Anda di halaman 1dari 9

NILAI MORAL DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 3
1. DWI PUTRI ZEBUA
2. LINCE KRISTI HULU (222102043)
3. JEPRIAMAN ZALUKHU (222102037)
4. RIZKA HANDAYANI HIA

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : DERNIUS HURA. S.PD, M.PD


PROGRAM STUDY PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NIAS

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan pertolongan Tuhan,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "NILAI MORAL DALAM
PENDDIKAN KARAKTER" guna untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan
Karakter. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hasrat Sozanolo Harefa S. Pd, M.
Pd selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Karakter, yang telah memberi arahan
dan bimbingan serta pengetahuan kepada kami. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Gunungsitoli, 10 Oktober 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan semakin maju tapi moral dan perilaku anak bangsa terutama kalangan remaja
pelajar semakin mengkhawatirkan. Perilaku remaja pelajar saat ini sungguh sangat
memprihatinkan terjadi penurunan yang sangat drastis terhadap moral dan perilaku remaja.
Saat ini sistem pendidikan nasional khususnya pendidikan dasar dan menengah dapat
dikatakan mengalami kemajuan. Indikatornya adalah penerapan kelas percepatan (akselerasi),
sekolah bertaraf internasional (SBI), sekolah rintisan bertaraf internasional (RSBI), dan
sekolah standar nasional (SSN). Semuanya hampir tidak ada sebelum tahun 2000.

Kemajuan tidak hanya pada sistem tapi juga fasilitas khususnya pada sekolah yang sudah
berstandar nasional dan internasional, seperti ruangan full AC, ruangan ber-LCD dan televisi
untuk mendukung proses belajar-mengajar yang nyaris tidak ada pada sekolah-sekolah biasa.
Pelajar kita juga semakin pintar karena nilai 10 (sempurna) UAN/UAS SD hingga
PERGURUAN TINGGI bukan sesuatu yang langka. Bahkan di satu sekolah bisa lebih dari 10
orang yang mendapat nilai sempurna. Padahal sebelum Era Revormasi, angka 10 benar-benar
angka istimewa.

Namun kemajuan tersebut tidak diikuti dengan majunya perilaku siswa. Penyebabnya sistem
pendidikan kita yang mayoritas menilai kelulusan hanya kecerdasan intelektual saja alias
angka-angka yang ada di rapor dan ijazah. Padahal secara sederhana tujuan pendidikan
nasional adalah menciptakan kecerdasan intelektual dan emosional atau spiritual. Saat ini
perilaku pelajar sangat mengkhawatirkan seperti menjauh dari ajaran agama, kurangnya rasa
hormat terhadap orang yang lebih tua, siswa yang merokok, model pakaian, hingga perbuatan
yang menjurus asusila.

Saat ini jika diperhatikan hanya sedikit pelajar yang melaksanakan ibadah berjamaah. Mereka
cenderung lebih suka berkumpul dengan teman-teman sebaya sekalipun waktu ibadah telah
tiba. Apalagi yang mengaji dan ibadah lainnya. Selain itu perilaku pelajar saat ini terlihat
kurang menghormati orang tua seperti berani membentak, melawan, bahkan melakukan
kekerasan fisik. Sesuatu yang benar-benar tidak sesuai dengan budaya kita sebagai orang
timur. Perilaku lainnya yang mengkhawatirkan adalah meningkatnya jumlah pelajar yang
merokok dari tahun ke tahun. Saat ini sudah dapat kita temui pelajar kelas 4 SD yang sudah
bisa bahkan terbiasa merokok.

Dua puluh tahun yang lalu pelajar yang merokok mayoritas mereka yang berstatus pelajar
SMA. Untuk masalah satu ini,, mereka tidak dapat disalahkan seutuhnya karena mereka
melihat perilaku orang tua mereka yang merokok bahkan terbiasa disuruh membeli rokok
sehingga mereka ingin mencobanya. Model pakaian pelajar wanita sekarang sungguh
memprihatinkan karena tidak sedikit yang berpakaian ketat dan rok di atas lutut yang terlalu
tinggi naiknya. Pakaian seperti itu juga tidak nyaman dilihat. Menurut saya ini salah satu efek
negatif globalisasi karena model pakaian seperti itu berasal dari luar. Hal ini juga tidak sesuai
budaya pakaian kita yang cenderung lebih tertutup dan sopan.

