Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kemajuan tekhnologi dewasa ini berkembang pesat sehingga mengantar semua pada
sebuah era baru yang oleh para ahli sebut sebagai era disrupsi.(1)
Disrupsi berarti tercabut dari akarnya. Jika diartikan dalam kehidupan sehari-hari, disrupsi
adalah perubahan fundamental atau mendasar.
Era Disrupsi ditandai dengan pergeseran ativitas masyarakat dari awalnya dilakukan
di dunia nyata ke dunia maya. Kemunculan transportasi gadget dan daring adalah salah satu
dampaknya yang paling popular di Indonesia, namun yang paling berbahaya justru terjadi
disrupsi pada agama.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan artinya Bangsa Indonesia adalah
bangsa yang beragama, oleh sebab itu melalui agama lah masyarakat di didik bagaimana
menjalani kehidupan di dunia ini dengan baik dan benar sesuai dengan ajaran agama.
Kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang serba modern dan canggih sekarang ini,
terlihat dengan jelas seolah-olah terjadi dua hal yang paradox. Pada satu sisi terlihat masyarakat
rajin beribadah dan rajin ketempat-tempat persekutuan rohani dan sebagian lagi makin jauh dari
nilai-nilai keagamaan, banyak orang yang enggan melakukan kewajibannya terhadap sang
pencipta, mereka sudah jarang beribadah ke gereja atau kegiatan-kegiatan kerohanian lainnya
(pembahasan ini terlepas dari pandemi saat ini)
Masyarakat saat ini sibuk dengan urusan masing-masing, orang lebih sibuk dengan
meramaikan pusat perbelanjaan dari pada ke gereja, kegiatan kerohanian mulai pudar.
Sikap mementingkan diri sendiri, egois, serta semakin pudarnya nilai sopan santun yang
semakin melekat dalam diri manusia dan remaja pada khususnya.
Masa remaja merupakan salah satu tahapdalam kehidupan manusia. Tahap ini merupakan
tahap yang kritis karena merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak yang penuh dengan
ketergantungan pada orangtua menuju masa dewasa yang penuh kematangan san kemandirian.(2)
Pada masa ini keinginan untuk mencari jati diri dan mendapatkan pengakuan dari keluarga dan
lingkungan sekitarnya semakin berpengaruh. Remaja mulai untuk menemukan jati dirinya
kadang kala mereka mengalami banyak kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan persoalan
dalam hidupnya, sehingga mereka melakukan hal-hal yang diluar etika dan aturan.(3)

(1) Hasal Alwi ,dkk,KBBI (cet III;Jakarta;PT BALAI PUSTAKA 2003), hal 270
(2) Zakiah Darajat, Kesehatan Mental (cet.VII:Jakarta:Gunung Agung, 1979), hal 101
(3) Yudo Purwoko, Memecahkan Masalah Remaja : dari masalah Agama hingga Pergaulan, dari Masalah Seks Hingga Pernikahan
(cet 1 : Bandung : Nuansa 2001) hal 7

1
Tingkah laku anak yang tengah mengalami masa pubertas atau biasa disebut dengan masa
negative atau masa pertentangan dalam kehidupan mereka. Selalu timbul pertentangan di dalam
jiwanya sendiri, pertentangan dengan orang lain terutama dengan orangtuanya.
Remaja tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi tidak pula termasuk golongan orang
dewasa atau golongan tua. Remaja ada diantara anak-anak dan orang dewasa. Seorang anak
masih belum selesai perkembangannya, orang dewasa dapat dianggap sudah berkembang penuh,
ia sudah menguasai sepenuhnya fungsi fisik dan psikisnya. Sedangkan remaja belum mampu
untuk menguasai fungsi fisik dan psikisnya.
Masa dewasa pertumbuhan jasmani telah sempurna, kecerdasan dan emosi telah cukup
berkembang. Segala organ dalam tubuh telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Disamping itu, ia telah mapu mencukupi kebutuhan ekonomi sendiri dan tidak bergantung penuh
lagi pada orangtua ataupun orang lain. Ia telah dapat diberi tanggungjawab.
Masa remaja dilihat dari tubuhnya ia telah seperti orang dewasa.dari segi lain dia
sebenarnya belum matang misalnya dari segi emosi dan social masih memerlukan waktu untuk
berkembang menjadi dewasa dan kecerdasan pun sedang mengalami pertumbuhan. Mereka ingin
berdiri sendiri, tidak bergantung pada orangtua atau orang dewasa lain, akan tetapi mereka belum
mampu bertanggungjawab dalam soal ekonomi dan social.(4)
Dewasa ini adalah masa terbaik sekaligus masa terburuk bagi remaja, karena remaja saat
ini menghadapi tuntutan dan harapan, demikian juga bahaya dan godaan yang tampaknya lebih
banyak dan kompleks dikarenakan banyak hal, dimana mereka dihadapkan pada lingkungan
yang tidak stabil yang berpotensi untuk mempengaruhi perkembangan pola setiap fasenya
khusunya dalam pembentukan kepribadiannya.
Kondisi inilah yang menjadi penyebab remaja kehilangan arah hidupnya dan akhirnya cara
beragamanya menjadi kaku dan mudah menyalahkan pihak yang berbeda pandangan. Kehidupan
beragama menjadi begitu formalistik, kaku bahkan bias justru membuat hubungan kemanusiaan
kita menjadi tersekat-sekat, serta melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat, seperti
banyak persoalan-persoalan kehidupan pribadi maupun social bermunculan yang terkadang tidak
mampu untuk diselesaikan bahkan terkadang membuat seseorang terdorong untuk melakukan
perbuatan yang amoral atau menyalahi tuntunan agama segabai pelampiasan suatu masalah.
Kondisi ini lah yang menjadi salah satu penyebab masyarakat baik orangtua, remaja,
anak-anak kehilangan arah hidup yang berpengaruh pada pola kehidupan mereka sehari-hari
menjadi keluar dari keutuhan agama.

