Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS TINGKAT MORALITAS REMAJA PADA

ERA GLOBALISASI DI DESA WONOREJO


KECAMATAN NGADILUWIH KEDIRI JAWA TIMUR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Riset dan sebagai Syarat Kelulusan


MTsN Kota Pasuruan

Oleh:
CHICHA YONITA AURELIA DEWI

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KOTA PASURUAN
MADRASAH TSANAWIYYAH NEGERI KOTA PASURUAN
JL.Ir.H. Juanda No. 85 Tapaan Kota Pasuruan PROVINSI JAWA TIMUR

2023
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karunia -Nya sehingga
penyusunan karya ilmiah yang berjudul “Analisis Tingakt Moralitas Remaja Pada Era
Globalisasi Di Desa Wonorejo Kecamatan Ngadiluwih Kota Kediri” ini dapat selesai
sesuai dengan yang diharapkan.

Penyusunan karya ilmiah ini diajukan sebagai pemenuhan tugas riset dan sebagai
syarat kelulusan dari MTsN Kota Pasuruan . Dalam proses penyusunan karya ilmiah
ini kami mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak terkait. Dengan itu,
kami ucapkan terimakasih terhadap Bapak/Ibu:

1. Shoffatil Imamah, M.Si sebagai pembimbing saya

2. Kepada masyarakat Desa Wonorejo Kecamatan Ngadiluwih Kediri Jawa Timur

4. Serta rekan rekan yang telah ikut serta dalam proses penelitian ini

Harapan say pun semoga karya tulis ini dapat bermanfaat, khususnya bagi pembaca
untuk menambah wawasan baru atau pengetahuan tentang judul karya ilmiah yang
disebutkan diatas.

Saya selaku Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini masih banyak
kekurangan, maka saran dan kritik yang bersifat membangun demi jauh lebih
sempurna dari sebelumnya diharapkan.

Pasuruan 7 Februari 2023


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Remaja merupakan salah satu komponen penting dalam perwujudan masa
depan bangsa. Dengan kata lain, kemajuan suatu bangsa, dan bemartabat
tidaknya suatu bangsa di masa depan sangat bergantung pada kualitas sumber
daya manusia, terkhususnya dalah remaja, remaja yang baik tidak hanya dilihat
dari segi fisiknya saja, namun juga dilihat dari segi moral, sosial, intelektual dan
agamanya. Pribadi remaja yang baik diharapkan terwujud melalui pencapaian
status identitas agama sehingga remaja mengetahui gambaran mengenai
keimanan, dan perilaku keagamaan bagi dirinya sehingga diharaokan menjadi
manusia yang berguna bagi lingkungan sosialnya.
Remaja adalah usia transisi seorang individu yang telah meninggalkan usia
kanak-kanak yang lemah dan penih ketergantingan, namun belum mampu ke
tingkat dewasa yang kuat dan penuh dengan tanggung jaab, baik terhadao diri
sendiri maupun masyarakat. Banyaknya masa transisi ini bergantung pada
keadaan dan tingat sosial masyarakat di hidupnnya. Selain itu harus
mempersiapkan diri untuk mampu menyesuaikan dengan masyarakat yang
banyak syarat dan tuntutannya. Namun demikian, secara sederhana dan umum
menurut masyarakat majau, masa remaja itu adalah lebih kurang antara 13 tahun
sampai 21 tahun (Zakiyah Darajat, 1982 : 10).
Suatu kenyataan bahwa budaya Barat dalam hal ini ilmu pengetahuan dan
teknologi, dapat memberikan manfaat yang besarr bagi kehidupan bangsa
Indonesia. Namun dalan nilai-nilai kehidupan dengan segala kebebasa itu, kita
perlu berhati hati dan selektif dalam mengadaptasinya. Apalagi jika proses
interasi kebudayaan itu terlalu jauh dan banyak melanda para remaja yang diakui
masih terlalu muda dan kurang mengenal asam garam kehidupan. Untuk
mencegah bencana dan keharusan nilai-nilai yang lebih parah lagi, kita harus
selalu mengupayakan pembinaan, penjelasan dan pengarahan serta pemberian
pengetahuan yang relavan. Kalau tidak mereka akan gugur sebelum jadi dan akan
menjadi generasi yang rusak (Yudho Purwoko, 2001 : 21).
Seiring perkembangan global disegala bidang dan menjadi era informasi yang
berkembang pesat pada saat ini dengan segala dampak positif dan negatifnya
telah mendoronng adanya pergeseran nilai di kalangan remaja. Kemajuan
kebudayaan melalui perkembangan IPTEK oleh manusia yang tidak seimbang
dengan kemajuan morak, telah memunculkan gelaja baru berupa krisis moral
terutama dikalangan remaja pada umumnya. Rendahnya moralitas yang melanda
para remaja saat ini memang sangat sulit dikendalikan, hal ini disebabkan oleh
berbaagi daktor internal dan eksternal. Masa remaja merupakn masa yang penuh
berbagai goncangan jiwa, baik yang timbul dari diri sendiri, lingkungan maupun
masyarakat,m hal ini juga dipengaruhi oleh kemajuan teknologi serta pengaruh
globalisasi sehingga atusan aturan dan nilai-nilai moral yang ada di masyarakat
sering diabaikan dan dianggap sebagai hal yang kuno.
Secara umum perkembangan teknologi yang semakin canggih akan semakin
memudahkan para remaja untuk mengakses hal-hal yang mendukung
terciptannya suasana yang serba bjebas, apalagi kurangnya pengawasan dari
orang tugas mereka dikarenakan kesibukan orang tua hingga lupa mengontrol
anaknya, contohnya saja remaja saat ini mudah sekalu mengakses situs situs
pornogrfi di internet, tidak sedikit pula remaja yang lepas pergaulan dalam
memenuhi hasratnya, dalam hal ini remaja sering acuh tak acuh dalam
mengaplikasikan gaya gidup yang sebenarnya tidak sesuai dengan aturan-aturan
yang berlaku didalam masyarakat. Perubahan pola pergaulan yang kurang baik
juga diperparah dengan minimnya anak yang menempuh pendidikan sekolah
yang baik, menyebabkan remaja saat ini kurang menghormati dan menghargai
oranng tua nya sendiri. Masa remaja yang begitu labil dan mudah sekali
diperngaruhi oleh teman temannya dalam lingkungan bermain karena mereka
telah lebih banyak mengahbiskan waktu diluar bersama teman-teman dari pada
berkumpul bersama keluarga, sehingga pendidikan moral yang diajarkan oleh
orang tua mulai melemah. Anak remaja masih sangat butuh bimbingan dan
pengawasan orang tua sehingga bisa memiliki moral dan etika yang sopan dalam
berinteraksi dan bersosialisasi.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk membuat penelitian ini dengan judul
“Analisis Tingkat Moralitas Remaja pada Era Globalisasi di Desa Wonorejo
Kecamatan Ngadiluwih Kediri Jawa Timur”
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti dapat merumusakan
permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana analisis tingkat moralitas remaja di Desa Wonorejo Kecamatan


