SKRIPSI
Oleh:
Dian Novitasari
NIM. 16010007
2020
LITERATURE REVIEW
SKRIPSI
Oleh:
Dian Novitasari
NIM. 16010007
2020
i
LITERATURE REVIEW
SKRIPSI
Oleh:
Dian Novitasari
NIM. 16010007
ii
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini telah diperiksa oleh pembimbing dan telah disetujui untuk mengikuti ujian
seminar hasil pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Pembimbing I
NIDN. 0707125301
Pembimbing II
NIDN. 0703028602
iii
LEMBAR PENGASAHAN
Skripsi penelitian yang berjudul Efektifitas pemberian terapi musik klasik terhadap
intensitas nyeri disminore pada remaja putri, telah di uji dan di sahkan
Hari : Kamis
Tim Penguji
Ketua,
NIDN. 4005116801
Penguji I Penguji II
Mengesahkan
iv
KEASLIAN PENELITIAN
NIM : 16010007
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan
paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika dikemudian
hari ini tidak benar.
Yang menyatakan,
Dian Novitasari
NIM. 16010007
v
SKRIPSI
LITERATUR REVIEW
Oleh :
Dian Novitasari
NIM. 16010007
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya
yang selalu memberikan kemudahan, petunjuk, keyakinan dan kelancaran sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya.
1. Keluarga Tercinta
Terimakasih kepada ayahanda Suradji dan ibunda Atiyah yang tiada henti-
hentinya memberikan dukungan serta do’a demi tercapainya harapan dan cita-cita
untuk masa depan saya. Terimakasih juga kepada kakak saya Yeni Eka Ruhdiana dan
juga mas ipar saya Muhamad Soleh dan Adek saya Nilla Novia sari selaku adek ipar
saya Wildan Lutfi Alfariz yang selalu menyemangati dalam menyelesaikan skripsi
ini.
2. Dosen Pembimbing dan Penguji
Terimakasih saya ucapkan kepada Ibu Ratna Suparwati, Dra., M.Kes selaku Pembimbing
I dan Ibu Ns. Trisna Vitaliati, S.Kep., M.Kep selaku Pembimbing II yang telah sabar
membimbing serta tidak lupa memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini dan
juga terimakasih kepada Ibu I.G.A. Karnasi, M.Kep,Sp.Mat yang telah memberikan kritik
dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
3. Sahabatku
Terimakasih untuk Haled Nurhidayat telah memberikan semangat dan
dukungan sepenuhnya dalam penyususnan skripsi ini. Terimakasih untuk sahabatku
Kos Tiara Indah Nomor 2 (Arina Tri Ramadhianti, Evi Nurdiana Maulidah, Nur
Atiyah, Riska Trisnanti, Ayu Priyani, dan Mila Putri Mastura), dan motivasi untuk
saya, serta teman-teman seperjuangan terutama kelas 16A yang telah memberikan
semangat untuk saya.
vii
MOTTO
Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk
urusan yang lain).
Rahasia kesuksesan adalah melakukan hal yang biasa secara tak biasa.
(Dian Novitasari)
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu
Keperawatan di STIKES dr. Soebandi dengan judul “Efektifitas pemberian terapi musik
klasik terhadap intensitas nyeri disminore pada remaja putri.”.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis dibimbing dan dibantu oleh
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. H. Said Mardijanto, S. Kep., Ns., MM selaku Ketua STIKES dr. Soebandi
Jember.
2. Ns. Irwina Angelia Silvanasari, S.Kep., M.kep selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember.
3. Ratna Suparwati, Dra., M.Kes selaku dosen pembimbin I
4. Ns. Trisna Vitaliati, S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbin II
5. I.G.A. Karnasi, M.Kep,Sp.Mat sebagai penguji
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis menyadari masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan
dimasa mendatang.
Dian Novitasari
NIM. 16010007
ix
ABSTRAK
Novitasari, Dian, *. Suparwati, Ratna**. Vitaliati, Trisna***. 2020. Literature Review:
Efektifitas Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap Intensitas Nyei Disminore
Pada Remaja Putri. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi
Jember.
Pengantar:Menstruasi merupakan tanda bahwa remaja putri telah memasuki masa
pubertas.Salah satu masalah yang sering terjadi pada saat haid yaitu nyeri dismenore
Nyeri haid (dismenore) dapat mengganggu aktivitas sehari-hari . Salah satu yang bias
dilakukan untuk menurunkan nyeri haid (dismenore) adalah terapi nonfarmakologi yaitu
terapi musik klasik. Tujuan: Dari penelitian ini adalah Mengetahui efektifitas pemberian
terapi music klasik terhadap intensitas nyeri disminore pada remaja putri berdasarkan
studi literature yang relevan. Hasil: Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pencarian
Artikel yang telah direview oleh peneliti sebanyak 5 artikel, hasil review dari 5 artikel
sebagian besar menunjukkan bahwa terdapat efektifitas bahwa terapi musik klasik dapat
menurukan intensitas nyeri disminoreapada remaja putri. Kesimpulan: Dapat
disimpulkan bahwasanya terdapat efektifitas pemberian terapi musik klasik yang dapat
menurunkan intensitas nyeri disminore pada remaja putri, karena music klasik sendiri
salah satunya dapat menenangkan pikiran bagi seseorang, terutama yang menyukai
music. Saran: Peneliti diharapkan dapat lebih memahami penatalaksanaan terapi musik
klasik ini sebagai terapi alternative untuk menurunkan kejadian nyeri haid (dismenore)
Kata Kunci : Terapi Musik Klasik,Nyeri Disminore,Remaja Putri.