(4) Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama (cet.XVI ; Jakarta ; Bulan Bintang, 1996) hal. 83

2
Terhadap kondisi yang demikian maka semua pihak perlu melakukan evaluasi dalam
upaya peningkatan kualitas ibadah atau kerohanian anak remaja khususnya demi kelangsungan
hidupnya di masa mendatang.
Maka kehadiran Penyuluh Agama amatlah penting sebagai mitra dan merupakan salah satu
ujung tombak dalam pelaksanaan tugas sebagai fasilitator, motivator dan mediator dalam
pelaksanaan pembinaan umat untuk mencapai kehidupan sejahtera lahir bathin sekaligus
peningkatan mutu kehidupan dalam menghadapi globalisasi.
Penyuluh Agama Kristen merupakan ujung tombak Kemitraan Agama dalam
melaksanakan penerangan di tengah pesatnya dinamika perkembangan masyarakat Indonesia
khususnya pada remaja. Perannya strategis pembinaan dalam mental, akhlak, moral dan
nilai-nilai kristiani serta turut mendorong pengkatan kualitas umat dalam berbagai bidang
terkhusus dalam bidang kerohanian, karena tingkat kerohanian sangat mempengaruhi
kepribadian, tingkah laku bahkan pendidikan seseorang.
Oleh karena itu Penyuluh Agama Kristen diharapkan agar dapat melaksanakan tugasnya
dengan sungguh-sungguh sesuai dengan tujuan penyuluh itu untuk menerangi dan membentuk
generasi muda yang berakhlak mulia, bertanggungjawab dan mengembangkan kegiatan
bimbingan atau penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa agama.(5)
Penyuluh Agama harus sebagai tokoh panutan atau figure yang di contoh oleh masyarakat
dan penyuluh harus mampu memberikan arahan dan meningkatkan ketakwaan dan kerukunan
antar umat beragama dalam keberhasilan pembangunan.
Penyuluh Agama Kristen juga harus mengetahui bagaimana menunaikan tugas tersebut
dengan sebaik-baiknya serta mengetahui dengan jelas remaja yang menjadi sasaran penyuluhan
dan menguasai materi penyuluhan yang akan di berikannya sekaligus dapat juga menguasai
lokasi / penginjilan atau penyuluhannya.
Disisi lain penyuluh agama bukanlah seorang konselor secara formal dan secara akademi
akan tetapi para penyuluh juga harus menunjukkan professional kerjanya yang disesuaikan
dengan tugas pokok dan fungsinya dan juga menjadi seorang problem solving dalam hal ini
adalah sebagai konselor.
Sebagai konselor, penyuluh agama menghadapi tipe-tipe masyarakat yang bersifat
majemuk. Kamjemukan ini juga menimbulkan banyak karakteristik individu atau kelompok
masyarakat yang berbeda-beda satu sama lain di daerah masing-masing binaan penyuluh agama.
Banyak remaja di kelurahan Bonalumban Tukka yang mengalami krisi akhlak, krisis iman
dimana mereka mulai terpengaruh oleh lingkungan dan budaya yang tidak baik di banding
dengan tahun-tahun sebelumnya, remaja sangat kompak dalam melakukan hal-hal yang

(5) Saur Hasugian, Petunjuk Teknis (Jakarta ; KEMENAG, 2011) hal. 6


3
berhubungan dengan kegiatan keagamaan maupun kegiatan sosial. Remaja sangat bersemangat
dan antusias membantu ketika ada kegiatan-kegiatan dilingkungannya.
Akan tetapi, remaja sekarang di Kelurahan Bonalumban Tukka mulai jarang terlihat
apabila ada kegiatan keagamaan maupun kegiatan sosial, mereka tidak perduli lagi dengan
kegiatan-kegiatan tersebut, mereka mulai sibuk dengan kehidupannya sendiri, sibuk dengan
Handphone androidnya tanpa peduli dengan sekitarnya.
Daerah lingkungan Kelurahan Bonalumban Tukka dengan kelurahan lain belum tentu sama
karakter masyarakatnya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Penyuluh Agama dalam
melakukan pendekatan Penyuluhan agar mengenai sasaran permasalahannya dan menemukan
jalan penyelesaiannya. Sehingga diharapkan kondisi seseorang atau kelompok menjadi lebih
baik. Dari latar belang ini lah penulis tertarik mengngkat judul tentang
“PERAN SERTA PENYULUH AGAMA KRISTEN DALAM MEMBANGUN
KEROHANIAN REMAJA”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan pokok
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana peran serta Penyuluh Agama Kristen dalam meningkatkan kerohanian anak
remaja.
2. Upaya apa yang dilakukan Penyuluh Agama Kristen dalam membina atau
meningkatkan kerohanian anak remaja.
3. Factor apa yang menghambat Penyuluh Agama Kristen dalam meningkatkan rohani
anak remaja.

C. Maksud dan Tujuan


Berdasarkan Rumusan Masalah yang dikemukakan di atas maka maksud dan tujuan
makalah ini sebagai berikut :
1. Maksud
a. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat tentang peran Penyuluh Agama Kristen
dalam meningkatkan kerohanian remaja.
b. Makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam upaya
pengembangan wawasan danpengetahuan khususnya bagi penulis sendiri tentang
masalah yang dikaji.

4
c. Sebagai bahan evaluasi khususnya bagi para Penyuluh Agama Kristen dalam
membina peningkatan kerohanian anak remaja.
d. Untuk membantu Proram Pemerintah dalam menuntaskan kemerosotan moral dan
akhlak di Indonesia khususnya bagi remaja.
e. Untuk memenuhi kewajiban sebagai penyuluh dalam melksanakan tugasnya dalam
masyarakat / kelompok binaan masing-masing.
2. Tujuan
a. Untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan Penyuluh dalam meningkatkan
kerohanian anak remaja.
b. Untuk mengetahui factor penghambat Penyuluh Agama Kristen dalam
meningkatkan kerohanian anak remaja.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Peran
1. Pengertian Peran
Istilah peran sering diucapkan dalam percakapan sehari-hari. Dalam Kamus besar
Bahasa Indonesia “Peran” mempunyai arti pemain sandiwar (film), perangkat tingkah
yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.
Berikut akan dipaparkan pengertian Peran menurut para ahli diantaranya :
a. Menurut Suhardono (1994), pengertian peran merupakan suatu patokan atau ukuran
yang terdapat dalam kehidupan manusia sehingga berfungsi untuk dapat membatasi
perilaku dalam tiap-tiap posisi.
b. Menurut Sukanto (2009), peran adalah suatu pekerjaan yang dilakukan dengan
dinamis sesuai dengan status atau juga kedudukan yang disandang.
c. Menurut Katz dan Kahn, peran merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dengan berdasarkan karakter dan kedudukannya.(6)
Sementara menurut Kun Mariyati dala bukunya yang berjudul Perspektif Ilmu
Sosiologi mendefenisikan peran sebagai perilaku yang diharapkan oleh pihak lain
dalam melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya.(7)
Dari beberapa pengertian tentang Peran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peran
adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok
orang terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu.
2. Jenis-Jenis Peran
Sutarmadi dan Al-Tirmidzi membagi jenis-jenis peran kedalam 4 (empat) jenis peran
yaitu :
a. Role Position adalah kedudukan sosial yang sekaligus menjelaskan status sosial
atau kedudukan dengan tinggi rendahnya posisi orang tersebut dalam sosial
tertentu.
b. Role Behavior adalah cara seseorang memainkan perannya.
c. Role Perception adalah bagaimana seseorang memandang peran sosialnya serta
bagaimana ia harus bertindak dan berbuat atas pandangannya tersebut.
d. Role Expctation adalah peran seseorang terhadap peranan yang dimainkannya bagi
sebagian besar warga masyarakat.(8)

