KELOMPOK 3:
Banta M Rivaldi 21212015
Lianda Fadhyla 21212021
Anggi Masniar 21212035
Lorina Aulia 21212028
Rehan Seniman 21212007
Nadiya Ulfa Bahruni 21212043
Dinda Nabila Ulhaq 21212026
Yusli Yanti 21212037
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia
yang dilimpahkan-Nya, sehingga tugas Makalah tentang “Sosialisasi Tentang Sex Education
Pada Remaja ” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini terwujud atas kerjasama dan bantuan dari banyak pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung, sehingga makalah ini dapat terselesaikan oleh penyusun. Penyusunan
makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca, agar dapat menjadi bahan pertimbangan dan perbaikan
makalah ini dimasa yang akan datang.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya penyusun untuk menambah wawasan.
Penyusun
ii
Contents
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................2
C.Tujuan.............................................................................................................................................2
D. Manfaat Penelitian.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................4
A. Pendidikan Sex...............................................................................................................................4
1. Pengertian Pendidikan Sex..............................................................................................................4
2. Tujuan Pendidikan Sex....................................................................................................................6
3. Manfaat Pendidikan Sex..................................................................................................................8
4. Memberi Pendidikan Sex.................................................................................................................8
5. Metode Pendidikan Sex...................................................................................................................9
6. Tahanan Dalam Pendidikan Sex.............................................................................................……..10
7. Aspek-Aspek Dalam Pendidikan Sex..........................................................................................….11
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………………….12
KESIMPULAN.....................................................................................................................................13
SARAN...............................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan dasar awal yang menentukan kehidupan suatu bangsa dimasa yang akan
datang, sehingga diperlukan persiapan generasi penerus bangsa dengan mempersiapkan anak
untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik dalam perkembangan moral, fisik/motorik,
kognitif, bahasa, maupun sosial emosional. Perubahan zaman atau globalisasi yang
berkembang saat ini telah memberi dampak positif maupun negatif terhadap berbagai bidang
kehidupan masyarakat. Di zaman globalisasi ini, remaja harus diselamatkan dari dampak
negatif globalisasi, karena globalisasi mencakup kebebasan dari segala aspek termasuk
kebudayaan. Kebudayaan-kebudayaan asing yang masuk sering kali bertentangan dan
melanggar nilai serta norma yang berlaku di negara yang terkena dampak globalisasi. Negara-
negara tersebut terutama adalah negara yang masih menerapkan adat ketimuran termasuk
Indonesia.Salah satu contoh kebudayaan asing yang tidak cocok dengan kebudayaan negara
kita yaitu seks bebas.Pada saat ini kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang
mengkhawatirkan.Remaja dengan bebas dapat bergaul dengan lawan jenis.Tidak jarang di
tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan yang
berada di sekitarnya, bahkan berhubungan seks sudah dianggap sebagai hal yang biasa di
kalangan remaja. 39 % remaja di kota besar sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Akhir-akhir ini terdapat berbagai fenomena perilaku negatif terlihat dalam kehidupan
sehari-hari oleh remaja. Melalui jejaring internet, surat kabar atau televisi dijumpai kasus-
kasus pelecehan seksual oleh kaum remaja, hal ini di timbulkan banyaknya konten mengenai
pornografi di berbagai jenis media, yakni jejaring sosial, media televisi, dan surat kabar.
Perlunya pendampingan orang tua terhadap anak guna mengantisipasi sekaligus meng-edukasi
akan hal pendidikan seks. Karena konten pornografi yang saat ini disebar luaskan sangat
mempengaruhi psikologis seseorang, apabila terjangkit oleh para remaja, pasti sangat
berbahaya dikarnakan usia remaja adalah dimana usia seorang individu penuh dengan rasa
penasaran yang tinggi, Maraknya perilaku seks bebas di kalangan remaja dapat disebabkan
karena rasa ingin tahu dan ingin mencoba terhadap hal-hal baru pada masa remaja sangat
tinggi.
