Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

BAHAYA LGBT & SEKS BEBAS BAGI KESEHATAN


SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI, DAN REGENERASI UMAT
MANUSIA DI MASA DEPAN

Disusun oleh :
Nama: Wibowo Awal Pramadi
Kelas: XII IPA 5
Absen: 33
Pelajaran: Pramuka Wajib

SMA NEGERI 9 BEKASI


2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN
MAKALAH PRAMUKA WAJIB
DAFTAR ISI

Disusun oleh :..............................................................................................................0


LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................0
DAFTAR ISI...............................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................3
BAB I........................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN.......................................................................................................4
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN....................................................................................5
1.3 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................... 7
A. Seks Bebas..............................................................................................................7
B. LGBT......................................................................................................................7
BAB III........................................................................................................................ 9
A. Pengetahuan Seks Bebas di Kalangan Remaja....................................................9
B. Fenomena LGBT Berkaitan dengan Kehidupan Sosial, Hukum, Religi,
Kesehatan,dan Sosial Bermasyarakat.......................................................................9
C. Survey Lembaga Nasional mengenai Seks Bebas Remaja................................11
D. Survey Keberadaan LGBT di Indonesia............................................................11
E. Survey Pemetaan Perilaku LGBT di Indonesia.................................................11
F. Faktor Penyebab Seks Bebas di Kalangan Remaja...........................................12
G. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya LGBT...............................................13
H. Dampak Seks Bebas.............................................................................................13
I. Dampak LGBT......................................................................................................15
J. Cara Menghindari Seks Bebas.............................................................................16
K. Cara Mencegah LGBT........................................................................................17
BAB IV...................................................................................................................... 19
Kesimpulan................................................................................................................19
Saran.......................................................................................................................... 19
Daftar Pustaka..........................................................................................................20

1
DISUSUN SEBAGAI SYARAT PENILAIAN PRAMUKA WAJIB

Pembina Putra Pembina


Putri

Bayu Wijanarko, S. Pd Surtini Aisyah, S.


Pd

Mengesahkan,

Kepala SMA Negeri 9 Bekasi

Drs. H. Asep Jamal Nurarifin, M.Pd

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat


rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah dengan judul 'Bahaya
Having Sex dan LGBT bagi Kesehatan Sosial Budaya Ekonomi dan
Regenerasi Umat Manusia di Masa Depan' dapat terselesaikan.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi syarat penilaian


pramuka wajib kelas XII dari Ibu Surtini Aisyah selaku pembina putri
ekstrakurikuler Pramuka. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan
menambah wawasan kepada pembaca tentang bahaya sex dan LGBT
dalam kehidupan bermasyarakat.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Surtini Aisyah


dan Bapak Bayu Wijanarko selaku pembina ekstrakurikuler Pramuka.
Berkat tugas yang beliau diberikan, penulis dapat menambah wawasan
berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan
terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,


baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah
ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat makalah yang telah saya buat.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan


manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Jakarta, 1 Desember 2022

Wibowo Awal P.

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perilaku seks bebas saat ini menjadi masalah besar yang dialami remaja
Indonesia karena mengakibatkan timbulnya kerusakan pada aspek
sosial, budaya, religi, dan kesehatan. Remaja saat ini mudah
terpengaruh oleh ajakan lawan jenis untuk melakukan penyimpangan
seksual didorong dengan saling mencintai satu sama lain. Remaja tidak
pernah berfikir kerugian apa yang akan diterimanya jika melakukan
hubungan seks di luar pernikahan. (Putri, Gendys & Sutijono, 2013).
Seks bebas pada remaja beresiko pada kehamilan di usia muda dan
penularan penyakit menular seksual. Kehamilan yang tidak
direncanakan pada remaja perempuan dapat berlanjut pada aborsi dan
pernikahan dini.

Bahaya dari seks bebas bagi kesehatan diantaranya adalah penyakit


menular seksual (PMS) yang banyak terjadi di kalangan remaja. PMS
adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain
melalui hubungan seksual. Salah satu jenis penyakit menular seksual
adalah HIV/AIDS. Penularan HIV/AIDS dapat terjadi pada hubungan
heterosexual, homosexual, LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender),
hubungan seksual berganti-ganti pasangan (Bachruddin & Kalalo, 2017).

Adapun bahaya seks bebas dari aspek sosial misalnya seseorang tidak
lagi berpikir untuk membentuk keluarga sehingga tidak memikul
tanggung jawab yang besar bagi anak yang dibuahinya. Contohnya
seorang wanita yang melakukan seks bebas akan terjerumus dalam
kasus prostitusi, selain itu kelahiran anak yang tidak diharapkan dapat
membuat anak tidak dapat mendapatkan kasih sayang dari kedua orang
tuanya. Seks bebas juga akan menyebabkan hancurnya suatu keluarga
dan terputusnya tali silaturahmi kekerabatan. Seks bebas juga akan
melemahkan aspek perekonomian, menurunnya produktivitas pelaku
akibat kondisi fisik dan mental yang menurun. (Astuti, 2015).

