Anda di halaman 1dari 71

LITERATURE REVIEW

EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK

TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENOREA

PADA REMAJA PUTRI

SKRIPSI

Oleh:

Dian Novitasari

NIM. 16010007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)

2020
LITERATURE REVIEW

EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK

TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENOREA

PADA REMAJA PUTRI

SKRIPSI

Oleh:

Dian Novitasari

NIM. 16010007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)

2020

i
LITERATURE REVIEW

EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK

TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENOREA

PADA REMAJA PUTRI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada STIKES dr. Soebandi Jember

untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

Program Studi Ilmu Keperawatan

Oleh:

Dian Novitasari

NIM. 16010007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)

ii
2020

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah diperiksa oleh pembimbing dan telah disetujui untuk mengikuti ujian
seminar hasil pada Program Studi Ilmu Keperawatan

Stikes dr. Soebandi Jember.

Jember, 23 Juli 2020

Pembimbing I

Ratna Suparwati, Dra., M.Kes

NIDN. 0707125301

Pembimbing II

Ns. Trisna Vitaliati, S.Kep., M.Kep

NIDN. 0703028602

iii
LEMBAR PENGASAHAN

Skripsi penelitian yang berjudul Efektifitas pemberian terapi musik klasik terhadap
intensitas nyeri disminore pada remaja putri, telah di uji dan di sahkan

Hari : Kamis

Tanggal : 23 Juli 2020

Tempat : Stikes dr. Soebandi Jember

Tim Penguji

Ketua,

I.G.A. Karnasi, M.Kep,Sp.Mat

NIDN. 4005116801

Penguji I Penguji II

Ratna Suparwati, Dra., M.Kes Ns. Trisna Vitaliati,S.Kep., M.Kep


NIDN. 0707125301 NIDN.0703028602

Mengesahkan

Ketua STIKES dr. Soebandi Jember

Dr. H. Said Mardijanto, S.Kep., Ns., MM

NIK.19530302 201108 1 007

iv
KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dian Novitasari

Tempat & Tanggal Lahir : Lumajang, 09 November 1996

NIM : 16010007

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Literature


Review: Efektifitas pemberianterapi music klasik terhadap intensitas nyeri disminore
pada remaja putri” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah
disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan pada institusi manapun serta bukan
karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai
dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan
paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika dikemudian
hari ini tidak benar.

Jember, 23 Juli 2020

Yang menyatakan,

Dian Novitasari

NIM. 16010007

v
SKRIPSI

LITERATUR REVIEW

EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK

TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENOREA

PADA REMAJA PUTRI

Oleh :

Dian Novitasari

NIM. 16010007

Dosen Pembimbing Utama : Ratna Suparwati, Dra., M.Kes

Dosen Pembimbing Anggota : Ns. Trisna Vitaliati, S.Kep., M.Kep

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya
yang selalu memberikan kemudahan, petunjuk, keyakinan dan kelancaran sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya.

Karya sederhana ini saya persembahkan untuk:

1. Keluarga Tercinta
Terimakasih kepada ayahanda Suradji dan ibunda Atiyah yang tiada henti-
hentinya memberikan dukungan serta do’a demi tercapainya harapan dan cita-cita
untuk masa depan saya. Terimakasih juga kepada kakak saya Yeni Eka Ruhdiana dan
juga mas ipar saya Muhamad Soleh dan Adek saya Nilla Novia sari selaku adek ipar
saya Wildan Lutfi Alfariz yang selalu menyemangati dalam menyelesaikan skripsi
ini.
2. Dosen Pembimbing dan Penguji
Terimakasih saya ucapkan kepada Ibu Ratna Suparwati, Dra., M.Kes selaku Pembimbing
I dan Ibu Ns. Trisna Vitaliati, S.Kep., M.Kep selaku Pembimbing II yang telah sabar
membimbing serta tidak lupa memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini dan
juga terimakasih kepada Ibu I.G.A. Karnasi, M.Kep,Sp.Mat yang telah memberikan kritik
dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

3. Sahabatku
Terimakasih untuk Haled Nurhidayat telah memberikan semangat dan
dukungan sepenuhnya dalam penyususnan skripsi ini. Terimakasih untuk sahabatku
Kos Tiara Indah Nomor 2 (Arina Tri Ramadhianti, Evi Nurdiana Maulidah, Nur
Atiyah, Riska Trisnanti, Ayu Priyani, dan Mila Putri Mastura), dan motivasi untuk
saya, serta teman-teman seperjuangan terutama kelas 16A yang telah memberikan
semangat untuk saya.

vii
MOTTO

Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan.

Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk
urusan yang lain).

(QS 94; 6-7)

Rahasia kesuksesan adalah melakukan hal yang biasa secara tak biasa.

(John D. Rockefeller Jr.)

Mulailah dari tempatmu berada. Gunakan yang kau punya.

Lakukan yang kau bisa.

(Dian Novitasari)

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu
Keperawatan di STIKES dr. Soebandi dengan judul “Efektifitas pemberian terapi musik
klasik terhadap intensitas nyeri disminore pada remaja putri.”.

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis dibimbing dan dibantu oleh
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. H. Said Mardijanto, S. Kep., Ns., MM selaku Ketua STIKES dr. Soebandi
Jember.
2. Ns. Irwina Angelia Silvanasari, S.Kep., M.kep selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember.
3. Ratna Suparwati, Dra., M.Kes selaku dosen pembimbin I
4. Ns. Trisna Vitaliati, S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbin II
5. I.G.A. Karnasi, M.Kep,Sp.Mat sebagai penguji
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis menyadari masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan
dimasa mendatang.

Jember,23 Juli 2020

Dian Novitasari
NIM. 16010007

ix
ABSTRAK
Novitasari, Dian, *. Suparwati, Ratna**. Vitaliati, Trisna***. 2020. Literature Review:
Efektifitas Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap Intensitas Nyei Disminore
Pada Remaja Putri. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi
Jember.
Pengantar:Menstruasi merupakan tanda bahwa remaja putri telah memasuki masa
pubertas.Salah satu masalah yang sering terjadi pada saat haid yaitu nyeri dismenore
Nyeri haid (dismenore) dapat mengganggu aktivitas sehari-hari . Salah satu yang bias
dilakukan untuk menurunkan nyeri haid (dismenore) adalah terapi nonfarmakologi yaitu
terapi musik klasik. Tujuan: Dari penelitian ini adalah Mengetahui efektifitas pemberian
terapi music klasik terhadap intensitas nyeri disminore pada remaja putri berdasarkan
studi literature yang relevan. Hasil: Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pencarian
Artikel yang telah direview oleh peneliti sebanyak 5 artikel, hasil review dari 5 artikel
sebagian besar menunjukkan bahwa terdapat efektifitas bahwa terapi musik klasik dapat
menurukan intensitas nyeri disminoreapada remaja putri. Kesimpulan: Dapat
disimpulkan bahwasanya terdapat efektifitas pemberian terapi musik klasik yang dapat
menurunkan intensitas nyeri disminore pada remaja putri, karena music klasik sendiri
salah satunya dapat menenangkan pikiran bagi seseorang, terutama yang menyukai
music. Saran: Peneliti diharapkan dapat lebih memahami penatalaksanaan terapi musik
klasik ini sebagai terapi alternative untuk menurunkan kejadian nyeri haid (dismenore)
Kata Kunci : Terapi Musik Klasik,Nyeri Disminore,Remaja Putri.
* Peneliti
** Pembimbing I
*** Pembimbing II

x
ABSTRACT

Novitasari, Dian, *. Suparwati, Ratna **. Vitaliati, Trisna ***. 2020. Literature Review:

Effectiveness of Classical Music Therapy Giving Against Nyei Disminore Intensity

In young women. Thesis, Nursing Study Program STIKES dr. Soebandi

Jember

Introduction: Menstruation is a sign that teenage girls have entered puberty. One of the
problems that often occurs during menstruation is dysmenorrhea pain Menstrual pain
(dysmenorrhea) can interfere with daily activities. One that can be done to reduce
menstrual pain (dysmenorrhea) is nonpharmacological therapy, namely classical music
therapy. Objective: From this study is to determine the effectiveness of classical music
therapy on the intensity of disminore pain in young women based on relevant literature
studies. Results: Based on the results obtained from the search article that has been
reviewed by researchers as many as 5 articles, the results of a review of 5 articles mostly
indicate that there is effectiveness that classical music therapy can reduce the intensity of
disinore pain in adolescent girls. Conclusion: It can be concluded that there is an
effective delivery of classical music therapy that can reduce the intensity of disminore
pain in adolescent girls, because classical music itself can calm one's mind, especially
those who like music. Suggestion: Researchers are expected to better understand the
management of classical music therapy as an alternative therapy to reduce the incidence
of menstrual pain (dysmenorrhea)

Keywords: Classical Music Therapy, Disminore Pain, Young Women.

* Researcher

** Advisor I

*** Advisor II

xi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

HALAMAN JUDUL DALAM.................................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................iv

KEASLIAN PENELITIAN.....................................................................................v

HALAMAN PEMBIMBING...................................................................................vi

HALAMAN PERSEMBAHAN...............................................................................vii

MOTTO....................................................................................................................viii

KATA PENGANTAR..............................................................................................ix

ABSTRAK................................................................................................................xi

DAFTAR ISI.............................................................................................................xiv

DAFTAR TABEL....................................................................................................xvii

DAFTAR GAMBAR................................................................................................xviii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xix

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN................................................................xx

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................7

1.1 Latar Belakang ....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................3

xii
1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................................4
1.4.1 Bagi Peneliti ................................................................................4
1.4.2 Bagi Siswa ...................................................................................4
2.1 Konsep Remaja .....................................................................................5
2.1.1 Definisi Remaja ...........................................................................5
2.1.2 Tahapan Remaja ..........................................................................5
2.1.3 Tugas Perkembangan Remaja ....................................................5
2.1.4 Aspek Perubahan Pada Remaja ...................................................6
2.2 Konsep Menstruasi ..............................................................................6
2.2.1 Definisi Menstruasi .....................................................................7
2.2.2 Fisiologi Menstruasi.................................................................... 7
2.2.3 Fase Siklus Menstruasi……………..……………………………8
3.2.3 Gangguan Menstruasi……………………………………………9
2.3 Konsep Nyeri Disminore......................................................................9
2.3.1 Definisi Disminore.....................................................................10
2.3.2 Klasifikasi Disminore.................................................................11
2.3.3 Etiologi Disminore ....................................................................13
2.3.4 Penatalaksanaan Disminore........................................................13
2.3.5 Patofisiologi Disminore...............................................................14
2.3.6 Derajat Disminore.......................................................................16
2.3.7 Gejala Disminore.........................................................................17
2.3.8 Mekanisme Terjadinya Disminore...............................................18
2.4 Konsep Nyeri .....................................................................................18
2.4.1 Definisi Nyeri ............................................................................18
2.4.2 Klasifikasi Nyeri........................................................................19
2.4.3 Fisiologi Nyeri...........................................................................29
2.4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri ...............................20
2.4.5 Mengkaji Intensitas nyeri ..........................................................22
2.5 Konsep Klasik.....................................................................................23
2.5.1 Definisi Musik Klasik ...............................................................23
2.5.2 Definisi Musik Klasik ...............................................................23
2.5.3 Kelebihan Dan Kekurangan Musik Klasik.................................23
2.5.4 Prosedur Pelaksanaan Terapi Musik Klasik...............................24
2.5.5 Definisi Terapi Musik Klasik ....................................................24

xiii
2.5.6 Manfaat Musik Klasik.................................................................25
2.5.7 Mekanisme Musik Klasik............................................................25
2.5.8 Kerangka Teori............................................................................28
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN..................................................................29

3.1 Kerangka Kerja........................................................................................31

3.2 Tehnik Pengumpulan Data......................................................................32

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................34

4.1 Hasil........................................................................................................34

4.2 Pembahasan.............................................................................................41

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................44

5.1 Kesimpulan..............................................................................................44

5.2 Saran........................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 45

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Verbal Descriptive Scale (VDS) .................................................................22

Tabel 3.2 Kriteria Inklusi dan Ekslus..........................................................................32

Tabel 4.2 Daftar Artikel Hasil Pencarian.....................................................................35

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Fisiologi Nyeri .......................................................................................32

Gambar 2.2 Numerical Rating Scale (NRS)...............................................................22

Gambar 2.3 Visual Analog Scale (VAS) ...................................................................22

Gambar 2.4 Mekanisme Musik Klasik.......................................................................25

Gambar 2.5 Kerangka Konsep ..................................................................................28

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Literature Review ...........................................................31

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pengaruh terapi music klasik (Mozart) terhadap intensitas nyeri haid pada
remaja putri di SMA Negeri 1 pontianak tahun 2015..................................49