Masland (2006) mengata kan bahwa masa remaja adalah masa yang penuh gejolak. Masa
yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru, termasuk
pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka
kelak. Proses menjadi manusia dewasa berlangsung pada usia muda. Sayangnya banyak di
antara remaja yang tidak sadar bahwa beberapa pengalaman yang tampaknya menyenangkan
justru dapat menjerumuskan.Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi dari
masa anak-anak ke masa dewasa.Remaja berada dalam masa pertentangan, masa puber
1
dengan ciri-ciri sering dan mulai timbul sikap untuk menentang dan melawan orang tua, guru,
dan sebagainya.Pada masa ini remaja sangat ingin mengetahui tentang seks, karena masalah
inilah yang sangat menarik untuk dibahas oleh remaja.Pada masa remaja ini, remaja juga
mengemban suatu tugas perkembangan yang harus dikuasai dan dijalani yaitu menjalin
hubungan baru dan lebih matang dengan teman lawan jenis.Remaja mulai mengembangkan
minat terhadap lawan jenis, mulai memiliki perhatian, perasaan senang dantertarik dengan
lawan jenis.Hal ini menunjukkan mulai timbul cinta erotik pada remaja.
Kurangnya remaja dalam mendapatkan informasi dari orang tua serta lembaga pendidikan
(dalam hal ini sekolah) juga mendorong remaja untuk mencari tahu sendiri tentang
seksualitas.Salah satunya dengan mengakses internet dan melihat video porno yang dapat
menjerumuskan pada perilaku seksual. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sarlito Wirawan
Sarwono mengungkapkan bahwa perilaku seksual remaja dapat terjadi dikarenakan lemahnya
kontrol dan pengawasan orang tua terhadap diri remaja, tidak adanya hubungan yang baik
antara orang tua dengan remaja tersebut, nilai-nilai diri yang lemah, sehingga tidak mampu
menjaga perilaku seksual tetap dalam jalurnya, iman yang lemah baik berupa nilai-nilai
agama, maupun nilai dalam masyarakat, penyaluran energi yang tidak tepat, pengetahuan
tentang seks yang tidak memadai serta lingkungan yang tidak melindungi, maksudnya tidak
menyediakan lingkungan yang memiliki batas pergaulan yang jelas, menyenangkan dan
bermanfaat bagi remaja. Jika informasi terhadap nilai-nilai seksual yang diberikan orang tua
dengan keingintahuan remaja tidak seimbang, maka mendorong remaja melakukan perubahan
perilaku pada penerimaan norma-norma yang selama ini dijalankan dalam masyarakat
tersebut.Perubahan ini dapat terlihat dalam tingkah laku, sikap dan pikiran yang berhubungan
dengan seks. Maraknya pelecehan seksual di beberapa kota, di Indonesia merupakan suatu
bentuk minimnya pengetahuan serta kesadaran para pelaku yang berdampak mengakibatan
penularan penyakit HIV/AIDS. Hal ini di lakukan hanya untuk menyalurkan nafsu para pelaku
semata, tanp a berfikir panjang akan bahaya yang di timbulkannya.
Anak perlu untuk diberikan pemahaman oleh orangtua mengenai sex education.Sehingga
melalui sex education ini diharapkan dapat tercapainya tujuan dalam menjaga keselamatan,
kesucian, dan kehormatan anak ditengah masyarakat.Cara penyampaiannya tentu harus
disesuaikan kehidupan masyarakat Indonesia yang berlandaskan agama dan tata krama,
sehingga anak didik baik laki-laki maupun perempuan dapat terjaga akhlak dan agamanya
hingga jenjang keluarga sekalipun. Selain itu, keluarga dan masyarakat juga memiliki
pengaruh besar terkait sex education sebagai pihak pemberi informasi dan teladan, keluarga
sebagai lingkungan terdekat anak didik harus siap dengan berbagai pertanyaan dengan
jawaban yang benar, dan tidak membiarkan rasa ingin tahu mereka dijawab oleh teman atau
media yang b elum tentu sesuai untuk usia mereka. Keluarga menjadi pengawas bagi anak
dalam mengontrol musik yang didengar, televisi yang ditonton, majalah yang dibaca, serta
pakaian yang dikenakan.