Ngadiluwih Kediri Jawa Timur?
2. Apa saja faktor faktor yang memperngaruhi rendahnya mooralitas remaja di Desa
Wonorejo Kecamatan Ngadiluwih Kediri Jawa Timur?
1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui :
1. Untuk mengetahui tingkat moralitas di Desa Wonorejo Kecamatan Ngadiluwih,
Kediri Jawa Timur.
2. Untuk mengetahui faktor faktor apa saja yang mempengaruhi moralitas remaja di
Desa Wonorejo Kecamatan Ngadiluwih Kediri Jawa Timur.
1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan dari tujuan penelitian diatas, adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan teori


berupa konsep konsep yang dapat digunakan dalam mengetahui apa apa saja
faktor yang memperngaruhi moralitas remaja di era globalisasi ini.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman dan menambah wawasan serta pengetahuan secara


langsung mengenai hal hal yang memperngaruhi moralitas remaja.

b. Bagi Pengajar

Memberikan kontribusi yang baik sehingga pengajar bisa lebih inovatif lagi
dalam mendidik remaja (generasi muda) khususnya dalam hal moralitas.

c. Bagi Remaja

Remaja dapat mengetahui batasan batasan sikap agar tidak terpengaruh oleh
globaisasi sehingga dapat menurunkan tingkat moralitas serta dapat membatu
remaja untuk berperilaku baik dan diharapkan remaja dapat memanfaatkan
dampat positif dari globalisasi untuk meningkatkan moralitasnya.