* Peneliti
** Pembimbing I
*** Pembimbing II
x
ABSTRACT
Novitasari, Dian, *. Suparwati, Ratna **. Vitaliati, Trisna ***. 2020. Literature Review:
Jember
Introduction: Menstruation is a sign that teenage girls have entered puberty. One of the
problems that often occurs during menstruation is dysmenorrhea pain Menstrual pain
(dysmenorrhea) can interfere with daily activities. One that can be done to reduce
menstrual pain (dysmenorrhea) is nonpharmacological therapy, namely classical music
therapy. Objective: From this study is to determine the effectiveness of classical music
therapy on the intensity of disminore pain in young women based on relevant literature
studies. Results: Based on the results obtained from the search article that has been
reviewed by researchers as many as 5 articles, the results of a review of 5 articles mostly
indicate that there is effectiveness that classical music therapy can reduce the intensity of
disinore pain in adolescent girls. Conclusion: It can be concluded that there is an
effective delivery of classical music therapy that can reduce the intensity of disminore
pain in adolescent girls, because classical music itself can calm one's mind, especially
those who like music. Suggestion: Researchers are expected to better understand the
management of classical music therapy as an alternative therapy to reduce the incidence
of menstrual pain (dysmenorrhea)
* Researcher
** Advisor I
*** Advisor II
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................iv
KEASLIAN PENELITIAN.....................................................................................v
HALAMAN PEMBIMBING...................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN...............................................................................vii
MOTTO....................................................................................................................viii
KATA PENGANTAR..............................................................................................ix
ABSTRAK................................................................................................................xi
DAFTAR ISI.............................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL....................................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
xii
1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................................4
1.4.1 Bagi Peneliti ................................................................................4
1.4.2 Bagi Siswa ...................................................................................4
2.1 Konsep Remaja .....................................................................................5
2.1.1 Definisi Remaja ...........................................................................5
2.1.2 Tahapan Remaja ..........................................................................5
2.1.3 Tugas Perkembangan Remaja ....................................................5
2.1.4 Aspek Perubahan Pada Remaja ...................................................6
2.2 Konsep Menstruasi ..............................................................................6
2.2.1 Definisi Menstruasi .....................................................................7
2.2.2 Fisiologi Menstruasi.................................................................... 7
2.2.3 Fase Siklus Menstruasi……………..……………………………8
3.2.3 Gangguan Menstruasi……………………………………………9
2.3 Konsep Nyeri Disminore......................................................................9
2.3.1 Definisi Disminore.....................................................................10
2.3.2 Klasifikasi Disminore.................................................................11
2.3.3 Etiologi Disminore ....................................................................13
2.3.4 Penatalaksanaan Disminore........................................................13
2.3.5 Patofisiologi Disminore...............................................................14
2.3.6 Derajat Disminore.......................................................................16
2.3.7 Gejala Disminore.........................................................................17
2.3.8 Mekanisme Terjadinya Disminore...............................................18
2.4 Konsep Nyeri .....................................................................................18
2.4.1 Definisi Nyeri ............................................................................18
2.4.2 Klasifikasi Nyeri........................................................................19
2.4.3 Fisiologi Nyeri...........................................................................29
2.4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri ...............................20
2.4.5 Mengkaji Intensitas nyeri ..........................................................22
2.5 Konsep Klasik.....................................................................................23
2.5.1 Definisi Musik Klasik ...............................................................23
2.5.2 Definisi Musik Klasik ...............................................................23
2.5.3 Kelebihan Dan Kekurangan Musik Klasik.................................23
2.5.4 Prosedur Pelaksanaan Terapi Musik Klasik...............................24
2.5.5 Definisi Terapi Musik Klasik ....................................................24
xiii
2.5.6 Manfaat Musik Klasik.................................................................25
2.5.7 Mekanisme Musik Klasik............................................................25
2.5.8 Kerangka Teori............................................................................28
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN..................................................................29
4.1 Hasil........................................................................................................34
4.2 Pembahasan.............................................................................................41
5.1 Kesimpulan..............................................................................................44
5.2 Saran........................................................................................................44
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pengaruh terapi music klasik (Mozart) terhadap intensitas nyeri haid pada
remaja putri di SMA Negeri 1 pontianak tahun 2015..................................49
Lampiran 2. Efektifitas pemberian terapi music (Mozart) dan back exercise terhadap
penurunan nyeri disminorea......................................................................50
xvii
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN
LH : Leutenizing Hormon
Ha : Hipotesis Alternatif
Hi : Hipotesis Nol
α : Alfa
xviii
sig : Signifikasi
xix
1
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu masalah yang sering terjadi pada saat haid yaitu nyeri dismenore Nyeri haid
(dismenore)dapat mengganggu aktivitas sehari-hari . Nyeri menstruasi atau dismenorea
merupakan nyeri perut bagian bawah, terkadang rasa nyeri tersebut meluas hingga ke
pinggang, punggung bagian bawah dan paha(Safitri & Purwanti, 2014).Nyeri menstruasi
atau dysmenorrhea tidak hanya menyebabkan ketidaknyaman, tetapi juga memberi
dampak bagi fisik, psikologis, social dan ekonomi pada aktivitas sehari-hari terhadap
wanita, seperti terganggu dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur, serta
berpengaruh pada aspek interaksi sosial (Rejeki, 2010). Nyeri haid adalah gangguan
akibat dari kontraksi uterus yang terlalu kuat akibat produksi prostaglandin yang
berlebihan.
(Sherwood, 2011). Sedangkan menurut (Manuaba, 2009) Nyeri haid primer adalah nyeri
haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016 di dapatkan kejadian
sebesar 1.769.425 jiwa (90%) wanita yang mengalami dimenorea. Angka kejadian
dismenorea di dunia tahun 2012 sangat besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan di
setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Sementara Angka kejadian dismenorea di
2
Indonesia sebesar 107.673 jiwa (64,25%) yang terdiri dari 59.671 jiwa (54,89%)
mengalami dismenorea primer dan 9,496 jiwa (9,36%) mengalami
1
3
dismenorea sekunder (kallo, 2012). Di Jawa Timur sendiri angka kejadian dismenorea
sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenorea primer dan 9,36% dismenorea
sekunder. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya namun seringkali dirasa
mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Sementara itu perempuan usia produktif
mengalami dismenorea. Di Kabupaten Jember di dapatkan remaja mengalami disminorea
sebesar 37,5% (riset kesehatan 2010) Dismenorhea menyebabkan 14% dari pasien remaja
sering tidak hadir di sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari (Liandary, 2015).
Meskipun kejadian dismenorea cukup tinggi akan tetapi masih banyak yang
belum tahu cara mengatasi dismenorea tersebut. Penelitian di Swedia, 80% remaja usia
19-21 tahun mengalami dismenorea, 15% membatasi aktifitas harian mereka ketika haid
dan membutuhkan obat-obatan untuk mengurangi dismenorea, 8-10% tidak mengikuti
atau masuk sekolah dan hampir 40% kualitas hidup perempuan berdampak tidak baik
(Desfietni, 2015).
Terapi musik klasik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan
gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk
kesehatan fisik dan mental. Terapi musik dapat berdampak positif untuk mengatasi nyeri.
Terapi musik merupakan teknik yang sangat mudah dilakukan dan terjangkau, tetapi
efeknya menunjukkan betapa besar dan musik dalam mempengaruhi ketegangan atau
kondisi rileks pada diri seseorang, karena dapat merangsang pengeluaran endorphine dan
serotonin, yaitu sejenis morfin alami tubuh dan juga metanonin sehingga kita bisa merasa
lebih rileks pada tubuh seseorang. Musik klasik adalah salah satu terapi nonfarmakologis,
metode non farmakologis yang dapat diberikan adalah teknik distraksi (Suzannec, 2010).
4
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian berupa liter
latur riview mengenai efektifitas pemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri
disminore pada remaja putri.
1.4.1 Manfaat bagi peneliti adalah memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai
penanganan non farmakologi tentang efektifitas pemberian terapi musik klasik terhadap
intensitas nyeri diminorea pada remaja putri.