4
Fenomena LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender) saat ini telah
berkembang di dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Indonesia
dengan kebudayaan timurnya masih menganggap bahwa kaum LGBT
merupakan orang-orang yang menyimpang, sehingga kaum LGBT ini
masih ragu untuk membuka diri mereka kepada masyarakat. Sebagian
besar kaum LGBT mempresentasikan dirinya sebagai masyarakat
heteroseksual, hal ini dilakukan agar kaum LGBT dapat bergaul secara
nyaman dalam melakukan berbagai aktivitas sosial bermasyarakat.
Namun belakangan ini banyak kampanye yang dilakukan orang Barat
untuk mengajak orang-orang mendukung adanya LGBT yang padahal
hal tersebut merupakan suatu bentuk penyimpangan yang tidak boleh
terjadi.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Tujuan penulis membuat makalah ini adalah:


Memperkenalkan kepada para pembaca mengenai dampak dari
perilaku seks bebas dan LGBTQ di kehidupan mereka dalam bidang
bidang kehidupan seperti sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, religi,
dsb.
1. Membantu mengedukasi remaja yang masih dalam jiwa yang
bebas sehingga tidak terjatuh ke lubang yang mengerikan bagi
masa depannya nanti.
2. Meningkatkan tingkat literasi dan menambah wawasan penulis
3. Tujuan lainnya adalah sebagai syarat kelulusan dan pengambilan
nilai pramuka wajib di sekolah dengan membuat makalah ini. Data
data yang penulis paparkan di makalah ini 100% bersumber dari
media massa daring, dengan menerapkan sistem ATM (Amati,
Tiru, dan Modifikasi).

1.3 RUMUSAN MASALAH

Berikut adalah rumusan masalah yang akan dibahas di makalah ini:

1. Definisi seks bebas dan LGBT 2.


Bagaimana data seks bebas dan LGBT?
3. Apa penyebab terjadinya?

5
4. Apa dampak dan bahayanya?
5. Bagaimana cara mencegahnya?
6. Apa hal-hal yang mengandung miskonsepsi terhadap masalah
ini?
7. Apa pandangan menurut para ahli mengenai masalah ini?
8. Bagaimana cara menjaga diri dari masalah ini?
9. Parameter apa yang digunakan?

6
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Seks Bebas

Anda mungkin sering mendengar istilah seks bebas, apalagi di


kehidupan modern seperti sekarang ini. Lantas, apa itu seks
bebas?

Sederhananya, pengertian seks bebas yang biasa dikenal di


masyarakat Indonesia adalah perilaku seksual yang dilakukan di
luar nikah. Dan di dalam praktiknya, hal tersebut bisa terjadi antara
satu pasangan atau satu orang dengan berganti-ganti pasangan.

Parahnya, hal ini juga dapat dilakukan tanpa komitmen atau


bahkan tanpa ikatan emosional, termasuk ke dalamnya seks
dalam pacaran (seks pranikah), cinta satu malam, prostitusi,
hingga bertukar pasangan dengan pasangan lain (swinging)

Selain itu tujuan seks adalah sebagai sarana untuk memperoleh


kepuasan dan relaksasi dalam kehidupan (bagi manusia).
Hubungan seks yang dilakukan diluar pernikahan biasa disebut
seks bebas (free sex).
Seks menurut Kartono (2009: 225) merupakan energy psikis yang
ikut mendorong manusia untuk bertingkah laku. Tidak Cuma
bertingkah laku di bidang seks saja yaitu melakukan relasi
seksual atau bersenggama, akan tetapi juga melakukan kegiatan-
kegiatan abnormal. Freud seorang sarjana menyebutnya sebagai
libido sexualis (libido=gasang, dukana, dorongan hidup, nafsu
erotis).

B. LGBT

Pernahkah bertanya apa itu LGBT? LGBT adalah singkatan dari


lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Awalnya pada tahun
1990, LGBT digunakan untuk merujuk pada kelompok
homoseksual dan transgender saja. Sekarang, singkatan ini

7
melingkupi lebih banyak orientasi seksual dan beragam identitas
gender.

Untuk menunjukkan representasi yang lebih menyeluruh,


singkatan LGBT berkembang menjadi LGBTQIA atau LGBTQ+.
Meskipun begitu, LGBT memang lebih umum digunakan sebagai
istilah yang merepresentasikan kelompok dengan orientasi seks
dan gender yang berbeda dari heteroseksual dan cisgender
(berkaitan dengan jenis kelamin).

LGBT mencakup orientasi seksual dan identitas seksual yang


bervariasi di luar dari orientasi seks dan gender yang umum
ditetapkan dalam masyarakat, yaitu heteroseksual dan cisgender.
Saat memahami perbedaan orientasi seksual dan gender pada
LGBT, penting untuk diketahui bahwa orientasi seksual dan
identitas gender adalah dua hal yang berbeda.

Orientasi seksual merujuk pada ketertarikan secara seksual,


romantis, ataupun emosional pada individu lain yang memiliki jenis
kelamin atau identitas gender tertentu. Jenis-jenis orientasi
seksual dalam LGBT contohnya adalah homoseksual, biseksual,
panseksual, aseksual dan lain-lain.

Sementara identitas atau ekspresi gender adalah perasaan


internal atau kesadaran yang berasal dari dalam diri yang
mendefinisikan seseorang sebagai perempuan, laki-laki,
transgender, bigender, nonbinary, dan lain-lain.

8
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengetahuan Seks Bebas di Kalangan Remaja

Rasa ingin tahu terhadap masalah seksual pada remaja sangat penting dalam
pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Pada
masa remaja, informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai
diberikan supaya remaja tidak mendapatkan informasi yang salah dari
sumber-sumber yang tidak jelas. Pemberian informasi masalah seksual menjadi seperti
mitos seputar seks, VCD porno, situr porno di internet, dan lainnya akan membuat
pemahaman dan persepsi anak tentang seks menjadi salah. Pendidikan seks
sebenarnya berarti pendidikan seksualitas yaitu suatu pendidikan seksual dalam arti
luas yang meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan seks, diantaranya aspek
biologis, orientasi, nilai sosio kultural dan moral serta perilaku.