Lampiran 2. Efektifitas pemberian terapi music (Mozart) dan back exercise terhadap
penurunan nyeri disminorea......................................................................50

Lampiran 3. Hubungan lama mendengarkan music klasik dengan penurunan disminore


pada remaja putri immala (ikatan mahasiswa malaka) ditlogomas............51

Lampiran 4. Perbedaan waktu pemberian terapi usik klasik(Mozart)terhadap tingkat


nyeri haid(disminore) padaremaja putri.....................................................52

Lampiran5. Efektifitas music klasik terhadap disminore pada mahasiswa Stikes


Muhammadiyah lamongan..........................................................................53

Lampiran.6. Lembar Riwayat Hidup.........................................................................113

xvii
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

PKRR : Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja

WHO : World Health Organization

NSAID : Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs 

POSKESTREN : Pos Kesehatan Pesantren

GnRH : Gunadotorpik Releasing Hormon

FSH : Follicle Stimulating Hormon

LH : Leutenizing Hormon

VDS : Verbal Descriptive Scale

NRS : Numeric Rating Scale

VAS : Visual analog scale

NOC : Nursing Outcomes Classification

NIC : Nursing Interventions Classification

Ha : Hipotesis Alternatif

Hi : Hipotesis Nol

SPSS : Statistical Product and Service Solution

SOP : Standar Operasional Prosedur

> : Lebih dari

< : Kurang dari

≤ : lebih kecil dari atau sama dengan

α : Alfa

xviii
sig : Signifikasi

df : Degree of Random / drajat bebas

xix
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja merupakan perkembangan individu dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa antara usia 10 sampai 19 tahun. Pada remaja putri yang normal akan mengalami
peristiwa reproduksi yaitu haid. Haid merupakan perdarahan pada uterus yang terjadi s
ecara siklik dan dialami oleh wanita usia produktif, panjang siklus haid biasanya
berlangsung antara 24 hari sampai 35 hari denga rata-rata 28 hari [ CITATION Pot091 \l
1033 ].
Haid biasanya disertai beberapa keluhan seperti nyeri haid, nyeri pinggul, kembung
disekitar perut, sakit kepala, rasa tertekan pada kemaluan, ketidaknyamanan. Nyeri haid
merupakan nyeri yang muncul waktu haid datang, terjadi pada hari pertama atau kedua
dan mencapai puncaknya pada 24 jam pertama yang kemudian mereda setelah hari kedua
sampai hari ketiga saat haid (Novitasari, 2012).
Menstruasi merupakan tanda bahwa remaja putri telah memasuki masa pubertas.

Salah satu masalah yang sering terjadi pada saat haid yaitu nyeri dismenore Nyeri haid
(dismenore)dapat mengganggu aktivitas sehari-hari . Nyeri menstruasi atau dismenorea
merupakan nyeri perut bagian bawah, terkadang rasa nyeri tersebut meluas hingga ke
pinggang, punggung bagian bawah dan paha(Safitri & Purwanti, 2014).Nyeri menstruasi
atau dysmenorrhea tidak hanya menyebabkan ketidaknyaman, tetapi juga memberi
dampak bagi fisik, psikologis, social dan ekonomi pada aktivitas sehari-hari terhadap
wanita, seperti terganggu dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur, serta
berpengaruh pada aspek interaksi sosial (Rejeki, 2010). Nyeri haid adalah gangguan
akibat dari kontraksi uterus yang terlalu kuat akibat produksi prostaglandin yang
berlebihan.

(Sherwood, 2011). Sedangkan menurut (Manuaba, 2009) Nyeri haid primer adalah nyeri
haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016 di dapatkan kejadian
sebesar 1.769.425 jiwa (90%) wanita yang mengalami dimenorea. Angka kejadian
dismenorea di dunia tahun 2012 sangat besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan di
setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Sementara Angka kejadian dismenorea di
2

Indonesia sebesar 107.673 jiwa (64,25%) yang terdiri dari 59.671 jiwa (54,89%)
mengalami dismenorea primer dan 9,496 jiwa (9,36%) mengalami

1
3

dismenorea sekunder (kallo, 2012). Di Jawa Timur sendiri angka kejadian dismenorea
sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenorea primer dan 9,36% dismenorea
sekunder. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya namun seringkali dirasa
mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Sementara itu perempuan usia produktif
mengalami dismenorea. Di Kabupaten Jember di dapatkan remaja mengalami disminorea
sebesar 37,5% (riset kesehatan 2010) Dismenorhea menyebabkan 14% dari pasien remaja
sering tidak hadir di sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari (Liandary, 2015).
Meskipun kejadian dismenorea cukup tinggi akan tetapi masih banyak yang
belum tahu cara mengatasi dismenorea tersebut. Penelitian di Swedia, 80% remaja usia
19-21 tahun mengalami dismenorea, 15% membatasi aktifitas harian mereka ketika haid
dan membutuhkan obat-obatan untuk mengurangi dismenorea, 8-10% tidak mengikuti
atau masuk sekolah dan hampir 40% kualitas hidup perempuan berdampak tidak baik
(Desfietni, 2015).

Terdapat beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dismenorea,


baik terapi farmakologis maupun terapi nonfarmakologis. Terapi nonfarmakologis
meliputi kompres hangat, masase lembut pada daerah perut olahraga seperti senam, jalan
kaki ata u bersepeda yang dilakukan sebelum dan selama menstruasi. Selain itu terapi
alternatif lain yang dapat diterapkan yaitu teknik distriksi merupakan salah satu cara
untuk mengurangi nyeri dengan mengalihkan perhatian kepada sesuatu yang lain
sehingga kesadaran klien terhadap nyerinya berkurang Salah satunya yaitu musik .Musik
terbukti menunjukkan efek yaitu menurunkan frekuensi denyut jantung, mengurangi
kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri, dan menurunkan tekanan darah (Safitri &
Purwanti, 2015).

Terapi musik klasik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan
gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk
kesehatan fisik dan mental. Terapi musik dapat berdampak positif untuk mengatasi nyeri.
Terapi musik merupakan teknik yang sangat mudah dilakukan dan terjangkau, tetapi
efeknya menunjukkan betapa besar dan musik dalam mempengaruhi ketegangan atau
kondisi rileks pada diri seseorang, karena dapat merangsang pengeluaran endorphine dan
serotonin, yaitu sejenis morfin alami tubuh dan juga metanonin sehingga kita bisa merasa
lebih rileks pada tubuh seseorang. Musik klasik adalah salah satu terapi nonfarmakologis,
metode non farmakologis yang dapat diberikan adalah teknik distraksi (Suzannec, 2010).
4

Mendengarkan musik di lingkungan yang cukup tenang dengan posisi rileks


diyakini dapat menurunkan keluhan dismenorea. Mendengarkan music dapat
memproduksi zatendorphins (substansi sejenis morfin yang disuplai tubuh yang dapat
mengurangi rasa sakit/nyeri) yang dapat menghambat transmisi impuls nyeri di system
saraf pusat, sehingga sensasi nyeri menstruasi dapat berkurang, music juga bekerja pada
system limbic yang akan dihantarkan kepada system saraf yang mengatur kontraksi otot-
otot tubuh, sehingga dapat mengurangi kontraksi otot (Potter & Perry,2011).

Berdasarkan observasi dan wawancara pada remaja putri terdapat beberapa


remaja putri pada tanggal 30 November 2019 diperoleh bahwa 81 dari 102 remaja putri
mengalami desmenore ketika sedang haid. Siswa yang mengalami desmenore biasanya
mengurangi nyeri melakukan pemijatan di daerah punggung, istirahat,minum air hangat
dan obat-obatan di luar seperti feminax. Remaja putri yang mengalami desmenore segala
aktivitas sehari-hari terganggu dan sampai tidak masuk sekolah dikarenakan nyeri haid.

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian berupa liter
latur riview mengenai efektifitas pemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri
disminore pada remaja putri.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, maka rumusan masalah
dari penelitian ini adalah adakah efektifitas pemberian terapi musik klasik terhadap
intensitas nyeri disminore pada remaja putri?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah Mengetahui efektifitas pemberian terapi
musik klasik terhadap intensitas nyeri disminore pada remaja putri berdasarkan
studi literatur yang relevan.

1.4 Manfaat bagi peneliti


5

1.4.1 Manfaat bagi peneliti adalah memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai
penanganan non farmakologi tentang efektifitas pemberian terapi musik klasik terhadap
intensitas nyeri diminorea pada remaja putri.

1.4.2 Bagi remaja putri

Menambah pengetahuan siswa untuk menangani nyeri haid tidak harus


menggunakan obat-obatan memakai terapi non farmakologi dapat juga mengurangi skala
nyeri haid.

BAB 2
6

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Remaja


2.1.1 Definisi Remaja
Menurut [ CITATION Sar16 \l 1033 ] Masa remaja disebut sebagai periode transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa remaja yang mengalami
perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional. Definisi remaja menurut
World Health Organization (WHO) periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Remaja
dalam bahasa aslinya disebut dengan adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere
yang berarti tumbuh untuk mencapai kematangan atau dalam perkembangan menjadi
dewasa. Remaja dikelas sebagai suatu tahap perkembangan fisik, yaitu masa alat kelamin
manusia mencapai kematangannya.

2.1.2 Tahapan Remaja


Menurut [ CITATION Sar16 \l 1033 ], selain memiliki tahapan perkembangan dalam
segi rohani atau kejiwaan, remaja juga melewati tahapan-tahapan yang berhubungan
dengan lingkungan sekitar mereka. Masa remaja dibedakan menjadi:
a. Masa remaja awal (10-12 tahun), memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Merasa lebih dekat dengan teman sebaya
b. Merasa ingin bebas
c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir khayal

5
7

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


a. Mulai mencari identitas diri
b. Mulai tertarik pada lawan jenis sehingga timbul perasaan cinta
c. Semakin berkembangnya kemampuan berpikir abstrak
d. Berkhayal tentang hal-hal yang berkaitan dengan seksual
c. Masa remaja akhir (16-19 tahun) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Menginginkan kebebasan diri
b. Lebih selektif dalam bergaul
c. Memiliki gambaran terhadap dirinya
d. Mengungkapkan perasaan cintanya terhadap lawan jenis
e. Mampu berpikir kh ayal atau abstrak
f. Lebih memahami tentang kesehatan reproduksi

2.1.3 Tugas Perkembangan Remaja


Menurut [CITATION Ali12 \l 1033 ] perkembangan masa remaja difokuskan pada
upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mecapai
kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan
remaja adalah :
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis
d. Mencapai kemandirian emosional
e. Mencapai kemandirian ekonomi
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk
melakukan peran sebagai anggota masyarakat
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
h. Mengembangkan prilaku bertanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki
dunia dewasa
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga

Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan dengan perkembangan


8

kognitifnya, yaitu faseoperasional formal. Kematangan pencapaian fase konitif akan


sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya
dengan baik.

2.1.3 Aspek Perubahan Pada Remaja


Menurut [CITATION Not10 \l 1033 ] menyatakan bahwa dua aspek dalam
perubahan pada remaja, yakni perubahan fisik atau biologis dan perubahan psikologis.
a. Perubahan fisik (pubertas)
Masa remaja diawali dengan perubahan yang cepat dan biasanya disebut pubertas.
Dengan adanya perubahan yang cepat itulah terjadinya perubahan fisik yang dapat
diamati seperti pertambahan tinggi dan berat badan dan kematangan seksualitas
sebagai hasil dari perubahan hormonal. Antara remaja wanita dan pria kematangan
seksual terjadi dalam usia yang agak berbeda. Kematangan seksual pada remaja pria
biasanya terjadi pada usia 9-15 tahun dan perubahan itu ditandai oleh perkembangan
pada organ seksual, mulai tumbuhnya rambut kemaluan, perubahan suara dan
ejakulasi pertama melalui mimpi basah. Sedangkan pada remaja perempuan ditandai
dengan menarche (menstruasi pertama), perubahan pada dada, tumbuhnya rambut
kemaluan dan juga perbesaran panggul. Usia menarche rata-rata bervariasi dengan
rentang umur 10 hingga 16,5 tahun.
b. Perubahan psikologis
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Labilnya emosi erat kaitannya dengan perubahan hormon dalam tubuh. Sering terjadi
letusan emosi dalam bentuk marah, sensitive bahkan perbuatan nekat. Dalam usaha
mencari identitas diri, seorang remaja sering membantah orang tuanya. Sebenarnya
mereka belum mampu untuk berdiri sendiri oleh karena itu seringkali terjerumus
kedalam kegiatan yang menyimpang dari aturan atau disebut dengan kenakalan remaja
pranikah.