BAB 2
6
TINJAUAN PUSTAKA
5
7
Menurut [CITATION Ver12 \l 1033 ] Beberapa fase yang terjadi selama siklus
menstruasi berlangsung sebagai berikut.
a. Fase Mentruasi
Fase pertama yaitu luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan
dinding endometrium yang robek. Dapat diakibatkan juga oleh berhentinya sekresi
hormon estrogen dan progesterone sehingga produksi hormon estrogen dan
progesteron menurun.
b. Fase poliferasi
Ditandai dengan menurunya hormon progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis
untuk mengsekresi FSH dan merangsang folikel dalm ovarium, serta dapat membuat
hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi follikel de
graaf yang masak dan menghasilakn hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH
dari hipofisis.
c. Fase luteal/sekresi
Ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke 14
sesudah menstruasi pertama. Sel ovum yang matang akan meninggalkan follikel dan
follikel akan mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Dimana corpus luteum
berfungsi menghasilkan hormon progesterone yang berfungsi untuk mempertebal
dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.
d. Fase iskemik
Ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan rigit dan berubah menjadi corpus
albican yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon estrogen dan progesterone
sehingga hipofisis aktif mensekresi FSH dan LH. Dengan berhentinga sekresi
progesterone maka penebalan dinding endometrium akan berhenti sehingga
menyebabkan endometrium mongering dan robek. Sehingga terjadilah fase
perdarahan/ menstruasi kembali.
Dismenore adalah rasa sakit akibat menstruasi yang sangat menyiksa karena
nyerinya luar biasa menyakitkan. Jika terjadi pada wanita tentu saja akan sangat
mengganggu aktivitas dan produktifitas [CITATION Man08 \l 1033 ] Beberapa perempuan
mengalami sakit atau kram di daerah perut bagian bawah saat haid berlangsung, bahkan
12
ada yang sampai pingsan karena tidak tahan menahan rasa sakitnya. Gangguan seperti ini
disebut Dismenore .
Nyeri haid merupakan suatu gejala bukan penyakit. Istilah dismenore biasa
dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat. Dalam kondisi ini, penderita harus mengobati
nyeri tersebut dengan analgesik dan mmeriksakan diri ke dokter dan mendapatkan
penanganan, perawatan atau pengobatan yang tepat.
Dismenore berat adalah nyeri haid yang disertai mual, muntah, diare, pusing,
nyeri kepala, dan kadang-kadang pingsan. Jika sudah demikian, penderita tidak boleh
menganggap remeh dan harus segera memeriksakan diri ke dokter.Penanganannya pun
akan dilakukan secara menyeluruh dan memeriksa kondisi kesehatan dan latar belakang,
serta riwayat penyakit dalam keluarga. Bisa jadi, kondisi nyeri tersebut dipicu oleh
penyakit lain.
Dismenore merupakan keluhan sakit yang dirasakan ketika haid yang biasanya
baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche. Sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi,
mulai dari yang ringan hingga yang berat. Dismenorea merupakan suatu fenomena
simptomatik meliputi nyeri abdomen, kram, dan sakit punggung. Tingkat keparahan rasa
nyeri bervariasi antara satu perempuan dan perempuan lain. Kadang kala, nyeri munkin
hampir tidak terasa namun bisa jadi di saat lain nyeri akan terasa sangat hebat disertai
kejang, lemas, demam, pusing dan berbagai gangguang lambung seperti mual, muntah,
dan diare.
Umumnya dismonerea hanya terjadi pada siklus haid yang disertai pelepasan sel
telur. Kadang juga pada siklus haid yang tidak disertai pengeluaran sel telur (siklus
anovulatory), terutama bila darah haid membeku di dalam rahim. Rasa sakit yang
menyerupai kejang ini terasa di perut bagian bawah. Biasanya dimulai 24 jam sebelum
haid datang, dan berlangsung 12 jam pertama dari masa haid. Setelah itu
rasa sakit akan hilang [CITATION Agu14 \l 1033 ].
a. Dismenorea primer
Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-alat
genital yang nyata. Dismenorea primer biasanya terjadi dalam 6 -12 bulan pertama
setelah haid pertama, segera setelah siklus ovulasi teratur ditentukan. Selama menstruasi,
sel-sel endometrium yang terkelupas melepaskan prostaglandin (kelompok persenyawaan
mirip hormon kuat yang terdiri dari asam lemak esensial). Prostaglandin merangsang otot
uterus dan mempengaruhi pembuluh darah, biasa digunakan untuk menginduksi aborsi
atau kelahiran yang
menyebabkan iskemia uterus (penurunan suplai darah ke rahim) melalui kontraksi
myometrium (otot dinding rahim) dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin
telah terbukti ditemukan pada cairan haid pada perempuan dengan dismenorea berat.
Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama haid. Vasopresin
(disebut juga antidiuretic hormon), suatu hormon yang disekresi oleh lobus posterior
kelenjar pituitaria yang menyempitkan pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah
juga memiliki peran yang sama.
Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena
prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulus myometrium yang kuat dan
vasokonstriksi yang ada di endometrium sekretori. Respon terhadap inhibitor
prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung pernyataan bahwa dismenorea
diperantarai oleh prostaglandin. Banyak bukti kuat menghubungkan dismenorea dengan
kontraksi uterus yang memanjang dan penurunan aliran darah ke miometrium.
Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan dicairan endometrium
perempuan dengan dismenorea dan berhubungan baik dengan derajat nyeri peningkatan
endometrial prostaglandin sebanyak tiga kali lipat terjadi dari fase folikuler menuju fase
luteal dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama haid. Peningkatan
prostaglandin di endometrium yang mengikuti penurunan progesterone pada akhir fase
luteal menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan.
Leukotriene (suatu produk pengubahan metabolisme asam arakidonat, bertanggung jawab
atas terjadinya contraction (penyusutan atau penciutan otot polos) juga telah diterima oleh
ahli untuk mempertinggi sensivitas nyeri serabut di uterus. Jumlah leukotriene yang
signifikan telah ditinjau di endomerium perempuan penderita dismenorea primer yang
tidak merespon terapi antagonis prostaglandin. Hormon pituitaria posterior, vasopresin
terlibat pada hipersensivitas miometrium, mengurangi aliran darah uterus, dan nyeri pada
14
dismenore. Banyak wanita menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa
uterus dalam hiperantefleksi. Sebaliknya terdapat banyak wanita tanpa keluhan
dismenore, walaupun ada tenosis servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi
atau hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat
menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk
mengeluarkan kelainan tersebut.
d. Faktor endokrin : pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin
mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus. Novak dan
Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa
hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus, sedangkan hormon progesteron
menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerangkan fakta
mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatoar, yang
biasanya bersamaan dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron.
e. Faktor alergi : teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara
dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa
sebab alergi ialah toksin haid [ CITATION Anu15 \l 1033 ].
intervensi prilaku kognitif yang dapat mengubah presepsi nyeri seperti tindakan
relaksasi dan teknin imajinai sebagai pendekatan holistik. Penatalaksanaan
nonfarmakologis terdiri dari berbagai tindakan penanganan nyeri berdasarkan
stimulasi fisik maupun perilaku kognitif seperti terapi komplementer menggunakan
minyak esensial dari bau harum tumbuhan untuk mengurangi masalah kesehatan dan
memperbaiki kualitas hidup. Hal ini disebabkan hampirr semua teknik penanganan
nyeri nonfarmakologis dapat digunakan oleh setiap orang di tempat mana saja. Tidak
menimbulkan cedera (non invasive), tidak menimbulkan efek samping mudah dan
murah. Wanita saat menstruasimenjadi lebih sensitif suatu saat merasa bad mood ,
marah, emosi dan nangis, jadi terapi koplementer menggunakan minyak esensial dari
mencium bau harum dapat meningkatkan kenyamanan sekaligus menurunkan mood,
dan kecemasan (stress emosi) yang tidak didapatkan oleh penangangan farmakoterapi.