(6) Hasan Alwi, “Kamus Besar Bahasa Indonesia” (Jakarta ; Balai Pustaka Cet III, 2003) hal. 854
(7) Https://Pendidikan .co.id Oleh Parta Ibeng di Posting 31 Maret 2020
(8) Kum Muryati & Juju Suryawati, Perspektif Ilmu Sosiologi(Jakarta, PT. Glora Aksara Pratama, 2007) hal. 57
6
Jika dilihat dalam pembagian jenis-jenis peran tidak hanya seseorang yang memiliki
status atau kedudukan yang menjalankan peran, akan tetapi individu bisa menjalankan
perannya masing-masing sesuai dengan cara pandang yang dimiliki.

B. Memahami Penyuluh Agama Kristen


1. Landasan Hukum
Sesuai dengan pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indoneia bahwa
pembentukan moral sebagai pondasi pertama dengan pembangunan yang dilandasi dengan
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam pembentukan UUD 1945 yang berbunyi
“Ketuhanan Yang Maha Esa”.(9)
Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang berketuhanan artinya Bangsa Indonesia adalah
bangsa yang beragama, oleh sebab itu melalui agama-lah masyarakat di didik, diajari,
di bimbing bagaimana menjalani kehidupan di dunia ini dengan baik dan benar sesuai
dengan ajaran agamanya.
Sebagai landasan hukum, keberadaan Penyuluh Agama adalah Keputusan Direktur
Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen nomor 136 tahun 2017 tentang perubahan atas
Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Kementerian Agama RI
No.DJ.III/KEP/HK.005/722/2016 tentang petunjuk teknis Penyuluh Agama Kristen non
PNS pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Kementerian Agama RI
tahun 2016 dalam melaksanakan Visi dan Misi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
Kristen dalam masyarakat diperlukan penyuluh-penyuluh agama yang handal,
baik Penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun Penyuluh non Pegawai Negeri Sipil
(non PNS).
Berdasarkan Putusan Presiden no 7 tahun 2015 tentang organisasi dan tata kerja
Kementerian Negara (Lembaran Negara RI tahun 2015 No. 8), Peraturan Presiden No 83
tahun 2015 tentang Kementerian Agama (Lembaran Negara RI tahun 2015 No. 168) serta
berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Agama Republik Indonesia No 42 tahun 2016
tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Negara. Peraturan Presiden No 2 Tahun
2015 tentang RPJMN tahun 2015-2019 mengandung hal-hal yang harus dijelaskan
prioritas nasional oleh seluruh kementerian.(10)
Selanjutnya RPJMN tersebut dijabarkan dalam Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga. Bagian pokok dari Rencana Strategis Kementerian Agama akan
menjabarkan arah kebijakan dan strategi Kementerian Agama yang selanjutnya dijabarkan
dalam bentuk Program.(11)
(9) A Sutarmadi & Al-Tirmidzi, Pesona Dalam Pengembangan Hadits dan Fiqih (Ciputat ; Logis Wacana Ilmu, 1998) hal. 27
(10) Thomas Pentury, Perubahan Patunjuk Teknis Penyuluhan Agama Kristen Non PNS, Direktoral Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen
Kementerian Agama RI(Jakarta, 2017) hal. 1-10
(11) Renstra Unit Kerja Ditjen Bimas Kristen Tahun 2015-2019(Renstra Hasil Reviu) 83 Isi Renstra https:bimaskristen.kemenag.go.id pdf 7
Karena itu peningkatan kualitas Bimbingan Masyarakat Kristen, Visi, Misi, Arah dan
Strategi Kebijakan, Sasaran, Program dan Kegiatan dalam waktu 5 (lima) tahun ke depan,
dituangkan dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen.
Disamping itu pula, penyusunan Renstra Dirjen Bimas Kristen 2015-2019 di susun dengan
mempertimbangkan berbagai capaian program dan kegiatan pada tahun anggaran
sebelumnya, kondisi umum, potensi dan permasalahan serta faktor-faktor kunci
keberhasilan pembangunan Agama bidang Bimbingan Masyarakat Kristen. (12)
2. Landasan Teoligis
Dasar Teologis Penyuluh Agama Kristen adalah ALKITAB yang terdiri dari Kitab
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
a. Dalam Kitab Perjanjian Lama yaitu terdapat dalam :
a.1. Ulangan 6:1-7 yang berbunyi “ Inilah perintah yakni, yakni ketetapan dan
peraturan yang aku ajarkan padamu atas perintah Tuhan, Allahmu, untuk
dilakukan di negeri, kemana kamu pergi untuk mendudukinya, supaya seumur
hidup mu engkau dan anak cucumu takut pada tuhan, Allahmu dan berpegang
pada segala ketetapan dan perintah-nya yang kusampaikan kepadamu dan
supaya lanjut umurmu. Maka dengarlah hai orang Israel, lakukanlah itu
dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat
banyak, seperti yang dijanjikan Tuhan Allah nenek moyangmu kepadamu di
suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Dengarlah hai orang
Israel ; Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa ! Kasihilah Tuhan Allah mu
dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan segenap kekuatanmu. Apa
yang aku perintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,
haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anak-mu dan
membicarakannya apabila engkau duduk dirumahmu, apabila engkau sedang
dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”.
a.2. Dalam Kitab Amsal 22 ; 6 yang berbunyi : “didiklah orang muda menurut
jalan yang patut baginya maka pada masa tuanya pun ia tidak akan
menyimpang dari pada jalan itu”.
b. Dalam Kitab Perjanjian Baru yaitu terdapat dalam :
b.1. Injil Matius 28 : 19-20 yang berbunyi “ karena itu pergilah, jelaskanlah semua
bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus dan ajarkanlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
kuperintahkan, Aku menyertai kamu senantiasa sampai Kepada akhir zaman”.

