Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEX EDUCATION (PENDIDIKAN SEKS)

DISUSUN OLEH :
NAMA : AURELIA RAMADILA
NPM : P05120320007

DOSEN PEMBIMBING : NS.ANDRA SAFERI WAJIAYA,S.KEP.,M.KEP.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hikmah dan
hidayah-Nya atas terselesaikannya penulisan makalah ini yang berjudul “Sex Educatin (Pendidikan
Seks)” Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak.

Makalah ini disajikan berdasarkan pengamatan dan berbagai sumber reverensi. Dalam
menyelesaikan makalah ini penyusun mengalami banyak hambatan dari segi pengetahuan dan
informasi.

Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini banyak kekurangan, hal ini dikarenakan
keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Maka dari itu penyusun mengharapkan adanya kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 12 Maret 2022

Aurelia Ramadila

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................................................3

BAB I

PENDAHULUAN........................................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................5
D. Ruang Lingkup................................................................................................................5

BAB II

TINJAUAN TEORI....................................................................................................................6

A. Pendidikan Seks (Sex Education)..................................................................................6


B. Seks Bebas........................................................................................................................7

BAB III

PEMBAHASAN..........................................................................................................................8

A. Pendidikan Seks..............................................................................................................8
B. Tujuan Pendidikan seks.................................................................................................9
C. Manfaat Memberikan Pendidikan Seksual kepada Anak..............................................10
D. Waktu yang Tepat untuk Memberikan Pendidikan Seksual kepada Anak...................10
E. Cara Berdiskusi Seputar Seks dengan Anak...................................................................11
BAB IV

PENUTUP....................................................................................................................................13

A. Kesimpulan......................................................................................................................13
B. Saran................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................15

4
5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perkembangan remaja selalu disertai dengan keinginan untuk mengetahui
lebih lanjut tentang seks. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks bagi
remaja, merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara
menyeluruh. Akan tetapi, banyak remaja yang mensalah gunakan perkembangan tersebut ke
jalan yang tidak semestinya, sehingga banyak kasus free sex dalam pergaulan bebas remaja
yang terkadang timbul perkelahian, bunuh diri dan sebagainya terhadap hal tersebut.  Apa
lagi hal ini di dukung dengan adanya kemajuan teknologi informasi yang membuat orang
bisa berkomunikasi dari mana saja dan informasi dapat tersebar dengan sangat cepat. Selain
itu teknologi informasi juga membawa dampak negatif pada jenis informasi yang berisi
pornografi yang mendorong banyak pihak untuk melakukan kemaksiatan. Saat ini, melalui
situs internet atau VCD porno, orang dengan mudah dapat mengakses hal-hal yang dulu
sangat sulit didapat, termasuk pada para remaja yang belum memiliki nilai agama dan
moralitas yang kokoh sehingga mereka cenderung ingin mencoba apa yang dilihatnya.
Ketidaktahuan remaja mengenai seks akan menggiring mereka kepada perasaan
ingin mencoba-coba hal baru. Oleh karena itu, pendidikan seks sangat penting untuk
diberikan, mengingat pada saat remaja terjadi proses puberitas sehingga mereka mengalami
dorongan seks yang dipengaruhi hormon yang sedang meledak-ledak. Jika pendidikan seks
tidak diberikan saat anak menginjak masa remaja, maka akan berdampak negatif, tidak
hanya kurang pahamnya mereka mengenai dampak dari perilaku seks yang mereka lakukan,
namun juga tidak siapnya mereka menanggup akibat dari kegiatan seks tersebut. Remaja
yang hamil di luar nikah, tingkat aborsi yang tinggi, serta penyakit kelamin merupakan
akibat dari kurangnya pendidikan seks bagi remaja.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai pentingnya
pendidikan seks (sex education) bagi remaja.
C. Tujuan Penulisan
Pembuatan makalah dimaksudkan untuk memberikan informasi serta penjelasan
kepada pembaca mengenai hal-hal berikut :

6
1. Pentingnya pendidikan seks (sex education) di kalangan remaja.
2. Tujuan Pendidikan Seks (sex education).
D. Ruang Lingkup
Makalah ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang
membacanya, khususnya :
1. Orang tua, orang tua diharapkan dapat menyadari perannya sebagai pengajar dan
pendidik dirumah dan seberapa besar pengaruh lingkungan keluarga terhadap
pendidikan seks (sex education)..
2. Siswa-siswi,  diharapkan dapat mendapatkan banyak pengetahuan dari makalah ini
sehingga bisa memahami maksud dari materi yang di sampaikan.
3. Guru pengajar,  diharapkan dapat lebih sabar, ulet, serta disiplin dalam
Membimbing mahasiswanya.