2.2 Konsep Menstruasi


2.2.1 Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan deskuimasi endomentrium. Menstruasi terjadi dalam interval-interval kurang
lebih teratur, siklis, dan dapat diperkirakan waktu-waktunya, sejak menarche sampai
menopause kecuali saat hamil, menyusui, anovulasi, atau mengalami intervensi
9

farmakologi. Kebanyakan perempuan tidak merasakan gejala-gejala pada waktu


menstruasi, tetapi sebagian kecil merasa berat di panggul atau merasa nyeri disminorea
[CITATION Pra11 \l 1033 ].

2.2.2 Fisiologi Menstruasi


Menurut [CITATION Ver12 \l 1033 ] siklus mentruasi yang terjadi di nilai dari tiga
hal pertama yaitu siklus mentruasi yang berkisar antara 28 hari, kedua lama menstruasi
yaitu 3-6 hari, katiga yaitu jumlah darah yang keluar selama siklus mentruasi 20-80 ml.
Proses ini diawali dengan terangsangnya hipotalamus yang akan diteruskan ke hipofisis
anterior, sehingga dapat muncul hormon gonadotropik/ GnRH (gunadotropik releasing
hormon) yang akan merangsang FSH (Follicle Stimulating Hormon) dan kemudian akan
diteruskan oleh folikel primordial (folikel primer yang merangsang hormon estrogen
sehingga akan ditandai dengan munculnya seks sekunder). Ketika hormon estrogen
meningkat akan menekan FSH dan merangsang hormon GnRH dan mengeluarkan LH
(Leutenizing Hormon) kemudian akan merangsang folikel de graff guna melepas sel
telur. Telur yang dilepas kemudian ditangkap oleh rumbai tuba fallopi dan setelah itu,
telur dibungkus oleh korona radiata dan mendapatkan nutrisi selama 48 jam. Kemudian
telur akan berubah menjadi rubrum (merah) yang disebabkan karena perdarahan. Folikel
yang pecah keudian akan menutup kembali dan membentuk korpus luteum (kuning).
Korpus luteum akan mengeluarkan hormon progesteron. Hormon ini mempersiapkan
uterus agar siap ditempati oleh embrio. Jika sperma telah memfertilisasi sel telur (proses
pembuahan), maka telur yang dibuahi akan melewati tuba fallopi kemudian turun ke
uterus untuk melakukan proses implantasi. Pada tahap ini seorang perempuan dianggap
hamil. Tetapi jika pembuahan tidak terjadi, sel telur akan melewati uterus, mongering dan
meninggalkan tubuh sekitar 2 minggu kemudiam melalui vagina. Oleh karena dinding
uterus tidak dibutuhkan untuk menompang kehamilan maka lapisan uterus tidak
dibituhkan untuk menompang kehamilan maka lapisan akan rusak dan luruh. Darah dan
jaringan dari dinding uterus (Endometrium) bergabung untuk membentuk menstruasi
yang umumnya berlangsung selama 3-7 hari.

2.2.3 Fase Siklus Menstruasi


10

Menurut [CITATION Ver12 \l 1033 ] Beberapa fase yang terjadi selama siklus
menstruasi berlangsung sebagai berikut.
a. Fase Mentruasi
Fase pertama yaitu luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan
dinding endometrium yang robek. Dapat diakibatkan juga oleh berhentinya sekresi
hormon estrogen dan progesterone sehingga produksi hormon estrogen dan
progesteron menurun.
b. Fase poliferasi
Ditandai dengan menurunya hormon progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis
untuk mengsekresi FSH dan merangsang folikel dalm ovarium, serta dapat membuat
hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi follikel de
graaf yang masak dan menghasilakn hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH
dari hipofisis.
c. Fase luteal/sekresi
Ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke 14
sesudah menstruasi pertama. Sel ovum yang matang akan meninggalkan follikel dan
follikel akan mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Dimana corpus luteum
berfungsi menghasilkan hormon progesterone yang berfungsi untuk mempertebal
dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.
d. Fase iskemik
Ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan rigit dan berubah menjadi corpus
albican yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon estrogen dan progesterone
sehingga hipofisis aktif mensekresi FSH dan LH. Dengan berhentinga sekresi
progesterone maka penebalan dinding endometrium akan berhenti sehingga
menyebabkan endometrium mongering dan robek. Sehingga terjadilah fase
perdarahan/ menstruasi kembali.

2.2.4 Gangguan Menstruasi


Menurut [ CITATION Ern17 \l 1033 ] Gangguan menstruasi merupakan keluhan
yang sering menyebabkan seorang wanita datang berobat ke dokter atau ke tempat
pertolongan pertama. Keluhan ganggguan menstruasi bervariasi dari ringan sampai berat
dan tidak jarang menyebabkan rasa frustasi baik bagi penderita, keluarga bahkan dokter
yang merawatnya. Selain menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan menstruasi
ternyata berpengaruh pada aktivitas sehari-hari dan mengganggu emosional si penderita.
11

Menurut [ CITATION Ern17 \l 1033 ] kelainan menstruasi sebagai berikut :


a. Polimenorea
Kelainan siklus menstruasi yang menyebabkan wanita berkali-kali mengalami
menstruasi dalam sebulan, bisa dua atau tiga kali atau bahkan lebih. Normalnya, siklus
menstruasi berlangsung selama 21-35 hari dengan durasi sekitar 2-8 hari. Wanita yang
mengalami polimenoria memiliki siklus menstruasi yang lebih pendek dari 21 hari
dengan pola yang teratur dan jumlah perdarahan yang relative sama atu lebih banyak
dari biasanya.
b. Menoragia
Istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan. Dalam siklus menstruasi
normal perempuan rata-rata kehilangan sekitar 30-40 ml darah selama sekitar 5-7 hari
haid. Bila perdarahan melampaui 7 hari atau terlalu deras (melebihi 80ml), maka
dikategorikan menoragia atau menstruasi berat.
c. Amenorea
Keadaan dimana menstruasi berhenti atau tidak terjadi pada masa subur atau pada saat
yang seharusnya menstruasi terjadi secara teratur.

2.3 Konsep Nyeri Disminorea


2.3.1 Definisi Disminorea
Dismenore berasal dari bahasa Yunani yaitu “dys” yang berarti sulit atau
menyakitkan atau tidak normal. “Meno” berarti bulan dan “rrhea” yang berarti aliran.
Sehingga dismenore didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau nyeri haid
[CITATION Rah12 \l 1033 ].
Dismenore adalah nyeri kram (tegang) daerah perut mulai terjadi pada 24 jam
sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama 24 – 36 jam meskipun
beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama. Kram tersebut terutama dirasakan
didaerah perut bagian bawah tetapi dapat menjalar ke punggung atau permukaan dalam
paha, yang terkadang menyebabkan penderita tidak berdaya dalam menahan nyeri
tersebut .

Dismenore adalah rasa sakit akibat menstruasi yang sangat menyiksa karena
nyerinya luar biasa menyakitkan. Jika terjadi pada wanita tentu saja akan sangat
mengganggu aktivitas dan produktifitas [CITATION Man08 \l 1033 ] Beberapa perempuan
mengalami sakit atau kram di daerah perut bagian bawah saat haid berlangsung, bahkan
12

ada yang sampai pingsan karena tidak tahan menahan rasa sakitnya. Gangguan seperti ini
disebut Dismenore .
Nyeri haid merupakan suatu gejala bukan penyakit. Istilah dismenore biasa
dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat. Dalam kondisi ini, penderita harus mengobati
nyeri tersebut dengan analgesik dan mmeriksakan diri ke dokter dan mendapatkan
penanganan, perawatan atau pengobatan yang tepat.
Dismenore berat adalah nyeri haid yang disertai mual, muntah, diare, pusing,
nyeri kepala, dan kadang-kadang pingsan. Jika sudah demikian, penderita tidak boleh
menganggap remeh dan harus segera memeriksakan diri ke dokter.Penanganannya pun
akan dilakukan secara menyeluruh dan memeriksa kondisi kesehatan dan latar belakang,
serta riwayat penyakit dalam keluarga. Bisa jadi, kondisi nyeri tersebut dipicu oleh
penyakit lain.
Dismenore merupakan keluhan sakit yang dirasakan ketika haid yang biasanya
baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche. Sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi,
mulai dari yang ringan hingga yang berat. Dismenorea merupakan suatu fenomena
simptomatik meliputi nyeri abdomen, kram, dan sakit punggung. Tingkat keparahan rasa
nyeri bervariasi antara satu perempuan dan perempuan lain. Kadang kala, nyeri munkin
hampir tidak terasa namun bisa jadi di saat lain nyeri akan terasa sangat hebat disertai
kejang, lemas, demam, pusing dan berbagai gangguang lambung seperti mual, muntah,
dan diare.
Umumnya dismonerea hanya terjadi pada siklus haid yang disertai pelepasan sel
telur. Kadang juga pada siklus haid yang tidak disertai pengeluaran sel telur (siklus
anovulatory), terutama bila darah haid membeku di dalam rahim. Rasa sakit yang
menyerupai kejang ini terasa di perut bagian bawah. Biasanya dimulai 24 jam sebelum
haid datang, dan berlangsung 12 jam pertama dari masa haid. Setelah itu
rasa sakit akan hilang [CITATION Agu14 \l 1033 ].

2.3.2 Klasifikasi Disminorea


Secara klinis, dismenorea dibagi menjadi dua yaitu dismenorea primer (esensial,
instrinstik, idiopatik) dan dismonera sekunder (ekstrinstik, yang diperoleh, acquired
[ CITATION Anu15 \l 1033 ].
13

a. Dismenorea primer
Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-alat
genital yang nyata. Dismenorea primer biasanya terjadi dalam 6 -12 bulan pertama
setelah haid pertama, segera setelah siklus ovulasi teratur ditentukan. Selama menstruasi,
sel-sel endometrium yang terkelupas melepaskan prostaglandin (kelompok persenyawaan
mirip hormon kuat yang terdiri dari asam lemak esensial). Prostaglandin merangsang otot
uterus dan mempengaruhi pembuluh darah, biasa digunakan untuk menginduksi aborsi
atau kelahiran yang
menyebabkan iskemia uterus (penurunan suplai darah ke rahim) melalui kontraksi
myometrium (otot dinding rahim) dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin
telah terbukti ditemukan pada cairan haid pada perempuan dengan dismenorea berat.
Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama haid. Vasopresin
(disebut juga antidiuretic hormon), suatu hormon yang disekresi oleh lobus posterior
kelenjar pituitaria yang menyempitkan pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah
juga memiliki peran yang sama.
Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena
prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulus myometrium yang kuat dan
vasokonstriksi yang ada di endometrium sekretori. Respon terhadap inhibitor
prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung pernyataan bahwa dismenorea
diperantarai oleh prostaglandin. Banyak bukti kuat menghubungkan dismenorea dengan
kontraksi uterus yang memanjang dan penurunan aliran darah ke miometrium.
Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan dicairan endometrium
perempuan dengan dismenorea dan berhubungan baik dengan derajat nyeri peningkatan
endometrial prostaglandin sebanyak tiga kali lipat terjadi dari fase folikuler menuju fase
luteal dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama haid. Peningkatan
prostaglandin di endometrium yang mengikuti penurunan progesterone pada akhir fase
luteal menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan.
Leukotriene (suatu produk pengubahan metabolisme asam arakidonat, bertanggung jawab
atas terjadinya contraction (penyusutan atau penciutan otot polos) juga telah diterima oleh
ahli untuk mempertinggi sensivitas nyeri serabut di uterus. Jumlah leukotriene yang
signifikan telah ditinjau di endomerium perempuan penderita dismenorea primer yang
tidak merespon terapi antagonis prostaglandin. Hormon pituitaria posterior, vasopresin
terlibat pada hipersensivitas miometrium, mengurangi aliran darah uterus, dan nyeri pada
14

penderita dismenorea primer. Peranan vasopresin di endometrium dapat berhubungan


dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin.
Hipotesis neuronal juga telah direkomendasikan untuk patogenesis dismenorea
primer. Neuron nyeri tipe C di stimulasi oleh metabolit anaerob yang diproduksi oleh
ischemic endometrium (berkurangnya suplai oksigen ke membran mukosa kelenjar yang
melapisi rahim). Dismenorea primer kini telah dihubungkan dengan faktor tingkah laku
dan psikologis. Meskipun faktor-faktor ini belum diterima sepenuhnya tetapi dapat
dipertimbangkan jika pengobatan secara medis gagal.
b. Dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama tetapi yang
paling sering muncul di usia 20-30 tahun. Setelah tahun-tahun normal dengan siklus
tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat berperan padadismenorea sekunder. Namun,
penyakit pelvis yang menyertai haruslah ada. Penyebab yang umum, diantaranya
termasuk endometriosis (kejadian di mana jaringan endometrium berada di luar rahim,
dapat ditandai dengan nyeri haid), adenomyosis (bentuk endometriosis yang invasive),
polip endometrium (tumor jinak di endometrium), chronic pelvic inflamatory disease
(penyakit radang panggul menahun), dan penggunaan peralatan kontarsepsi atau IUD
(Intrauterine Device). Hampir semua proses apapun yang mempengaruhi pelvis viscera
(bagian organ panggul yang lunak) dapat mengakibatkan nyeri pelvis siklik.