Contoh : Pijet,terapi spiritual,aroma terapi,terapi music klasik.
Iskemia dan nekrosis pada sel dan jaringan dapat menyebabkan timbulnya nyeri saat
menstruasi.
Penurunan kadar progesteron juga menyebabkan terganggunya stabilitas
membran dan pelepasan enzim. Stabilitas membaran yang terganggu adalah membran
lisosom. Selain terganggunya stabilitas membran lisosom penurunan progesteron akan
menyebabkan terbentuknya prostaglandin dalam jumlah yang banyak. Kadar progesteron
yang rendah akibat regresi korpus luteum menyebabkan terganggunya stabilitas membran
lisosom dan juga meningkatkan pelepasan enzim fosfolipase-A2 yang berperan sebagai
katalisator dalam sintesis prostaglandin melalui proses aktivasi fosfolipase yang
menyebabkan terjadinya hidrolisis senyawa fospolipid yang kemudian menghasilkan
asam arakidonat. Hasil metabolisme dari asam arakidonat ikut berperan dalam memicu
terjadinya dismenore primer. Asam arakidonat dapat dimetabolisme melalui dua jalur.
Jalur metabolisme asam arakidonat yaitu melalui jalur siklooksigenase dan jalur
lipoksigenase. Melalui jalur siklooksigenase dan lipoksigenase asam arakidonat
menghasilkan prostaglandin, leukotrien dan tromboksan. Selain prostaglandin,leukotrien
berperan serta dalam timbulnya rasa nyeri saat menstruasi [CITATION Cor11 \l 1033 ].
Leukotrien sebagai pemicu terjadinya dismenore primer mempengaruhi melalui
beberapa cara. Leukotriene bereaksi pada serabut saraf serta otot polos. Peran leukotrien
dalam terjadinya dismenore primer adalah meningkatkan sensitivitas serabut saraf nyeri
uterus, dan berperan dalam penyusutan atau penciutan otot polos saat terjadinya
peradangan, sehingga terjadilah nyeri pada saat menstruasi. Melalui proses metabolisme
asam arakidonat prostaglandin terbagi menjadi dua jenis. Prostaglandin jenis yang
pertama adalah prostaglandin F2-alfa yang merupakan suatu hasil siklooksigenase yang
dapat mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada miometrium sehingga terjadi
iskemia dan nyeri menstruasi. Kedua adalah prostaglandin E-2 yang turut serta
menyebabkan dismenore primer. Peningkatan level prostaglandin F2-alfa dan
prostaglandin E-2 jelas akan meningkatkan rasa nyeri pada dismenore primer [CITATION
Ani10 \l 1033 ].
Selain peranan hormon hasil dari proses fisiologis, dismenore primer juga bisa
diperparah oleh adanya faktor psikologis. Faktor stres ini dapat menurunkan ketahanan
terhadap rasa nyeri. Pada saat stres, tubuh akan memproduksi hormon estrogen dan
prostaglandin berlebih. Estrogen dan prostaglandin ini dapat menyebabkan peningkatan
kontraksi miometrium secara berlebihan sehingga mengakibatkan rasa nyeri saat
menstruasi. Stres juga memicu peningkatan kelenjar adrenalin dalam mensekresi kortisol
18
sehingga menyebabkan otot-otot tubuh menjadi tegang, dan menyebabkan otot rahim
berkontraksi secara berlebihan. Kontraksi otot rahim yang berlebihan dapat
menimbulkan rasa nyeri yang berlebih pada saat menstruasi. Meningkatnya stres dapat
menyebabkan meningkatnya aktivitas saraf simpatis yang menyebabkan peningkatan
skala nyeri menstruasi dengan peningkatan kontraksi uterus [CITATION Sar70 \l 1033 ].
Adanya tekanan maupun faktor stres lainnya akan mempengaruhi keparahan rasa
nyeri penderita dismenore primer. Stres akan mempengaruhi stimulasi beberapa hormon
di dalam tubuh. Ketika seseorang mengalami stres maka stres tersebut akan menstimulasi
respon neuroendokrin sehingga menyebabkan CRH (Corticotrophin Releasing Hormone)
yang merupakan regulator hipotalamaus utama untuk menstimulasi sekresi ACTH
(Adrenocorticotrophic Hormone) dimana ACTH ini dapat meningkatkan sekresi kortisol
adrenal [ CITATION Ang15 \l 1033 ]
Sekresi kortisol adrenal menimbulkan beberapa kerugian. Hormon-hormon
tersebut berperan dalam penghambatan beberapa hormon yang lain. Hormon tersebut
menyebabkan sekresi FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing
Hormone) terhambat sehingga perkembangan folikel terganggu. Hal ini menyebabkan
sintesis daN pelepasan progesteron terganggu. Kadar progesteron yang rendah
menyebabkan peningkatan sintesis prostaglandin F2-alfa dan prostaglandin E-2.
Ketidakseimbangan antara prostaglandin F2-alfa dan prostaglandin E-2 dengan
prostasiklin (PGI2) menyebabkan peningkatan aktivasi prostaglandin F2-alfa.
Peningkatan aktivasi menyebabkan iskemia pada sel-sel miometrium dan peningkatan
kontraksi uterus. Peningkatan kontraksi yang berlebihan menyebabkan terjadinya
dismenore [ CITATION Ang15 \l 1033 ].
berkurang walaupun telah menggunakan obat dan tak mampu bekerja. Kasus ini harus
segera ditangani oleh dokter. Derajat dismenorea ada tiga yaitu derajat 0-3 yaitu:
a. Derajat 0
Tanpa rasa nyeri dan aktifitas sehari-hari tak terpengaruhi.
b. Derajat 1
Nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri, namun aktifitas jarang
terpengaruhi.
c. Derajat 2
Nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang nyeri namun aktifitas
sehari-hari terganggu.
d. Derajat 3
Nyeri sangat hebat dan tak berkurang walaupun telah menggunakan obat dan tidak
dapat bekerja, kasus ini segera ditangani oleh dokter. Dibagi menjadi tiga tingkatan
keparahan, yaitu :
a. Dismenore ringan
Seseorang akan mengalami nyeri atau nyeri masih dapat ditolerir karena masih berada
pada ambang rangsang, berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-
hari.
b. Dismenore sedang
seseorang mulai merespon nyerinya dengan merintih dan menekan-nekan bagian yang
nyeri, diperlukan obat penghilang rasa nyeri tanpa perlu meninggalkan kerjanya.
c. Dismenore berat
Seseorang mengeluh karena adanya rasa terbakar dan ada kemungkinan seseorang tidak
mampu lagi melakukan pekerjaan biasa dan perlu istirahat beberapa hari dapat disertai
sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan sakit perut.
e. Kembung
f. Depresi
Menurut [CITATION And13 \l 1033 ] Nyeri dapat dibedakan menjadi 2 janis yaitu
nyeri akut dan kronik:
a. Nyeri akut
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan aktual atau potensial yang digambarkan sebagai kerusakan
(International Association for the Study of Pain). Nyeri yang tiba-tiba dari intensitas
ringan hingga berat yang dapat diantisipasi.