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pendidikan Seks (Sex Education)


Pendidikan seks (sex education) adalah suatu informasi mengenai persoalan
seksualitas manusia yang jelas dan benar. Informasi itu meliputi proses terjadinya
pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan
aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Pendapat lain mengatakan bahwa
Pendidikan Seks (sex education) adalah suatu pengetahuan yang kita ajarkan mengenai
segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Ini mencakup mulai dari
pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau wanita). Bagaimana fungsi kelamin sebagai alat
reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada wanita dan pada laki-laki.
Tentang menstruasi, mimpi basah dan sebagainya, sampai kepada timbulnya birahi karena
adanya perubahan pada hormon-hormon. Termasuk nantinya masalah perkawinan,
kehamilan dan sebagainya.
Menurut Dr.Abdullah Nashih Ulwan, pendidikan seks adalah upaya pengajaran,
penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak
sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri,dan perkawinan.
Dapat disimpulkan pendidikan seks bebas adalah pengajaran mengenai seks dengan harapan
tidak terjadinya hubungan seks di luar nikah.
B. Seks Bebas
Berdasarkan para ahli dapat disimpulkan pengertian seks bebas adalah segala tingkah
laku yang didorong oleh hasrat seksual terhadap lawan jenis maupun sesama jenis yang
dilakukan di luar hubungan pernikahan mulai dari necking, petting sampai intercourse dan
bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang tidak bisa
diterima secara umum.

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Seks
Alasan pendidikan seks sangat penting bagi remaja adalah :
1. Dapat mencegah penyimpangan dan kelainan seksual.
2. Dapat memelihara tegaknya nilai-nilai moral.
3. Dapat mengatasi gangguan psikis.

Pendidikan Seks pada Remaja Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual
selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah)
maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal
tersebut. Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan
seksual pada remaja, sebagai berikut :

1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja.


Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam
bentuk tingkah laku tertentu,
2. Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia
perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang
perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut
persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan
mental dan lain-lain),
3. Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan
hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri
memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut,
4. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi
dan rangsangan melalui media masa yang dengan teknologi yang canggih (cth: VCD,
buku stensilan, Photo, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi.
Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa
dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah
mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya,
5. Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih

9
mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak
terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini,
6. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat,
sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan
wanita sejajar dengan pria.

Berbagai perilaku seksual pada ramaja yang belum saatnya untuk melakukan
hubungan seksual secara wajar, antara lain dikenal sebagai :

1. Masturbasi atau onani, yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat
genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang
sesaat.
2. Berpacaran dengan berbagai prilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan
tangan, sampai ciuman.
3. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada
dasarnya menunjukkan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikan untuk
mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih
B. Tujuan Pendidikan seks
Tujuan utama diadakannya Pendidikan Seks adalah melahirkan individu-individu
yang senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya, serta
bertaggung jawab baik terhadap dirinya maupun orang lain. Adapun tujuan akhir pendidikan
seks adalah pecegahan kehamilan di luar nikah. Tujuan pendidikan seks dapat dirinci
sebagai berikut :
1. Membentuk pengertian tentang perbedaan seks antara pria dan wanita dalam keluarga,
pekerjaan, dan seluruh kehidupan, yang selalu berubah dan berbeda dalan setiap
masyarakat dan kebudayaan.
2. Membentuk pengertian tentang peranan seks di dalam kehidupan manusia dan keluarga,
hubungan seks dan cinta, perasaan seks dalam perkawinan,dll.
3. Megembangkan pengertian diri sendiri sehubungan dengan fungsi dan kebutuhan seks.
4. Membantu siswa dalam mengembangkan kepribadian, sehingga mampu mengambil
keputusan yang bertanggung jawab.