Dalam kultur masyarakat kita, kata seks hampir selalu berkonotasi terkait
dengan hubungan kelamin. Secara bahasa seks mempunyai arti jenis kelamin.
Namun seks itu lingkupnya sangat luas, berbicara tentang seks sebenarnya
tidak hanya membicarakan tentang hubungan seksual dan hal-hal negatif
seperti halnya anggapan mereka selama ini. Berbicara seks artinya kita
membicarakan tentang kesehatan reproduksi, anatomi, fisiologi organ
reproduksi, penyakit menular seks dan lain-lain. Definisi seks juga bisa dilihat
dari beberapa dimensi di antaranya seperti biologis, psikologis, medis, dan
sosial.

Di era global seperti sekarang faktor pemungkin yang mempengaruhi perilaku seksual
pranikah remaja adalah dengan adanya teknologi. Teknologi membuat remaja dengan
mudah dan mengakses informasi baik meliputi media cetak, TV, internet, DVD dan media
sosial. Adanya teknologi menyerbu remaja dengan mengemas sedemikian rupa sehingga
aktivitas seks dianggap lumrah dan menyenangkan. Mulai dari berciuman, berpelukan,
meraba organ vital dan berhubungan seks semuanya tersedia dalam berbagai media
informasi. Paparan informasi yang salah ini kemudian disalahgunakan sebagai dampak dari
minimnya kontrol diri dan minimnya pemahaman informasi seksualitas.

B. Fenomena LGBT Berkaitan dengan Kehidupan Sosial, Hukum, Religi, Kesehatan,dan


Sosial Bermasyarakat

Pada saat ini fenomena lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) menjadi isu
yang banyak diperbincangkan di tengah masyarakat Indonesia dengan maraknya
promosi atau iklan kaum LGBT di media sosial. Propaganda perekrutan oleh kaum LGBT
telah menyentuh berbagai media sosial, bahkan kelompok LGBT juga sudah menjalar ke
kampus, sekolah, dan tempat umum lainnya. Berbagai lembaga survei independen
dalam dan luar negeri menyebutkan bahwa di Indonesia ada 3% kaum LGBT dari total

9
penduduknya. Maraknya fenomena LGBT di Indonesia sangat terkait dengan tren
negara-negara liberal yang memberikan pengakuan dan tempat bagi komunitas LGBT di
masyarakat. LGBT dianggap sebagai bagian lifestyle masyarakat modern yang
menganggap pandangan heteroseksualitas sebagai konservatif dan tidak berlaku bagi
semua orang. Legitimasi sosial muncul dengan pembelaan ilmiah dan teologis secara
apriori guna memperkuat klaim tentang eksistensi maupun tujuan sosial mereka. Situasi
itulah yang kemudian membuat gerakan LGBT menyebar demikian pesat sebagai
epidemi sosial.

Sebagian masyarakat yang sudah mempunyai pengetahuan mengenai LGBT tidak


menentang keberadaan mereka karena menganggap mereka punya dunianya sendiri dan
haknya. Namun, sebagian masyarakat menentang keberadaan LGBT karena tidak sesuai
dan bertentangan dengan norma, nilai-nilai agama dan tentunya sila pertama pancasila
"Ketuhanan Yang Maha Esa". Dan juga di dalam pasal UUD 1945 pasal 29 ayat 1 berbunyi
"Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa" didalam pasal tersebut jelas
menekankan moral Ketuhanan menjadi fondasi dari setiap pembentukan hukum di
Indonesia.

LGBT juga tidak dibenarkan dalam agama. Agama Islam melarang keras hubungan seksual
sesama jenis, laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan. Hubungan
sesama jenis ini diharamkan dalam islam. Dalam Q.S Al A'raf ayat 81 Allah melarang
hubungan seksual sesama jenis. "Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan
nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang
melampaui batas," (Q.S Al A'raf: 81)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa sesungguhnya seseorang yang mendatangi sesama laki-
laki atau perempuan untuk melampiaskan syahwatnya dan mengabaikan kodratnya
sungguh hal tersebut tidak benar.

Ditinjau dari aspek kesehatan, sebanyak 78% pelaku homoseksual terjangkit penyakit
kelamin menular. Rata-rata usianya berkisar 39-42 tahun bagi kaum gay dan 45 tahun bagi
kaum lesbian. Dokter spesialis kulit dan kelamin, dr. Dewi Inong Irana, memaparkan bahwa
kaum gay mengalami 60 kali lipat tertular HIV-AIDS dan penularan yang paling mudah
adalah melalui dubur. Selain itu, mengutip data dari Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) AS pada 2010 menunjukkan bahwa dari 50 ribu infeksi HIV baru, dua
pertiga nya adalah kaum gay. Pada 2013 dari sumber data yang sama, kaum gay yang
berusia 13 tahun ke atas terinfeksi HIV sebanyak 81% dan AIDS sebanyak 55%.

Ditinjau dari aspek sosial, penelitian memaparkan bahwa seorang gay memiliki pasangan
berkisar 20-106 orang per tahun. Sebanyak 43% dari kaum gay yang berhasil diteliti
mengatakan bahwa mereka melakukan homoseksual dengan lebih dari 500 orang.
Sebanyak 28% melakukannya dengan lebih dari 1000 orang. Sebanyak 79% mengatakan
bahwa pasangan homonya berasal dari orang yang tidak dikenal. Dan sebanyak 70% dari
mereka hanya merupakan pasangan kencan satu malam atau beberapa menit saja.

C. Survey Lembaga Nasional mengenai Seks Bebas Remaja


Sungguh mengejutkan apa yang diumumkan BKKBN. Berdasarkan survei, 63% remaja SMP
dan SMA di Indonesia pernah berhubungan seks. Sebanyak 21% Di antaranya melakukan

10
aborsi. Menurut Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, M Masri
Muadz, data itu merupakan hasil survei oleh sebuah lembaga survai yang mengambil
sampel di 33 provinsi di Indonesia pada 2008. Angka ini naik dibandingkan dengan tahun-
tahun sebelumnya. Berdasarkan penelitian 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek,
Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar, ditemukan sekitar 47% hingga 54 %
remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah.