1.5. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak keluar dari pembahasan, maka peneliti
memberikan batasan batasan masalah, antara lain :

1) Penelitian ini dibatasi hanya pada remaja berusia 14-18 tahun pada tingkkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA)
2) Keadaan moral dalam bertutur kata di kalangan remaja di Desa Wonorejo
Kecamatan Ngadiluwih Kediri Jawa Timur
1.6. Identifikasi Masalah
1. Mudahnya remaja mengakses situs situs negatif di internet
2. Kurangnya rasa menghormati dan menghargai terhadap orang tua dan sesama
3. Perubahan pola pergaulan ke arah yang kurang baik
BAB II
KAJIAN TEORI

1. Pengertian Analisis
Menurut KBBI, analisi adaalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa
(karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yanng
sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya dan sebagainya). Analisis adalah
penguraian suatu pokok masalah atas berbagai berbahai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri serta hubunngan antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti secara keseluruhan. Analisis adalah
penyelidikan kimia dengan menguaraikan sesuatu untuk mengetahui zat
bagiannya dan sebagainya. Analisis adalah penjabaran sesudah dikaji dengan
sebaik baiknya pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan
kebenarannya.
Menurut Salim dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karanngan Suharso dan
Ana Retnoningsih, pengertian analiasis adalah peneyelidikan terhadap suatu
peristiwa (perbuatan, karangan dan sebagainya) untuk mendapatkan fakta yang
tepat. Sedangkan analisis data menurut Priyanto adalah kegiatan menghitung data
agar dapat disajikan secara sistematis. Analisis data untuk analisis kuantitatif
bisa dilakukan secara manual dnegan mengitung menggunakan rumus stastisik
atau menggunakan program bantu stastitik.
Dari pengertian pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis
merupakan kegiatan untuk berpikir untuk menguraikan peristiwa mellaui
keseluruhan menjadi komonen sehingga dapat mengenal tanda tanda peristiwa
tersebut, dan hubungan satu sama lain serta fungsi masing masing dalam satu
keseluruhan yang terpadu.