(12) Thomas Pentury, Perubahan Patunjuk Teknis Penyuluhan Agama Kristen Non PNS, Direktoral Jenderal Bimbingan
Masyarakat Kristen Kementerian Agama RI(Jakarta, 2017) hal. 9
8
Sesuai dengan nats alkitab di atas bahwa dasar teologi penyuluh tersebut adalah
Alkitab sebagai Firman Allah.
Sesuai dengan nat itu nats Alkitab juga menjelaskan bahwa segala tulisan yang di
ilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap
manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perubahan baik.(2 Firm 3 : 16-17).
3. Pemahaman Tentang Penyuluh Agama
Kata “Penyulu” berasal dari kata “Suluh” yang artinya barang yang dipakai untuk
menerangi seperti obor. Dan Penyuluh diartikan sebagai pemberi Penerangan, penunjuk
jalan, pengintai.(Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas, Jakarta, 2008, hal.1386).
Dalam Bahasa Inggris kata “suluh” diterjemahkan dengan kata “To Light”,
“To Intrvet”, dan kata “Penyuluh” diterjemahkan dengan kata “Instructor”, “Informan”;
atau “Counselor” (Wahyu Untara, Kamus Inggris Indonesia Indonesia Inggris, Kamal
Media, Jakarta, 2010, hl.580). penyuluh Agama adalah seseorang yang diberi tugas,
tanggungjawab dan wewenang oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan
bimbingan keagamaan atau penyuluhan melalui bahasa agama.
Dari pengertian di atas bahwa Penyuluh dapat diartikan sebagai orang yang
memberikan penerangan, penjelasan dan yang dapat mengarahkan orang banyak ke dalam
situasi yang aman dan damai. Harus digarisbawahi bahwa penyuluh bukan hanya sekedar
pemberi informasi (informan), pengarah (instructor), tetapi penyuluh adalah orang yang
bergerak di lapangan untuk melakukan pendampingan atau pembinaan kepada orang
banyak, penyuluh membawa keluar jiwa-jiwa yang jatuh kedalam kegelapan dan
mengangkat mereka kedalam hidup yang penuh dengan cahaya kasih.
Oleh sebab itu, penyuluh harus memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibanding
dengan orang lain. Penyuluh juga harus lebih peka terhadap situasi dan peristiwa yang
terjadi di dalam kehidupan bangsa dan negara, sehingga informasi yang diberikan
penyuluh adalah objektif, bukan sebagai isu, yang dapat memprovokasi banyak orang,
dengan demikian penyuluh juga dapat diartikan sebagai pemersatu.
4. Tugas Pokok dan Kedudukan Penyuluh Agama
a. Tugas Pokok Penyuluh Agama sesuai dengan ketentuan Keputusan Menteri
Negara Koordinator Bidang Pengawasan dan Pendayagunaan Aparatur Negara
no54/KEP/MK.WAPAN/9/1999 adalah melakukan dan mengembangkan kegiatan
atau penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa agama.

(13) Fortunate, Tugas & Tanggungjawab Penyuluh Agama Kristen, Kegiatan Pembinaan Penyuluh Agama Kristen se-Kabupaten Tapanuli
Selatan, 25 Agustus 2010 - https;hkbpimmanuelpadangsidempuan.blogspot.com
9
b. Kedudukan Penyuluh Agama berada pada instansi pemerintah sebagai pelaksana
teknis fungsional bimbingan keagamaan atau penyuluh dan pembangunan melalui
bahasa agama kepada masyarakat dengan pengaturan sebagai berikut :
b.1. Penyuluh Agama Kementerian Agama berkedudukan pada Kantor
Kementerian Agama tingkat Kabupaten/Kota dan dapat berkedudukan pada
kecamatan.
b.2. Kanwil Kementerian Agama Tingkat Provinsi.
b.3. Tingkat Pusat
b.4. Penetapan kedudukan Penyuluh Agama di lingkungan Kementerian Agama.
5. Peranan Penyuluh Agama Kristen
Menurut Keputusan Menteri Agama no.164 tahun 1996, penyuluh agama adalah
pembimbing umat beragama dalam rangka pembinaan mental, moral dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka penyuluh agama kristen adalah pembimbing umat
kristen dalam rangka pembinaan mental moral dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Agama tersebut, penyuluh agama memiliki peranan
yang sangat penting strategis untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan negara Republik
Indonesia ini yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan melakukan ketertiban dunia.
Maka dengan itu ada beberapa pesan penyuluh agama kristen di dalam kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara yaitu :

a. Pendidik

Penyuluh agama adalah sebagaiqlou atau pendidik yang mengajar dan membina hidup
sehari-hari orang kristen. Sebagai pendidik penyuluh agama memiliki pengetahuan yang
cukup tentang isi iman kristen, ia harus mengenal dan memahami Alkitab, agar ia mampu
membawa orang banyak keluar dari kebodohan dan kedangkalan iman. Sebagaimana yang
dibebankan yesus kepada murid-muridnya dalam Mat 28;19-20; “karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa muridku...... dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah kuperintahkan kepadamu”.

b. Pemimpin

Dalam bahasa inggris pemimpin diterjemahkan dengan kata “leader” yang artinya
seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain untuk mengikuti jejak atau langkahnya.
Maka pemimpin diartikan sebagai kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain untuk
bertingkah laku sebagaimana yang dikehendaki pemimpin tersebut.(Soedjono Sukanto,
Sosiologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, h. 318). Sebagai pemimpin penyuluh
agama kristen harus mampu menjadi teladan yang memancarkan terang cahaya Kasih
Kristus dalam seluruh hidup pribadinya. Dengan terang cahaya kasih itu, penyuluh agama
akan mampu menuntun orang banyak untuk memiliki sikap jujur dan perbuatan baik.

10
c. Gembala

Sebagai seorang gemabala, penyuluh agama kristen harus memiliki sikap yang mau
berkorban dan yang merindukan keutuhan umat. Penyuluh agama kristen harus meneladani
yesus kristus yang rela berkorban untuk pembebasan umat manusia. Dalam 10;11, dengan
tegas “yeses mengatakan : Akulah gembala yang baik” yesus juga berkata kepada Petrus
dalam Yohanes 21:15-17; “ gembalakanlah, domba-domba-ku”.