Dalam data SDKI 2017 tercatat 80% wanita dan 84% pria mengaku pernah berpacaran.
Kelompok umur 15-17 merupakan kelompok umur mulai pacaran pertama kali, terdapat
45% wanita dan 44% pria. Kebanyakan wanita dan pria mengaku saat berpacaran
melakukan berbagai aktivitas. Aktifitas yang dilakukan seperti berpegangan tangan 64%
wanita, dan 75% pria, berpelukan 17% wanita dan 33% pria, cium bibir 30% wanita dan 50%
pria dan meraba/diraba 5% wanita dan 22% pria. Selain itu dilaporakan 8% pria dan 2%
wanita telah melakukan hubungan seksual. Diantara wanita dan pria yang telah melakukan
hubungan seksual pra nikah 59% wanita dan 74% pria melaporkan mulai berhubungan
seksual pertama kali pada umur 15-19 tahun. Presentase paling tinggi terjadi pada umur 17
tahun sebanyak 19%. Diantara remaja yang telah melakukan hubungan seksual dilaporkan
12% wanita mengalami kehamilan tidak diinginkan dan 7% dilaporkan pria yang mempunyai
dengan kehamilan tidak diinginkan.

D. Survey Keberadaan LGBT di Indonesia

Direktur Media Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Ade Armando mengatakan
mayoritas penduduk Indonesia menolak lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
Hal ini diketahui dari survei SMRC yang dilakukan pada Maret 2016, September dan
Desember 2017 dengan jumlah responden 1.220 orang. Margin of error survei ini sebesar
lebih kurang 3,1 persen sampai 3,2 persen. Berdasarkan survei tersebut hampir seluruh
penduduk Indonesia menilai LGBT adalah ancaman. Sebanyak 87,6 persen berpendapat
demikian, sementara 10,8 persen berpandangan sebaliknya, dan sisanya tidak menjawab.

Jumlah tersebut sejalan dengan temuan berikutnya yaitu jika masalah LGBT dikaitkan
dengan ajaran agama. Sebanyak 81,5 persen penduduk Indonesia menilai LGBT dilarang
agama, dan 8,6 persen sebaliknya. "Dan ini berlaku untuk semua agama," kata Ade dalam
diskusi Survei Kontroversi Publik Tentang LGBT di Kantor SMRC, Cikini, Jakarta, Kamis, 25
Januari 2018. Meski penolakan terhadap LGBT kuat, jika pelakunya merupakan orang dekat
maka jumlah masyarakat yang menolak dan menerima nyaris seimbang. Bila ada anggota
keluarganya yang LGBT, maka 45,9 persen responden mau menerima dan 53,3 akan
menolaknya. Temuan lainnya adalah sebanyak 57,7 persen menyatakan LGBT punya hak
hidup di Indonesia meski 41,1 persen sebaliknya.

E. Survey Pemetaan Perilaku LGBT di Indonesia

Fenomena LGBT semakin mengkhawatirkan, karena jumlahnya yang cenderung meningkat


dan bahkan merupakan resiko terbesar dalam penularan HIV/AIDS. Lokasi penelitian ini
dipilih berdasarkan hasil estimasi kelompok berisiko dimana Padang merupakan kelompok
LGBT tertinggi di Sumbar, Bukittinggi merupakan kelompok kunci waria tertinggi di Sumbar,
sedangkan Kota Solok dan Kab. Solok merupakan lima besar tempat beresiko LGBT di
Sumbar dan terdapat salah satu RS rujukan HIV AIDS di Sumbar.

11
Hasil penelitian mengungkapkan diantaranya, bahwa sebagian besar (64,6%) responden
mempunyai orientasi seksual sesama jenis (homoseksual), 46,3% responden memiliki
identitas seksual sebagai gay serta 27,9% biseksual. Umur responden terbanyak berada
dala kelompok umur 15-25 tahun (51,03%). Latar belakang riwayat perilaku LGBT yang
terbesar disebabkan karena dikecewakan dan disakiti lawan jenis (14,0%). Ditinjau dari
perilaku LGBT sebanyak 54,4% responden tidak mempunyai pasangan seks tetap. Cara
responden mendapatkan pasangan seks terbanyak adalah melalui relasi seksual di
media online (58,7%). Sebanyak 65,3% responden pernah mendapatkan pelayanan
konseling VCT, dan sebanyak 12,9% responden mengalami Infeksi Menular Seksual
(IMS). Hasil penelitian juga mengungkapkan harapan kedepan responden untuk
mengubah perilaku terbanyak menjawab ya, tapi selalu gagal sebesar 48,99%.