Komunikasi yang perlu disampaikan dalam menyampaikan pendidikan seks ini adalah bentuk
komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) Remaja Berkualitas, Problematika
Remaja Dan Solusinya, komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang
2
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara
verbal ataupun nonverbal”.Orang memerlukan hubungan antar pribadi terutama untuk dua hal,
yaitu perasaan (attachment) dan ketergantungan (dependency) perasaan mengacu pada
hubungan yang secara emosional intensif.Sementara ketergantungan mengacu pada instrument
prilaku antar pribadi, seperti membutuhkan bantuan, membutuhkan persetujuan, dan mencari
kedekatan.
Orang tua menganggap bahwa membicarakan hal yang berkaitan dengan seksualitas
dengan anak adalah budaya yang tabu. Jalaluddin Rakhmat menjelaskan bahwa komunikasi
orang tua-anak efektif bila kedua belah pihak saling dekat, saling menyukai dan komunikasi di
antara keduanya merupakan hal yang menyenangkan dan adanya keterbukaan sehingga
tumbuh sikap percaya. Komunikasi yang efektif dilandasi adanya kepercayaan, keterbukaan,
dan dukungan yang positif pada anak agar anak dapat menerima dengan baik apa yang
disampaikan oleh orang tua. Sekolah mempunyai peranan dalam sex education untuk anak.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh memastikan pelajaran sistem reproduksi masuk
dalam kurikulum 2014. Kebijakan itu merupakan salah satu bentuk pencegahan tindak
kekerasan seksual pada anak. M Nuh mengungkapkan bahwa "Dalam kurikulum tersebut,
anak kelas 1 SD sudah mulai diberikan pelajaran sistem reproduksi. Pelajaran reproduksi
untuk anak kelas 1 SD jangan dibayangkan dijelaskan secara biologi, tapi masuk dalam tema,
misalnya tema tentang kebersihan diri bisa memuat materi soal pelajaran reproduksi itu.
Menyangkut kebersihan diri termasuk underwear awareness. Jadi, anak-anak diajarkan untuk
lebih perhatian terhadap daerah-daerah tubuh yang ditutupi underwear.Yang ditutupi itu
barang mahal.Barang mahal pasti dirangkapi dobel-dobel. Beda dengan kuping, dahi yang
dibiarkan terbuka kan,” Juga, banyaknya penyimpangan pelecehan seksual yang menimbulkan
konten-konten video pornogra fi yang dilakukan oleh remaja. Hal ini dikarnakan masa remaja
yang merupakan kondisi dimana seorang anak itu ingin mengetahui lebih dari yang
dibayangkan jadi perlunya pengawasan sekaligus pemahaman yang perlu diberikan t erhadap
seorang anak, baik melalui sekolah maupun orang tua secara intensif.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka sex education ini penting untuk diberikan
kepada anak, sehingga anak dapat mengetahui apa yang seharusnya dilakukan untuk
melindungi dirinya dari orang lain. Berhubungan dengan cara penyampaian sex education
yang efektif, apakah dengan cara komunikasi interpersonal seorang anak bisa memahami
secara utuh mengenai sex education. Menurut saya, pendidikan seks terhadap anak sangat
diperlukan guna sebagai pengarah terhadap anak, agar tidak ter-jerumus kedalam hal yang
negatif, dalam penyampaiaannya pun juga diperlukan cara yang strategis, yakni komunikasi
secara tatap muka atau di sebut komunikasi Interpersonal. Dalam pemikiran saya, orang tua
lah sebagai komunikator yang paling tepat untuk membahas hal intim karena banyaknya
waktu tatap muka dan pemantauan khusus. Untuk itu saya ingin mengetahui pengaruh
komunikasi secara langsung (komunikasi interpersonal) tentang Sex Education yang di
lakukan oleh orang tua terhadap prilaku remaja.
3
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh komunikasi pendidikan seks orang tua terhadap prilaku remaja?
2. Seberapa besar prosentase pengaruh yang di timbulkan jika penyampaiannya secara
interpersonal dengan orang tua ?
3. Apakah ada perbedaan pengaruh komunikasi pendidikan seks orang tua terhadap prilaku
remaja perempuan dan remaja laki-laki?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh komunikasisex education yang disampaikan oleh
orang tua terhadap prilaku remaja.