b. Nyeri kronik
Pengalaman sesnsorik dan emosional tidak menyenangkan dengan kerusakan jaringan
actual atau potensi atau digambarkan sebagai suatu kerusakan (International
Association for the study of pain). Nyeri yang tiba-tiba atau lambat dengan ontensitas
ringan hingga berat, terjadi secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat
diantisipasi yang berlangsung selama lebih dari >3 bulan. ada beberapa macam
klarifikasi nyeri berdasarkan lokasi yakni :
a. Nyeri Superficial atau Kutaneus (nyeri akibat stimulasi kulit)
Karakteristik nyeri berlangsung sebentar dan terlokalisasi. Nyeri biasanya terasa
sebagai sensasi yang tajam. Contoh penyebabnya: jarum suntik, luka potong kecil atau
terserasi.
b. Nyeri viseral
Nyeri bersifat difus dan dapat menyebar ke beberapa arah. Durasi bervariasi tetapi
biasanya berlangsung lebih lama dari pada nyeri superficial. Nyeri dapat terasa tajam
atau tumpul tergantung dari organ yang terlibat.
c. Nyeri alih
Terjadi pada nyeri visceral karena banyak organ-organ yang tidak punya reseptor
nyeri. Jalan masuk neuron sensoris dan organ yang terkena kedalam segmen medulla
spinalis sebagai neuron dari tempat asal nyeri dirasakan, perepsi nyeri pada daerah
yang tidak terkena. Nyeri terasa dibagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan
dapat terasa dengan berbagai karakteristik.
d. Radiasi
Sensasi nyeri meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain. Nyeri serasa
akan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang bagian tubuh. Nyeri dapat
bersifar intermitten atau konstan. Nyeri punggung bagian tubuh akibat diskus
22
intravertebral yang rupture disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi
saraf.
Talamus
Persepsi nyeri
23
jawa memiliki kemampuan untuk mengelola rasa sakitnya. Pasien batak merespon
nyeri dengan berteriak, menangis atau marah dalam rangka untuk mendapatkan
perhatian dari orang lain, sehingga menunjukkan ekspresif. Hal ini menunjukkan
bahwa pasien dengan budaya yang berbeda dinyatakan dalam cara yang berbeda
dalam mempengaruhi persepsi nyeri.
d. Keletihan
Keletihan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa keletihan
akan menyebabkan situasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan
koping. Apabila keletihan disertai kesulitan tidur persepsi nyeri dapat terasa lebih
berat lagi. Nyeri sering kali berkurang setelah individu mengalami suatu periodie tidur
yang lelap.
e. Pengalaman nyeri masa lalu
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Apabila individu sejak lama sering
mengalami serangkaian episode nyeri tampa pernah sembuh maka ansietas atau rasa
takut dapat muncul. Sebaliknya jika individu mengalami jenis nyeri yang sama
berulang-ulang tetapi nyeri tersebut dengan berhasil dihilangkan akan lebih mudah
individu tersebut menginterpretasikan sensasi nyeri.
f. Makna nyeri
Individu akan berbeda-beda dalam mempresepsikan nyeri apabila nyeri tersebut
memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan dan tantangan. Misalnya seorang
wanita yang bersalin akan mempresepsikan nyeri yang berbeda dengan wanita yang
mengalami cedera kepala akibat dipukul suaminya. Drajat kualitas nyeri yang
dipreepsikan berhubungan dengan makna nyeri.
Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas
nyeri terbaru yang dirasakan [CITATION Pot09 \l 1033 ].
Tabel 2.2 Verbal Descriptive Scale (VDS)
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri yang
Tidak
Nyeri Ringan Sedang Berat
tertahankan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri Nyeri
nyeri berat berat tidak
terkontrol terkontrol
Gambar 2.3 Numerical Rating Scale (NRS)
Keterangan
0 : Tidak nyeri. Mampu berkomunikasi aktif, tersenyum/bercanda, ceria
1-3 : Nyeri ringan. Bisa berkomunikasi aktif tetapi keceriaan menurun tetapi tidak
mengganggu kegiatan melakukan aktivitas
26
4-6 : Nyeri sedang. Mengalami penurunan berkomunikasi aktif karena ada fase
menahan nyeri yaitu hanya bicara bila ditanya atau diajak bicara, wajah mulai
menunjukkan ekspresi nyeri yaitu menangis yang disertai cemas dan
menggangu kegiatan dalam melakukan aktivitas
7-9 : Nyeri berat terkontrol. Menolak atau tidak mampu komunikasi walau hanya
sekedar menjawab pertanyaan, gelisah, gerakan tangan tidak menentu tanda
menahan pada daerah yang dirasakan nyeri (perut punggung) tubuh berbolak
balik
10 : Nyeri beras tidak terkontrol. Menangis berteriak, gerakan tubuh (tangan, kaki
dan badan) tidak terkontrol
2.5 Konsep Musik Klasik
2.5.1 Definisi Musik Klasik
Musik klasik lahir sekitar tahun 500 sampai abad ke-21. Kata klasik sebenarnya
berarti “mempunyai nilai atau mutu yang diakui secara luas, dan menjadi tolak ukur
kesempurnaan yang tertinggi” (Eya, 2014: 42). Menurut Wahyu (2015 :139)
menjelaskan bahwa musik klasik ialah jenis musik terkenal yang dibuat atau diciptakan
jauh di masa lalu, tetapi tetap dinikmati, dimainkan, dan disuakai orang sepanjang masa.
Sehingga, orang sering menyebutnya sebagai musik abadi. Dalam pengertian ini, ciri
khas dari musik klasik adalah dipertahankannya sifat keaslian dalam penyajiannya. Hal-
hal baru ataupun cara-cara baru dalam penyajiannya pun akan dapat mengurangi makna
klasik musik jenis ini.
umumnya musik lembut dan teratur, seperti instrumentalia atau musik klasik Mozart
(Pimadita, 2014).
getar dasar. Kemudian vibrasi musik yang terkait erat dengan frekuensi dasar tubuh
atau pola getar dasar memiliki efek penyembuhan yang hebat pada seluruh tubuh,
pikiran, dan jiwa manusia, yang menimbulkan perubahan emosi, organ, hormon, enzim,
sel-sel dan atom. Elemen musik terdiri dari lima unsur penting, yaitu pitch (frekuensi),
volume (intensity), timbre (warna nada), interval, dan rhytm (tempo atau durasi)
(Heather, 2010: 40).
Tempo musik yang lambat akan menurunkan respiratory rate, sementara
denyut nadi memiliki kesesuaian dengan rhytm dari musik. Dengan begitu akan
mengubah gelombang beta menjadi gelombang alfa di otak. Pitch dan rhytm akan
berpengaruh pada sistem limbik yang mempengaruhi emosi (Wigram, 2016: 41).