F. Faktor Penyebab Seks Bebas di Kalangan Remaja

a. Kualitas Diri Remaja


Terjadinya berbagai aktivitas yang mengarah pada pemuasan seksual
menunjukkan tidak berhasilnya subyek penelitian dalam mengendalikan atau
mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih bisa
dikerjakan. Ketidakmampuan ini yang menunjukkan bahwa subyek penelitian laki-
laki memiliki self-efficacy yang rendah dalam mengendalikan dorongan
seksualnya. Pengendalian diri adalah komponen yang menentukan akan
dilakukan atau tidak dilakukan perilaku seksual berisiko tersebut.

b. Kualitas Keluarga
Kualitas keluarga menjadi salah satu faktor yang menjadi penyebab terjadinya perilaku
seks bebas pada kalangan remaja. Keluarga adalah unit terkecil dalam suatu masyarakat
dimana anak akan bersosialisasi lewat apa yang ia lihat dan apa yang ia rasakan di
dalam keluarga tersebut. Ketika orang tua tak menjalankan fungsinya dengan baik maka
indikasi terjadinya penyimpangan dalam suatu keluarga akan dapat terjadi. Berdasarkan
hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa orang tua kurang memperhatikan perilaku
anak-anaknya, sehingga kegagalan fungsi. Peran orang tua mengenai seks bebas turut
berperan dalam memberikan informasi seputar seks bebas.

c. Kualitas Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kualitas lingkungan
yang kurang sehat, seperti lingkungan masyarakat yang mengalami
kesenjangan komunikasi antar tetangga. Yang menjadi penyebab informan
tidak pernah mendapatkan informasi tentang seks dari orang tuanya yaitu
Sebagian besar dalam keluarga membicarakan masalah seks di anggap hal
yang tidak wajar.

d. Minimnya Kualitas Informasi


Pengetahuan informan terkait dampak dari perilaku seks bebas yaitu
terjangkit virus HIV dan AIDS, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, hamil
diluar nikah, kematian karena aborsi, memalukan orang tua, berdosa,
kecanduan, dan dikucilkan oleh masyarakat dan respon informan setelah
mengetahui akibatnya yaitu biasa saja, semakin menjauhi seks bebas, takut,

12
menghindar, terkejut, dan berupaya mengkampanyekan kepada orang lain
agar tidak melakukan hubungan seks diluar nikah.

G. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya LGBT

Dalam kajian Counseling and Mental Health Care of Transgender Adult and Loved One,
fenomena transgender dinyatakan muncul tidak hanya karena pengaruh lingkungan.
Pengaruh dari budaya, fisik, seks, psikososial, agama dan kesehatan juga turut andil dalam
membentuk individu menjadi LGBT. Menurut Byrd, faktor genetik memang menjadi
kontributor terbentuknya individu menjadi seorang lesbi, gay, biseksual atau transgender
sebagaimana yang digarisbawahi oleh kaum LGBT. Namun demikian, bukan berarti
otomatis membuatnya sebagai LGBT. Pola asuh orang tua menjadi faktor terpenting dalam
membentuk dan mewarnai sosok anak. Bandura mengatakan, lingkungan dapat dibentuk
oleh perilaku dan sebaliknya perilaku dapat dibentuk oleh lingkungan. Dalam hubungan
resiprokal ini terjadi pembelajaran sosial yang mengarah pada transfer informasi,
kebiasaan atau perilaku. Anak yang selalu menonton tayangan perilaku tak laras gender
seperti laki-laki yang berperilaku gemulai membuka peluang bagi anak untuk bersikap
sama. Reaksi yang muncul pertama kali adalah perasaan aneh, lucu, atau bahkan tidak
memberikan reaksi apapun, sebab anak belum memiliki skema pengetahuan tentang
sosok maskulinitas pada laki-laki. Reaksi kedua, anak mulai memiliki pengetahuan bahwa
laki-laki bersifat seperti apa yang dilihatnya. Reaksi ketiga anak mengikuti gaya atau
perilaku laki-laki yang sering dilihatnya. Selanjutnya perasaan aneh atau lucu di awal reaksi
berubah menjadi perasaan yang understandable dan acceptable. Dalam kondisi ini sudah
terjadi internalisasi nilai tentang sosok laki-laki yang lama kelamaan sangat mungkin
berubah menjadi internalisasi pola perilaku. Jika lingkungan dapat mempengaruhi perilaku
dan sebaliknya perilaku dapat dipengaruhi oleh lingkungan, maka saat mulai terjadi
internalisasi nilai, individu dapat membatasi diri untuk bersikap lebih bijak dalam menyikapi
fenomena LGBT. Individu dapat merubah persepsi sekaligus pola pikir yang bersimpul
pada pola perilaku untuk menolak atau mengikuti suatu fenomena tertentu.
H. Dampak Seks Bebas

Dampak yang ditimbulkan dari prilaku seks bebas sangat beragam dari mulai
berjangkitnya penyakit kelamin, aids dan munculnya mafia perdagangan wanita. Berikut
ini adalah dampak yang di timbulkan dari prilaku seks bebas:

Berjangkitnya Penyakit Kelamin

1. Gonore
Penyebab utama penyakit gonore ini adalah seks bebas dengan berganti ganti
pasangan. Di sarang pelacuran terdapat virus gonococcus penyebab utama penyakit
gonore yang oleh masyarakat awam disebut penyakit kencing nanah. Penyebaran
penyakit ini umumnya ditularkan melalui hubungan seks selain itu dapat juga akibat
kontak dengan tangan, alat-alat, pakaian atau air mandi yang terkontaminasi (tercemar)
oleh kuman tersebut. Keadaan ini kemungkinan ditemukan pada bayi dan anak-anak
sebelum pubertas terutama pada perempuan.
Menurut Kisyik (dalam Tanjung, 2007: 80-81) seorang wanita yang sedang hamil
melakukan hubungan intim dengan laki-laki penderita virus gonore adakalanya bayi

13
selamat. Namun saat melahirkan bayi harus melewati mulut rahim yang sudah
terjangkit virus tersebut melalui senggama dengan penderita penyakit gonore. Maka
sang bayi pun tak luput dari virus gonore. Akibatnya lebih dari 70% bayi yang
dilahirkan oleh seorang ibu penderita gonore matanya buta. Virus ini tidak hanya
menyerang organ seksual, tetapi juga anggota tubuh lain.Pada laki-laki mudah dikenal
sebagai kencing nanah penyebab bakteri yang disebut Neisseria gonorrbeae
gejalagejala muncul antara 2 hingga 10 hari setelah terjadi hubungan seksual. Gejala
pada perempuan antara lain keluar cairan kental berwarna kekuningan, nyeri diperut
bagian bawah dan bisa muncul tanpa gejala. Komplikasi yang mungkin terjadi antara
lain penyakit radang pinggul, kemandulan, infeksi mata pada bayi baru lahir dan
memudahkan penularan infeksi HIV.