2. Untuk mengetahui prosentase pengaruh komunikasi pendidikan seks yang disampaikan
orang tua tehadap prilaku remaja.
3. Apakah ada perbedaan pengaruh komunikasi pendidikan seks orang tua terhadap prilaku
remaja perempuan dan remaja laki-laki.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang berjudul “pengaruh komunikasi pendidikan seks orang
tua terhadap prilaku remaja” ini diharapkan berguna sebagai berikut:
a. Secara teoritis
1. Hasil Penelitian kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
terhadap pengembangan ilmu Komunikasi, khususnya komunikasi interpersonal mengenai
pendidikan seks.
2. Diharapkan dapat memperkaya kajian-kajian sosial khususnya komunikasi interpersonal
terkait dunia pendidikan untuk mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel
Surabaya.
b. Secara Praktis
1. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat di jadikan salah satu informasi dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya komunikasi interpersonal
yang berhubungan dengan Program Studi Ilmu Komunikasi.
4
2. Untuk membantu mahasiswa demi menghindari kesalahpahaman persepsi dari sebuah pesan
yang disampaikan komunikator, terlebih dalam
lingkungan keluarga terkait pendidikan seks.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Sex
Sex education atau pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang bagian-
bagian yang berperan dalam proses seks, bahaya seks, alat kelamin, dll. Dan dapat pula
diartikan sebagai membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang fungsi, arti,
dan tujuan seks sehingga ia dapat menyalurkan secara baik, benar dan legal. Tujuan utama
diadakannyaSeks Education adalah melahirkan individu- individu yang senantiasa dapat
menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya, serta bertaggung jawab baik
terhadap dirinya maupun orang lain. Adapun tujuan akhir pendidikan seks adalah pecegahan
kehamilan di luar nikah.
Tujuan pendidikan seks dapat dirinci sebagai berikut:
a) Membentuk pengertian tentang perbedaan seks antara pria dan wanita dalam
keluarga, pekerjaan, dan seluruh kehidupan, yang selalu berubah dan berbeda dalan setiap
masyarakat dan kebudayaan.
b) Membentuk pengertian tentang peranan seks di dalam kehidupan manusia dan keluarga,
hubungan seks dan cinta, perasaan seks dalam perkawinan,dll.
c) Megembangkan pengertian diri sendiri sehubungan dengan fungsi dan
kebutuhan seks.
d) Membantu siswa dalam mengembangkan kepribadian, sehingga mampu
mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
4. Prilaku
Prilaku adalah suatu perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya bisa
diamati, Prilaku sendiri merupakan saatu bentuk atau ciri khas dari manusia yang menandakan
bahwa makhluk itu hidup.
6
7
8
9
10
BAB II
PEMBAHASAN
11
baru, memelihara dan memberbaiki jaringan yang mengalami kerusakan serta pengatur
proses-proses alamiah dan kimiawi dalam tubuh (Kepmenkes RI, 2006).
12
Penyimpanan bahan makanan penting, terutama pada jenis makanan atau minuman
yang rawan terhadap pembusukan. Faktor yang mempengaruhi adalah suhu serta kelembaban,
sehingga dalam penyimpanan bahan makanan dapat memperhatikan faktor-faktor seperti suhu
yang dipergunakan untuk bahan mentah, kelembaban penyimpanan ruangan 80-90%, serta
sanitasi tempat penyimpanan bahan makanan yang bersih dan bebas dari vektor serta binatang
pengganggu.
Fasilitas sanitasi
Fasilitas sanitasi yang harus diperhatikan yaitu kelemkapan sarana sanitasi yang
tersedia di tempat pengelolaan makanan tersebut meliputi sarana pembuangan sampah, sarana
air bersih yang harus memenuhi syarat kesehatan yaitu tidak berbau, tidak berasa dan tidak
berwarna serta adanya sarana pembuangan air limbah.
