperti nyeri kepala terus menerus tanpa diketahui dengan
jelas penyebabnya, kejang demam, dan penurunan fungsi kognitif.

2.4 Penularan HIV/AIDS


a. Penularan Secara Seksual
HIV dapat ditularkan melalui seks penetratif yang tidak terlindungi. Sangat
sulit untuk menentukan kemungkinan terjadinya infeksi melalui hubungan
seks, meskipun demikian diketahui bahwa risiko infeksi melalui seks vaginal
umumnya tinggi. Penularan melalui seks anal dilaporkan memiliki risiko 10
kali lebih tinggi dari seks vaginal.
b. Penularan melalui pemakaian jarum suntik secara bergantian
Menggunakan kembali atau memakai jarum secara bergantian merupakan
cara penularan HIV yang sangat efisien. Risiko penularan dapat diturunkan di
kalangan pengguna narkoba suntikan dengan penggunaan jarum.
c. Penularan dari Ibu ke Anak

6
HIV dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama masa kehamilan pada proses
persalinan dan saat menyusui. Penularan dari ibu ke anak setelah kelahiran
dapat juga terjadi melalui pemberian air susu ibu.
d. Penularan melalui transfusi darah
Kemungkinan risiko terjangkit HIV melalui transfusi darah dan produk-
produk darah yang terkontaminasi ternyata lebih tinggi. Meskipun demikian,
penerapan standar keamanan darah menjamin penyediaan darah dan produk-
produk darah yang aman, memadai dan berkualitas baik bagi semua pasien
yang memerlukan transfusi.

3. Asuhan Keperawatan Pada Agregat Remaja (SMA) di Komunitas


3.1. Pengkajian
Berdasarkan hasil data Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia oleh Ditjen PP
& PL Kemenkes RI pada tahun 2011 didapatkan data jumlah penduduk yang
teridentifikasi terjangkit virus HIV/AIDS adalah sebesar 28.757 jiwa. Untuk
daerah Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil data statistik teridentifikasi jumlah
penduduk yang terkena HIV sebesar 5.741 jiwa dan yang terkena AIDS sebesar
3.939 jiwa, Provinsi Jawa Timur yang teridentivikasi jumlah penduduk yang
terkena HIV sebesar 9.950 jiwa dan yang terkena AIDS sebesar 4.449 jiwa
sedangkan untuk Provisi Jawa Tengah yang teridentiviasi jumlah penduduk yang
terkena HIV sebesar 3.531 jiwa dan yang terkena AIDS sebesar 1.602 jiwa. Jika
dipisahkan berdasarkan golongan umur, pada umur 15-19 tahun sebesar 1.069
jiwa yang teridentifikasi terjangkit virus HIV/AIDS.
.
Pengkajian berdasarkan Anderson Mc.Farlen:
Inti Komunitas
a. Sejarah
Berdasarkan hasil data Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia oleh
Ditjen PP & PL Kemenkes RI pada tahun 2011. Untuk tahun 2010 di
Indonesia tercatat penderita HIV 21.591 jiwa AIDS 5744 jiwa, pada tahun
2009 tercatat penderita HIV sebesar 9.793 jiwa AIDS 3.863 jiwa, pada
tahun 2008 tercatat penderita HIV sebesar 10.362 jiwa AIDS 4.969 jiwa,