2.3.3 Etiologi Disminorea


Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore primer,
tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Ada beberapa faktor memegang peranan
sebagai penyebab dismenore primer, antara lain:
a. Faktor kejiwaan pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika
mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul
dismenore
b.Faktor konstitusi faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor tersebut di atas,
dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor- faktor seperti anemia,
penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore.
c. Faktor obstruksi kanalis servikalis salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan
terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis.Pada wanita dengan
uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan
tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab
15

dismenore. Banyak wanita menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa
uterus dalam hiperantefleksi. Sebaliknya terdapat banyak wanita tanpa keluhan
dismenore, walaupun ada tenosis servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi
atau hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat
menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk
mengeluarkan kelainan tersebut.
d. Faktor endokrin : pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin
mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus. Novak dan
Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa
hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus, sedangkan hormon progesteron
menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerangkan fakta
mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatoar, yang
biasanya bersamaan dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron.
e. Faktor alergi : teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara
dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa
sebab alergi ialah toksin haid [ CITATION Anu15 \l 1033 ].

2.3.4 Penatalaksanaan Disminorea


Menurut [CITATION Cal11 \l 1033 ] untuk mengatasi nyeri haid beberapa
pendekatan yang digunkan adalah dengan cara farmakologis maupun non farmakologis.
Selain itu beberapa terapi komplementer bisa digunakan untuk mengatasi nyeri yaitu :
a. Penatalaksanaan farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis merupakan penanganan nyeri dengan menggunakan
agen farmakologis. Analgesik merupakan metode yang banyak digunakan. Walaupun
analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan efektif, ternyata penggunaannya tidak
semudah dan seefisien yang diharapkan. Petugas med[is cenderung tidak memberikan
analgesik dalam penanganan nyeri kecuali untuk kondisis yang diharuskan untuk di
minum. Hal ini karena kekhawatiran klien mengalami ketagihan obat. Contoh : obat-
obatan.
b. Penatalaksanaan non farmakologis
Terapi non farmakologis yang sekarang berkembang bisa digunakan untuk
penyembuhan spesifik antara lain refleksiologi, musik dan sentuhan terapeutik.
Tindakan non farmakologis dapat digunakan untuk mengurangi nyeri mencangkup
16

intervensi prilaku kognitif yang dapat mengubah presepsi nyeri seperti tindakan
relaksasi dan teknin imajinai sebagai pendekatan holistik. Penatalaksanaan
nonfarmakologis terdiri dari berbagai tindakan penanganan nyeri berdasarkan
stimulasi fisik maupun perilaku kognitif seperti terapi komplementer menggunakan
minyak esensial dari bau harum tumbuhan untuk mengurangi masalah kesehatan dan
memperbaiki kualitas hidup. Hal ini disebabkan hampirr semua teknik penanganan
nyeri nonfarmakologis dapat digunakan oleh setiap orang di tempat mana saja. Tidak
menimbulkan cedera (non invasive), tidak menimbulkan efek samping mudah dan
murah. Wanita saat menstruasimenjadi lebih sensitif suatu saat merasa bad mood ,
marah, emosi dan nangis, jadi terapi koplementer menggunakan minyak esensial dari
mencium bau harum dapat meningkatkan kenyamanan sekaligus menurunkan mood,
dan kecemasan (stress emosi) yang tidak didapatkan oleh penangangan farmakoterapi.
Contoh : Pijet,terapi spiritual,aroma terapi,terapi music klasik.

2.3.5 Patofisiologi Disminorea Primer


Pada setiap bulannya wanita selalu mengalami menstruasi. Menstruasi terjadi
akibat adanya interaksi hormon di dalam tubuh manusia. Menurut [ CITATION Anu15 \l
1033 ]. Interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, dan indung telur
menyebabkan lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Hormon-hormon
tersebut kemudian akan mememberikan sinyal pada telur di dalam indung telur untuk
berkembang. Telur akan dilepaskan dari indung telur menuju tuba falopi dan menuju
uterus. Telur yang tidak dibuahi oleh sperma akan menyebabkan terjadinya peluruhan
pada endometrium, luruhnya endometrium menyebabkan perdarahan pada vagina yang
disebut dengan menstruasi. Pada saat masa subur terjadi peningkatan dan penurunan
hormon. Peningkatan dan penurunan hormon terjadi pada fase folikuler (pertumbuhan
folikel sel telur). Pada masa pertengahan fase folikuler, kadar FSH (Follicle Stimulating
Hormone) akan meningkat dan merangsang sel telur untuk memproduksi hormon
estrogen.
Pada saat estrogen meningkat maka kadar progesteron akan menurun. Penurunan
kadar progesteron ini diikuti dengan adanya peningkatan kadar prostaglandin pada
endometrium. Prostaglandin yang telah disintesis akibat adanya peluruhan endometrium
merangsang terjadinya peningkatan kontraksi pembuluh pembuluh darah pada
miometrium. Kontraksi yang meningkat menyebabkan terjadinya penurunan aliran darah
dan mengakibatkan terjadinya proses iskemia serta nekrosis pada sel-sel dan jaringan).
17

Iskemia dan nekrosis pada sel dan jaringan dapat menyebabkan timbulnya nyeri saat
menstruasi.
Penurunan kadar progesteron juga menyebabkan terganggunya stabilitas
membran dan pelepasan enzim. Stabilitas membaran yang terganggu adalah membran
lisosom. Selain terganggunya stabilitas membran lisosom penurunan progesteron akan
menyebabkan terbentuknya prostaglandin dalam jumlah yang banyak. Kadar progesteron
yang rendah akibat regresi korpus luteum menyebabkan terganggunya stabilitas membran
lisosom dan juga meningkatkan pelepasan enzim fosfolipase-A2 yang berperan sebagai
katalisator dalam sintesis prostaglandin melalui proses aktivasi fosfolipase yang
menyebabkan terjadinya hidrolisis senyawa fospolipid yang kemudian menghasilkan
asam arakidonat. Hasil metabolisme dari asam arakidonat ikut berperan dalam memicu
terjadinya dismenore primer. Asam arakidonat dapat dimetabolisme melalui dua jalur.
Jalur metabolisme asam arakidonat yaitu melalui jalur siklooksigenase dan jalur
lipoksigenase. Melalui jalur siklooksigenase dan lipoksigenase asam arakidonat
menghasilkan prostaglandin, leukotrien dan tromboksan. Selain prostaglandin,leukotrien
berperan serta dalam timbulnya rasa nyeri saat menstruasi [CITATION Cor11 \l 1033 ].
Leukotrien sebagai pemicu terjadinya dismenore primer mempengaruhi melalui
beberapa cara. Leukotriene bereaksi pada serabut saraf serta otot polos. Peran leukotrien
dalam terjadinya dismenore primer adalah meningkatkan sensitivitas serabut saraf nyeri
uterus, dan berperan dalam penyusutan atau penciutan otot polos saat terjadinya
peradangan, sehingga terjadilah nyeri pada saat menstruasi. Melalui proses metabolisme
asam arakidonat prostaglandin terbagi menjadi dua jenis. Prostaglandin jenis yang
pertama adalah prostaglandin F2-alfa yang merupakan suatu hasil siklooksigenase yang
dapat mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada miometrium sehingga terjadi
iskemia dan nyeri menstruasi. Kedua adalah prostaglandin E-2 yang turut serta
menyebabkan dismenore primer. Peningkatan level prostaglandin F2-alfa dan
prostaglandin E-2 jelas akan meningkatkan rasa nyeri pada dismenore primer [CITATION
Ani10 \l 1033 ].
Selain peranan hormon hasil dari proses fisiologis, dismenore primer juga bisa
diperparah oleh adanya faktor psikologis. Faktor stres ini dapat menurunkan ketahanan
terhadap rasa nyeri. Pada saat stres, tubuh akan memproduksi hormon estrogen dan
prostaglandin berlebih. Estrogen dan prostaglandin ini dapat menyebabkan peningkatan
kontraksi miometrium secara berlebihan sehingga mengakibatkan rasa nyeri saat
menstruasi. Stres juga memicu peningkatan kelenjar adrenalin dalam mensekresi kortisol
18

sehingga menyebabkan otot-otot tubuh menjadi tegang, dan menyebabkan otot rahim
berkontraksi secara berlebihan. Kontraksi otot rahim yang berlebihan dapat
menimbulkan rasa nyeri yang berlebih pada saat menstruasi. Meningkatnya stres dapat
menyebabkan meningkatnya aktivitas saraf simpatis yang menyebabkan peningkatan
skala nyeri menstruasi dengan peningkatan kontraksi uterus [CITATION Sar70 \l 1033 ].
Adanya tekanan maupun faktor stres lainnya akan mempengaruhi keparahan rasa
nyeri penderita dismenore primer. Stres akan mempengaruhi stimulasi beberapa hormon
di dalam tubuh. Ketika seseorang mengalami stres maka stres tersebut akan menstimulasi
respon neuroendokrin sehingga menyebabkan CRH (Corticotrophin Releasing Hormone)
yang merupakan regulator hipotalamaus utama untuk menstimulasi sekresi ACTH
(Adrenocorticotrophic Hormone) dimana ACTH ini dapat meningkatkan sekresi kortisol
adrenal [ CITATION Ang15 \l 1033 ]
Sekresi kortisol adrenal menimbulkan beberapa kerugian. Hormon-hormon
tersebut berperan dalam penghambatan beberapa hormon yang lain. Hormon tersebut
menyebabkan sekresi FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing
Hormone) terhambat sehingga perkembangan folikel terganggu. Hal ini menyebabkan
sintesis daN pelepasan progesteron terganggu. Kadar progesteron yang rendah
menyebabkan peningkatan sintesis prostaglandin F2-alfa dan prostaglandin E-2.
Ketidakseimbangan antara prostaglandin F2-alfa dan prostaglandin E-2 dengan
prostasiklin (PGI2) menyebabkan peningkatan aktivasi prostaglandin F2-alfa.
Peningkatan aktivasi menyebabkan iskemia pada sel-sel miometrium dan peningkatan
kontraksi uterus. Peningkatan kontraksi yang berlebihan menyebabkan terjadinya
dismenore [ CITATION Ang15 \l 1033 ].

2.3.6 Derajat Disminorea


Menurut [ CITATION Agu14 \l 1033 ] nyeri haid dibagi ke dalam tiga kelompok
yaitu nyeri haid ringan, sedang dan berat. Nyeri haid ringan dapat hilang tanpa
pengobatan, sembuh hanya dengan cukup istirahat, tidak mengganggu aktivitas harian,
rasa nyeri tidak menyebar tetapi tetap berlokasi di daerah perut bawah. Nyeri haid yang
bersifat sedang jika perempuan yang bersangkutan merasa nyeri yang menyebar di bagian
perut bawah, memerlukan istirahat dan memerlukan obat penangkal nyeri, kadang-
kadang mengganggu aktivitas hidup sehari-hari. Pada nyeri haid yang hebat selain gejala
nyeri di perut bawah, juga disertai pusing, sakit kepala, bahkan muntah dan diare, tak
19

berkurang walaupun telah menggunakan obat dan tak mampu bekerja. Kasus ini harus
segera ditangani oleh dokter. Derajat dismenorea ada tiga yaitu derajat 0-3 yaitu:
a. Derajat 0
Tanpa rasa nyeri dan aktifitas sehari-hari tak terpengaruhi.
b. Derajat 1
Nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri, namun aktifitas jarang
terpengaruhi.
c. Derajat 2
Nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang nyeri namun aktifitas
sehari-hari terganggu.
d. Derajat 3
Nyeri sangat hebat dan tak berkurang walaupun telah menggunakan obat dan tidak
dapat bekerja, kasus ini segera ditangani oleh dokter. Dibagi menjadi tiga tingkatan
keparahan, yaitu :
a. Dismenore ringan
Seseorang akan mengalami nyeri atau nyeri masih dapat ditolerir karena masih berada
pada ambang rangsang, berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-
hari.
b. Dismenore sedang
seseorang mulai merespon nyerinya dengan merintih dan menekan-nekan bagian yang
nyeri, diperlukan obat penghilang rasa nyeri tanpa perlu meninggalkan kerjanya.
c. Dismenore berat
Seseorang mengeluh karena adanya rasa terbakar dan ada kemungkinan seseorang tidak
mampu lagi melakukan pekerjaan biasa dan perlu istirahat beberapa hari dapat disertai
sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan sakit perut.