2. Moralitas
2.2.1. Pengertian Moralitas
Moral diambil dari bahasa latin mos (jamak, mores) yang berarti kebiasaan,
adat, perilaku, kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indoenesia, moral adalah ajaran tentang baik-buruk perbuatan dan kelakukan
manusia. Moral adalah keterkaitan spritual pada norma norma yang telah
ditetapkan, baik bersumber pada ajaran agama, budaya masyarakat, atau
berasal dari tradisi berfikir secara ilmiah.
Kata bermoral mengacu pada bagaimana suatu masyarakat berbudaya dan
berperilaku. Dan kata moralitas juga merupakan kata sifat lain dari moralis
yang mempunyai arti sama dengan moral namun memiliki nada yang lebih
abstrak. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asan dan nilai nilai
yang berkanan dengan baik-buruk. Senada dengan penegtian tersebut,
W.Poespoprodjo mendefinisikan moralitas sebagai kualitas dalam oerbuatan
manusia yang menunjukkan mbahwa perbuatan itu benar dan salah, baik atau
butuk. Moralitas mencakup tentang baik buruknya perbuatan manusia.
Baron dkk mengatakan sebagaimana dikutip oleh Asri Budiningsih, bahwa
moral adalah hal hal yang berhubunngan dengan larangan dan tindakan yang
membicarakan salah atau benar. Ada beberapa istilah yang sama, istilah
moral, akhlak, karakt7er, etika, budi pekerti dan susila.
Emile Durkheim mengatakan, moralitas adalah suatu sistem kaidah atau
norma mengenai kaidah yang menentukan tingkah laku kita. Kaidah kaidah
tersebut menyataakan bagaimana kita harus bertindak pada situasi tertentu dan
bertindak secara tepat terhadap kaidah yang telah ditetapkan. Sedangkan
menurut Maknis Suseno moralitas adalah bidang kehidupan manusia yang
dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia.
Dengan demikian, pengertian moral dapat dipahami dengan
mengklasifikasikannya sebagai berikut :
1. Moral sebagai ajaran kesusilaan, berarti segala sesuatu yang
berhubungan dengan tuntutan untuk melakukakn perbuatan perbuatan
baik dan meninggalkan perbuatan jelek yang bertentangan dengan
ketentuan yang berlaku dalam suatu masyarakat.
2. Moral sebagai aturan, yang berarti ketentuan yang digunakan oleh
masyarakat untuk menilai perbuatan seseorang apakah termasuk baim
atau buruk.
3. Moral sebagai gejala kejiwaan yang timbul dalam bentuk perbuatan,
seperti berani jujur, sabar, gairan dan sebagainya.
Dalam terminologi islam, pengertian moral dapat disamakan denga
pengertian akhlak dan dalam bahasa indonesia, moral dan akhlak maksudnya
sama dengan budi pekerti atau kesusilaan. Kata akhlak berasal dari kata
khalaka yang artinya perangai, tabiat dan adat istiadat.
Al Ghazali mendefinisian akhlak sebagai suatu perangai yang menetap
dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber tumbulnya perbuatan perbuatan
tertantu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa dipikirkan atau
direncanakan sebelumnya.
Pengertian ini hampir sama dengan Ibn Maskawih. Akhlah menurut Ibn
Maskawih adalah suatu keadaan jiwa yang menyebabkan timbulnya perbuatan
tanpa melalui pertimbangan dan dipikirkan secara mendalam. Apabila dari
perangai tersebut timbul perbuatan baik, maka perbuatan demikian disebut
akhlak baik dan demikian pula sebaliknya.
Pendapat lain yang menguatkan persaaman arti moral dan akhlak adalah
pendapat Muslim Nurdin yang mengatakan bahwa akhlah adalah seperangkat
nilai yang dijadikan tolak ukur untuk menentukan baik buruknya suatu
perbuatan atau suastu sistem yang mengatur pola pikir dan sikap manusia.
Perilaku moralitas diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai
dan penuh dengan keteraturan, ketetiban ddan keharmonisan. Ada lima tujuan
pendidikan moralitas sebagai berikut :
1. Mengusahakan satu pemahaman “pandangan moral” ataupun cara cara
moral dalam mempertimbangkan tindakan tindakan dan penetapan
keputusan apa yang harsunya dikerjakan, seperti membedakan estetika
legaltas ataupun pandangan tentang kebijaksanaan.
2. Membantu mengembangkan kepercayaan atau pengambilan satu atau
beberapa prinsip unum yang fundamental, ide atau nilai sebagai suatu
pijakan atau landasan untuk pertimbangan morak dalam menetapkan suatu
keputusan.
3. Mengembangkan suatu kecenderunngan untuk melakukan suatu yang
secara moral baik dan benar.
4. Membantu mengembangkan kepercayaan atau mengambil norma norma
yang konkret, nilai nilai, kebaikan kebaikan seperti pada pendidikan moral
tradisional yang selama ini dipraktekkan.
5. Meningkatkan pencapaian refleksi otonom, penngendalian diri atau
kebebasan mental, sritual menskupun itu disadari dapat membuat seorang