Peralatan
Prinsip dasar persyaratan perlengkapan/peralatan makanan dalam pengolahan makanan
adalah aman sebagai alat perlengkapan/perlatan pemprosesan makanan.Aman ditinjau dari
bahan yang digunakan dan juga dari desain perlengkapan tersebut. Permukaan peralatan yang
kontak langsung dengan makanan harus mudah dibersihkan. Peralatan tersebut harus
dibersihkan dengan mengunakan sabun cuci serta dilakukan pengeringan peralatan dan posisi
penyimpanan peralatan harus benar agar peralatan tidak mudah mengkarat.
13
dalam pengolahannya, serta melarang penjamah makanan berpenyakit kulit atau mempunyai
luka pada tangan serta jari untuk bekerja sebagai penjamah makanan.
3. Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan makanan yang memenuhi persyaratan menyeluruh yaitu konstruksi
bangunan, perlengkapan maupun tata letak perlengkapan yang benar di dapur.
4. Perlengkapan/peralatan dalam pengolahan makanan
Prinsip dasar persyaratan perlengkapan/peralatan makanan dalam pengolahan makanan
adalah aman sebagai alat perleengkapan serta bebas dari karat, mudah dibersihkan, tidak
berbau serta tidak mudah berubah warna.
Bahan dasar
Bahan dasar adalah bahan mentah (bahan baku) dan keadaan bahan makanan
merupakan proses untuk mendapatkan makanan dan minuman jadi. Pengamanan bahan
makanan dan minuman secara praktis adalah menjaga dari adanya kerusakan. Disamping itu,
menjaga agar terhindar dari adanya pencemaran baik yang terbawa oleh makanan dan
minuman maupun oleh faktor lingkungan yang masuk ke dalam makanan atau minuman.
14
3. Sumber kontaminasi dari peralatan
Kebersihan dan cara penyimpanan peralatan pengolah makanan dan minuman harus
memenuhi persyaratan sanitasi. Mikroorganisme dapat berkembang biak pada populasi rendah
maupun populasi tinggi, tergantung dari kondisi lingkungan peralatan. Bakteri Salmonella,
Escherchia, Listeria, Pseudomonas, Kapang dan khamir dapat mengkontaminasi makanan
melalui perantara peralatan. Hal yang dapat mereduksi jumlah mikroorganisme pangan antara
lain cara pencucian, pengeringan dan penyimpanan peralatan (Wardah, 2014).
15
Air bersih yang tersedia harus cukup memenuhi seluruh kegiatan dari proses
pengolahan makanan dan minuman. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.416/MENKES/PER/IX/1990
3. Penanganan sampah
Tersedianya sarana tempat pembuangan sampah yang cukup dan memenuhi syarat
kesehatan seperti tertutup, kuat serta kedap air.
4. Pembuangan limba
Pembuangan air limbah memenuhi syarat kesehatan, yaitu tidak menjadi tempat
berkembangnya serangga dan air limbah mengalir lancar serta tidak menimbulkan bau yang
manggangu estetika dan mengundang lalat.
16
sakit pada perut bagian bawah (abdominal pains), pusing, berak-berak, muntah-muntah,
demam serta sakit kepala. Mikroorganisme jenis ini termasuk ke dalam mikroorganisme yang
menyebabkan keracunan makanan seperti : Salmonella, Clostridium perfingens, Vibrio
parahaemolyticus, galur dari Escherchia coli yang enterapatogenik dan species Shigella
2. Keracunan pada konsumen
Keracunan makanan adalah termakannya racun yang dihasilkan lebih dahulu dalam
pertumbuhan mikroorganisme dalam pangan yang mengakibatkan pengaruh pada konsumen.
Gejala-gejala yang umumnya lebih cepat terlihat (3-12 jam) setelah bahan makanan tersebut
diabandingkan dengan akibat mikroorganisme penyebab infeksi, dan ditandai dengan
seringnya muntah-muntah ringan, serta berak. Contoh yang klasik dari golongan ini adalah
racun yang dihasilkan oleh bahan pangan pertumbuhan dari Staphylococcus aureus dan
Clostridium botulinum. Walaupun mengahsilkan pengaruh yang berbeda pada konsumen,
metabolit racun dari kapang (mycotoxins) digolongkan dalam golongan ini
17
scherchia coli terdapat secara normal dalam alat-alat pencernaan manusia dan hewan.