7
pada tahun 2007 tercatat penderita HIV sebesar 6.048 jiwa AIDS 2.947
jiwa, dan untuk tahun 2006 tercatat penderita HIV sebesar 7.195 AIDS
2.873 jiwa. Berdasarkan data lima tahun terakhir diketahui persebaran
virus HIV/AIDS dari tahun 2006 hingga 2011 meningkat pesat.
b. Demografi
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia 2011 mencatat jumlah
penduduk di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 231.369.500 jiwa. Untuk
di daerah Jawa Barat jumlah penduduk tercatat 41.501.564 jiwa, di derah
Jawa Timur sebesar 37.286.246 jiwa dan di daerah Jawa Tengah sebesar
32.864.563 jiwa. Jika dikelompokkan berdasarkan rentang usia pada usia
15-19 tahun tercatat sebanyak 11.686.766 jiwa yang terdistribusi untuk
remaja laki-laki 5.931.424 jiwa dan remaja perempuan 5.755.342 jiwa.
c. Etnisitas
Ada berbagai macam suku yang tinggal di Indonesia. Untuk suku
asli Provinsi Jawa sendiri sebenarnya adalah suku jawa namun karena
banyaknya pendatang yang menetap disana, suku yang terdapat di
Provinsi Jawa sekarang menjadi beragam. Penduduk di Provinsi Jawa
sebagian besar sudah mengetahui tentang apa itu HIV/AIDS namun dari
tahun ke tahun persebaran virus tersebut menjadi semakin marak. Jika
dikaitkan dengan permasalahan remaja saat ini, perilaku seks bebas yang
dilakukan oleh beberapa remaja di Provinsi Jawa menjadi faktor pencetus
persebaran virus HIV, selain itu konsumsi obat-obatan terlarang atau
narkoba dengan menggunakan jarum suntik secara bergantian juga
berperan sebagai faktor menyebarnya virus tersebut.
d. Nilai dan Keyankinan
Penduduk di Provinsi Jawa mayoritas beragama Islam walaupun
ada beberapa yang beragama non muslim namun penduduk di Provinsi
Jawa saling menghargai adanya perbedaan agama.

Subsistem Komunitas
a. Lingkungan
Potensi yang terdapat pada Provinsi Jawa sangat beragam, jika
dilihat pada sektor bidang pertanian pulau jawa sebagian besar adalah
kepulauan agraris yang tanahnya cocok untuk pertanian dan jika dilihat

8
pada bidang perikanan karena letak geografis Pulau Jawa yang di
beberapa daerah dekat dengan laut maka menjadikan banyaknya
penduduk setempat yang bekerja sebagai nelayan, jika dilihat pada sektor
perdagangan dan perindustrian Pulau Jawa pada daerah-daerah tertentu
terdapat beberapa sumber hasil bumi seperti Minyak dan Gas yang dapat
dimanfaatkan oleh penduduk sebagai sumber mata pencaharian
perdagangan dan perindustrian.
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Provinsi Jawa memiliki banyak institusi kesehatan baik itu rumah
sakit milik pemerintah atau pun rumah sakit milik swasta, disana juga
banyak tersebar puskesmas di beberapa desa. Jika dikatikan dengan
permasalahan penanggulangan persebaran virus HIV di beberapa
kabupaten di Provinsi Jawa, pemerintah telah membangun klinik layanan
konsultasi untuk HIV/AIDS yang dikenal dengan klinik VCT. Masyarakat
di Provinsi Jawa biasa berkonsultasi atau pun berobat terkait dengan
permasalahan penyakit HIV/AIDS di klinik VCT. Namun pada
kenyataanya masyarakat cenderung tidak berani atau malu karena
anggapan dari beberapa masyarakat yang salah tentang orang yang
memeriksakan dirinya ke klinik VCT. Orang yang berkonsultasi di klinik
VCT menurut beberapa orang adalah orang yang terlah terjangkit virus
HIV/AIDS sehingga minat masyarakat yang hendak berkonsultasi atau
pun berobat di klinik VCT menjadi menurun.
c. Ekonomi
Di Provinsi Jawa tergolong dalam kategori agraris itu berarti
sebagian besar penduduk di provinsi jawa bekerja sebagai petani namun
tidak semua penduduk memilih mata pencaharian sebagai petani sebagai
contoh di daerah yang dekat dengan laut masyarakat cenderung memilih
mata pencaharian sebagai nelayan karena letak geografisnya mendukung
untuk profrsi tersebut. Permasalahan yang menjadi momok dimasyarakat
khususnya di Provinsi Jawa adalah kurangnya pendapatan keluarga.
Permasalahan ini berimbas pada anak-anak dari keluarga yang kurang
mampu yang masih duduk di bangku sekolah, akibat dari kurangnya