Musik dengan frekuensi 40-60 Hz juga telah terbukti menurunkan kecemasan,
menurunkan ketegangan otot, mengurangi nyeri, dan menimbulkan efek tenang
(American Music Therapy Association, 2008: 35). Wigram (2016: 44) meneliti bahwa
volume yang bisa menimbulkan efek terapeutik adalah adalah 40-60 dB. Volume yang
disarankan memiliki efek terapi maksimum 60 dB selama 20-60 menit dalam sekali
sesi. Bisa juga dilakukan saat menjelang tidur, dan disarankan selama 30 menit untuk
mendapatkan efek relaksasi maksimum. Dengan sesi terapi dilakukan minimal dua kali
sehari.
Musik bersifat terape utik artinya dapat menyembuhkan, salah satu alasanya
karena musik menghasilkan rangsangan ritmis yang kemudian di tangkap melalui organ
pendengaran dan diolah di dalam sistem saraf tubuh dan kelenjar otak yang selanjutnya
mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengarannya. Ritme
internal ini mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung
dengan lebih baik. Dengan metabolisme yang lebih baik, tubuh akan mampu
membangun sistem kekebalan yang lebih baik, dan dengan sistem kekebalan yang lebih
baik menjadi lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit (Satiadarma,
2015: 67).
Sebagian besar perubahan fisiologis tersebut terjadi akibat aktivitas dua sistem
neuroendokrin yang dikendalikan oleh hipotalamus yaitu sistem simpatis dan sistem
korteks adrenal. Hipotalamus juga dinamakan pusat stress otak karena fungsi gandanya
dalam keadaan darurat. Fungsi pertamanya mengaktifkan cabang simpatis dan sistem
otonom. Hipotalamus menghantarkan impuls saraf ke nukleus-nukleus di batang otak
yang mengendalikan fungsi sistem saraf otonom. Cabang simpatis saraf otonom
bereaksi langsung pada otot polos dan organ internal yang menghasilkan beberapa
30
perubahan tubuh seperti peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah.
Sistem simpatis juga menstimulasi medulla adrenal untuk melepaskan hormon epinefrin
(adrenalin) dan norepinefrin ke dalam pembuluh darah, sehingga berdampak
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, dan norepinefrin secara tidak langsung
melalui aksinya pada kelenjar hipofisis melepaskan gula dari hati. Adrenal
Corticotropin Hormon (ACTH) menstimulasi lapisan luar kelenjar adrenal (korteks
adrenal) yang menyebabkan pelepasan hormon (salah satu yang utama adalah kortisol)
yang meregulasi kadar glukosa dan mineral tertentu (Primadita, 2011: 69-72).
Salah satu manfaat musik sebagai terapi adalah self-mastery yaitu kemampuan
untuk mengendalikan diri. Musik mengandung vibrasi energi, vibrasi ini juga
mengaktifkan sel-sel di dalam diri seseorang, sehingga dengan aktifnya sel-sel tersebut
sistem kekebalan tubuh seseorang lebih berpeluang untuk aktif dan meningkat
fungsinya. Musik juga dapat meningkatkan serotonin dan pertumbuhan hormon yang
sama baiknya dengan menurunkan hormon ACTH (Setiadarama, 2015: 71).
Musik juga dipercaya meningkatkan pengeluaran hormon endorfin. Endorfin
memiliki efek relaksasi pada tubuh. Endorfin juga sebagai ejektor dari rasa rileks dan
ketenangan yang timbul, midbrain mengeluarkan Gama Amino Butyric Acid (GABA)
yang berfungsi menghambat hantaran impuls listrik dari satu neuron ke neuron lainnya
oleh neurotransmitter di dalam sinaps. Midbrain juga mengeluarkan enkepalin dan beta
endorfin. Zat tersebut dapat menimbulkan efek analgesia yang akhirnya mengeliminasi
neurotransmitter rasa nyeri pada pusat persepsi dan interpretasi sensorik somatic di otak
(Nilsson, 2009: 37).
Musik Klasik
↓
Pendengaran (telinga) music klasik
↓
Musik memproduksi zatendorphins
(substansi sejenis morfin yang disuplai tubuh yang dapat mengurangi rasa sakit/nyeri)
↓
Merangsang hipothalamus
↓
Mengaktifkan system limbic secara otomatis
↓
Mempengaruhi saraf otonom yang disampaikan ke kelenjar hipofisis
31
↓
Muncul respon terhadap emosional melalui feedback ke kelenjar adrenal untuk menekan
pengeluaran hormon endrofin
↓
Nyeri berkurang
Gambar 2.5 Mekanisme music klasik
2.5.9 Kerangka Teori
Kerangka teori adalah rangkuman dari penjabaran teoriyang sudah diuraikan
sebelumnya dalam bentuk naratif,untuk memberikan batasan tentang teori yang dipakai
sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan (Hidayat, 2014).
KERANGKA TEORI
Terapi
-Remaja
-Menstruasi
-Dismenore : farmakologi Non farmakologi
-Primer
Terapi Pijat Terapi
-Sekunder
Aromaterapi
spiritual
Musik Klasik
eraerapierapi
System limbic
System saraf
Tingkat nyeri :
1. Tidak nyeri (skore:0) Mengurangi
2. Nyeri ringan(skore:1-3) kontraksi otot
3. Nyeri sedang (skore:4-6)
4. Nyeri berat terkontrol (skore:7-9)
5. Nyeri berat tidak terkontrol (skore: 10) Nyeri berkurang
32
Gambar 2.6 Kerangka Teori ! Efektifitas pemberian terapi music klasik terhadap
intesintas nyeri disminorea primer : literatur riview.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Tahap 2 Artikel
Pencarian pada data base Pubmed,
temuan:
Google Shoolar, Portal Garuda Tah Google
un Scholar:10
201
Kata Kunci : Terapi music klasik, 5- Portal
nyeri disminore pada remaja putri 2020 Garuda : 2
ejournal-
aipkema: 2
research
:2
Yang berhubungan dengan
Terapi music klasik.
Tahap 5
Penulis Penulis membuat Review yang sesuai dengan topik berdasarkan
dari review Literatur yang sudah didapatkan.
Tahap 6
Penulis Mengkritisi Literatur yang sudah didapatkan
Pengumpulan Data
3.2.1 Desain Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan
hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu,
cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Jenis-jenis metode penelitian
dapat diklasifikasikann berdasarkan, tujuan, dan tingkat kealamiahan
(natural setting) obyek yang diteliti. Berdasarkan tujuan, metode
penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied research)
dan penelitian pengembangan (research and development).
Selanjutnya berdasarkan tingkat kealamiahan, metode penelitian dapat
dikelompokkan menjadi metode penelitian eksperimen, survey dan
naturalistik (Sugiyono, 2015).
Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam
penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor
35
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pencarian literature, peneliti menemukan sebanyak 5
artikel yang akan dilakukan review sebagai berikut :
Metode
Jurnal
thor Tahun Judul (Desain, Sampel,
Variabel, Hasil Penelitian Dat
Name
Instrumen, Analisis) 39
D : one-group pretest posttest
desig
S : Purposive Sampling
V : Variabel terikat dalam
penelitian ini yaitu intensitas nyeri
haid (dismenore), sedangkan
PENGARUH Berdasarkan hasil penelitian dan
variabel bebasnya yaitu terapi
TERAPI MUSIK teori yang diuraikan diatas,
musik klasik (Mozart).