Demikian Petrus juga berkata kepada para penatua dalam 1 Petrus 5:2;
“gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan dipaksa tetapi
dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah dan jangan karena mau mencari
keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri”.

Demikian penyuluh agama kristen dalam menunaikan tugas dan tanggungjawab harus
lebih mengutamakan kesejahteraan dan keutuhan umat, bukan kepentingan pribadi.

d. Transformator

Modrenisasi telah menciptakan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat.


Modrenisasi tersebut mempengaruhi nilai-nilai kebudayaan dan keagamaan manusia.
Sehingga modrenisasi dapat menciptakan disintegrasi dalam kehidupan masyarakat dan
kehancuran alam. Manusia akan semakin egois, yang tidak resfect lagi kepada sesamanya
dalam melakukan eksploitasi secara besar-besaran terhadap alam semesta.

Pada zaman modern ini dibutuhkan transformator yang membawa pembaharuan dalam
kehidupan masyarakat. Franz Magris Suseno dalam bukunya yang berjudul Beriman dalam
masyarakat mengatakan transformasi sosial yang didasarkan spritualitas kristiani
memunculkan tiga paham yaitu:

d.1. Martabat manusia sebagai pesona.

d.2. Solidaritas.

d.3. Sikap berpihak kepada kaum miskin (Kamsius, Yogyakarta. 1993, hl.119).

oleh karena itu penyuluh agama kristen harus mampu menjadi tokoh transformasi di
dalam kehidupan masyarakat. Dengan iman kristiani (spritualitas kristiani) dari pada
penyuluh agama kristen akan membina umat untuk menghargai sesamanya peka terhadap
penderitaan orang lain dan mendahulukan kaum miskin.

e. Penyuluh agama berperan sebagai agent of change yakni berperan sebagai


pelaku utama perubahan besar yang lebih baik di segala bidang kearah kerugian,
perubahan dari yang negatif tau pasif menjadi positif atau aktif karena itu menjadi
motovator utama pembangunan.

f. Penyuluh agama mempunyai peran untuk membimbing manusia untuk dapat hidup
rukun, cerdas, mandiri serta sejahtera lebih baik.

g. Penyuluh agama kristen dapat menjadi teladan dalam segala bidang kehidupannya.

11
C. Upaya Untuk Meningkatkan Kerohanian Remaja
1. Pembinaan Dalam Keluarga
Secara etimologi, kata keluarga berasal dari bahasa sansekerta yaitu keluarga artinya
seisi rumah. Keluarga disebut seisi rumah yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Berdasarkan undang-undang 52 tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga Bab I Pasal 1 ayat 6 Pengertian Keluarga adalah unit terkecil
dalam masyarakat yang terdiri dari suami isteri, atau suami istri dan anaknya.(14)
Merurut beberapa ahli pengertian kelaurga adalah :
a. Menurut Raismer (1980), Keluarga adalah Senuah kelompok yang terdiri dari dua
orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang
terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek.
b. Menurutl Gillis (1983), Keluarga adalah sebuah kesatuan yang kompleks dengan
atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing
mempunyai sebagaimana individu.
c. Menurut Duvall (1986), Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
memperthankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, omisional
serta sosial dari setiap anggota keluarga.
d. Menurut Conposius, Keluarga adalah gambaran sederhana dari struktur sosial
dalam masyarakat.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah suatu
unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, isteri, anak dan beberapa orangyang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu tempat dalam keadaan saling
ketergantungan.
Keluarga adalah unit terkecil dalam tatanan masyarakat yang merupakan unsur
penentu pertama dan utama keberhasilan anak. Anak merupakan titipan, amanah dari
Tuhan Yang Maha Esa yang di anugerahkan kepada orang tua dengan keadaan fisik dan
psikologis yang sangat tergantung pada lingkungan sekitarnya. (15)
Implikasi nyata dalam kehidupan bahwa keberhasilan pendidikan karakter anak bukan
terletak pada sekolah saja namun yang paling utama adalah terletak pada proses
pendidikan, pembinaan dalam keluarga.

14. https;//image.slidesharecdn.com
15. https;//id.m.wilkipedia.org.wilki

12
Jadi keluarga adalah pemegang peranan yang sangat penting dalam berlangsungnya
proses pendidikan dan pembentukan perilaku anak sesuai dengan nilai karakter yang ada
dalam masyarakat.

2. Pembinaan di Sekolah
Pendidikan di Sekolah seharusnya mampu sebagai pendidik dan sebagai sahabat buat
anak didik mereka agar terjalin hubungan yang harmonis.
Dalam pandangannya John M. Nainggolan menyatakan, tanggung jawab guru-guru
Pendidikan Agama Kristen yang telah disediakan melingkupi sebagai berikut :
a. Sejauh mana Pendidikan Agama Kristen di sekolah mampu memberikan dampak yang
baik bagi pertumbuhan iman/kerohanian anak pada saat ini.
b. Sejauh mana tanggungjawab sekolah dalam melaksanakan Pendidikan Agama Kristen
kepada anak secara bertanggungjawab dan berkualitas.
c. Sejauh mana peranan guru Pendidikan Agama Kristen di dalam mewujudkan tujuan
Pendidikan Agama Kristen di sekolah.
d. Sejauh mana tanggungjawab orangtua dalam mendukung pelaksanaan tugas Pendidikan
Agama Kristen di sekolah.(16)

3. Pembinaa di Gereja
Remaja merupakan golongan manusia yang sangat membutuhkan pembinaan dan
pengembangan ke arah yang lebih baik, karena pada prinsipnya para remaja merupakan
generasi yang terus bertumbuh dan memiliki semangat yang tinggi untuk terus
berkembang.
Untuk itu gereja harus memberikan waktu, dana dan perhatian bagi pembinaan kaum
remaja. Jika gereja tidak memberikan tempat bagi remaja untuk bertumbuh dan ikut
berperan, tidak heran jika jumlah kaum remaja dalam gereja akan makin menurun.
Sebagai bagian dari anggota tubuh kristus, remaja gereja seharusnya ikut berperan aktif
bekerja melayani tuhan, walaupun mereka masih muda.
Para remaja dapat dilatih oleh gereja untuk memulai memegang tanggungjawab dengan
cara :
a. Melibatkan remaja dalam kegiatan dalam pelayanan
Para remaja yang dilatih dapat dilibatkan dalam pelayanan gereja mis, sebagai pemain
usik, petugas kolekte, operator LCD, singer, pemimpin nyanyian jemaat, pemimpin