9
pendapatan keluarga akhirnya penunggakan biaya sekolah pun terjadi
sehingga bagi keluarga yang mampu akan meneruskan pendidikan
anaknya di bangku sekolah sedangkan bagi keluarga yang kurang mampu
lebih memilih mengeluarkan anaknya dari sekolah dan meminta mereka
ikut memikirkan beban tanggungan ekonomi keluarga sehingga anak usia
sekolah tidak sedikit yang diharuskan untuk bekerja oleh orang tuanya
agas bisa menutupi kurangnya perekonomian keluarga.
d. Transportasi dan Keamanan
Perkembangan transportasi di Provinsi Jawa tergolong pesat,
terbukti banyaknya sarana transportasi baik di darat laut atau pun udara.
Sarana transportasi seperti kereta api, pesawat terbang, kapal laut dan
sarana-sarana transportasi lain seperti bus dan angkotan umum telah
tersebuar dibeberapa daerah khususnya di Provinsi Jawa.
e. Politik dan Pemerintahan
Untuk meminimalkan terjadinya peningkatan angka penderita
HIV/AIDS di Provinsi Jawa pemerintah memberikan kebijakan untuk
membangun klinik konsultasi penyakit HIV/AIDS dibeberapa daerah di
Provinsi Jawa yang dikenal dengan sebutan klinik VCT. Sedangkan untuk
mengurangi angka peningkatan remaja yang terjangkit penyakit
HIV/AIDS program pendidikan kesehatan harus segera dicanangkan yaitu
pengenalan tentang penyakit HIV/AIDS melalaui guru-guru di sekolah
menengah atas maupun di sekolah menengah kejuruan untuk menjelaskan
terkait penyakit tersebut.
f. Komunikasi
Di Provinsi Jawa komunikasi yang terjalin antar masyarakat
tergolong baik, hal ini tercermin dari perilaku masyarakat dibeberapa
tempat jika bertemu dengan anggota masyarakat lain selalu bertegur sapa
atau biasa dikenal dengan ramah tamah guna mempererat persodaraan
mereka. Untuk sarana komunikasi di Provinsi Jawa bisa dikatakan telah
berkembang pesat karena banyaknya sarana komunikasi seperti telfon dan
hand phone yang dapat digunakan masyarakat untuk berkomunikasi satu
sama lain.
g. Pendidikan

10
Status pendidikan penduduk di Provinsi Jawa untuk usia remaja
tergolong maju, hal ini terbukti dari banyaknya anak-anak penduduk yang
melanjutkan pendidikan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi walaupun
ada beberapa anak penduduk yang tidak melanjutkan pendidikan sekolah.
Bukti kedua bahwa pendidikan remaja di Provinsi Jawa telah berkembang
adalah adanya institusi pendidikan sekolah menengah atas sehingga
memudahkan anak-anak penduduk yang ada disana untuk melanjutkan
pendidikannya selain itu ada juga institusi pendidikan sekolah menengah
kejuruan yang terdapat disana yang mana di sekolah tersebut anak-anak
masyarakat Provinsi Jawa bisa mengasah dan memfokuskan keahlian
yang mereka punya di institusi tersebut.
h. Rekreasi
Pada dasarnya perekonomian masyarakat di Provinsi Jawa telah
maju dan berkembang. Untuk melakukan rekreasi bersama keluarga
adalah hal yang mudah namun tidak semua masyarakat di Provinsi Jawa
mampu untuk melakukannya karena diingat tidak semua penduduk disana
mempunyai penghasilan yang cukup. Pada hari-hari tertentu seperti hari
besar kebanyakan keluarga di Provinsi Jawa berkumpul sejenak untuk
mempererat tali silaturahmi serta bersantai sejenak dengan anggota
keluarga.