Bakteri ini adalah gram negatif, bergerak, berbentuk batang bersifat fakulktatif anaerob dan
termasuk kedalam golongan Enterobakteriaceae. Organisme ini berasal dari dapur dan tempat-
tempat persiapan bahan pangan melalui bahan baku dan selanjutnya masuk ke makanan yang
telah dimasak melalui tangan, permukaan alat-alat, tempat masakan dan peralatan lain. Masan
inkubasi adalah 1-3 hari dan gejala-gejalanya menyerupai gejala-gejala keracunan bahan
pangan yang tercemar oleh salmonella atau disentri (Anwar, 2010).
Escherchia coli dipergunakan sebagai indikator pemeriksaan kualitas bakteriologis secara
universal dalam analisis. Salah satu alasan yang mempengaruhi faktor-faktor tersebut antara
lain:
1. Escherchia coli mudah diperiksa di laboratorium dan sensitivitasnya tinggi jika
pemeriksaan dilakukan secara benar
2. Escherchia coli secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia
sebagai flora normal atau hewan mamalia, bahan yang telah terkontaminasi tinja
manusia atau hewan jarang ditemukan dalam air dengan kualitas kebersihan yang
tinggi
3. Bakteri enterik patogen lain yang dapat ditemukan bersamaan dengan keberadaan
Escherchia coli dalam air
4. Bila di dalam air ditemukan bakteri Escherchia coli maka air tersebut dianggap
berbahaya bagi pengguna domestik
Lebih dari 700 serotipr antigenik Escherchia coli yang dikenal berdadasrkan perbedaan
struktur antigen somatik, antigen flagellar dan antigen kapsul, selubung. Infeksi Escherchia
coli sering kali berupa diare yang disertai darah, kejang perut, demam dan menyebabkan
gangguan ginjal (Radji, 2011).
Escherchia coli merupakan flora normal didalam usus dan akan menimbulkan penyakit
apabila masuk kedalam organ atau jaringan lain. Escherchia coli menjadi patogen jika jumlah
bakteri ini dalam saluran pencernaan meningkat atau berada diluar usus. Escherchia coli
menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan beberapa kasus diare. Escherchia coli
berasosiasi dengan enteropatogenik menghasilkan enterotoksin pada sel epitel (BPOM, 2008).
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba
dan Kimia dalam Makanan, bahwa hasil pemeriksaan sampel makanan dinilai baik apabila
telah memenuhi persyaratan, yaitu standar makanan olahan yang siap dikonsumsi untuk
cemaran bakteri Escherchia coli maksimum diperbolehkan sebesar 0/gr sampel makanan.
Dinilai tidak baik, apabila hasil pemeriksaan laboratorium tidak memenuhi persyaratan di atas,
karena bakteri Coliform/ Escherchia coli yang melebihi persyaratan menunjukkan makanan
tersebut tidak baik untuk dikonsumsi
18
Klasifikasi Bakteri Escherichia coli berdasarkan sifat-sifat virulensinya adalah sebagai berikut
(Bridson,1998):
a. Entero Pathogenic Escherichia coli (EPEC), dapat menyebabkan diare dan tidak
menghasilkan toksin.
b. Entero Invasive Escherichia Coli (EIEC), merupakan tipe yang mempunyai daya
invatif, sehingga menimbulkan gejala penyakit sepertidisentri. Tipe ini tidak
memproduksi enterotoksin.
c. Entero Toxigenic Escherichia Coli (ETEC), tipe ini menghasilkan 2 macam
enterotoksin, yaitu:
Enterotoksin yang tidak tahan panas, toksin ini akan hilang toksinitasnya pada
pemanasan 60°C selama 30 menit.