16. John M Nainggolan, 2006, Guru Agama Kristen (Bandung, Jurnal Info Media) hal. 29

13
ibadah sekolah minggu, mengikuti persekutuan dan bahkan memimpin persekutuan
yang dilakukan dirumah-rumah jemaat.
b. Menjadi agen penggerak tubuh kristus yang bertumbuh
Remaja yang telah dibina dengan baik, akan menghasilkan remaja dengan iman yang
dewasa. Remaja yang dewasa secara rohai bukan saja bisa bertumbuh dan dilibatkan
dalam tugas pelayanan gereja dan dapat juga menjadi agen penggerak bagi
pertumbuhan iman tubuh kristus secara keseluruhan
c. Menjadi saksi kristus
Remaja yang dibina dengan baik dapat diutus untuk menjadi saksi kristus dimanapun
ia ditempatkan, baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Gereja perlu
membina mereka untuk menjadi remaja-remaja kristen yang takut akan tuhan sehingga
dapat menyatakan injil kepada semua orang terutama teman-teman di dalam
komunitasnya.(17)
4. Cara yang dapat dilakukan untuk membina dan meningkatkan kerohanian anak gereja
agar tetap bertumbuh dalam kristus.
Penyuluh melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengadakan kelompok-kelompok PA
Mengadakan kelompok-kelompok PA merupakan salah satu cara dalam
meningkatkan kerohanian gereja.
b. Menjaga gaya hidup sehat seperti menghindari makanan instan.
c. Mengajak untuk ibadah bersama.(Ibr 10:24-25)
d. Mengadakan perlombaan misalnya : luis alkitab, membaca indah alkitab, mengikuti
partandingan di gereja misalnya : olah raga, seni dan musik.
e. Mendengarkan musik kristen dan membaca buku kristen.
f. Membagikan firman tuhan (roma 10;17)
g. Melatih rohani dengan melakukan tindakan-tindakan rohani, melatih berdoa yaitu
buah-buah rohani yaitu kasih, damai, suka cita mengasihi dan memberi.
h. Hidup di dalam persekutuan rohani.
Membangun hubungan rohani danberlatih di dalam sistem seperti belajar firman
tuhan dan doa. Doa adalah nafas rohani, barang siapa yang percaya namun tidak
berdoa maka rohaninya akan mati. Orang seperti itu sangat memerlukan hidup di
dalam persekutuan agar dapat disegarkan rohaninya. Masalah dunia membuat
lemah namun di dalam persekutuan manusia dapat saling membagi dan
menguatkan.
17. https;//remaja.sabda.org 31 Agustus 2018

14
i. Mengadakan kamping remaja (perkemahan)
Kamping meripakan suatu hal di sukai oleh ramaja apabila kamping dilapangan
terbuka dimana remaja bisa menyatukan diri mereka apabila menjalani kamping
bersama teman-teman sebayanya di lapangan terbuka. Ann Grinnell menegaskan
dalam bukunya “Melalui Kamping” kita dapat mendekati mereka dan
bergaul sepanjang hari sehingga dapat melayani mereka secara pribadi dan
sungguh-sungguh.(18)
j. Mengadakan kebangunan rohani
Kebangunan rohani ini diadakan pada suatu waktu yang khusus, apakah pas hari
ulang tahun grup remaja, apakah pada waktu kamping. Selain itu mereka akan di
folloe-up. Robin dan Marcia Hadfield mengatakan bahwa “Follow-Up paling sulit
dan paling penting”. Begitu pula yang dikatakan Ann Grinnel Follow Up bukan
saja merupakan segi kerohanian, namun mengenai setiap bagian hidup. Karena
apabila kita mengadakan kebaktian kebangunan rohani tanpa mengadakan follow
up, maka hasilnya akan sia-sia.(19)
Seperti yang diketahui bersama, dunia remaja saat ini semakin jauh dari kristus.
Jika tidak bergerak dengan cepat, banyak remaja yang akan ikut terlindas di dalamnya.
Namun remaja dimenangkan pada usia-usia ini mereka dapat menjadi saksi kristus yang
sangat efektif untuk membawa remaja lain dimenangkan bagi kristus.
D. Foktor Penghambat dan Meningkatkan kerohanian remaja
Sudah dijelaskan di atas bahwa remaja yang dibina imannya dengan baik akan menjadi
fondasi masa depan gereja. Namun tidak dapat disangkal untuk menciptakan remaja yang
kuat, ada tantangan yang harus di hadapi. Tantangan tersebut meliputi tantangan dari luar
dan tantangan dari dalam.
Berikut akan diuraikan dengan singkat kedua tantangan tersebut :
1. Tantangan Dari Luar
a. Teknologi
Ditengah perkembangan, permasalahan dan tantangan bagi remaja semakin berat
dan kompleks. Dimana-mana baik di ota maupun di desa remaja mengalami ancaman
dan tidak sedikit dari mereka mulai terjerumus untuk jauh dari tuhan dan terlibat dari
hal-hal yang tidak baik. Tantangan ini diantaranya adalah dari sisi teknologi dan
globalisasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa remaja terkena imbas teknologi yang
semakin canggih. Di satu sisi, teknologi memang bermanfaat dan memberi dampak
yang pisitif, tetapi di sisi yang lain teknologi perlu diwaspadai dan sangat berbahaya.
18. Ruth F Selan. Pembinaan Warga Jemaat(Bandung, Kalam Hidup, 2000) hal. 76
19. Aan Grinnell, Pedoman Kepemimpinan Kaum Muda, Dream Big Start Small, (Jakarta, Departemen Pemuda GKII dan Departemen
Pemuda CMA, 2011) hal. 139
15
Pertanyaanya mau dibawa kemana remaja pada era ‘Digital Native” (internet, gatget,
cyber) saat ini ?
- dengan adanya media elektronik yang dapat menjadi sarana yang dipakai iblis
untuk menghancurkan generasi dan bangsa.
- adanya bebas akses internet tanpa batas, bila tidak bijak menggunakannya akan
membuat remaja terjerumus dalam pornografi dan Pergaulan bebas.
Kemajuan teknologi digital juga bisa sangat berdampak pada sisi yang negatif.
Contohnya ; Sifat iri hati bisa berakhir di ujung jari. Marah dan dendam dan
sebagainya jika tidak berhikmat dan tidak dikelola dengan baik nerakhir juga di ujung
jari, karena tulisan lisan adalah sesungguhnya ungkapan dari dalam hati seseorang.
Mereka dalah remaja-remaja yang memiliki cara berfikir yang berbeda,
cara berkomunikasi yang berbeda. Untuk itu gereja harus meramu dan menemukan
cara-cara pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan remaja pada globalisasi ini. Gereja
harus dapat membuka diri terhadap teknologi dan memakai teknologi sebagai media
baru untuk memberikan dan mempelajari firman tuhan. Sebagai contoh ; melakukan
renungan (pagi/malam) dan PA bersama jemaat melalui facebook group pada tengah
minggu, terutama untuk gereja dengan lokasi rumah yang jauh dari gereja.
b. Lingkungan
Selain itu lingkungan sosial juga memegang peranan besar dalam membentuk
karakter gereja karena mempengaruhi nilai dasar pola fikir dan corak kepribadian
remaja. Dalam 1 Korintus 15:33 dituliskan... “Pergaulan yang buruk merusakkan
kebiasaan yang baik”. Oleh sebab itu gereja harus memberikan fondasi yang kuat agar
remaja tidak terpengaruh mengikuti hal-hal negatif yang ditawarkan oleh dunia.
c. Pengaruh Teman
Pengaruh teman sebaya dimana remaja mudah ikut-ikut pergaulan yang buruk
untuk menemukan jati diri. (20)
2. Tantangan Dari Dalam
Tantangan dari dalam ini adalah faktor yang berasal dari diri remaja tersebut yang
tidak memupuk kehidupan rohaninya dengan baik misalnya, melalui saat teduh pribadi,
berdoa, bersekutu dengan teman seiman sehingga mengakibatkan minimnya pengetahuan
remaja dalam keagamaan.