3.2. Diagnosa
Kesiapan peningkatan koping komunitas masyarakat di Provinsi Jawa
berhubungan dengan upaya pengendalian persebaran virus HIV/AIDS

3.3. Intervensi
No Diagnosa Tgl Tujuan dan Intervensi Nama
Keperawatan Pembua Kriteria Keperawatan dan
tan Hasil tanda
tangan
1 Kesiapan 17 Juli Tujuan: 1. Berikan informasi
peningkatan 2013 menurunkan mengenai penyakit,
koping angka bentuk penularan dan
komunitas kejadian gejala yang

11
masyarakat di remaja yang berhubungan dengan
Provinsi Jawa terinveksi penyakit menular
berhubungan virus seksual;
2. Dorong pantangan
dengan upaya HIV/AIDS
terhadap aktivitas
pengendalian akibat
seksual, bila sudah
persebaran perilaku
aktif seksual ajarkan
virus kenakalan
cara penggunaak alat
HIV/AIDS remaja dan
kontrasepsi;
meningkatka
3. Kenalkan kepada
n kesadaran
masyarakat manfaat
masyarakat
dan fungsi dari klinik
tentang
VCT;
pentingnya 4. Jelaskan tentang
melakukan bahaya penyalah
pendidikan gunaan zat seperti
kesehatan narkoba dengan
tentang penggunaan jarum
kesehatan suntik secara
reproduksi bergantian;
5. Berikan informasi
kepada
kepada orang tua atau
remaja
wali tentang tindakan-
Kriteria hasil:
tindakan yang
Angka
beresiko menularkan
remaja yang
virus HIV/AIDS.
terjangkit
virus
HIV/AIDS
tidak
bertambah.

3.4. Implementasi

12
1. Memberikan informasi mengenai penyakit, bentuk penularan dan gejala
yang berhubungan dengan penyakit menular seksual dengan cara memberi
penyuluhan kepada siswa siswi sekolah menengah atas atau sederajat dan
untuk remaja yang tidak melanjutkan sekolah pemberian informasi bisa
dilakukan didalam forum perkumpulan remaja seperti di dalam program
karang taruna.
2. Mengajarkan pantangan terhadap aktivitas seksual, bila sudah aktif seksual
ajarkan cara penggunaan alat kontrasepsi dan menanamkan konsep
perilaku seksual adalah larangan besar sebelum terikat hubungan
pernikahan;
3. Mengenalkan kepada masyarakat manfaat dan fungsi dari klinik VCT;
4. Memberi penjelasan tentang bahaya penyalah gunaan zat seperti narkoba
dengan penggunaan jarum suntik secara bergantian;
5. Memberikan informasi kepada orang tua atau wali tentang tindakan-
tindakan yang beresiko menularkan virus HIV/AIDS.

3.5. Evaluasi
Terjadi penurunan angka prevalensi remaja yang terjangkit virus HIV/AIDS
setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang bahaya penyakit HIV/AIDS
di beberapa tempat di Provinsi Jawa.

13
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

NAMA KK : ____________________________________
ALAMAT : _______________________No___________
RT____________RW______KEL__________

PETUNJUK PENGISIAN
1. Isilah label komposisi keluarga dengan benar
2. pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda ( √ )
3. Jawaban dapat lebih dari satu untuk pertanyaan menulis.
4. mengisi titik-titik sesuai pertanyaan.

A. Komposisi Keluarga
No Nama Hubungan Umur L/P Tingkat Pekerjaan Agama Ket.
. dengan KK pendidikan

14
1. Anggota keluarga yang meninggal 5 bulan terakhir ________________
2. Penyebab kematian _________________________________________
3. Umur ____________________________________________________

Anak Remaja (12-18 Tahun)


1. Apakah anak remaja sekolah ?
( ) Ya ( ) Tidak
2. Kegiatan yang dilakukan remaja di luar jam sekolah
_____________________
3. Apa yang dilakukan remaja jika ada masalah
___________________________
4. Bagaimana kondisi remaja saat ini :
( ) Sehat ( ) Sakit
5. Bila sakit, apa yang dikeluhkan atau diagnosis medisnya
_____________________