Enterotoksin yang tahan panas, toksin ini tahan terhadap pemanasan sampai
dengan 100°C.
d. Entero Hemorragic Escherichia Coli (EHEC), memproduksi verotoksin yang sifatnya
hampir sama dengan toksin sehingga yang diproduksi oleh strain Shigella
dysentreriae. Serotipe E.coli yang memproduksi verotoksin Verotoksin yang
dihasilkan menghancurkan dinding mukosa dan menyebabkan perdarahan.
e. Entero Agregative Escherichia Coli (EAEC), dapat menyebabkan diare akut dan
kronik (jangka waktu lebih dari 14 hari) dengan cara melekat pada mukosa intestinal,
menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin, sehingga terjadi kerusakan mukosa,
pengeluaran sejumlah besar mucus dan terjadinya diare.
19
Prinsip utama metode MPN tersebut adalah mengencerkan sampel sampai tingkat
tertentu sehingga mendapatkan konsentrasi mikroorganisme yang sesuai dan jika ditanam
dalam tabung mengahasilkan frekuensi pertumbuhan tabung positif. Semua tabung yang
dihasilkan sangat tergantung pada probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat
memasukannya ke dalam media. Oleh karena itu, homogenisasi sangat mempengaruhi metode
ini. Pengamatan tabung positif dapat dilihat dengan timbulnya kekeruhan atau terbentuknya
gas dalam tabung durham. Frekuensi positif atau negatif ini menggambarkan konsentrasi
mikroorganisme pada sampel sebelum diencerkan (Haryanti, 2004).
Sistem metode MPN yang hampir banyak digunakan adalah Symmetric dilution
system yaitu metode MPN yang menggunakan tabung yang banyak secara pararel pada setiap
pengencerannya. Semakin banyak jumlah tabung yang diencerkan setiap serinya maka
semakin presisi nilai yang dihasilkan. Tiga seri tabung umumnya digunakan untuk sampel
pangan, lima dari seri tabung umunya digunakan untuk sampel pangan, dan lima untuk seri
sampel air bersih, sedangkan sepuluh seri tabung dugunakan untuk menguji air dalam
kemasan (bottled water) atau sampel lain yang diperkirakan terkontaminasi (Djafri, 2008)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpilkan bahwa tubuh membutuhkan asupan
zat gizi yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan tubuh.setiap zat gizi memiliki
pungsi yang spesifik bagi tubuh. Masing masing zat gizi tidak dapat berdiri sendri dalam
membangun tubuh dan menjalankan proses metabolism. Namun zat gizi tersebut memiliki
berbagai fungsi yang berbeda. Tiga fungsi utama zat gizi dalam makanan bagi tubuh manusia
adalah (1) sebagai sumber energi yaitu karbohidrat, lemak, protein yang dapat di temukan di
dalam nasi, jagung, dll.(2) untuk pertumbuhan dan pembangun jaringan tubuh yaitu
20
protein,lemak,mineral, dan vitamin.(3) sebagai pengatur proses didalam tubuh yaitu mineral,
vitamin,dan protein.
Jika tubuh tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup atau terlalu banyak mengkonsumsi junk
food (makanan tidak sehat) maka ini dapat me nimbulkan berbagai gangguan Kesehatan
Pola makanan yang teratur juga penting dalam Kesehatan.pola makan yang tidak sehat secara
terus menerus akan menimbulkan berbagai dampak buruk Kesehatan,antara lain adalah
mengalami gangguan penyerapan gizi, gangguan pencernaan, dan gangguan penyerapan gizi.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas ;
Masyarakat perlu meningkatkan daya hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan dan
minuman sehat.
Masyarakat perlu mengkontrol keinginan nya dalam mengkonsumsi makanan cepat
saji ( makanan tidak sehat) yang berlebihan
Masyarakat perlu lebih memahami tentang dampak buruk pola makan yang tidak sehat
terhadap Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1063/3/BAB%201-5.pdf
https://www.slideshare.net/AuliaPutriSW/makanan-dan-minuman-sehat
https://id.scribd.com/document/362088662/Makalah-Pola-Hidup-Mengkonsumsi-Makanan-
Dan-Minuman-Sehat
https://www.slideshare.net/patenpisan/presentasi-sosialisasi-kantin-sehat
https://dokumen.tips/documents/ppt-kantin-sehat-dan-jajanan-sehat.html
https://www.academia.edu/19514603/makanan_sehat
21
https://www.halodoc.com/kesehatan/makanan-tidak-sehat
22