2. Syphilis
Sifilis disebut juga “raja singa” disebabkan oleh bakteri treponema pallidum. Gejala-
gejala muncul antara 2-6 minggu (kadang-kadang 3 bulan) setelah terjadi hubungan
seksual. Munculnya gejala dibagi menjadi tiga tahap.
1. Tahap primer, tapakluka tunggal, menonjol
dan tidak nyeri.
2. Tahap sekunder, bintil/ bercak merah
ditubuhyang hilang sendiri atau tanpa gejala.
3. Tahap tersier,kelainan jantung, kulit,
pembuluhdarah dan gangguan saraf. Menurut
Soedjono (dalam Tanjung, 2007: 84) permintaan
dan persediaan kedudukan dari perempuan pelacur
dalam hubungan penyakit kelamin adalah sama
seperti kedudukan lalat rumah sehubungan dengan
penyakit menular. Syphilis tidaklah muncul begitu
saja pada perempuan pelacur sama seperti kuman
typhus yang juga tidak begitu saja dengan sendiri
melekat pada kakinya si lalat. Keduanya itu
memperoleh infeksi penyakit yang dibawanya dari
kontak dengan sumber penyakit yang dibawanya
dari kontak dengan sumber penyakit itu
keduaduanya lalu menularkan penyakitnya.
3. Ulcus Molle (chancroid)
Ulcus Molle penyakit kelamin yang menimbulkan perlukaan. Penyakit ini dapat juga
disertai pembengkakan kelenjar-kelenjar getah bening. Menurut Kusnadi (dalam
Tanjung, 2007: 85) penyebab penyakit kelamin adalah kuman baemopbilus ducrey.
Pembekakan kelenjar getah bening di pelipatan paha yang timbul pada hamper
sebagian kasus-kasus yang belum diobati.

4. Granuloma Inguinale
Program pemberantasan penyakit syphilis sudah dimulai sejak tahun 1957. Sasaran
utama program ini adalah wanita tuna susila (WTS) alias pelaku seks bebas
bergonta-ganti pasangan. Syphilis disebabkan kuman berbentuk spiral yang disebut
Treponema pollidum dengan panjang 6-15 um, dan lebar 0,1-02 um atau sekitar 5
sampai 24 perseribu millimeter. Terdiri 4-14 gelombang dengan interval 1 um.
Kuman ini sangat halus sukar dilihat dalam keadaan hidup dengan menggunakan

14
mikroskop biasa. Kecepatannya dalam berlari tak dapat tertandingi oleh seorang
jago renang sekalipun.
Ditempat yang panas dalam waktu singkat virus ini akan mati. Penularan Treponema
pallidum secara seksual masuk kedalam tubuh lewat luka kecil atau luka lecet pada
kulit penis atau lewat mukosa labia, vagina atau serviks yang masih utuh atau rektum.
Sebagian Treponema menempel pada jaringan sub-epitel di tempat masuk kuman lain
terbawa bersama aliran getah bening atau aliran darah keseluruh tubuh. Menurut
Soedarso (Dit. Pemberantasan penyakit menular, Ditjen PPM & PLP Departemen
Kesehatan, Jakarta) cara penularan syphilis terutama melalui hubungan seksual,
sedangkan penularan melalui ciuman, transfusi darah, dan lain-lain. Penyakit syphilis
dapat pula merupakan penyakit bawaan yaitu infeksi terjadi pada masa janin dalam
kandungan. (dalam Tanjung, 2007: 87)

5. AIDS
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) dan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) sudah merupakan ancaman bagi kehidupan manusia saat
ini. AIDS tidak mengenal siapa dia, muda, tua, anak, wanita, laki-laki, orang awam,
public figure, bahkan olahraga dunia pun tidak luput dari AIDS. Gejalanya adalah
kelompok tanda-tanda dan gejala yang dihubungkan dengan sakit atau penyakit
tertentu, penyakit ini ditularkan lewat kontak seksual, berbagai jarum yang tercemar dan
menerima darah yang terinfeksi serta alat-alat untuk transfusi darah. Perempuan hamil
yang terinfeksi AIDS dapat menularkan penyakit itu kepada anaknya. AIDS
mempengaruhi individu yang homoseksual (tertarik pada jenis kelamin yang sama)
ataupun heteroseksual (tertarik pada lawan jenis). Kelompok yang paling sering tertular
oleh AIDS adalah
1. Laki-laki homoseksual.
2. Laki-laki dan perempuan yang memiliki pasangan seksual yang berganti-ganti, baikpada
homoseksual dan heteroseksual.
3. Pengguna obat melalui suntikan.
4. Hemofilia (seseorang yang menderita kelainan darah yang memerlukan transfusi
darahterus menerus). Kelompok diatas dinamakan kelompok beresiko tinggi (dalam
Nugraha,
2010: 187). AIDS disebabkan oleh salah satu dari kelompok virus yang dinamakan
retroviruses yang juga disebut Human Immunodeficiency Viruses atau HIV (virus
adalah salah satu dari kelompok organism yang sangat kecil dan harus dilihat
dibawah mikroskop khusus, dapat menyebabkan infeksi pada binatang, termasuk
manusia, demam dan cacar air. Salah satu infeksi yang paling umum yang
menyerang penderita AIDS adalah bentuk pneumonia yang parah (pneumocystis
carinii). Beberapa orang yang mengidap AIDS jarang terserang kanker, tetapi
penyakit sistem syaraf dan otak yang memburuk dengan cepat.