menjadi pengkritik terhadap ide ide dan prinsip seta aturan aturan umum
yang sedang berlaku.
2.2.2. Perubahan Moralitas dan Faktor- Faktor yang Mmepengaruhinya
Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami perubahan atau
perkembangan, baik perubahan yang bersifat nyata atau yang menyangkut
perubahan fisik, maupun perubahan yang bersifat abstrak yang berhubungan
dengan aspek psikologis. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik internal maupun ektsternal, diantara faktor-fakktor tersebut adalah
:
1. Modeling
Yaitu seorang yang dihadapkan pada model yang bertingkah laku secara
moral, mereka cenderung meniru tingkah laku model tersebut.
2. Situasional
Moral dan tingkah laku seorang yang tergantung pada situasinya, seperti
daktor lingkungan dan kesenjangan antara pemikiran moral dan tindakan
moral. Seorang cenderung tidak menunjukkan tingkah laku yang konsisten
dalam situasi sosial yanng berbeda beda.
3. Lingkungan
Kepribadian seorang individu tidak dapat berkembang, demikian pula
halnya dengan moral, dimana nilai nilai moral yang dimiliki seseorang
merrupakan sesuatu yang diperoleh dari luar dirinya. Seorang diajarkan
oleh lingkungannya bagaimana ia harus bertingkah laku yang baik dan
tidak baik.
4. Diri
Landasan motovasional bagi perilaku moral berada pada tunntutan internal
untuk perealisasian konsistensi diri secara psikologis.
2.2.3. Fungsi Moralitas
Secara umum fungsi dari moralitas adalah untuk mewujudkan harkat dan
martabat kpribadian manusia melalui pengalaman nilai nilai dan norma.
Adapun beberapa fungsi moralitas adalah :
1. Sebagai uaya menjamin terwujudnya harkat dan martabat pribadi
seseorang dan kemanusiaan.
2. Untuk memotivasi seseorang agar bersikap dan bertindak dengan
penuh kebaikan dan kebajikan yanng didasari atas kesadaran
kewajiban yang dilandasi moral.
3. Agar dapat menjaga keharmonisan hubunngan sosial antar manusia,
akrena moral menjadi landasan rasa percaya terhadap sesama.
4. Membuat manusia lebih bahagia secara rohani dan jasmani karena
menunaikan fungsi moral sehingga tidak ada rasa menyesal, konflik
batin dan perasaan berdisa dan kecewa.
5. Moral dapat memberikan wawasan masa depan kepada manusia, baik
sansi sosial maupun konsekuensi dalam kehidupan sehingga mansuia
akan penuh pertimbangan sebelum bertindak.
6. Serta dapat memberikan landasan kesabaran dalam bertahan dalam
setiap dorongan naluri dan keinginan/nafsu yang mengancam harkat
dan martabat.
Salah satu tugas perkembangan yang penting dalam masa remaja adalah
untuk mengerti apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan untuk
mau mengubah siap sikapnya sesuai dengan harapan harapan ini tanpa selalu
dibimbing, diawasi dan diancam oleh orang orang dewasa.
Pada masa remaja seringkali terjadi perubahan dalam konsep konsep
moral. Kini anak remaja tidak mau lagi menerima konsep konsep dari hal hal
yang mana yang benar dan tidak benar yang telah ditetapkan oleh orang
tuanya atau teman teman sebayanya dengan begitu saja seperti masa anaka
anak. Remaja menentukan sendiri berdasarkan konsep konsep moral yanng
dikembangkan dalam masa anak anak. Akan tetapi telah dirubah sesuai
dengan tinngkat perkembangan yang lebih tinggi atau dengan perkataan yang
lain yang sesuai dengan perkembangan yang telah matang.
Setiap individu mempunya perbedaan dalam menyikapi niali, moral, dan
sikap, tergantung diaman individu tersebut berada. Pada masa anak anak,
terdapat anggapan bahwa aturan aturan adalah pasti dan mutlak yang
diberikan oleh orang dewasa atau Tuhan yang tidak bisa diubah lagi.
Sedangkan pada masa anak ana k yanng berusia lebih tua, mereka bisa
menawar aturan aturan tersebut jka aturan tersebut disetujui oleh semua orang.
Pada sbagian remaja dan orang dewasa yang penalarannya terhambat,
pedoman mereka hanyalah menghindari hukuman. Perbedaan seseorang juga
dapat dilihat pada latar belakang kebudayaanya. Jadi, ada kemungkinan
terdapat individu atau remaja yang tidak mencapai perkembangan nilai, sikap
dan moral serta tingkah lakuyang diharapkan padanya.
2.2.4. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Moralitas
Rendahnya moralitas pada era globalisasi saat ini tentunya dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor penyebabnya. Adapun faktor-faktor penyebab
rendahnya moralitas saat ini, sebagai berikut :
1. Pandangan materialistis tanpa adanya spritulitas, yaitu cara
memandang kesuksesan dengan tolak ukur materi dan
mengenyampinngkan moralitas.