Pelajar yang berpakaian seperti itu hanya berpikir pendek. Sebagian hanya ingin
memamerkan tubuh mereka dan supaya dikenal oleh sekeliling mereka. Mereka tidak berpikir
akibat buruk yang ditimbulkan. Pelajar sekarang sudah biasa melakukan hal-hal asusila mulai
berciuman, ML, bahkan harus aborsi. Bahkan tidak sedikit pelajar yang putus sekolah karena
MBA. Sangat disayangkan jika masa depan yang cerah menjadi rusak karena kenikmatan
sesaat. Maraknya penerapan pendidikan karakter di sekolah – sekolah sebagai upaya untuk
menanggulangi kemerosotan moral dan tingkah laku anak bangsa dan remaja pun dilakukan.
Perbaikan demi perbaikan moral dan perilaku anak bangsa dan remaja pun semakin gencar
dilakukan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pendidikan berkarakter?


2. Apa saja contoh-contoh perilaku penurunan moral?
3. Apa fungsi dan tujuan pendidikan karakter?
4. Bagaimana proses perencanaan pendidikan karakter di sekolah?
5. Bagaimana aktivitas pendidikan berkarakter di sekolah?
6. Apa saja sebab-sebab penurunan moral?
7. Bagaimana dampak penurunan moral?
8. Apa pengaruh penurunan moral terhadap prestasi belajar?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Berkarakter

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada siswa sekolah
yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan. Untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan
sesama. Untuk itu proses pendidikan karakter di sekolah melibatkan semua komponen seperti
isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau
pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan
ekstrakurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan kerja seluruh warga dan
lingkungan penddikan.

Adapun pengertian pendidikan berkarakter menurut para ahli:

1. Pendidikan Karakter Menurut Lickona, yaitu suatu usaha yang disengaja untuk
membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan
nilai-nilai etika yang inti.
2. Pendidikan Karakter Menurut Suyanto, yaitu cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.
3. Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi, yaitu kepribadian ditinjau dari titik
tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan
sifat-sifat yang relatif tetap.

B. Contoh-Contoh Perilaku Penurunan Moral

Ada beberapa peristiwa yang tergolong penyimpangan karakter di negeri ini. Contoh kecil
saja, di zaman yang sudah modern ini banyak orang yang lupa beretika, lupa menjaga sopan
santun, tak mau saling tolong menolong, tak bertanggung jawab, tidak tahu batas-batas
pergaulan dan masih banyak lagi. Hal sekecil itu saja sudah tak terkendali, apalagi hal yang
besar. Realitasnya, banyak makelar kasus, penggelapan pajak, korupsi, kejahatan yang
dilakukan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab dan yang amat sangat memprihatinkan
adalah perilaku remaja Indonesia yang masih berada di usia sekolah.

Menurut survei, pada tahun 2008 yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia sekitar 18.000
penduduk Indonesia terjangkit penyakit HIV dan AIDS, 63% remaja melakukan hubungan
seksual di luar nikah, 21% di antaranya melakukan aborsi dan sekitar 3,2 juta penduduk
Indonesia adalah pemakai narkoba dan 1,1 juta di antaranya adalah pelajar tingkat SMP
hingga mahasiswa. Keadaan inilah yang membuat keadaan negeri ini semakin buruk.

C. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter

1. Fungsi Pendidikan Berkarakter

 Mengembangkan potensi dasar siswa agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik.
 Memperkuat dan membangun perilaku siswa yang multikultur.
 Meningkatkan peradaban siswa yang kompetitif dalam pergaulan.