15
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2011. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-


Ekonomi Indonesia. Jakarta-Indonesia : Badan Pusat Statistik
Indonesia. http://www.bps.go.id/booklet/Booklet_Agustus_2011.pdf
Ditjen PP & PL Kemenkes RI. 2011. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia.
http://spiritia.or.id/Stats/Stat2011.pdf
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4.Volume 2.
Jakarta: EGC.
Simamora, Roymond H.2009. Dokumentasi Proses Keperawatan. Jember: Jember
University press.
Wong, Donna L. 2008. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

16
SOAL

1. Tn.B (33th) adalah seorang perawat di puskesman Tegal waru, karena laporan
dari dinas kesehatan menunjukkan tingginya angka prevalensi remaja yang
terjangkit virus HIV/AIDS di daerah tersebut maka Tn.B mendapat tugas
untuk mengurangi prevalensi persebaran virus tersebut. Hal apa yang bisa
dilakukan oleh Tn.B guna menyikapi hal tersebut ?
A. Melakukan penyuluhan di sekolah-sekolah tentang penyakit
HIV/AIDS
B. Menunggu hingga dibangunnya klinik VCT di daerah tersebut
C. Menunggu dikeluarkannya kebijakan dari pemerintah pusat untuk program
penanggulangan invensi menular
D. Bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk mencari obat antivirus
HIV/AIDS
E. Memanipulasi data dan melaporkan bahwa angka prevalensi persebaran
virus HIV/AIDS telah berkurang
2. Berdasarkan kasus pada soal nomer.1, usia berapa yang harus menjadi fokus
perhatian oleh Tn.B ?
A. 1-5th
B. 10-19th
C. 30-40th
D. 50-60th
E. >65th
3. Guna mengurangi persebaran virus HIV/AIDS di masyarakat, pemerintah
telah mengeluarkan kebijakan untuk membangun klinik kesehatan yang
berfungsi untuk pengobatan sekaligus konsultasi penyakit menular seksual.
Disebut apa klinik yang dimaksut dalam pernyataan tersebut ?
A. VCO
B. Dokter bersama
C. VCT
D. Poli
E. WHO
4. Di Kecamatan Puger telah diketahui bahwa terdapat klinik VCT yang
berfungsi untuk pengobatan dan konsultasi tentang penyakit menular sksual,
namun pada kenyataanya klinik tersebut dianggap tidak evisien karena
rendahnya angka kunjungan masyarakat yang berkonsultasi disana. Apa yang
membuat klinik VCT tersebut kurang diminati oleh masyarakat ?

17
A. Pelayanan klinik tersebut tidak baik
B. Klinik tersebut tidak layak untuk dipakai
C. Tidak adanya tenaga spesialis yang mengetahui tentang penyakit menular
seksual
D. Asumsi dari masyarakat yang salah bahwa orang yang pergi ke klinik
VCT adalah positif penderita HIV/AIDS
E. Kurangnya sosialisasi tentang manfaat dari klinik VCT
5. Berdasarkan kasus pada soal nomer.4 anda sebagai perawat komunitas hal apa
yang bisa dilakukan agar masyarakat tidak malu untuk memeriksakan dirinya
ke klinik VCT ?
A. Memberikan hadiah kepada masyarakat yang mau memeriksakan dirinya
ke klinik VCT
B. Memaksa masyarakat untuk pergi memeriksakan dirinya ke klinik VCT
C. Meminta bantuan satuan polisi pamong praja untuk menangkap semua
masyakarkat yang berkeliaran untuk dipaksa memeriksakan dirinya ke
klinik VCT
D. Melakukan pemeriksaan VCT secara dor to dor ke semua rumah
E. Memberikan penyuluhan tentang manfaat klinik VCT bagi
masyarakat

18

Anda mungkin juga menyukai