I. Dampak LGBT

Abdul Hamid El-Qudah, Seorang Dokter Spesialis Penyakit Kelamin


Menular dan AIDS di Asosiasi Kedokteran Islam Dunia (FIMA) menjelaskan
dampak-dampak yang ditimbulkan dari LGBT adalah :
1. Dampak kesehatan

15
Dampak-dampak kesehatan yang ditimbulkan di antaranya adalah 78%
pelaku homoseksual terjangkit penyakit kelamin menular. Ratarata usia
kaum gay adalah 42 tahun dan menurun menjadi 39 tahun jika korban
AIDS dari golongan gay dimasukkan ke dalamnya. Sedangkan rata-rata
usia lelaki yang menikah dan normal adalah 75 tahun. Rata-rata usia
Kaum lesbian adalah 45 tahun sedangkan rata-rata wanita yang
bersuami dan normal 79 tahun.

2. Dampak sosial
Beberapa dampak sosial yang ditimbulkan akibat LGBT adalah sebagai berikut:
Penelitian menyatakan bahwa "seorang gay mempunyai pasangan antara 20-106 orang per
tahunnya. Sedangkan pasangan zina seseorang tidak lebih dari 8 orang dari seumur
hidupnya. 43% dari golongan kaum gay yang berhasil didata dan diteliti menyatakan
bahwasanya selama hidupnya mereka melakukan homo seksual dengan lebih dari 500
orang. 28% melakukannya dengan lebih dari 1000 orang. 79% dari mereka mengatakan
bahwa pasangan homonya tersebut berasal dari orang yang tidak dikenalinya sama sekali.
70% dari mereka hanya merupakan pasangan kencan satu malam atau beberapa menit
saja. Hal itu jelas-jelas melanggar nilai-nilai sosial masyarakat.

3. Dampak Pendidikan
Adapun dampak pendidikan di antaranya yaitu siswa ataupun siswi
yang menganggap dirinya sebagai homo menghadapi permasalahan
putus sekolah 5 kali lebih besar daripada siswa normal karena
mereka merasakan ketidakamanan. Dan 28% dari mereka dipaksa
meninggalkan sekolah.

4. Dampak Keamanan
Dampak keamanan yang ditimbulkan lebih mencengangkan lagi yaitu: Kaum
homoseksual menyebabkan 33% pelecehan seksual pada anak-anak di Amerika
Serikat; padahal populasi mereka hanyalah 2% dari keseluruhan penduduk Amerika. Hal
ini berarti 1 dari 20 kasus homo seksual merupakan pelecehan seksual pada anak-anak,
sedangkan dari 490 kasus perzinaan 1 diantaranya merupakan pelecehan seksual pada
anak-anak. Meskipun penelitian saat ini menyatakan bahwa persentase sebenarnya
kaum homo seksual antara 1-2% dari populasi
Amerika, namun mereka menyatakan bahwa populasi mereka 10%
dengan tujuan agar masyarakat beranggapan bahwa jumlah mereka
banyak dan berpengaruh pada perpolitikan dan perundang-undangan
masyarakat.

J. Cara Menghindari Seks Bebas

Diantara informasi yang turut mempengaruhi para remaja untuk berlaku bebas, bukan tidak
mungkin sebenarnya untuk menghindari hal tersebut. Cara menghindari pergaulan bebas
dengan benar dapat dilakukan melalui suatu proses sejak seseorang berusia dini. Seperti:

1. Memperkuat Pendidikan Agama


Anak yang mempunyai dasar pendidikan agama serta moral yang kokoh tidak akan mudah
terjerumus ke dalam pergaulan bebas, karena ia tahu dan bisa membedakan hal yang benar

16
dan salah. Pendidikan agama dan moral dapat memperkuat iman seseorang sejak dini. Jika
sejak kecil seseorang telah tertanam mengenai pengertian benar dan salah, biasanya ia
akan dapat menghindari pergaulan bebas yang jelas – jelas merupakan hal yang tidak
benar.

1. Memilih Teman
Seperti telah disebutkan diatas, pemilihan teman yang kurang sesuai akan mempermudah
seseorang terjerumus ke dalam pergaulan yang bebas. Karena itulah penting untuk memilih
teman dan mengenali tipe kepribadian manusia yang sekiranya dapat memberikan
pengaruh positif, seperti bagaimana cara menjadi pribadi yang menyenangkan.

2. Mempererat Hubungan Orangtua dan Anak


Hubungan orang tua dan anak yang erat secara langsung akan memberikan pengawasan
yang lebih baik kepada anak. Jika anak dekat dan terbuka dengan orang tua, mereka akan
dapat langsung bertanya mengenai berbagai macam persoalan bahkan yang dianggap
sensitif dan tabu seperti seks bukannya mencari informasi yang bisa jadi menyesatkan pada
pihak lain.

3. Memberikan Pendidikan Seks Pada Anak dan Remaja


Keingintahuan remaja mengenai hal yang berkaitan dengan seksualitas terkadang tidak
mendapatkan penyaluran yang benar, sehingga mereka terkadang akan mencari tahu
melalui jalan yang salah. Informasi yang berkaitan dengan seksualitas sepatutnya
didapatkan anak sejak dini, tentu saja disesuaikan dengan bahasa yang cocok dengan usia
anak. Dengan demikian mereka juga dapat mengetahui bahaya dan akibat dari pergaulan
bebas.