2.3.7 Gejala Disminora


Menurut Andang dan Mumpuni dalam [ CITATION Agu15 \l 1033 ], gejala-gejala
yang dialami oleh penderita berbeda tingkat keparahannya. Yang paling umum dirasakan
antara lain:
a. Payudara terasa nyeri
b. Sakit kepala
c. Nyeri atau kram
d. Menginginkan makanan tertentu
20

e. Kembung
f. Depresi

2.3.8 Mekanisme Terjadinya Disminorea


Korpus luteum berumur hanya 8 hari “korpus luteum menstruasionis” dan sejak
umurempat hari, telah terjadi menurun pengeluaran estrogen dan progestron disertai
perbandingan yang pincang [CITATION Man08 \l 1033 ]. Penurunan dan kepincangan
E2/P = 0,01 menjadi memicu mengeluarkan dari Enzim lipoksigenase dan sikloksigenase,
Kerusakan membran sel sehingga dapat dikeluarkannya asam fosfolipase, asam fosfatase
dan mengeluarkan ion Ca, pembentukan prostaglandin dari asam arakidonik penyebab
dari dismenore sekunder biasanya disebabkan oleh kelainan- kelainan organik, misalnya:
a. Rahim kurang sempurna karena ukurannya terlalu kecil
b. Posisi rahim yang tidak normal
c. Adanya tumor dalam rongga Rahim,misalnya myoma uteri
d. Adanya tumor dalam rongga panggul, terutama tumor fibroid, yang letaknya dekat
permukaan selaput lendir rahim, adanya selaput lendir rahim di tempat lain
(Endometriosis), bisa ditemukan di dalam selaput usus, di jaringan payudara atau di
tempat lain. Pada waktu haid, jaringanselaput lendir yang di luar rahim juga seperti
ikut terlepas dan berdarah seperti jaringan aslinya di dalam rahim.
e. Penyakit-penyakit tubuh lain seperti tuberkulosa, kurang darah (anemia), buang air
besar kurang lancar (constipation), postur tubuh yang terlalu kurus.

2.4 Konsep Nyeri


2.4.1 Definisi nyeri
Nyeri adalah suatu mekanisme pertahanan bagi tubuh yang timbul bila mana jaringan
sedang dirusak yang menyebabkan individu tersebut bereaksi dengan cara memindahkan
stimulus nyeri (Guyton & Hall, 2008 dalam Saifullah, 2015).
Menurut Handayani (2015) nyeri adalah kejadian yang tidak menyenangkan, mengubah
gaya hidup dan kesejahteraan individu.
Menurut Andarmoyo (2015) nyeri adalah ketidaknyamanan yang dapat disebabkan oleh
efek dari penyakit-penyakit tertentu atau akibat cedera.

2.4.2 Klasifikasi Nyeri


21

Menurut [CITATION And13 \l 1033 ] Nyeri dapat dibedakan menjadi 2 janis yaitu
nyeri akut dan kronik:
a. Nyeri akut
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan aktual atau potensial yang digambarkan sebagai kerusakan
(International Association for the Study of Pain). Nyeri yang tiba-tiba dari intensitas
ringan hingga berat yang dapat diantisipasi.

b. Nyeri kronik
Pengalaman sesnsorik dan emosional tidak menyenangkan dengan kerusakan jaringan
actual atau potensi atau digambarkan sebagai suatu kerusakan (International
Association for the study of pain). Nyeri yang tiba-tiba atau lambat dengan ontensitas
ringan hingga berat, terjadi secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat
diantisipasi yang berlangsung selama lebih dari >3 bulan. ada beberapa macam
klarifikasi nyeri berdasarkan lokasi yakni :
a. Nyeri Superficial atau Kutaneus (nyeri akibat stimulasi kulit)
Karakteristik nyeri berlangsung sebentar dan terlokalisasi. Nyeri biasanya terasa
sebagai sensasi yang tajam. Contoh penyebabnya: jarum suntik, luka potong kecil atau
terserasi.
b. Nyeri viseral
Nyeri bersifat difus dan dapat menyebar ke beberapa arah. Durasi bervariasi tetapi
biasanya berlangsung lebih lama dari pada nyeri superficial. Nyeri dapat terasa tajam
atau tumpul tergantung dari organ yang terlibat.
c. Nyeri alih
Terjadi pada nyeri visceral karena banyak organ-organ yang tidak punya reseptor
nyeri. Jalan masuk neuron sensoris dan organ yang terkena kedalam segmen medulla
spinalis sebagai neuron dari tempat asal nyeri dirasakan, perepsi nyeri pada daerah
yang tidak terkena. Nyeri terasa dibagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan
dapat terasa dengan berbagai karakteristik.
d. Radiasi
Sensasi nyeri meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain. Nyeri serasa
akan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang bagian tubuh. Nyeri dapat
bersifar intermitten atau konstan. Nyeri punggung bagian tubuh akibat diskus
22

intravertebral yang rupture disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi
saraf.

2.4.3 Fisiologi Nyeri


Menurut [CITATION Pot09 \l 1033 ] Nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan
adanya rangsangan. Reseptor nyeri tersebar pada kulit dan mukosa dimana reseptor nyeri
memberikan respon jika adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat
berupa zat kimia seperti histamine, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam
yang terlepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigen.
Stimulasi yang lain dapat berupa ternal listrik dan mekanis. Nyeri dapat dirasakan jika
reseptor nyeri tersebut menginduksi serabut saraf perifer aferen yaitu serabut A-delta dan
serabut C. Serabut A-delta memiliki myelin, mengimpilskan nyeri dengan cepat, sensasi
yang tajam, jelas melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C
tidak memiliki myelin, berukuran sangat kecil, menyampaikan impuls yang terlokalisasi
buruk, visceral dan terus menerus. Serabut C dan A-delta menyampaikan rangsang dari
serabut saraf perifer maka akan melepaskan mediator biokimia yang aktif terhadap respon
nyeri, seperti : kalium dan prostaglandin yang keluar jika ada jaringan yang rusak.
Transmisi stimulus nyeri berlanjut di sepanjang serabut saraf aferen sampai berakhir di
bagian kornu dorsalis medulla spinalis. Neurotransmitter seperti substansi P dilepaskan
didalam kornu dorsalis sehingga menyebabkan suatu transmisi sinapsis dari saraf traktus
spinolatamus, selanjutnya informasi akan disampaikan ke pusat thalamus.

Stimulasi nyeri : zat kimia, listrik


kekuranga oksigen, trauma
jaringan dan lain-lain

Pelepasan mediator nyeri


(histamine, prostaglandin,serotonin,ion kalium
dan lain-lain)

Merangsang nosireseptor Dihantarkan serabut tipe Aα


(Reseptor Nyeri) dan serabut tipe C

Sistem aktivasi retikuler Medulla spinalis

Talamus

Persepsi nyeri
23

Gambar 2.1 Fisiologi nyeri [CITATION Pot09 \l 1033 ]


2.4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri
Menurut [CITATION Pot09 \l 1033 ] faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri
yaitu:
a. Usia
Usia mempunyai peranan penting dalam mempresepsikan dan mengekspresikan rasa
nyeri. Pasien dewasa memiliki respon yang berbeda terhadap nyeri dibandingkan lansia.
Nyeri dianggap sebagai kondisi yang alami dari proses penuaan. Cara menafsirkan nyeri
ada dua, pertama rasa sakit adalah normal dari proses penuaan, kedua sebgai tanda
penuaan. Usia sebagai faktor penting dalam pemberian obat. Perubahan metabolik pada
orang yang lebih tua mempengaruhi respon terhadap analgesik opioid. Banyak penelitian
telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh usia terhadap persepsi nyeri dan hasilnya
sudah tidak konsisten.
b. Jenis kelamin
Di beberapa kebudayaan menyebutkan bahwa anak laki-laki harus berani dan tidak
boleh menangis, sedangkan seorang anak perempuan boleh menangis dalam situasi
yang sama. Toleransi nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan
hal yang unik pada setiap individu tanpa memperhatikan jenis kelamin. Perempuan
lebih suka mengkomunikasikan rasa sakitnya, sedangkan laki-laki menerima analgesik
opioid lebih sering sebagai pengobatan untuk nyeri.
c. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi individu mengtasi nyeri. Individu
mempelajari apa yang diajarkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka.
Orang jawa dan batak mempunyai respon yang berbeda terhadap nyeri. Pasien jawa
mencoba untuk mengabaikan rasa sakit dan hanya diam, menunjukkan sikap tabah dan
coba mengalihkanrasa sakit melalui kegiatan keagamaan, ini berarti bahwa pasien
24

jawa memiliki kemampuan untuk mengelola rasa sakitnya. Pasien batak merespon
nyeri dengan berteriak, menangis atau marah dalam rangka untuk mendapatkan
perhatian dari orang lain, sehingga menunjukkan ekspresif. Hal ini menunjukkan
bahwa pasien dengan budaya yang berbeda dinyatakan dalam cara yang berbeda
dalam mempengaruhi persepsi nyeri.
d. Keletihan
Keletihan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa keletihan
akan menyebabkan situasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan
koping. Apabila keletihan disertai kesulitan tidur persepsi nyeri dapat terasa lebih
berat lagi. Nyeri sering kali berkurang setelah individu mengalami suatu periodie tidur
yang lelap.
e. Pengalaman nyeri masa lalu
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Apabila individu sejak lama sering
mengalami serangkaian episode nyeri tampa pernah sembuh maka ansietas atau rasa
takut dapat muncul. Sebaliknya jika individu mengalami jenis nyeri yang sama
berulang-ulang tetapi nyeri tersebut dengan berhasil dihilangkan akan lebih mudah
individu tersebut menginterpretasikan sensasi nyeri.
f. Makna nyeri
Individu akan berbeda-beda dalam mempresepsikan nyeri apabila nyeri tersebut
memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan dan tantangan. Misalnya seorang
wanita yang bersalin akan mempresepsikan nyeri yang berbeda dengan wanita yang
mengalami cedera kepala akibat dipukul suaminya. Drajat kualitas nyeri yang
dipreepsikan berhubungan dengan makna nyeri.

2.4.5 Mengakaji Intensitas Nyeri


Menurut [CITATION Pot09 \l 1033 ] Intensitas nyeri adalah gambaran keparahan
nyeri yang dirasakan oleh seseorang. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif
dilakukan dengan menggunakan respon fisiologi tubuh terhadap nyeri yang dirasakan
seseorang.
a. Verbal Descriptive Scale (VDS)
Verbal Descriptive Scale (VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga samapi
lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.
Pendeskripsian ini dirangkai dari “tidak nyeri” sampai “nyeri tidak tertahankan”.
25

Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas
nyeri terbaru yang dirasakan [CITATION Pot09 \l 1033 ].
Tabel 2.2 Verbal Descriptive Scale (VDS)
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri yang
Tidak
Nyeri Ringan Sedang Berat
tertahankan

b. Numerical Rating Scale (NRS)


Skala Penilaian Numerik atau Numeric Rating Scale (NRS) digunakan sebagai
pengganti alat pendeskripsi kata. Klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10
[CITATION Pot09 \l 1033 ].

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri Nyeri
nyeri berat berat tidak
terkontrol terkontrol
Gambar 2.3 Numerical Rating Scale (NRS)

c. Visual analog scale (VAS)


VAS adalah suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan
memiliki alat pendeskripsi verbal pada ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan
penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.

Tidak Nyeri Nyeri Sangat Hebat

Gambar 2.3 Visual analog scale (VAS)

Keterangan
0 : Tidak nyeri. Mampu berkomunikasi aktif, tersenyum/bercanda, ceria
1-3 : Nyeri ringan. Bisa berkomunikasi aktif tetapi keceriaan menurun tetapi tidak
mengganggu kegiatan melakukan aktivitas
26

4-6 : Nyeri sedang. Mengalami penurunan berkomunikasi aktif karena ada fase
menahan nyeri yaitu hanya bicara bila ditanya atau diajak bicara, wajah mulai
menunjukkan ekspresi nyeri yaitu menangis yang disertai cemas dan
menggangu kegiatan dalam melakukan aktivitas
7-9 : Nyeri berat terkontrol. Menolak atau tidak mampu komunikasi walau hanya
sekedar menjawab pertanyaan, gelisah, gerakan tangan tidak menentu tanda
menahan pada daerah yang dirasakan nyeri (perut punggung) tubuh berbolak
balik
10 : Nyeri beras tidak terkontrol. Menangis berteriak, gerakan tubuh (tangan, kaki
dan badan) tidak terkontrol
2.5 Konsep Musik Klasik
2.5.1 Definisi Musik Klasik
Musik klasik lahir sekitar tahun 500 sampai abad ke-21. Kata klasik sebenarnya
berarti “mempunyai nilai atau mutu yang diakui secara luas, dan menjadi tolak ukur
kesempurnaan yang tertinggi” (Eya, 2014: 42). Menurut Wahyu (2015 :139)
menjelaskan bahwa musik klasik ialah jenis musik terkenal yang dibuat atau diciptakan
jauh di masa lalu, tetapi tetap dinikmati, dimainkan, dan disuakai orang sepanjang masa.
Sehingga, orang sering menyebutnya sebagai musik abadi. Dalam pengertian ini, ciri
khas dari musik klasik adalah dipertahankannya sifat keaslian dalam penyajiannya. Hal-
hal baru ataupun cara-cara baru dalam penyajiannya pun akan dapat mengurangi makna
klasik musik jenis ini.