Journal of KLASIK peneliti berkesimpulan bahwa
I : Penelitian ini telah dilakukan
a Oktavia Health (MOZART) terapi musik klasik (Mozart)
dua kali perlakuan, dengan berpengaruh dalam menurunkan
Promotion TERHADAP
mengukur skala nyeri haid pada
ndary and INTENSITAS intensitas nyeri haid pada remaja Goo
2015 remaja putri menggunakan lembar putri. Oleh karena itu terapi Scho
Behavior NYERI HAID
observasi Numerical Rating Scale
ndra Parjo (2016),1 PADA REMAJA dengan menggunakan musik
(NRS) pada hari pertama
klasik (Mozart) dapat dijadikan
(3): 161- PUTRI DI SMA
menstruasi sebelum
diberikan metode
171 NEGERI 1 untuk mengurangi
terapi musik klasik (Mozart) dan intensitas nyeri haid (dismenore)
PONTIANAK
diukur kembali skala nyeri haid
TAHUN 2015 pada remaja putri
setelah dilakukan terapi musik
klasik (Mozart) setelah dilakukan
terapi musik klasik (Mozart)
dengan menggunakan instrumen
yang sama
A : uji T berpasangan.
D : Penelitian ini menggunakan
metode Quasi Experiment dengan
rancangan Pre and Post Test with
EFEKTIVITAS
Control Design
PEMBERIAN Berdasarkan landasan teori dan
S : purposive sampling didukung oleh analisa dan hasil
TERAPI
V : faktor determinan kepatuhan
MUSIK uji, maka dapat disimpulkan
diet hipertensi, Health Promotion bahwa terdapat efektifitas
ni Heryani (MOZART)
JURNAL Model (HPM)
DAN BACK pemberian terapi musik (mozart) Goo
2017 IPTEKS I : menggunakan questioner yang dan back exercise terhadap nyeri
na Dewi EXERCISE Scho
TERAPAN telah diuji validitas dan dismenorhea
ri2 TERHADAP dengan nilai
reliabilitasnya p=0,000 (p<0,05).
PENURUNAN
A : penelitian ini menggunakan
NYERI .
uji hipotesis Paired Sample T- test
DYSMENORR
untuk mengetahui pengaruh
HEA PRIMER
pemberian terapi music dan back
exercice terhadap dysmenorrhea
primer
HUBUNGAN
40
Portal Garuda: 2
Google Scholar : 3 40
Artikel yang telah direview oleh peneliti sebanyak 5 artikel, yang pertama berjudul
“ Pengaruh terapi music klasik (Mozart) terhadap intensitas nyeri haid pada remaja
putri di SMA Negeri 1 pontianak tahun 2015” Hasil penelitian uji statistik paired sample t
test diperoleh nilai p value sebelum dan setelah dilakukan terapi musik klasik (Mozart)
yaitu p= 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada penurunan secara signifikan antara skala nyeri
haid sebelum dan setelah diberikan terapi musik klasik (Mozart). Maka dapat
disimpulkan nilai p = 0,000 dan penelitian ini menunjukan bahwa terapi musik klasik
(Mozart) berpengaruh dalam menurunkan intensitas nyeri haid.
Hasil review artikel ini tidak jauh berbeda dengan artikel yang berjudul “Efektifitas
pemberian terapi music (Mozart) dan back exercise terhadap penurunan nyeri
disminorea” Berdasarkan uji pengaruh menggunakan Paired Sample T-test pada
kelompok ekperimen menunjukkan hasil p=0,00 < 0,05 dan pada kelompok kontrol p=.
Hal ini berarti terdapat efektifitas pemberian terapi musik (mozart) dan back exercise
terhadap nyeri dismenorhea.
Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian yang berjudul “Hubungan lama
mendengarkan music klasik dengan penurunan disminore pada remaja putri immala
(ikatan mahasiswa malaka) ditlogomas” Analisis statistik memperoleh hasil signifikasi
(p_value) sebesar 0,000, maka nilai 0,000 < 0,05 artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara lama mendengarkan musik klasik dengan penurunan disminore pada
remaja putri Immala (Ikatan Mahasiswa Malaka) di Tlogomas Malang.
Penelitian yang berjudul “ Perbedaan waktu pemberian terapi usik
klasik(Mozart)terhadap tingkat nyeri haid(disminore) padaremaja putri “ Berdasarkan
peneliti yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Perbedaan Efektifitas Waktu
Pemberian Terapi Musik Klasik (Mozart) Terhadap Tingkat Nyeri Haid (Dismenorhe)
Pada Remaja Putri Siswi Kelas X Di SMAN 1 VII Koto Sei.Sarik Kab. Padang Pariaman
Tahun 2017 yaitu p value = 0.000. Hal ini berarti P Value lebih kecil dari nilai α = 0,05
artinya bahwa ada perbedaan efektifitas waktu pemberian terapi musik klasik (mozart)
terhadap tingkat nyeri haid (dismenorhe) pada remaja putri siswi kelas X Di SMAN 1 VII
Koto Sei.Sarik Kab.Padang Pariaman Tahun 2017.
40
41
5.1 Pembahasan
Artikel yang telah direview oleh peneliti sebanyak 5 artikel untuk
mengetahui adakah efektifits pemberian music klasik terhadap nyeri dismnore. Hasil
review dari 5 artikel sebagian besar menunjukkan bahwa terdapat efektifitas bahwa
terapi musik klasik dapat menurukan intensitas nyeri disminorea pada remaja putri.
Menurut teori yang disebutkan oleh Dofi (2010) hal ini disebabkan karena
musik klasik memiliki nada yang lembut, nadanya memberikan stimulasi gelombang
alfa dan membuat pendengar menjadi senang, nyaman, tenang dan rileks sehingga
dapat mengurangi persepsi nyeri.
Pernyataan ini sesuai dengan Hendrik (2006) dismenore didapatkan adanya
peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang
miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan disritmi uterus.
Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah dan oksigen ke uterus dan akan
mengakibatkan iskemia. Sehingga muncul respon dari nosiseptor karena ada stimulus
yang membahayakan dan memulai tranmisi neural dengan melepaskan substansi yang
menghasilkan nyeri dan menurut Bobak, Lowdermilk, Jonsen (2004) bahwa
mendengarkan musik dapat memproduksi zat endophrin (substansi sejenis morfin yang
disuplai tubuh yang dapat mengurangi rasa sakit/nyeri) yang dapat menghambat
transmisi impuls nyeri di sistem saraf pusat, Sehingga sensasi nyeri menstruasi dapat
berkurang, musik juga bekerja pada sistem limbik yang akan dihantarkan kepada
sistem saraf yang mengatur kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat mengurangi
kontraksi otot.
41
42
42
43
dengan intensitas nyeri 1-3 (ringan) dan sedang (4-6) bahkan ada sebagian yang sudah
tidak mengalami nyeri lagi.
Hal ini di karenakan terapi musik klasik merupakan salah satu teknik
distraksi yang efektif. Terapi musik klasik ini dipercaya memberikan efek yang
bermanfaat bagi kesehatan dengan mempengaruhi kerja organ tubuh dan hormonal.