Pendidikan seksual selain menerangkan aspek-aspek anatomis dan biologis juga


menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Beberapa tujuan pendidikan

10
seksual :

1. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental, proses


kematangan emosional.
2. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan
penyesuaian seksual .
3. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap sex dalam semua
manifestasitasi yang berpariasi.
4. Memberukan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan
pada kedua individu dan kehidupan keluarga .
5. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensiarusl untuk
memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan
perilaku sexual .
6. Memberikan pengatahuan tentang kesalahan dan penyimpangan sexual agar individu
dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat memngganggu kesehatan fisik
dan mentalnya
7. Untuk mengurangi prostitusi , ketakutan terhadap sexual yang tidak rasional dan
explorasi sex yang ber lebihan.
8. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktifitas
sexsual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagi istri atau
suami, orang tua , anggota masyarakat.

Jadi tujuan pendidikan sexual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang
yang sehat terhadap masalah sexualdan membimbing anak dan remaja kearah hidup dewasa
yang sehat dan bertangjawab terhadap kehidupan sexualnya Hal yang penting dalam
memberikan pendidikan sexual :

1. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana , jangan terlihat ragu-ragu atau
malu.
2. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif.
3. Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
dengan tahap perkembangan anak.
4. Pendidikan sexual harus diberikan secara pribadi.
5. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan sexual

11
perlu diulang-ulang, selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu
pengertian baru dapat diserap oleh anak juga perlu untuk mengingatkan dan
memperkuat apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari
pengetahuannya.
C. Manfaat Memberikan Pendidikan Seksual kepada Anak
Seiring berkembangnya teknologi dan kemudahan akses informasi saat ini, penting
bagi anak untuk mendapatkan pendidikan seks yang akurat dan tepat sejak dini. Berikut ini
adalah beragam manfaat memberikan pendidikan seks untuk anak sejak dini:
1. Menangkal efek buruk media dan lingkungan
Pembahasan seputar seks dapat melindungi anak dari dampak negatif berbagai
konten tertentu di tayangan televisi atau internet. Selain itu, pemahaman tentang dunia
pergaulan juga harus Anda berikan agar anak tidak terjerumus dalam hubungan seks
bebas atau tindakan kriminal, seperti melakukan pemerkosaan atau kekerasan seksual.
2. Membangun kepercayaan antara orang tua dan anak
Membahas seks secara terbuka dengan anak justru memberi Anda kesempatan untuk
memberikan informasi yang sesuai dan akurat seputar seks. Dengan demikian, anak
tidak akan mencari sumber sendiri yang belum tentu tepat atau justru tidak layak,
misalnya video porno
3. Membuat anak mengerti tentang konsekuensi dan menghargai diri
Diskusi tentang seks membuat anak menyadari bahwa ia harus melindungi dan
menghargai tubuhnya sendiri. Seluruh perlakuan terhadap tubuhnya harus mendapatnya
persetujuan dari dirinya sendiri dan tidak boleh dipaksakan.

Pendidikan seks juga membuat anak belajar memilih, bersikap, dan bertanggung
jawab atas perbuatannya. Dengan demikian, mereka dapat mengetahui konsekuensi saat
mulai aktif secara seksual, seperti kehamilan dan penyakit menular seksual.

D. Waktu yang Tepat untuk Memberikan Pendidikan Seksual kepada Anak


Pendidikan seksual untuk anak sebaiknya diberikan sedini mungkin. Saat berusia 3
atau 4 tahun, anak mulai memperhatikan dunia di sekitarnya dan ia akan mulai belajar untuk
mengenali tubuhnya sendiri dan membandingkan diri dengan teman-temannya. Anak
mungkin akan mulai menyadari bahwa perempuan dan laki-laki itu berbeda. Saat anak mulai
mengeksplorasi lingkungannya, ini merupakan kesempatan bagi orang tua untuk
memberikan pemahaman dasar mengenai seksualitas. Pendidikan seks untuk anak juga