2.5.2 Kelebihan dan Kekurangan Musik Klasik


1.Kelebihan
a. Dapat menenangkan pikiran bagi seseorang, terutama yang menyukai
music klasik
b. Tempo nada musik klasik sendiri mempunyai banyak manfaat salah
satunya yaitu mengurangi nyeri
c. Pemakaian akord tidak banyak hanya 3 nada jadi mudah untuk di ingat
dan di pelajari
d. Menggunakan peralihan dinamik dari lembut sampai keras atau
(cressendo) dan dari keras menjadi lembut (decrssendo).
2. Kekurangan
a. Instrumen musiknya sangat sederhana
27

b. Tidak menggunakan beat atau drum-set secara konstan


c. Musik klasik juga tidak menonjolkan ritme dan harmoni pada lagu-
lagunya.

2.5.3 Prosedur Pelaksanaan Terapi Musik Klasik


Terapi musik dapat dilakukan dimana saja sesuai dengan keinginan responden,
dan dalam penelitian ini musik ini di dengar dalam keadaaan pasien terbaring. Dengan
jaraknya sekitar setengah meter (50 cm) dari tape dapat juga menggunakan walkman.
Usahakan suara (Volume) tidak terlalu keras atau lemah, intinya volume tersebut dapat
membuat responden merasa nyaman dan membuat berkonsentrasi penuh. Waktu yang
digunakan 30 menit yang dibagi menjadi distraksi dan stimulus. Stimulus sekitar 15
sampai 20 menit, distraksi sekitar 10 sampai 15 menit. Dianjurkan pada responden yang
mengalami nyeri disminorea adalah sekitar 30 menit setiap hari. Dianjurkan pada
responden mendengarkan musik klasik, penderita dianjurkan mendengarkan dengan
penuh perhatian dan kesadaran agar musik dapat merasuk kedalam pikiran. Dengan
demikian harmoni dan iram music klasik dapat mendorong untuk mencapai titik relaksasi
(Satiadarma,2015).

2.5.5 Definisi Terapi Musik Klasik


Terapi musik klasik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan
gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk
kesehatan fisik dan mental. Terapi musik dapat berdampak positif untuk mengatasi nyeri.
Terapi musik merupakan teknik yang sangat mudah dilakukan dan terjangkau, tetapi
efeknya menunjukkan betapa besar dan musik dalam mempengaruhi ketegangan atau
kondisi rileks pada diri seseorang, karena dapat merangsang pengeluaran endorphine dan
serotonin, yaitu sejenis morfin alami tubuh dan juga metanonin sehingga kita bisa merasa
lebih rileks pada tubuh seseorang. Musik klasik adalah salah satu terapi nonfarmakologis,
metode non farmakologis yang dapat diberikan adalah teknik distraksi (Suzannec, 2016).
Distraksi adalah salah satu cara untuk mengurangi nyeri dengan mengalihkan
perhatian kepada sesuatu yang lain sehingga kesadaran klien terhadap nyerinya
berkurang. Salah satu distraksi yang efektif adalah musik karena terbukti, Menunjukkan
efek yaitu mengurangi kecemasan dan depresi, mesnghilangkan nyeri,menurunkan
tekanan darah dan menurunkan frekuensi denyut jantung, Musik yang dipilih pada
28

umumnya musik lembut dan teratur, seperti instrumentalia atau musik klasik Mozart
(Pimadita, 2014).

2.5.6 Manfaat Musik Klasik


Musik klasik mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan katarsis emosi,serta
dapat
mengoptimalkan tempo,ritme, melodi dan harmoni yang teratur sehingga menghasilkan
gelombang alfa serat gelombang beta dalam gendang telinga sehingga memberikan
ketenangan yang membuat otak siap menerima masukan baru, efek rileks, dan
menidurkan. Secara umum musik menimbulkan gelombang vibrasi yang dapat
menimbulkan stimulus pada gendang pendengaran. Stimulasi itu ditransmisikan pada
susunan saraf pusat (limbic system) di sentral otak yang merupakan ingatan, kemudian
pada hypothalamus atau kelenjar sentral memiliki susunan saraf pusat akan mengatur
segala sesuatunya untuk mengaitkan musik dengan respon tertentu. (Djafar & Nurseha
2014)

2.5.7 Jenis Musik Klasik Yang Sering Di Gunakan


Music klasik yang sering digunakan salah satunya yaitu musik Mozart &
Beethoven,berikut manfaat mendengarkan music klasik Mozart dan bethoven :
1. Menstimulasi otak kanan, meningkatkan kreatifitas berpikir
2. Mengurangi stres dan tekanan
3. Menenangkan pikiran, tubuh dan jiwa
4. Menstabilkan detak jantung, tekanan darah dan temperatur tubuh

2.5.8 Mekanisme Musik Klasik


Mekanisme kerja musik untuk rileksasi rangsangan atau unsur
irama dan nada masuk ke canalis auditorius, selanjutnya musik memproduksi
zatendorphins substansi sejenis morfin yang disuplai tubuh yang dapat mengurangi rasa
sakit/nyeri di hantar sampai ke thalamus sehingga memori di sistem limbic aktif secara
otomatis mempengaruhi saraf otonom yang disampaikan ke kelenjar hipofisis dan muncul
respon terhadap emosional melalui feedback ke kelenjar adrenal untuk menekan
pengeluaran hormon endorfin sehingga seseorang menjadi rileks atau nyeri berkurang
(Mirna, 2014: 2-3).
Menurut para pakar terapi musik, tubuh manusia memiliki pola
29

getar dasar. Kemudian vibrasi musik yang terkait erat dengan frekuensi dasar tubuh
atau pola getar dasar memiliki efek penyembuhan yang hebat pada seluruh tubuh,
pikiran, dan jiwa manusia, yang menimbulkan perubahan emosi, organ, hormon, enzim,
sel-sel dan atom. Elemen musik terdiri dari lima unsur penting, yaitu pitch (frekuensi),
volume (intensity), timbre (warna nada), interval, dan rhytm (tempo atau durasi)
(Heather, 2010: 40).
Tempo musik yang lambat akan menurunkan respiratory rate, sementara
denyut nadi memiliki kesesuaian dengan rhytm dari musik. Dengan begitu akan
mengubah gelombang beta menjadi gelombang alfa di otak. Pitch dan rhytm akan
berpengaruh pada sistem limbik yang mempengaruhi emosi (Wigram, 2016: 41).
Musik dengan frekuensi 40-60 Hz juga telah terbukti menurunkan kecemasan,
menurunkan ketegangan otot, mengurangi nyeri, dan menimbulkan efek tenang
(American Music Therapy Association, 2008: 35). Wigram (2016: 44) meneliti bahwa
volume yang bisa menimbulkan efek terapeutik adalah adalah 40-60 dB. Volume yang
disarankan memiliki efek terapi maksimum 60 dB selama 20-60 menit dalam sekali
sesi. Bisa juga dilakukan saat menjelang tidur, dan disarankan selama 30 menit untuk
mendapatkan efek relaksasi maksimum. Dengan sesi terapi dilakukan minimal dua kali
sehari.
Musik bersifat terape utik artinya dapat menyembuhkan, salah satu alasanya
karena musik menghasilkan rangsangan ritmis yang kemudian di tangkap melalui organ
pendengaran dan diolah di dalam sistem saraf tubuh dan kelenjar otak yang selanjutnya
mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengarannya. Ritme
internal ini mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung
dengan lebih baik. Dengan metabolisme yang lebih baik, tubuh akan mampu
membangun sistem kekebalan yang lebih baik, dan dengan sistem kekebalan yang lebih
baik menjadi lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit (Satiadarma,
2015: 67).
Sebagian besar perubahan fisiologis tersebut terjadi akibat aktivitas dua sistem
neuroendokrin yang dikendalikan oleh hipotalamus yaitu sistem simpatis dan sistem
korteks adrenal. Hipotalamus juga dinamakan pusat stress otak karena fungsi gandanya
dalam keadaan darurat. Fungsi pertamanya mengaktifkan cabang simpatis dan sistem
otonom. Hipotalamus menghantarkan impuls saraf ke nukleus-nukleus di batang otak
yang mengendalikan fungsi sistem saraf otonom. Cabang simpatis saraf otonom
bereaksi langsung pada otot polos dan organ internal yang menghasilkan beberapa
30

perubahan tubuh seperti peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah.
Sistem simpatis juga menstimulasi medulla adrenal untuk melepaskan hormon epinefrin
(adrenalin) dan norepinefrin ke dalam pembuluh darah, sehingga berdampak
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, dan norepinefrin secara tidak langsung
melalui aksinya pada kelenjar hipofisis melepaskan gula dari hati. Adrenal
Corticotropin Hormon (ACTH) menstimulasi lapisan luar kelenjar adrenal (korteks
adrenal) yang menyebabkan pelepasan hormon (salah satu yang utama adalah kortisol)
yang meregulasi kadar glukosa dan mineral tertentu (Primadita, 2011: 69-72).
Salah satu manfaat musik sebagai terapi adalah self-mastery yaitu kemampuan
untuk mengendalikan diri. Musik mengandung vibrasi energi, vibrasi ini juga
mengaktifkan sel-sel di dalam diri seseorang, sehingga dengan aktifnya sel-sel tersebut
sistem kekebalan tubuh seseorang lebih berpeluang untuk aktif dan meningkat
fungsinya. Musik juga dapat meningkatkan serotonin dan pertumbuhan hormon yang
sama baiknya dengan menurunkan hormon ACTH (Setiadarama, 2015: 71).
Musik juga dipercaya meningkatkan pengeluaran hormon endorfin. Endorfin
memiliki efek relaksasi pada tubuh. Endorfin juga sebagai ejektor dari rasa rileks dan
ketenangan yang timbul, midbrain mengeluarkan Gama Amino Butyric Acid (GABA)
yang berfungsi menghambat hantaran impuls listrik dari satu neuron ke neuron lainnya
oleh neurotransmitter di dalam sinaps. Midbrain juga mengeluarkan enkepalin dan beta
endorfin. Zat tersebut dapat menimbulkan efek analgesia yang akhirnya mengeliminasi
neurotransmitter rasa nyeri pada pusat persepsi dan interpretasi sensorik somatic di otak
(Nilsson, 2009: 37).
Musik Klasik

Pendengaran (telinga) music klasik

Musik memproduksi zatendorphins
(substansi sejenis morfin yang disuplai tubuh yang dapat mengurangi rasa sakit/nyeri)

Merangsang hipothalamus

Mengaktifkan system limbic secara otomatis

Mempengaruhi saraf otonom yang disampaikan ke kelenjar hipofisis
31


Muncul respon terhadap emosional melalui feedback ke kelenjar adrenal untuk menekan
pengeluaran hormon endrofin

Nyeri berkurang
Gambar 2.5 Mekanisme music klasik
2.5.9 Kerangka Teori
Kerangka teori adalah rangkuman dari penjabaran teoriyang sudah diuraikan
sebelumnya dalam bentuk naratif,untuk memberikan batasan tentang teori yang dipakai
sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan (Hidayat, 2014).
KERANGKA TEORI

Terapi

-Remaja
-Menstruasi
-Dismenore : farmakologi Non farmakologi

-Primer
Terapi Pijat Terapi
-Sekunder
Aromaterapi
spiritual
Musik Klasik
eraerapierapi

Pendengaran (telinga) music

Menghambat transmisi impuls nyeri

System limbic

System saraf
Tingkat nyeri :
1. Tidak nyeri (skore:0) Mengurangi
2. Nyeri ringan(skore:1-3) kontraksi otot
3. Nyeri sedang (skore:4-6)
4. Nyeri berat terkontrol (skore:7-9)
5. Nyeri berat tidak terkontrol (skore: 10) Nyeri berkurang
32

Gambar 2.6 Kerangka Teori ! Efektifitas pemberian terapi music klasik terhadap
intesintas nyeri disminorea primer : literatur riview.