Musik klasik sendiri dapat memberikan efek nyaman, tenang dan senang pada
pendengarnya,musik yang di dengarkan., pada saat kondisi ini otak akan memproduksi
serotonin dan endhorphin yang menyebabkan seseorang merasa nyaman, aman dan
tenang sehingga intensitas nyeri dapat berkurang.
43
44
BAB 5
6.1 Kesimpulan
Hasil tinjauan literatur ini di dapatkan bahwa konsep teori yang mempelajari tentang
efektifitas pemberian terapi music klasik terhadap intensitas nyeri disminore pada remaja
putri demikian dapat disimpulkan bahwasanya terdapat efektifitas pemberian terapi musik
klasik yang dapat menurunkan intensitas nyeri disminore pada remaja putri, hal ini dapat di
buktikan dari beberapa hasil literatur riview yaitu sebelum dilakukan terapi music klasik
hampir setengah pada remaja putri skala nyeri sedang dan berat. Sedangkan sesudah
dilakukan terapi musik klasik didapatkan hasil hampir sebagian intensitas nyerinya berkurang
yaitu dengan intensitas nyeri ringan dan sedang bahkan ada sebagian yang sudah tidak
mengalami nyeri lagi .
6.2 Saran
Terapi dengan menggunakan musik klasik ini dapat digunakan sebagai salah satu
pilihan terapi non-farmakologi untuk menurunkan intensitas nyeri haid(dismenore) yang
tidak menimbulkan efek samping dalam menurunkan kejadian nyeri haid (dismenore).
43
44
45
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Ar- Ruzz, Yogyakarta.
Angel, S., Armini, NKA., & Pradanie, R 2015, ‘Analisis faktor yang berhubungan dengan
kejadian dismenore primer pada remaja putri di MTS negeri surabaya II’, Journal
Pediomaternal, vol. 3, no. 2, April 2015, hh. 274-281.
Agustina, R.2015. Gambaran Konsumsi Sumber Vitamin Dan Mineral, Status Gizi, dan
Kejadian Dismenorea Pada Remaja Putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah.SKRIPSI FKM
USU.
Anurogo dr. D dan Wulandari, A. 2015. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta : Andi
Offset.
Ali, M & Asrori, M. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Brunner & Suddarth. 2016. Buku Ajar Keperawatan Bedah. Ed 8. Vol 1. Jakarta :EGC
Djafar, Nurseha S. 2010. Pengaruh Musik Gamelan terhadap Respon Kecemasan Bayi pada
saat Immunisasi di Klinik Tumbuh Kembang Anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Skripsi. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
45
46
Dian Novita. (2012). Pengaruh Terapi Musik terhadap Post Operasi Open Reduction and
Internal Fixation (ORIF) di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Tesis.
Depok: UI.
Desfietni, V. (2012). Efektifitas kombinasi pemberian teknik nafas dalam dan terapi music
instrumental terhadap penurunan intensitas nyeri (dismenorea) pada remaja putri di
SMPN 4 Kuantan Hilir. Tidak dipublikasikan: Skripsi PSIK Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Hang Tuah Pekanbaru.
Envilia.2013. Pengertian Musik Klasik, Ciri – ciri music klasik, Fungsi dan kegunaan Musik
klasik. http://envilia.blogspot.com/2013/09/pengertian-musik-klasikciri-ciri-music.html
Eniwarti. (2014). Pengaruh Terapi musik Mozart Terhadap Penurunan Derajat Nyeri
Menstruasi Pada Remaja Putri di SMA Padang Japang Tahun 2014. Diperoleh
November 13, 2014, dari http://ejurnal.stikesprimanusantara.a c.id.
Ernawati ,S, Nonon ,S, Suprihatin, Nailus ,S, Ummu ,S, Yulia ,A.M, Agusniar ,T & Santa ,L.
Hendrik. (2006). Problem Haid: Tinjauan Syariat Islam dan Medis. Solo: Tiga Serangkai.
Irmawaty, L. (2013). Manajemen Nyeri Menggunakan Terapi Musik pada Pasien
Post Sectio Caesarea (Studi Kasus di RSUD Pasar Rebo Tahun 2013). Jurnal
Ilmiah WIDYA, 2(3) , 17-22 Diperoleh Maret 10, 2015, dari http://e-
journal.jurwidyakop3.com/index.ph p/jurnal- ilmiah/article/view/193 .
Liandary, D. O. (2015). Pengaruh Terapi Musik Klasik (Mozart) terhadap Intensitas Nyeri
Haid pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Pontianak
46
47
Mahatidanar, A., dan Khairun N. 2016. Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi. JAgromedUnila 4(2) : 264-268
Novita I & Puspitasari N. 2008. Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore
Primer. The Indonesia Journal of Public health. Vol 4. No 2. RSUD Kabupaten Sidoarjo
Potter P.A & Perry A.G. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
dan Praktik Vol 2. Jakarta: EGC.
Potter P.A & Perry A.G. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
dan Praktik Vol 1. Jakarta: EGC.
Potter P.A & Perry A.G. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
praktek. Edisi 4, Vol 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta : EGC
Primadita, A. 2011. Efektifitas intervensi terapi musik klasik terhadap stress dalam menyusun
skripsi pada mahasiswa PSIK UNDIP Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas
Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id . Diakses 2014
Rejeki, E. P. A. (2010). Pengaruh Terapi Musik Mozart Dan Guided Imagery Terhadap
Intensitas Dismenorea.
47
48
Sari D, Nurdin AE, Defrin. Hubungan Stres dengan Kejadian Dismenore Primer pada
Mahasiswi Pendidikan Dokter Universitas Andalas. Jurnal
KesehatanAndalas.2015;4(2);567-570.
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 2. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Safitri, E. S., & Purwanti, S. (2014). Perbedaan terapi musik klasik dengan musik kesukaan
terhadap penurunan nyeri dismenore pada siswi kelas x sma negeri 1 banjarnegara
kabupatenbanjarnegara tahun 2014, 2 no 4.
Suryana. 2010. Metode Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Bandung: UPI
Swarjana, I Ketut. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi
Offset.
ECG Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Ed. 6. Jakarta : ECG
Suzannec. 2001. Konsep dan penulisan riset keperawatan. Yogyakarta: Graha ilmu.
Verawaty, SN & Liswidyawati,R. 2012. Merawat dan Menjaga Kesehatan Seksual Wanita.
Bandung : PT.Grafindo Media Pratama
48
49
Wigram, A., L. (2016). The effects of vibroacoustic therapy on clinical and nonclinical
population. St. Georges Hospital Medical School London University. (Unpublished
Dissertation Paper).
49
50
Lampiran 6.
CURRICULUM VITAE
A. Biodata Peneliti
Nama : Dian Novitasari
NIM : 16010007
Agama : Islam
E-mail : diannovitas703@gmail.com
Status : Mahasiswa
B. Riwayat Pendidikan
1. TK Aisyah (2001-2003)
2. SD N 7 Kaliboto Lor (2003-2009)
3. SMP N 1 Jatiroto (2009-2012)
4. SMA N 1 Rojopolo (2012-2015 )
5. S1 Keperawatan STIKES dr. Soebandi (2016-2020)
50