4. Menghindari Lingkungan yang Tidak Kondusif


Setelah keluarga, tempat anak bersosialisasi adalah lingkungan. Jika anak berada pada
lingkungan yang positif, yaitu yang memegang teguh maka ia juga akan mencontoh hal
yang positif tersebut dan sebaliknya. Apabila anak berada pada lingkungan yang tidak
kondusif maka pengaruh dari lingkungan tersebut bisa membuatnya menjadi berperilaku
menyimpang dari norma sosial yang ada.

5. Memperluas Pengetahuan
Ada kutipan yang menyatakan bahwa knowledge is power, artinya pengetahuan adalah
kekuatan yang akan membuka cakupan wawasan yang luas. Seseorang akan mudah
menentukan pilihan hidupnya karena ia sudah mengetahui banyak tentang berbagai sisi
dan dampak dari pilihan–pilihan yang dia buat.

K. Cara Mencegah LGBT

Karena dampak LGBT sangat mengerikan, sebaiknya ada upaya untuk mencegah timbulnya
LGBT. Caranya antara lain sebagai berikut ini:

1. Menjaga pergaulan
2. Menutup segala celah pornografi misalnya dari gadget. Orang tua harus aktif dalam halini.
3. Diadakan kajian atau seminar mengenai bahaya LGBT di sekolah-sekolah

17
4. Adanya undang-undang yang melarang adanya LGBT sehingga hal ini tidak
menyebarsemakin parah.
5. Diadakan penyuluhan keagamaan mengenai LGBT yang menyimpang dari aturan agama.

Untuk mencegah kejahatan yang sangat menyimpang dari kehendak Allah inii, Islam
memberikan beberapa ketentuan, antara lain:
1. Merendahkan pandangan/menundukkan pandangan.
2. Berpakaian yang menutup aurat.
3. Memperbanyak puasa sunnah.
4. Memisahkan tempat tidur anak ketika ketika sudah berumur 10 tahun.
5. Menghindari perilaku wanita menyerupai pria dan sebaliknya. Sikap tomboy wanita
dan lemah gemulai seorang pria dilarang dalam Islam.
6. Memilih teman pergaulan dan menghindari pergaulan bebas.
7. Mewujudkan keluarga harmonis yang penuh ketenangan dan diliputi kasih sayang.
8. Rajin dalam beribadah terutama shalat dan membaca Al-Quran.

18
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
Fenomena LGBT di Indonesia dibedakan kepada dua entitas. Pertama: LGBT
sebagai penyakit yang dimiliki seseorang sebagai individu, disebabkan oleh
faktor medis (biologis/ genetik) dan faktor sosiologis atau lingkungan. Adapun
entitas kedua: LGBT sebagai sebuah komunitas atau organisasi yang memiliki
gerakan dan aktivitas (penyimpangan perilaku seksual). Dari perspektif
psikologi, ada dua cara penyembuhan LGBT, yaitu terapi hormonal di rumah
sakit untuk mereka yang mengalami karena faktor hormon (biologi/medis) dan
terapi psikologis untuk mereka yang terpengaruh karena faktor lingkungan.
Sedangkan kesimpulan mengenai seks bebas adalah, sebagai bagian dari
masyarakat seharusnya kita harus lebih menggalakan mengenai edukasi seks
sedini mungkin, sehingga anak anak tidak terjebak dan tidak terperangkap ke
dalam jurang kesengsaraan. Kita sebagai masyarakat harus bisa merubah
cara pandang kita mengenai seks, menghilangkan ketabuan dan miskonsepsi
terhadap seks, sehingga dampak dampak yang sudah diuraikan tidak akan
terjadi atau dapat dihindari kedepannya.

Saran
Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca. Saran penulis untuk pembaca dan tentunya
untuk penulis pribadi adalah jaga diri sendiri, jangan sampai terjerumus ke
dalam seks bebas dan LGBT, hiduplah sehat dan nyaman, usahakan
kesuksesanmu, dan fokuslah dalam menempuh masa depan.

19
Daftar Pustaka

https://www.suara.com/lifestyle/2020/10/31/140156/apa-itu-seks-bebas-
ketahuipenyebab-dan-dampak-buruknya

246415-perilaku-seks-bebas-di-kalangan-remaja-601ed662.pdf

https://eprints.umk.ac.id/4386/3/
BAB_II.pdf&usg=AOvVaw1ZjZCTJ_2z_Lixz1
zAkYWN

https://hellosehat.com/seks/tips-seks/apa-itu-lgbt/?amp=1

http://scholar.unand.ac.id/25037/2/BAB
%2520I.pdf&usg=AOvVaw3204KQTiQ YoLYVLqPh_IEx

https://www.kompasiana.com/dewi69114/61a50e358ab1f1088952e002/

marakny a-lgbt-di-zaman-sekarang https://www.baktinusa.id/maraknya-lgbt-di-

indonesia-bagaimana-sikap-kita/ https://wahdah.or.id/bkkbn-63-remaja-

indonesia-ngeseks-pra-nikah/

https://dp3ap2.jogjaprov.go.id/berita/detail?judul_seo=559-perilaku-seks-pranik
ah-remaja#:~:text=Perilaku%20seks%20pranikah%20adalah%20perilaku,biolog
is%20sehingga%20mendorong%20hasrat%20seksualnya

https://nasional.tempo.co/read/1053909/survei-smrc-876-persen-masyarakat-me
nilai-lgbt-ancaman

https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/sektoral/pdf%3Fkd%3D12100%26th%
3D2018&ved=2ahUKEwj6-q-75tn7AhXljeYKHeteBpkQFnoECAsQAQ&usg=
AOvVaw1zrqPL656MFIXj3TJgy_IV

NIZHAM, Vol. 05, No. 01 Januari-Juni 2016

20

Anda mungkin juga menyukai