2. Konsep moralitas yang menjadi loggar karena terpengaruh budaya
barat dan mudahnya mencari informasi karena perkembangan IPTEK.
3. Masyarakat yang cenderung bersifat individualis dan kurangnya rasa
pedulu dengan lingkungannnya sehingga kontrol moral terutama pada
remaja menjadi tidak efektif.
4. Keluarga yang kurang dapat memberi pengarahan, karena masing
masing orang tua mempunyai kesibukannya sendiri atau bahkan
broken home.
5. Budaya global yang menawarkan kenikmatan berupa food, fashion
serta fun.
6. Sekolah yang tidak sepenihnya dapat mengobtrol perilaku siswa
karena adanya keterbatasan waktu, sumber daya dan sumber dana atau
kurang menekankan pentingnya moralitas.
2.2.5. Bentuk Bentuk Penyelewangan Moralitas Pada Remaja
1. Individual
Kenakalan yang secara personal atau individualnya dengan ciri khas jahat atau
tidak normal yang disebabkan oleh predisposisi dan kecenderungan
penyimpangan perilaku yang diperkuat dengan stimuli sosial dan kondisi
kultural.
2. Situasional
Kenakalan yang dilakukan oleh anak normal, namun mereka banyak
dipengaruhi oleh berbagi kekuatan situasional, stimuli sosial dan tekanan
lingkunngan yang menekankan dan memaksa.
3. Sistematis
Kenakalam yang disistematisir dalam bentuk suatu organisasi srtuktural atau
biasa disebut dengan istilah ‘geng’. Kumpulan tingkah laku tersenut desertai
dengan pengaturan status formal, peranan tertentu, nilai nilai, dan juga
kebanggan, bahkan tidak jarang mereka yanng menghasilkan bahasa bahasa
yang khas.
4. Kumulatif
Kenakalan yanng terus menerus dilakukan sehinngga bersifat kumulatif.
Ditiru diberbagai tempat yang akhirnya menyebar luas di masyarakat dan
dapat menyebabkan disintegrasi sosial. Kumulatif bisa bersifat individu
ataupun kelompok, pada tingkat akumulasi yang tinggti anak sudah sulit
kembali pada perilaku yang sesuai dengan norma sosial yang ada. Dari sisi
bentuknya, setidaknya dalam berbagai bentuk, antara lain :
a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain seperti
perkelaihian, pencurian, pencopetan dan lain lain.
b. Kenakalan yang menimmbulkan korban materi seperti perusakan,
oencuruan,m pencopetan dan lain lain.
c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihal orang lain
seperti penyalahgunaan obat.
d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak
sebagai pelaar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua
dengan pergi dari rumah atau membantah.
e. Kenakalan remaja dengan jenis non-kriminal, yang mengalami masalah
jenis ini cenderunng tertarik pada kesenangan kesengan yang sifatnya
menyendiri, masyarakat atau sekolah. Remaja ini suka mengasingkan diri,
menghindarikan diri dari kegiatan sosial. Perasaan remaja ini biasanya
sangat peka dan mudah terluka, cepat tersinggung dan sering membesar
besarkan kekurangannya sendiri.
Karena pengaruh dari modernisasi dan globalisasi maka terjadilah
pergeseran batas kesopanan dan moralitas, dari yang dulunya dirasa tidak
pantas menjadi sesuatu yang dinormalisasi. Dari yang awalnya tidak bisa
dibayangkan sekarang menjadi kenyataan. Khususnya dalam perilaku
heteroseksual remaja. Si-Migwar mencatat adanya berbagai perbedaan,
diantaranya :
1. Perkembangan heterosesksual remaja kini yang cenderunng lebih cepat
daripada remaja tradisonal. Berciuman saat berpacaran dianggap tabu
pada remaja tradisional, sedangkan pada remaja sekarang hal itu
dianggap biasa saja.
2. Waktu berkencan, cenderunng lebih cepat berlanjut pada hubungan
yanng tetap atau cepat berganti.
3. Pola pergaulan, remaja dulu bersifat lugu, namu remaja sekrang lebih
memounyai banyak alasan untuk mengikuti pola perilaku seksual yang
baru karena menyakini bahwa itu merupakan keharusan atau orang lain
juga melakukannya.
4. Remaja yang hamil diluar nikah dulu dianggap suatu aib yang besar
dan akan mendapatkan hukuman besar dari orang tuanya dan
diasingkan dari masyarakat. Namun pada remaja sekrang, hal itu sering
kali diterima oleh orang tuanya, kemudian dinikahkan bahkan
terkadang orang tua mereka ikut membesarkan dan menyanggung biaya
anak itu.
5. Hubungan seks, remaja dulu mengaggap seks sebelum menikah
merupakan hal yang tabu dan menimbulkan rasa bersalah yang besar,
kini sebagian sudah menganggap bahwaa seks sebelum menikah adalah
hal sewajarnya dan mengatakan bahwa itu adalah bahasa dari cinta.
6. Keperawanan, dianggap hal yang sangat sakral dahulu. Keperawanan
dianggap hal yanng penting dalam pernikahan, kini sebagian orang
menganggap bahwa keperawanan kurang penting dalam kesetiaan.