20. Harianto Sande Pailang, Membangun Spritual Remaja Masa Kini Berdasarkan Amsal 22;6, Jurnal Jaffray, 2012
https;//media.neliti.com.media

16
Berikut ada beberapa penghambat pertumbuhan kerohanian dari dalam remaja itu
sendiri, diantaranya :
a. Pikiran yang pasif
Pikiran yang pasif menempati urutan teratas sebagai jalan masuk roh-roh dunia ke
dalam hidup remaja secara khusus, umumnya kepada semua orang percaya. Kepastian
hanya akan memberi ruang gerak bagu musuh untuk menaburkan sasuatu yang kelak
akan bisa jadi merepotkan diri kita sendiri dan benih yang ditabur oleh musuh itu
biasanya baru akan bereaksi saat kita sedang lemah atau ada ditengah peperangan rohani.
Pikiran yang pasif dalam kehidupan seseorang memiliki beberapa penyebab, antara lain :
1. Faktor kebiasaan
Sedari kecil jika tidak dilatih untuk berfikir, karna orang tua tidak pernah
mengajak untuk berfikir, hanya memberi perintah dan mengharuskan anak untuk
taat tanpa penjelasan apapun. Untuk remaja yang tinggal di kota besar dengan
semua keruwetan dan kesibukan yang ada sering kai orangtua membiasakan anak
mereka berlama-lama menonton TV atau bermain game. Asal anak tidak rewel,
orangtua sudah cukup puas. Kebiasaan menonton dan bermain game inilah yang
ikut mengkondisikan fikiran anak untuk menjadi pasif dan tes program dengan apa
yang mereka tonton atau mainkan di game mereka.
2. Faktor kemalasan
Ada orang-orang tertentu yang memang malas berfikir. Kemalasan berfikir
membuat pikiran seseorang menjadi pasif dan mengkondisikan terjadinya kasus
mudah pikun atau pelupa.
b. Pikiran kritis yang bersumber dari pola fikir yang belum diperbaharui
Kekritisan seseorang dalam berfikir adalah merupakan kebalikan dari orang yang
pasif. Memiliki pikiran yang kritis itu sangat penting tapi jika kekritisan berfikir kita
bersumber pada pola fikir yang belum diperbarui maka akan jadi sangat berbahaya juga.
Karena orang yang berfikir kritis akan mengalami kesulitan dalam menumbuhkan iman.
Maka cenderung “mengukur” segala sesuatu dari fakta-fakta, data dan analisa yang
biasanya terjadi di kebanyakan orang. Sementara saat tuhan berfirman, sering kali akan
terus menemukan fakta-fakta yang berkebalikan dengan firman-nya.
c. Kondisi hati yang tidak akurat
Ketakutan untuk terulangnya suatu peristiwa buruk tertentu atau trauma, biasanya
muncul dalam kehidupan seseorang karena ia gagal melihat Tuhan dan Pekerjaan Tangan
Tuhan melalui peristiwa yang telah terjadi tersebut.

17
Kegagalan seorang pelajar untuk melihat Tuhan di luar sana disebabkan karena orang
yang bersangkutan sudah terlebih dahulu gagal untuk dapat melihat Tuhan di dalam
hidupnya.
Hal ini biasanya disebabkan karena masih ada banyak konflik batin dalam hidupnya
yang belum terselesaikan. Kondisi hati seperti ini tidak akurat di hadapan Tuhan. “Yuore
blessed when you get your inside world-your mine and heart-put right. Then you can see
God in the outside word”. (mat 5;8).
Inilah faktor internal yang sering menghambat pertumbuhan orang percaya.(21)
d. Pertentangan dengan diri sendiri
Transisi remaja anak-anak menuju orang dewasa akan menimbulkan banyak tuntutan
dari keluarga, lingkungan, masayarakat dan juga diri sendiri. Segala macam tuntutan ini
akan membuat bingung dalam memenuhi tuntutan tersebut dan akhirnya muncul
pertentangan dalam diri sendiri.
e. Gelisah
Dalam mencapai sebuah eksistensi mencari perhatian, mendapat kepopuleran, prestasi
dan yang lain, anak remaja akan menjadi gelisah yang terlihat dari sifat pemberontak
dalam diri remaja dan akhirnya terlihat dalam perilaku sebab keinginan diri sendiri
bertentangan dengan keinginan orang sekitarnya.
f. Canggung dan kaku
Canggung saat bergaul sebagai anak remaja yang sedang beranjak dewasa memiliki
perasaan ini. (22)
g. Tidak dapat menguasai diri
Suatu sifat atau karakter yang sangat bertentangan dengan karakter kristus. Orang-
orang seperti ini seperti petasan yang bersumbu pendek, sangat mudah sekali meledak
jika disulut api. Potensi sebagus apapun dalam diri seseorang yang mudah meledak
tidak akan dapat berfungsi dengan baik, dan tidak ada pernah kemajuan dalam
kehidupan rohaninya, hidupnya akan dipenuhi pertikaian, ketersinggungan dan
perbantahan.(23)
Berdasarkan hal tersebut, 1 Petrus 4;7 memberi nasehat untuk dapat menguasai diri
agar dapat menjadi tenang, agar dapat berdoa artinya kita dapat fokus dengan pribadi
Tuhan untuk kita bertumbuh dalam iman.