12
sebaiknya diberikan secara bertahap selama anak masih berada di bawah asuhan dan
pengawasan orang tua.
E. Cara Berdiskusi Seputar Seks dengan Anak
Diskusi seputar seks dengan anak memang harus dilakukan secara tepat agar mereka
mengerti tentang pentingnya pendidikan seks. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa
Anda lakukan untuk memberikan pendidikan seksual pada anak sesuai usianya:
1. Usia balita
Saat usia balita, anak mulai mempelajari nama-nama organ dan bagian tubuhnya.
Jelaskan secara perlahan dan kenali berbagai organ intim di tubuhnya, seperti penis,
payudara, dan vagina. Anda pun dapat memanfaatkan kejadian sehari-hari atau tayangan
televisi untuk mengangkat topik tentang seks. Misalnya, jika ada anggota keluarga yang
sedang hamil, ajaklah anak untuk mengusap perut si ibu hamil dan beri tahu bahwa ada
adik bayi yang sedang tidur di dalamnya. Hal yang tak kalah penting adalah beri tahu
anak bahwa tidak ada yang boleh menyentuh bagian tubuh intimnya, kecuali orang tua
atau pengasuh yang Anda percaya.
2. Usia sekolah
Saat usia sekolah, anak mungkin masih malu untuk membicarakan tentang
ketertarikan mereka dengan lawan jenis. Namun, bersikaplah empati dan dengarkan
ceritanya secara saksama. Anda dapat membuka obrolan saat melakukan aktivitas
bersama, seperti menonton TV, jalan-jalan, atau makan. Ini akan membuat anak lebih
nyaman untuk menceritakan apa yang mereka rasakan dan memudahkan mereka
menerima informasi yang Anda berikan. Anda juga dapat memberikan bekal tentang
cara menyelamatkan diri jika ada orang asing yang ingin menyentuh tubuhnya secara
tidak sopan atau hal-hal yang tidak baik dilakukan terhadap teman dengan jenis kelamin
yang berbeda. Berikut ini adalah beberapa contoh pertanyaan yang mungkin diajukan
oleh anak usia balita sekaligus jawaban yang dapat menjadi rujukan Anda untuk
digunakan:
1. Pertanyaan: Kenapa aku punya penis, tapi teman perempuanku tidak?
Jawaban: Tubuh laki-laki dan perempuan memang berbeda.
2. Pertanyaan: Bagaimana bayi bisa berada di perut ibu?
Jawaban: Ibu dan ayah membuat bayi bersama dengan cara spesial.
3. Pertanyaan: Bagaimana cara bayi dilahirkan?

13
Jawaban: Ibu mengeluarkan bayi dari rahim dengan bantuan dokter dan bidan.
4. Pertanyaan: Kenapa dada ibu besar?
Jawaban: Tubuh perempuan akan berubah setelah dewasa nanti.

Ketika mulai menginjak usia 7 tahun, anak-anak akan memberikan pertanyaan yang
lebih kompleks dan membutuhkan jawaban yang lebih spesifik, seperti
pengertian menstruasi. Anda bisa menjawabnya bahwa menstruasi adalah tanda bahwa
perempuan sudah dapat memiliki bayi. Anda dapat menjelaskan tentang proses menstruasi
dan memperlihatkan produk pembalut wanita yang harus digunakan saat menstruasi. Pada
anak laki-laki, pemahaman ini akan membuatnya lebih menghargai proses alami yang terjadi
pada wanita. Selain itu, pertanyaan lain yang sering muncul adalah seputar ereksi. Anda bisa
mulai menjelaskan secara singkat penyebab penis menegang saat disentuh atau tidur.
Jelaskan jika ereksi berawal ketika melihat, merasakan, mencium, mendengar, atau
memikirkan sesuatu yang merangsang pembuluh darah di penis.

Penjelasan Anda dapat lebih jelas dan menarik jika dibantu dengan gambar anatomi
tubuh manusia yang banyak tersedia di internet. Sesuaikan dengan usia anak dan jelaskan
juga risiko berhubungan seksual sebelum menikah dan tanpa menggunakan pengaman
kepada anak. Selain beberapa pertanyaan di atas, anak mungkin akan menanyakan hal-hal
yang tidak terduga. Bersiaplah dengan seluruh pertanyaan yang mereka ajukan dan berikan
penjelasan sesuai dengan informasi yang akurat. Sampaikan dengan cara yang mudah untuk
dipahami dan buatlah mereka nyaman