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Kerja


Penelitian ini menggunakan literatur review, yaitu serangkaian penelitian yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, atau penelitian yang objek
penelitiannya digali melalui berbagai informasi kepustakaan (buku, jurnal ilmiah, artikel
ilmiah baik nasional maupun internasional) (Syaodih, 2010). Penelitian ini menggunakan
data sekunder yang di peroleh dari sumber-sumber literature yaitu paper dari
jurnal/ilmiah, paper dari conference (Proceedings), thesis dan disertasi, report (laporan)
dari organisasi yang terpercaya, buku textbook (Sugiyono, 2016)
33

Peneliti menentukan topik Literature Review yaitu Keefektifan


Tahap 1
pemberian terapi music klasik terhadap intensitas nyeri disminore:
Literature Review

Tahap 2 Artikel
Pencarian pada data base Pubmed,
temuan:
Google Shoolar, Portal Garuda Tah Google
un Scholar:10
201
Kata Kunci : Terapi music klasik, 5- Portal
nyeri disminore pada remaja putri 2020 Garuda : 2
ejournal-
aipkema: 2

research
:2
Yang berhubungan dengan
Terapi music klasik.

Penyusun menulis berdasarkan topik yang di angkat


Tahap 3
34

Tahap 4 Penulis Mensurvei Literatur atau mengumpulkan informasi dari


literature-literature yang sudah penulis cari.

Tahap 5
Penulis Penulis membuat Review yang sesuai dengan topik berdasarkan
dari review Literatur yang sudah didapatkan.

Tahap 6
Penulis Mengkritisi Literatur yang sudah didapatkan

Pengumpulan Data
3.2.1 Desain Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan
hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu,
cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Jenis-jenis metode penelitian
dapat diklasifikasikann berdasarkan, tujuan, dan tingkat kealamiahan
(natural setting) obyek yang diteliti. Berdasarkan tujuan, metode
penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied research)
dan penelitian pengembangan (research and development).
Selanjutnya berdasarkan tingkat kealamiahan, metode penelitian dapat
dikelompokkan menjadi metode penelitian eksperimen, survey dan
naturalistik (Sugiyono, 2015).
Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam
penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor
35

yang dapat memengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2016). Desain


penelitian ini menggunakan literatur review, yaitu serangkaian
penelitian yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
atau penelitian yang objek penelitiannya digali melalui berbagai
informasi kepustakaan (buku, jurnal ilmiah, artikel ilmiah baik
nasional maupun internasional). Fokus penelitian ini dengan mencari
berbagai referensi yang relefan dengan permasalahan atau topik yang
diangkat oleh peneliti yang digunakan untuk menganalisis dan
memecahkan pertanyaan penelitian yang dirumuskan (Syaodih, 2010).

3.2.2 Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan


informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan
menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder (Sugiyono, 2016).
Data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen (Sugiyono, 2016). Dari penelitian ini menggunakan data
sekunder yang di peroleh dari sumber-sumber literature yaitu paper
dari jurnal/ilmiah, paper dari conference (Proceedings), thesis dan
disertasi, report (laporan) dari organisasi yang terpercaya, buku
textbook.
36

3.2.3 Stategi Pencarian


Strategi Pencarian yang dilakukan oleh peneliti dalam membuat
Literature Review ini adalah dengan menggunakan Key Words atau Kata Kunci
sebagai berikut : “Terapi musik klasik “ intensitas nyeri disminorea “pada remaja
putri”.
Artikel-artikel tersebut di ditemukan di berbagai Database yaitu
Perpusnas, PubMed, portal garuda dan google scholar.
Kriteria Inklusi dalam Penulisan Literature Review ini yaitu Artikel yang
sesuai dengan Topik yang diangkat , Artikel mengandung tentang pemberian
terapi musik klasik yang dapat menyebabkan penurunan nyeri disminore pada
remaja pitri . Peneliti memilih artikel dalam rentang tahun 2015 – 2020 dan
ditemukan 15 artikel yang berhubungan dengan pemberian terapi musik klasik
terhadap nyeri disminorea . Dari total 15 artikel yang diketemukan, hanya 5 artikel
yang memenuhi kreteria .
Sedangkan Kriteria Eksklusi dalam pencarian artikel yaitu Artikel yang
tidak berkaitan dengan Topik dan artikel dalam Rentang dibawah tahun 2015.
37

3.1 Kriteria inklusi dan eksklusi


Strategi yang digunakan dalam pencarian literatur menggunakan PICOS
framework. Berikut kriteria inklusi dan eksklusi dari literatur :

Kriteria Inklusi Eksklusi


Population Remaja putri yang sering mengalami nyeri Remaja putri yang
disminore saat menstruasi dating tidakmengalami nyeri
disminore saat menstruasi
datang
Intervention Pemberian terapi music klasik pada remaja Intervensi lain yang tidak
putri untuk mengurangi nyeri disminore berfokus pada pada remaja
putri yang tidak mengalami
nyeri disminore

Comparators Tidak ada factor pembanding -

Outcomes Adanya efektifitas pemberian Terapi music Tidak Adanya efektifitas


klasik yang dapat menurunkan nyeri pemberian Terapi music klasik
disminore pada remaja putri. yang dapat menurunkan nyeri
disminore pada remaja putri

Study design and Analisis korelasi, komparasi, quasy Letter to editor


publication eksperimental, observasi, kualitatif,
Type kuantitatif, pre experimental design.

Publication Lebih dari 2015 Kurang dari 2015


years
Language English, Indonesia Bahasa lain selain
English dan
Indonesian
Tabel 3.2 : Kriteria inklusi dan eksklusi.
38

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pencarian literature, peneliti menemukan sebanyak 5
artikel yang akan dilakukan review sebagai berikut :
Metode
Jurnal
thor Tahun Judul (Desain, Sampel,
Variabel, Hasil Penelitian Dat
Name
Instrumen, Analisis) 39
D : one-group pretest posttest
desig
S : Purposive Sampling
V : Variabel terikat dalam
penelitian ini yaitu intensitas nyeri
haid (dismenore), sedangkan
PENGARUH Berdasarkan hasil penelitian dan
variabel bebasnya yaitu terapi
TERAPI MUSIK teori yang diuraikan diatas,
musik klasik (Mozart).
Journal of KLASIK peneliti berkesimpulan bahwa
I : Penelitian ini telah dilakukan
a Oktavia Health (MOZART) terapi musik klasik (Mozart)
dua kali perlakuan, dengan berpengaruh dalam menurunkan
Promotion TERHADAP
mengukur skala nyeri haid pada
ndary and INTENSITAS intensitas nyeri haid pada remaja Goo
2015 remaja putri menggunakan lembar putri. Oleh karena itu terapi Scho
Behavior NYERI HAID
observasi Numerical Rating Scale
ndra Parjo (2016),1 PADA REMAJA dengan menggunakan musik
(NRS) pada hari pertama
klasik (Mozart) dapat dijadikan
(3): 161- PUTRI DI SMA
menstruasi sebelum
diberikan metode
171 NEGERI 1 untuk mengurangi
terapi musik klasik (Mozart) dan intensitas nyeri haid (dismenore)
PONTIANAK
diukur kembali skala nyeri haid
TAHUN 2015 pada remaja putri
setelah dilakukan terapi musik
klasik (Mozart) setelah dilakukan
terapi musik klasik (Mozart)
dengan menggunakan instrumen
yang sama

A : uji T berpasangan.
D : Penelitian ini menggunakan
metode Quasi Experiment dengan
rancangan Pre and Post Test with
EFEKTIVITAS
Control Design
PEMBERIAN Berdasarkan landasan teori dan
S : purposive sampling didukung oleh analisa dan hasil
TERAPI
V : faktor determinan kepatuhan
MUSIK uji, maka dapat disimpulkan
diet hipertensi, Health Promotion bahwa terdapat efektifitas
ni Heryani (MOZART)
JURNAL Model (HPM)
DAN BACK pemberian terapi musik (mozart) Goo
2017 IPTEKS I : menggunakan questioner yang dan back exercise terhadap nyeri
na Dewi EXERCISE Scho
TERAPAN telah diuji validitas dan dismenorhea
ri2 TERHADAP dengan nilai
reliabilitasnya p=0,000 (p<0,05).
PENURUNAN
A : penelitian ini menggunakan
NYERI .
uji hipotesis Paired Sample T- test
DYSMENORR
untuk mengetahui pengaruh
HEA PRIMER
pemberian terapi music dan back
exercice terhadap dysmenorrhea
primer
HUBUNGAN
40

Tabel 4.1 Daftar Artikel Hasil Pencarian.


Artikel Temuan :

Portal Garuda: 2

Google Scholar : 3 40

Artikel yang telah direview oleh peneliti sebanyak 5 artikel, yang pertama berjudul
“ Pengaruh terapi music klasik (Mozart) terhadap intensitas nyeri haid pada remaja
putri di SMA Negeri 1 pontianak tahun 2015” Hasil penelitian uji statistik paired sample t
test diperoleh nilai p value sebelum dan setelah dilakukan terapi musik klasik (Mozart)
yaitu p= 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada penurunan secara signifikan antara skala nyeri
haid sebelum dan setelah diberikan terapi musik klasik (Mozart). Maka dapat
disimpulkan nilai p = 0,000 dan penelitian ini menunjukan bahwa terapi musik klasik
(Mozart) berpengaruh dalam menurunkan intensitas nyeri haid.
Hasil review artikel ini tidak jauh berbeda dengan artikel yang berjudul “Efektifitas
pemberian terapi music (Mozart) dan back exercise terhadap penurunan nyeri
disminorea” Berdasarkan uji pengaruh menggunakan Paired Sample T-test pada
kelompok ekperimen menunjukkan hasil p=0,00 < 0,05 dan pada kelompok kontrol p=.
Hal ini berarti terdapat efektifitas pemberian terapi musik (mozart) dan back exercise
terhadap nyeri dismenorhea.
Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian yang berjudul “Hubungan lama
mendengarkan music klasik dengan penurunan disminore pada remaja putri immala
(ikatan mahasiswa malaka) ditlogomas” Analisis statistik memperoleh hasil signifikasi
(p_value) sebesar 0,000, maka nilai 0,000 < 0,05 artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara lama mendengarkan musik klasik dengan penurunan disminore pada
remaja putri Immala (Ikatan Mahasiswa Malaka) di Tlogomas Malang.
Penelitian yang berjudul “ Perbedaan waktu pemberian terapi usik
klasik(Mozart)terhadap tingkat nyeri haid(disminore) padaremaja putri “ Berdasarkan
peneliti yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Perbedaan Efektifitas Waktu
Pemberian Terapi Musik Klasik (Mozart) Terhadap Tingkat Nyeri Haid (Dismenorhe)
Pada Remaja Putri Siswi Kelas X Di SMAN 1 VII Koto Sei.Sarik Kab. Padang Pariaman
Tahun 2017 yaitu p value = 0.000. Hal ini berarti P Value lebih kecil dari nilai α = 0,05
artinya bahwa ada perbedaan efektifitas waktu pemberian terapi musik klasik (mozart)
terhadap tingkat nyeri haid (dismenorhe) pada remaja putri siswi kelas X Di SMAN 1 VII
Koto Sei.Sarik Kab.Padang Pariaman Tahun 2017.

40
41

Selain faktor dari Perbedaan waktu pemberian terapi usik klasik(Mozart)terhadap


tingkat nyeri haid(disminore) padaremaja putri “ , peneliti juga menemukan artikel yang
berjudul “ Efektifitas music klasik terhadap disminore pada mahasiswa Stikes
Muhammadiyah lamongan” menyebutkan bahwa ada pengaruh terhadap music klasik
dalammenurunkan tingkat nyeri disminorea pada mahasiswa Stikes Muhammadiyah
lamongan dimana setelah di berikan terapi music klasik ,responden mengalami penurunan
nyeri sebesar 1,8 w dan hasil uji paired t-Test menunjukkan nilai p = 0.000 (p<0.05).
Simpulan: Ada pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri disminoroe

5.1 Pembahasan
Artikel yang telah direview oleh peneliti sebanyak 5 artikel untuk
mengetahui adakah efektifits pemberian music klasik terhadap nyeri dismnore. Hasil
review dari 5 artikel sebagian besar menunjukkan bahwa terdapat efektifitas bahwa
terapi musik klasik dapat menurukan intensitas nyeri disminorea pada remaja putri.
Menurut teori yang disebutkan oleh Dofi (2010) hal ini disebabkan karena
musik klasik memiliki nada yang lembut, nadanya memberikan stimulasi gelombang
alfa dan membuat pendengar menjadi senang, nyaman, tenang dan rileks sehingga
dapat mengurangi persepsi nyeri.
Pernyataan ini sesuai dengan Hendrik (2006) dismenore didapatkan adanya
peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang
miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan disritmi uterus.
Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah dan oksigen ke uterus dan akan
mengakibatkan iskemia. Sehingga muncul respon dari nosiseptor karena ada stimulus
yang membahayakan dan memulai tranmisi neural dengan melepaskan substansi yang
menghasilkan nyeri dan menurut Bobak, Lowdermilk, Jonsen (2004) bahwa
mendengarkan musik dapat memproduksi zat endophrin (substansi sejenis morfin yang
disuplai tubuh yang dapat mengurangi rasa sakit/nyeri) yang dapat menghambat
transmisi impuls nyeri di sistem saraf pusat, Sehingga sensasi nyeri menstruasi dapat
berkurang, musik juga bekerja pada sistem limbik yang akan dihantarkan kepada
sistem saraf yang mengatur kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat mengurangi
kontraksi otot.