3. Remaja
3.3.1. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan salah satu eriode dari perkembangan manusia.
Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kenak kanak ke
masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis dan
perubahan sosial. Remaja sering kali didefinisikan sebagai periode transisi
antara masa kanak kanak ke masa dewasa, atau masa belasan tahun atau
seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertantu seperti susahnya diatus,
mudah terangsang perasaannya dan sebagainya.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan remja dalam (Sarlito
Wirawan Sawarno, 2006 : 7) adalah suatu masa ketika :
1. Individu yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematagan
seksual.
2. Individu mengalami perkambangan psikologi dan pola identifikasi dari
kanak kanak menjadi dewasa.
3. Terjaadi peralihan dari ketergantunngan sosial ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
3.3.2. Usia Remaja
Terdapat batasan usia padda masa remaja yang difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak kanakan untuk mencapai
kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Menurut Kartini Katrono (1995
:36) dibagi 3 yaitu :
1. Remaja Awal (12-15 Tahun)
Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat
dan perkembangan intelektuaal yang sangat intensif, sehinngga minat
anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau
dianggap kanak kanak lagi namun belum bisa meninggalkan pola
kekanak kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa
sunyi, ragu ragu, tidak stabil dan tidak puas serta sering merasa kecewa.
2. Remaja Pertenngahan (15-18 Tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak kanakan, tetapi pada
masa ini timbul unsur baru, yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan
badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai nilai tertentu dan melakukan
perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasann yang
penuh keraguan pada masa remaja awal ini rentan akan timbul kemantapan
pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan
pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang
dilakukannya. Selain itu pada masa remaja menemukan diri sendiri atau jati
dirinya.
3. Remaja Akhir (18-21 Tahun)
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal
dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yanng digariskan sendiri dengaan
keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan
hidupnya. Remaja sudah mempunyai oendirian tertentu berdasarkan satu pola
yang jelas yang baru ditemukannya.
3.3.3. Masa Remaja
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan
anak anak masih dialami, namun sebagian kematangan masa dewasa sudah
dicapai. Bagian dari masa kanak kanak itu antara lain proses pertumbuhan
biologis, misalnya tinggi bdan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari
masa dewasa antara lain adalah proses kematangan semua organ tubuh
termasuk funngsi reproduksi dan kemarangan kognitif yang ditandai dengan
mampi berpikir secara abstrak.
Masa remaja disbut juga sebagai strun and drag, yang berarti masa dimana
terdapat ketegangan emosi yanng dipertinggi yang disebabkan oleh perubahan
perubahan dalam keadaan fidik dan bekerjanya kelenjar kelenjar yanng terjadi
pada waktu remaja. Sebab utama dari keadaan ini adalah keadaan sosial.
Artinya yang hubungan dengan orang lain. Bertambahya ketegangan
ketegangan emosional disebabkan karena anak anak remja harus membuat
penyesuaian terhadap harapan harapan masyarakat yanng baru dan berlainan
dengannya.
Ada banyak bentuk bentuk emosi yang nampak, misalnya marah, taku,
sedih, malu, iri atau rasa ingin tahu. Hal inilah yang mennyebabkan remaja
menyelidiki hal hal yang ‘ingin diketahuinya’ termasuk juga hal hal negatif.
3.3.4. Konsep Diri Remaja
Konsep diri adalah penilaian remaja tentang diri sendiri yang bersifat fisik,
psikis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.
1. Konsep diri fisik adalah gambaran tentang penampilan remaja dengan
seksnya, arti pentinng tubuhnya ddalam hubungannya dengan
perilakunya dan gengsi yang diberikan tubunnya dimata orang lain.
2. Konsep diri psikis adalah gambaran remaja tentang kemampuan dan
ketidakmampuannya, harga dirinya dan hubungannya dengan orang
lain.
3. Konsep diri sosial adalah gambaran remaja tentang hubunngannya
dengan orang lain.
4. Konsep diri emosional adalah gambaraan remaja tentang emosi diri,
seperti kemampuan menahan emosi, pemarah, sedih, gembira,
pendendam, pemaaf dan jenis emosi lainnya.
5. Konsep diri aspirasi adalah gambara remaja tentang pendapat dan
gagasan, kreativitas, dan cita cita.
6. Konsep diri prestasi adalah gambaran remaja tentang kemajuan dan
keberasilan yang akan diraih baik dalam masalah belakar maupun
kesussesan hidup.
Dukungan orang tua adalah interaksi yanng dikembangkan orang tua yang
dicirikan oleh perawatan, persetujuan, dan berbagai perasaan positif orang tua
terhadap anak. Dukungan ini akan membuat anak merasa nyaman terhadap
kehadiran orang tua. Sarafino dalam Setiabudi menjelaskan bahwa oran tua
memiliki empat jenis dukungan, yaitu dukungan informasional, yaitu orang
tua yang memberi saran, sugesti, dan informai yang dapat digunakan untuk
suatu masalah. Dukungan penilaian, yaitu orang tua bertindak sebagai sebuah
bimbinngan umpan baik, membimbing dan menegahi masalah. Dukungan
instrumental yaitu penyediaan sarana orasarana bagi pencapaian prestasi. Dan
dukungan emosional adalah orang tua sebagai tempat yang aman dan damai
untuk istirahat dam pemulihan.
Penelitian oleh Parker menunjukkan adanyaa hubungan positif yang kuat
antara dukungan dan pengawasan orang tua dengan harga diri dan hubungan
dengan teman sebaya pada remaja. Semakin tinggti dukungan dan
pengawasan orang tua, semakin tinggi harga diri dan semakin baik hubungan
remaja dengan teman sebayanya.
Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, tetapi hasil dari interasi
individu dengan lingkungannya. Konsep diri ini akan berkembang terus
sepanjang hidup manusia, kesaadaran aakn diferensiasi merupakan awal dari
perkembangan konsep diri.