2. Tujuan Pendidikan Berkarakter

Tujuan pendidikan karakter yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan
di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter, berakhlak mulia dan
berbudi luhur. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari.

D. Proses Perencanaan Pendidikan Karakter Di Perguruan Tinggi

Dalam membangun karakter seorang mahasiswa/i, pihak universitas perlu memperhatikan


aturan dan tata tertib yang berlaku. Di era globalisasi ini, banyak universitas yang sudah
jarang sekali menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila sehingga hubungan antara dosen dan
mahasiswa/i tidak begitu akrab. Begitu juga dengan banyaknya mahasiswa/i yang acuh tak
acuh dengan keberadaan dosen, tidak menghormati dosen, dan lain-lain. Pihak universitas
perlu memperhatikan pembinaan sikap dan karakter masing-masing siswa dengan cara
membina dan meningkatkan intelektualisme dan profesionalisme. Selain itu, pihak universitas
juga juga dapat menerapkan nilai-nilai karakter pada mahasiswa/i dengan membuat aturan
dan tata tertib yang dapat menumbuhkan karakter-karakter baik, misalnya dengan membuat
kantin kejujuran.

1. Peran Pendidik Dalam Membentuk Karakter Mahasiswa/I

Selain dosen mengajar dan mendidik mahasiswa/i-nya, perilaku dan tingkah laku dosen
biasanya ditiru oleh siswa. Perilaku ini akan membentuk karakter mahasiswa/i. Contohnya:

 Pendidik datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)


 Pendidik mengucapkan salam dengan ramah kepada mahasiswa/i ketika memasuki
ruang kelas (contoh nilai yang ditanamkan: santun, peduli)
 Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religius)
 Mengecek kehadiran mahasiswa/i (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)
 Mendoakan mahasiswa/i yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya
(contoh nilai yang ditanamkan: religius, peduli)
 Memastikan bahwa setiap mahasiswa/i datang tepat waktu (contoh nilai yang
ditanamkan: disiplin)
 Menegur mahasiswa/i yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang ditanamkan:
disiplin, santun, peduli)

2. Cara Menumbuhkan Pendidikan Berkarakter Pada Jati Diri Siswa

 Dibekali dengan ilmu pengetahuan.


 Meningkatkan motivasi siswa dalam meraih prestasi.
 Memberi ruang kepercayaan pada diri bahwa karakter yang tidak baik bisa diubah
menjadi karakter yang baik.
 Antara siswa dengan pendidik sering berinteraksi, di dalam kelas maupun di luar
kelas.
 Berani mengakui kesalahan dan mau berubah.
 Harus menyelesaikan setiap persoalan yang masih belum terselesaikan.

E . Sebab-Sebab Penurunan Moral

Orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak sekaligus orang pertama yang
memberikan kasih sayang, bahkan ketika anak itu masih ada dalam kandungan. Contohnya
saja ketika sang anak hendak tidur, ibulah yang menenangkan atau membacakan dongeng
untuknya. Tidak hanya itu, ayah dan ibu juga mengajari putra putrinya berjalan, berbicara dan
mulai berkomunikasi dengan orang lain. Dengan begitulah, orang tua memberi bekal utama
dalam mengendalikan anaknya untuk menjadi anak yang baik.

Namun, kenyataannya ada orang tua yang belum mengerti bagaimana cara mengasuh anak
dengan penuh cinta dan kasih sayang. Buktinya, ada saja orang tua yang menitipkan anaknya
kepada babby sitter atau pembantu rumah tangga. Sehingga, anak tersebut mendapatkan
pendampingan tumbuh dan berkembang bukan dari orang tua yang sudah berkeahlian
mengurus anak dan tidak pula orang tua itu menjadi pendamping terindah ketika anaknya
tumbuh. Ada saja alasan yang dijadikan para orang tua untuk memutuskan menitipkan anak
kepada babby sitter. Salah satu alasan andalannya adalah karena harus mencari nafkah untuk
membiayai anak itu, padatnya jam kerja dan lain sebagainya.