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terjadinya seks bebas di kalangan remaja dan siswa-siswi dikarenakan banyak
faktor, yang paling utama adalah pesatnya perkembangan jaman, hal tersebut membuat
pergaulan menjadi bebas, sehingga banyak remaja dan pelajar yang bergaul tanpa batasan
dan etika. Salah satu contohnya dalam berpacaran. Para remaja dan siswa-siswi berpacaran
tidak mempunyai batasan serta etika sehingga dalam berpacaran lebih banyak dampak
negative dibandingkan dampak positif seperti halnya seks bebas. Persepsi yang salah tentang
seks bebas menyebabkan mereka berfikir bahwa melalui seks bebaslah tersalurnya cinta dan
kasih sayang. Pergaulan remaja yang bebas sebenarnya dikarenakan oleh segala macam
perkembangan yang di salah artikan oleh remaja itu sendiri maupun lingkungannya.
Seks bebas menyebabkan para remaja kehilangan bangku sekolahnya, sama halnya
juga para mahsiswa yang terpaksa berhenti kuliah karna hamil diluar nikah. Selain itu, hamil
diluar nikah dapat berujung pada pengguguran janin, baik melalui aborsi ataupun bunuh diri
karena tidak siapnya menerima kenyataan (hamil diluar nikah) tersebut.Yang terpenting
sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai remaja yang baik
dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang berlaku di dalam masyarakat serta
dituntut peran serta orangtua dalam memperhatikan tingkah laku dalam kehidupan sehari-
hari anaknya, memberikan pendidikan agama, memberikan pendidikan seks yang benar.
Oleh sebab itu permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali.
Usaha untuk pencegahan sudah semestinya terus dilakukan untuk menyelamatkan generasi
muda kita. Agar lebih bermoral, agar lebih bisa diandalkan untuk kebaikan negara ke depan.
B. Saran
Beberapa saran tentang seks bebas yang perlu diperhatikan adalah :
1. Kepada pihak orang tua, berikan semua yang terbaik untuk anak tetapi tetap
memperhatikan dalam membimbing dan mengarahkan remaja dengan dalam
memberikan pandangan yang benar mengenai persepsi pacaran agar terhindar dari seks
bebas.
2. Kepada generasi muda agar menetapkan tujuan dan arah hidup yang jelas, belajar lebih
mengenal diri sendiri, meningkatkan ke imanan dan ketakwaannya dengan mengisi

15
kegiatan yang bermanfaat serta bergaul dengan teman secara benar sehingga dapat
terhindar dan terjerumus pada perilaku seks bebas. Tingkatkanlah pengetahuan tentang
segala perkembangan dengan tetap meningkatkan pula keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
3. Kepada para remaja maupun siswa-siswi agar selain belajar juga ikut ambil bagian
dalam kegiatan yang positif dan kreatif dalam rangka menyalurkan energi yang berlebih
sehingga tidak mengarah pada penyaluran dorongan bilogis secara langsung, misalnya
dengan kegiatan. Keolahragaan, pecinta alam, dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat
mengembangkan potensi dan bakat masing-masing..

16
DAFTAR PUSTAKA

Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta, E. I. (n.d.). Pendidikan Seks Pada Remaja.

Fadilla Helmi, A., & Paramastri, I. (1998). EFEKTIVITAS PENDIDIKAN SEKSUAL DINI DALAM
MENINGKATKAN PENGETAHUAN PERILAKU SEKSUAL SEHAT. 2, 25–34.

Pentingnya “Sex Education” Bagi Remaja. (n.d.).

Puspitosari, W. A. (2002). Peranan Orang Tua dalam Pendidikan Seks. Mutiara Medika: Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan, 2(1), 49–54. https://doi.org/10.18196/MMJKK.V2I1.1502

Rinta BKKBN Provinsi Sumatera Utara, L. (2015). Pendidikan Seksual Dalam Membentuk
Perilaku Seksual Positif Pada Remaja Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Psikologi
Remaja. Jurnal Ketahanan Nasional, 21(3), 163–174. https://doi.org/10.22146/JKN.15587

Sukma, A., Wijaya, Y., Khotijah, S. L., Ariani, P., Damayanti, B. A., & Puspitasari, V. A. (2018).
Tingkat Pemahaman Sex Education pada Mahasiswa Untidar Program Studi Pendidikan
Biologi. Jurnal Pendidikan Biologi, 1(1), 7–11.
https://jom.untidar.ac.id/index.php/nectar/article/view/980

17

Anda mungkin juga menyukai