4. Globalisasi
4.4.1. Pengertian Globalisasi
Menurut kata asalnya, globalisasi diambil dari kata global yanng maknanya
unirvesal. Globalisasi beruapaya melakukai universalisasi sistem dunia
sehinngga seua negara memiliki sistem yang homogen secara glbal (Safril
2015 : 66). Para pemikir batar menyatakan globalisasi adalah suatu proses
kehidupan yang serba luas dan meliputi segala aspek kehidupan, seerti politi,
idologi, sosial, budaya, ekonomi yang dapat dirasakan oleh seluruh umat
manusia di dunia (Syarbaini, 2015 :262). Giddens (1991 : 64) mengartikan
globalisasi sebagai intessifikasi hubungan sosial dunia yanng menghubungkan
tempat tempat jauh sehinngga peristiwa disuatu tempat dapat dipengaruhi oleh
peristiwa yang terjadi di tempat lain sekian kilometer jauhnya dan
sebaliknnya.
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan
globalisasi, terdapat 3 posisi teoritis, yaitu :
1. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang
memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di
seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara negara dan
kebudayaan local akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global
homogeny. Meskipun demikian, pada globalis tidak memiliki pendapat
yang sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
a. Para globalis positif berpendapat bahwa optimis menanggapi dengan
baik perkembangan semacam itu dan meyatakan bahwa globalisasi
akan mengahsilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung
jawab.
b. Para globais pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah suatu
fenomena negatif, hal tersebut sebenarna adalah bentuk penjajanan
barat (terutama Amerika Serikat) yag memaksan sejumlah bentuk
budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu
yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudia
membentuk kelompok untuk menentang globalisasi atau
antiglobalisasi.
2. Para tradisionaliis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi.
Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata
atau jika memang ada, terlalu dibesar besarkan. Mereka merujuk bahwa
kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama
ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalan merupakan
tahap lanjutan.
3. Para transformalis berada di antara para globalis dan tradisionalis.
Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah dilebih lebihkan oleh
para globalis. Namun, mereka juga berpendat bahwa sangat bodoh jika
kita menyangkal keberadaan konsep ini. Para teoritis ini berpendapat
bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai “seperangkat
hubungan yag saling berkaitan dengan murni melalui sebuah
kekuatan, yag sebagian besar tidak terjadi secara langsug”. Mereka
menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika gal tersebut
negatif atau setidaknya bisa dikendalikan.
5. Kerangka Pikir
Pada era gloalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan saat ini, banyak
terjadi perubahan perubahan baik dalan segi ekonomi, politik maupun sosial
budaya. Globalisasi dan Modernisasi juga terjadi di Indonesia yang dapat
dilihat dari adanya perubahan nilai sosial budaya.
Upaya dalam meningkatkan kualitas suber daya manusia pada generasi
muda sebagai tunas bangsa dan penerus cita cita pembangunan perlu
diperhaitikan. Hal ini sejalan dengan posisi generasi muda sebagai kader
bangsa yang tanggun, ulet dan bertanggung jawab. Membebtuk individu
yanng berlitas dan matang, baik secara intelektual, emosional dan sosial bykan
hal yang mudah untuk dicapai.
Hendriyati Agustiani menyatakan bahwa pada saat ini pembinaan pada
remaja belum menemukan format yang maksimal. Perilaku remaja yang akhir
akhr ini marak, berupa tawuran, perjudia dan berbagai kenakanan lainnya
dianggap sebagai dari proses keterasingan dari kehidupan yang wajar.
Perubahan moral remaja banyak dipengaruhi oleh banyak fakor, contonnya
seperti keluarga, pendidikan, serta agama. Faktor perkembangan moral remaja
tidak lepas dari masalah penentuan identitas pada individu menjadi semakin
rumit, hal itu disebabkan oleh tuntutan penerimaan remaja di masyarkat maju
kepada anggotanya menjadi lebih berat.
Faktor Penybab
Rendahnya Moralitas
Pada Remaja

Bentuk Analisis Penyebab Ancaman


Bentuk Rendahya Moralitas Rendahnya
Kenakalan Remaja Pad Era Moralitas
Remaja Globalisasi Remaja

Upaya Dalam
Mengatasi
Moralitas Remaja
Pada Era

Anda mungkin juga menyukai