41
42

Sedangkan menurut Potter (2005) mengatakan bahwa musik mempunyai


pengaruh besar khususnya dalam proses pemulihan dan perilaku pada umumnya musik
dapat memancing emosi yang kuat kemudian mempengaruhi sistem otonom untuk
mengeluarkan hormon dan endorphin sebagai penahan rasa sakit alamiah dari tubuh.
Terapi musik klasik sebagai salah satu teknik distraksi yang efektif merupakan bentuk
pelayanan kesehatan yang menggunakan musik klasik secara terapeutik. Terapi musik
klasik ini dipercaya memberikan efek yang bermanfaat bagi kesehatan dengan
mempengaruhi kerja organ tubuh dan hormonal, antara lain dapat menurunkan
intensitas nyeri yang mempengaruhi hipofisis di otak untuk melepaskan endorphin
dinorphin (opiate endogen) yang dilepas di alur saraf desenden, yang memblok
transmisi stimulus nyeri, sehingga menurunkan kontraksi uterus. Musik dapat
memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak, yaitu gelombang beta, yang
terjadi apabila memusatan perhatian pada kegiatan sehari-hari, ataupun bila seseorang
mengalami perasaan negatif yang kuat. Ketenangan dan kesadaran yang meningkat
dicirikan oleh gelombang alfa sehingga semakin lambat gelombang otak, semakin
santai, puas dan damai perasaan seseorang. Dengan demikian pemberian terapi musik
sangat efektif dan penting dalam menurunkan nyeri dismenorea.
Berikut ini cara kerja musik klasik yaitu rileksasi rangsangan atau unsur
irama dan nada masuk ke canalis auditorius, selanjutnya musik memproduksi
zatendorphins substansi sejenis morfin yang disuplai tubuh yang dapat mengurangi
rasa sakit/nyeri di hantar sampai ke thalamus sehingga memori di sistem limbic aktif
secara otomatis mempengaruhi saraf otonom yang disampaikan ke kelenjar hipofisis
dan muncul respon terhadap emosional melalui feedback ke kelenjar adrenal untuk
menekan pengeluaran hormon endorfin sehingga seseorang menjadi rileks atau nyeri
berkurang (Mirna, 2014: 2-3).
Dari beberapa literatur riview rata-rata skala nyeri dismenorea sebelum
diberikan terapi musik klasik didapatkan hasil hampir setengah pada remaja putri skala
nyeri sedang 3-4 dan bahkan ada beberapa responden yang mengalami nyeri berat 7-9.
Sedangkan dari beberapa literatur riview sesudah dilakukan terapi musik
klasik didapatkan hasil bahwa hampir sebagian intensitas nyerinya berkurang yaitu

42
43

dengan intensitas nyeri 1-3 (ringan) dan sedang (4-6) bahkan ada sebagian yang sudah
tidak mengalami nyeri lagi.

Hal ini di karenakan terapi musik klasik merupakan salah satu teknik
distraksi yang efektif. Terapi musik klasik ini dipercaya memberikan efek yang
bermanfaat bagi kesehatan dengan mempengaruhi kerja organ tubuh dan hormonal.
Musik klasik sendiri dapat memberikan efek nyaman, tenang dan senang pada
pendengarnya,musik yang di dengarkan., pada saat kondisi ini otak akan memproduksi
serotonin dan endhorphin yang menyebabkan seseorang merasa nyaman, aman dan
tenang sehingga intensitas nyeri dapat berkurang.

43
44

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil tinjauan literatur ini di dapatkan bahwa konsep teori yang mempelajari tentang
efektifitas pemberian terapi music klasik terhadap intensitas nyeri disminore pada remaja
putri demikian dapat disimpulkan bahwasanya terdapat efektifitas pemberian terapi musik
klasik yang dapat menurunkan intensitas nyeri disminore pada remaja putri, hal ini dapat di
buktikan dari beberapa hasil literatur riview yaitu sebelum dilakukan terapi music klasik
hampir setengah pada remaja putri skala nyeri sedang dan berat. Sedangkan sesudah
dilakukan terapi musik klasik didapatkan hasil hampir sebagian intensitas nyerinya berkurang
yaitu dengan intensitas nyeri ringan dan sedang bahkan ada sebagian yang sudah tidak
mengalami nyeri lagi .

6.2 Saran

Terapi dengan menggunakan musik klasik ini dapat digunakan sebagai salah satu
pilihan terapi non-farmakologi untuk menurunkan intensitas nyeri haid(dismenore) yang
tidak menimbulkan efek samping dalam menurunkan kejadian nyeri haid (dismenore).

Peneliti diharapkan dapat lebih memahami penatalaksanaan terapi musik


klasik ini sebagai terapi alternative untuk menurunkan kejadian nyeri haid
(dismenore).

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini menjadi bahan atau


informasi awal dan pendukung untuk melakukan penelitian dan kajian secara
mendalam tentang efektifitas mendengarkan musik klasik dengan penurunan
disminore.

43

44
45

DAFTAR PUSTAKA

Aditia Rahargian. (2012). Manfaat Musik Instrumental. Diakses 03 Desember 2016.


(http://aditiarahargian.com/?p=52)

Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Ar- Ruzz, Yogyakarta.

Angel, S., Armini, NKA., & Pradanie, R 2015, ‘Analisis faktor yang berhubungan dengan
kejadian dismenore primer pada remaja putri di MTS negeri surabaya II’, Journal
Pediomaternal, vol. 3, no. 2, April 2015, hh. 274-281.

Anindita, A. Y. 2010. Pengaruh Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Kunyit Asam terhadap


Keluhan Dismenorea Primer pada Remaja Putri di Kotamadya Surakarta. (Skripsi).
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Agustina, R.2015. Gambaran Konsumsi Sumber Vitamin Dan Mineral, Status Gizi, dan
Kejadian Dismenorea Pada Remaja Putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah.SKRIPSI FKM
USU.

Anurogo dr. D dan Wulandari, A. 2015. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta : Andi
Offset.

Ali, M & Asrori, M. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Brunner & Suddarth. 2016. Buku Ajar Keperawatan Bedah. Ed 8. Vol 1. Jakarta :EGC

Calis, K.A. 2014. Dysmenorrhea. Diakses tanggal 16 Agustus 2015 dari


http://emedicine.medscape.com/article/253812-overview#a3. Datta

Corwin E. 2011. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Djafar, Nurseha S. 2010. Pengaruh Musik Gamelan terhadap Respon Kecemasan Bayi pada
saat Immunisasi di Klinik Tumbuh Kembang Anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Skripsi. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

45
46

Dian Novita. (2012). Pengaruh Terapi Musik terhadap Post Operasi Open Reduction and
Internal Fixation (ORIF) di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Tesis.
Depok: UI.

Desfietni, V. (2012). Efektifitas kombinasi pemberian teknik nafas dalam dan terapi music
instrumental terhadap penurunan intensitas nyeri (dismenorea) pada remaja putri di
SMPN 4 Kuantan Hilir. Tidak dipublikasikan: Skripsi PSIK Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Hang Tuah Pekanbaru.

Envilia.2013. Pengertian Musik Klasik, Ciri – ciri music klasik, Fungsi dan kegunaan Musik
klasik. http://envilia.blogspot.com/2013/09/pengertian-musik-klasikciri-ciri-music.html

Eniwarti. (2014). Pengaruh Terapi musik Mozart Terhadap Penurunan Derajat Nyeri
Menstruasi Pada Remaja Putri di SMA Padang Japang Tahun 2014. Diperoleh
November 13, 2014, dari http://ejurnal.stikesprimanusantara.a c.id.

Ernawati ,S, Nonon ,S, Suprihatin, Nailus ,S, Ummu ,S, Yulia ,A.M, Agusniar ,T & Santa ,L.

2017. Manajemen Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Universitas Nasional

Hendrik. (2006). Problem Haid: Tinjauan Syariat Islam dan Medis. Solo: Tiga Serangkai.
Irmawaty, L. (2013). Manajemen Nyeri Menggunakan Terapi Musik pada Pasien
Post Sectio Caesarea (Studi Kasus di RSUD Pasar Rebo Tahun 2013). Jurnal
Ilmiah WIDYA, 2(3) , 17-22 Diperoleh Maret 10, 2015, dari http://e-
journal.jurwidyakop3.com/index.ph p/jurnal- ilmiah/article/view/193 .

Liandary, D. O. (2015). Pengaruh Terapi Musik Klasik (Mozart) terhadap Intensitas Nyeri
Haid pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Pontianak

Manuaba, I.A.C. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita . Jakarta: EGC.

Nursalam.2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2013). Metodologi penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam.2014. Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika

46
47

Mahatidanar, A., dan Khairun N. 2016. Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi. JAgromedUnila 4(2) : 264-268

Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Novitasari. 2012. Efektifitas Pendidikan Kesehatan tentang Dismenore Terhadap Tingkat


Pengetahuan Remaja Perempuan di Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Novita I & Puspitasari N. 2008. Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore

Primer. The Indonesia Journal of Public health. Vol 4. No 2. RSUD Kabupaten Sidoarjo

Potter P.A & Perry A.G. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
dan Praktik Vol 2. Jakarta: EGC.

Potter P.A & Perry A.G. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
dan Praktik Vol 1. Jakarta: EGC.

Potter P.A & Perry A.G. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
praktek. Edisi 4, Vol 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta : EGC

Primadita, A. 2011. Efektifitas intervensi terapi musik klasik terhadap stress dalam menyusun
skripsi pada mahasiswa PSIK UNDIP Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas
Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id . Diakses 2014

Prawirohardjo,S. (2011). Ilmu kandungan edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Rejeki, E. P. A. (2010). Pengaruh Terapi Musik Mozart Dan Guided Imagery Terhadap
Intensitas Dismenorea.

Rahmawati. 2012. Dasar-dasar Kebidanan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya

Satiadarma, Monty, 2013. Terapi Musik. Jakarta : Milenia Popul


http://repository.maranatha.edu/648/9/0563058_References.pdf. Diakses 6 juli 2014

47
48

Sarlito, W & Sarwini. 2016. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers

Saryono. 2011. Metodelogi Penelitian Keperawatan. Purwokerto : UPT.

Percetakan dan Penerbitan UNSOED

Sari D, Nurdin AE, Defrin. Hubungan Stres dengan Kejadian Dismenore Primer pada
Mahasiswi Pendidikan Dokter Universitas Andalas. Jurnal
KesehatanAndalas.2015;4(2);567-570.

Setiadi. 2013. Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 2. Yogyakarta :
Graha Ilmu

Safitri, E. S., & Purwanti, S. (2014). Perbedaan terapi musik klasik dengan musik kesukaan
terhadap penurunan nyeri dismenore pada siswi kelas x sma negeri 1 banjarnegara
kabupatenbanjarnegara tahun 2014, 2 no 4.

Swarjana, K .I.2015. Metodelogi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Yogyakarta:Andi


Offset

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta

Suryana. 2010. Metode Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Bandung: UPI

Swarjana, I Ketut. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi
Offset.

Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Ed. 6. Jakarta

ECG Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Ed. 6. Jakarta : ECG

Suzannec. 2001. Konsep dan penulisan riset keperawatan. Yogyakarta: Graha ilmu.

Verawaty, SN & Liswidyawati,R. 2012. Merawat dan Menjaga Kesehatan Seksual Wanita.
Bandung : PT.Grafindo Media Pratama

48
49

Wigram, A., L. (2016). The effects of vibroacoustic therapy on clinical and nonclinical
population. St. Georges Hospital Medical School London University. (Unpublished
Dissertation Paper).

49
50

Lampiran 6.

CURRICULUM VITAE

A. Biodata Peneliti
Nama : Dian Novitasari

NIM : 16010007

Tempat, Tanggal Lahir : Lumajang, 09 November 1996

Alamat : Lumajang, Dsn Krajan II, RT/RW 032/006, Desa Kaliboto


Lor, Kecamatan Jatiroto

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Nomor Telepon : 081388287669

E-mail : diannovitas703@gmail.com

Status : Mahasiswa

B. Riwayat Pendidikan
1. TK Aisyah (2001-2003)
2. SD N 7 Kaliboto Lor (2003-2009)
3. SMP N 1 Jatiroto (2009-2012)
4. SMA N 1 Rojopolo (2012-2015 )
5. S1 Keperawatan STIKES dr. Soebandi (2016-2020)

50

Anda mungkin juga menyukai