21. https;//www.stevenagustinus.com
22. https;//psikologi.com.cdn.ammpojekt.org 15 maret 2018
23. https;//gpdimahanaim.tegal.org

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Meningkatkan kerohanian remaja adalah suatu upaya yang terus-menerus untuk
mendemonstrasikan hidup yang berarti atau bermakna dengan menjaga dan memelihara
iman remaja di tengah-tengah kesempatan dan tantangan kehidupan.
2. Masa remaja dalah masa transisi dari dunia kanak-kanak yang ditinggalkan tetapi masa
kedewasaan belum dijalani dengan sungguh-sungguh. Itu sebabnya dalam membangun
kerohanian remaja diperlukan kerja sama dengan orang-rang dewasa, orang tua, orang
rohani, gereja terkhusus Penyuluh yang berkompeten supaya dimasa yang akan datang
mereka akan menjadi seorang pribadi yang kuat, kokoh dalam iman nya dan takut kepada
tuhan sehingga hidupnya menjadi berarti atau menjadi berkat bagi sesama.
3. Ada beberapa faktor penghambat dalam membangun spritual remaja yaitu faktor teknologi,
faktor lingkungan kemudian dengan adanya media elektronik yang dapat menjadi sarana
yang dipakai iblis untuk menghancurkan generasi bangsa dan negara, bebasnya akses
internet tanpa batas, pengaruh teman sebaya, faktor dari diri remaja itu sendiri yang tidak
mau memupuk kehidupan rohaninya dengan baik melalui saat teduh pribadi, berdoa dan
bersekutu dengan teman seiman serta keluarga. Faktor pemalasan, fikiran yang pasif,
pertentangan dengan diri sendiri, kondisi hati yang tidak akurat, gelisah, canggung dan
kaku serta tidak dapat menguasai diri
4. Upaya yang dilakukan oleh penyuluh dalam membina kerohanian remaja yaitu :
- Membentuk diskusi kelompok PA, melakukan perkunjungan kerumah-rumah,
mengadakan perlombaan seperti kuis alkitab, membaca indah alkitab, mengikuti
pertandingan gereja, memerankan pragmen-pragmen kerohanian, mengadakan
perkemahan dan mengadakan kebangunan rohani
B. Saran
1. Bagi orangtua dan gereja sangat diharapkan kerjasama yang baik untuk meningkatkan
kerohanian remaja.
2. Bagi penyuluh agama kristen, diharapkan agar lebih aktif lagi dalam melaksanakan
tugasnya untuk membimbing umat ke jalan yang benar.
3. Bagi remaja diharapkan lebih aktif untuk mengikuti kegiatan keagamaan/kerohanian
dan kegiatan sosial agar dapat menjadi teladan bagi masyarakat dan masa depan bagi
bangsa dan negara.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Alkitab, LA & Cat IX tahun 2011


2. Alwi Hasan,dkk, (2003) KBBI cet III;Jakarta;PT BALAI PUSTAKA.
3. Darajat Zakiah, (1979) Kesehatan Mental cet.VII:Jakarta:Gunung Agung.
4. Grinnell Aan, (2011) Pedoman Kepemimpinan Kaum Muda, Dream Big Start
Small, Jakarta, Departemen Pemuda GKII dan Departemen Pemuda CMA.
5. Hasugian Saur, (2011) Petunjuk Teknis Jakarta ; KEMENAG.
6. Janse Belandina Non-Serrano dkk, (2016) PAK, Kemendikbud, Jakarta.
7. John Macrthur, Kitab Kepemimpinan, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta.
8. Muryati Kum & Suryawati Juju, (2007) Perspektif Ilmu Sosiologi Jakarta, PT.
Glora Aksara Pratama.
9. Nainggolan John M, (2006), Guru Agama Kristen Bandung, Jurnal Info Media.
10. Pailang Harianto Sande, (2012) Membangun Spritual Remaja Masa Kini
Berdasarkan Amsal 22;6, Jurnal Jaffray.
11. Paulus Lilik Kristianto, (2006) Prinsip & Praktik PAK Yogyakarta, Andi.
12. Pentury Thomas, (2017) Perubahan Patunjuk Teknis Penyuluhan Agama Kristen
Non PNS, Direktoral Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Kementerian Agama
RI Jakarta.
13. Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Agama Kristen & Angka Kreditnya.
(2011) Jakarta, Dirjen BimasKristen.
14. Purwoko Yudo, (2001) Memecahkan Masalah Remaja : dari masalah Agama
hingga Pergaulan, dari Masalah Seks Hingga Pernikahan cet 1 : Bandung :
Nuansa.
15. Selan Ruth F. (2000) Pembinaan Warga Jemaat Bandung, Kalam Hidup.
16. Sutarmadi A & Al-Tirmidzi, 1998 Pesona Dalam Pengembangan Hadits dan Fiqih
Ciputat ; Logis Wacana Ilmu
17. Sirinam S. Khalsa, (2008) Pengajaran & Disiplin Harga Diri Jakarta, PT. Indeks.
18. Selan Ruth F. (2000) Pembinaan Warga Jemaat Bandung, Kalam Hidup.
19. Thomas Pentury, (2017) Perubahan Petunjuk Teknis Penyuluh Agama Kristen Non
PNS Jakarta, Dirjen Bimas Kementerian Agama RI.
20. While Ellen, (2011) Mendidik & Membabtis Anak, Indonesia Publishis; Bandung.

20
INTERNET

1. https;//gpdimahanaim.tegal.org
2. https;//id.m.wilkipedia.org.wilki
3. https;//image.slidesharecdn.com
4. https;//media.neliti.com.media
5. Https://Pendidikan .co.id Oleh Parta Ibeng di Posting 31 Maret 2020
6. https;//psikologi.com.cdn.ammpojekt.org 15 maret 2018
7. https;//www.stevenagustinus.com

21

Anda mungkin juga menyukai