Ada pepatah bilang, bahwa “segala sesuatu yang ditangani oleh orang yang bukan ahlinya,
tunggulah saat kehancurannya.” Berarti harusnya para orang tua harus memiliki kemampuan
dalam hal mengurus anak. Tidak hanya itu, bentuk perlakuan yang diterima anak dari orang
tua dan lingkungan, menentukan kualitas kepribadian seorang individu. Seseorang yang
memiliki kepribadian lemah karena ia kurang mendapat perhatian penuh dari orang tua,
kurang rasa aman, sering dimanjakan. Sebaliknya, seseorang yang memiliki kepribadian yang
kuat karena ia telah mendapat perhatian penuh dari orang tua, kehangatan jiwa dan pemberian
pengalaman hidup dari orang tuanya.

Peran kedua sebagai seseorang yang mengembangkan karakter anak adalah guru. Sebagai
seorang guru, hendaknya memiliki kemampuan dalam mendidik siswanya terutama sering-
sering mengecek siswanya. Tidak hanya sekedar menghabiskan bab-bab pada buku pelajaran,
sekedar menyampaikan informasi atau mengejar target kurikulum. Menurut pengakuan salah
satu siswa, ada saja penyakit guru yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar di kelas,
di antaranya tidak punya selera mengajar, kurang memperkaya materi (lemah sumber), kurang
disiplin, asal masuk kelas, tidak bisa komputer, kurang terampil, asal sampaikan materi,
urutan tidak akurat, dan di kelas diremehkan anak.

Hal yang seperti inilah yang bisa menjadi salah satu penghambatnya. Peran ketiga adalah
masyarakat atau tempat anak itu tinggal atau bermain atau bergaul. Anak bisa terkontaminasi
kebiasaan yang buruk akibat pengaruh luar. Sehingga, sedini mungkin orang tua harus bisa
menjaga anak-anaknya dari pengaruh luar yang negatif.

F . Dampak Penurunan Moral

1. Banyak anak berperilaku anarkis.


2. Banyak anak tidak memiliki sikap yang santun terhadap orang lain.
3. Tidak mau tolong menolong dengan sesama.
4. Tidak menghargai sesuatu.
5. Banyak terjadi pemberontakan yang dilakukan anak terhadap orang tuanya.
6. Perubahan gaya hidup, mulai dari nilai-nilai agama, sosial dan budaya.
7. Jati diri bangsa Indonesia luntur.

G . Pengaruh Penurunan Moral Terhadap Prestasi Belajar

Sebuah penelitian yang sangat mengejutkan yang menyangkut kecerdasan seseorang dalam
meraih kesuksesan pernah dikemukakan oleh pakar kelas dunia, Daniel Goleman yang
menyatakan bahwa “80% kesuksesan seseorang ditentukan oleh kecerdasan emosinya
(emotional quotient = eq), sedangkan 20% ditentukan oleh IQ-nya.” Di sinilah pembentukan
karakter itu sangat berperan untuk meraih kesuksesan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter dapat dijadikan obat agar terjadi peningkatan prestasi akademik pada
siswa.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada siswa sekolah
yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan. Untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan
sesama.

Menurut survei, pada tahun 2008 yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia sekitar 18.000
penduduk Indonesia terjangkit penyakit HIV dan AIDS, 63% remaja melakukan hubungan
seksual di luar nikah, 21% di antaranya melakukan aborsi dan sekitar 3,2 juta penduduk
Indonesia adalah pemakai narkoba dan 1,1 juta di antaranya adalah pelajar tingkat SMP
hingga mahasiswa. Keadaan inilah yang membuat keadaan negeri ini semakin buruk.

B. Saran

Hendaknya penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dalam dunia pendidikan harus


dilaksanakan secara optimal oleh semua warga sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

http://ahmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp/

http://belajarpsikologi.com/pengertianpendidikankarakter/

http://pipitmasihtk.blogspot.com/2012/mendidik-dan-menumbuhkan-manusia.html

Anda mungkin juga menyukai