Anda di halaman 1dari 13

1

PERILAKU SOSIAL REMAJA

DI DESA PETUNJUNGAN BULAKAMBA BREBES

A. Latar Belakang Masalah

Secara sosiologis pendidikan agama adalah proses pemasyarakatan nilai

ajaran agama yang dilangsungkan secara turun temurun, sistematis dan

trasparan, baik di lingkungan sekolah, kalangan keluarga maupun masyarakat.

Karena “agama akan memperkuat norma-norma kelompok, sanksi moral

untuk perbuatan perorangan, dan menjadi dasar persamaan tujuan serta nilai-

snilai yang menjadi landasan kesimbangan masyarakat” (Dadang Kahmad,

2000 : 119-120).

Proses demikian dalam kajian sosiologis dikenal dengan istilah

“sosialisasi” yang berarti proses yang membantu individu melalui belajar dan

menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berfikir

kelompoknya, agar mengenal dan menghayati kebudayaan dalam lingkungan

(Ananda Santoso dan S. Projanto, t.th.: 330).

Dengan gambaran seperti di atas, maka dapat dipahami bahwa sosialisasi

adalah proses dinamis yang mengharuskan adanya hubungan dan komunikasi

antara individu dengan lingkungan masyarakat. Masyarakat di sini dipahami

sebagai kelompok manusia yang hidup dengan memakai pola, adat istiadat,

nilai ajaran dan lain-lain yang berlaku, individu yang hidup di lingkungan

tersebut, sadar atau tidak sadar, aman atau tidak aman kalau menyesuaikan

diri dengan tata laku dan nilai sosial yang dianut dan berlaku pada masyarakat

itu.

1
2

Berkaitan dengan masalah di atas, Vembrianto (1993 : 19) menjelaskan

bahwa proses sosialisasi adalah proses akomodasi dengan nama individu

menghambat implus-implus sesuai dengan tekanan lingkungan dan

mengembangkan pola-pola dan tingkah laku yang baru dengan kebudayaan

masyarakat.

Pemahaman seperti di atas, dapat diterapkan dalam bidang khusus seperti

“sosialisasi ajaran agama Islam”, yakni prose individu untuk mengembangkan

pola-pola dan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran agama Islam yang

dianut oleh masyarakat. Proses demikian minimal mengharuskan adanya dua

prasyarat, yakni : Pertama, ajaran agama Islam telah melembaga dan menjadi

pedoman dalam perilaku masyarakat. Kedua, individu yang hiduppada

lingkungan tersebut memiliki kesadaran untuk berperilaku dan menyesuaikan

diri dengan tuntutan yang berlaku di masyarakat, pemenuhan kedua prasyarat

tersebut akan memudahkan tersosialisasinya nilai-nilai ajaran agama dalam

kehidupan sehari-hari. (Dadang Khamad, 2000: 53).

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku

sosial masyarakat akan terkondisikan dengan baik apabila sosialisasi ajaran

agama telah dilaksanakan dengan sebaik-bakinya, sebaliknya penyimpangan-

penyimpangan perilaku sosial akan banyak terjadi apabila sosialisasi ajaran

agama tidak berlangsung dengan baik.

Berdasarkan pendahuluan yang dilakukan di lingkungan masyarakat Desa

Petunjungan Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes, proses sosialisasi

ajaran agama telah berlangsung cukup intensif, baik melalui lembaga

persekolahan yang banyak tersebar di wilayah tersebut, melalui berbagai

2
3

kegiatan keagamaan di tempat-tempat ibadat, maupun melalui berbagai media

yang dapat diterima masyarakat. Akan tetapi, masih banyak ditemukan

perilaku sosial di kalangan remaja yang bertentangan dengan ajaran agama,

seperti perkelahian, mabuk-mabukan dan pergaulan yang kurang

mengindahkan ajaran agama di kalangan muda-mudi.

Penelitian ini berusaha untuk mengungkap hubungan proses sosialisasi

ajaran agama dengan perilaku sosial remaja yang bertentangan dengan ajaran

agama.

Dengan demikian masalahnya adalah adanya kesenjangan antara proses

sosialisasi ajaran agama yang intensif dengan hasil yang tidak optrimal dalam

perilaku remaja bahkan cenderung banyak ditemukan perilaku yang

menyimpang dari ajaran agama di Desa Petunjungan Kecamatan Bulakamba

Kabupaten Brebes.

B. Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah.

a. Wilayah Kajiana.

Wilayah Kajian penelitian ini berkaitan dengan Sosiologi

Pendidikan Islam.

b. Pendekatan Penelitian.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan empirik

dengan melakukan studi lapangan di kalangan remaja Desa Petunjungan

Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes.

3
4

2. Pembatasan Masalah.

Besarnya ruang lingkup persoalan remaja merupakan suatu obyek

penelitian yang dihadapi, maka pembahasan skripsi ini dibatasi pada

masalah sosialisasi ajaran agama dan perliaku sosial para remaja.

Sementara obyek, dibatasi pada remaja yang berasal dari penduduk asli di

Desa Petunjungan Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes. Adapun

ajaran agama dibatasi pada ajaran agama Islam yang dianut oleh mayoritas

penduduk

3. Pertanyaan Penelitian.

1. Bagaimana proses sosial remaja Desa Petunjungan Kecamatan

Bulakamba Kabupaten Brebes?

2. Bagaimana perilaku sosial remaja di Desa Petunjungan Kecamatan

Bulakamba Kabupaten Brebes?

3. Bagaimana proses sosial remaja dalam beragama di Desa Petunjungan

Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk memperoleh data tentang proses sosial remaja di Desa

Petunjungan Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes.

b. Untuk memperoleh data tentang perilaku sosial remaja di Desa

Petunjungan Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes.

c. Untuk mengetahui proses sosial remaja dalam beragama di Desa

Petunjungan Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes.

4
5

2. Kegunaan Penelitian

1. Memberikan konstribusi akan pentingnya sosialisasi ajaran a. Islam

sehingga dapat menumbuhkan kesadaran beragama yang benar, hal ini

diharapkan dapat membentengi perilaku sosial remaja ke arah yang

lebih positif.

2. Memberikan konstribusi kepada semua pihak terutama para b. pemuka

agama khususnya di Desa Petunjungan, bahwa kontinuitas pembinaan

pada remaja sangat penting dan sangat dibutuhkan.

D. Kerangka Pemikiran.

Remaja adalah  waktu  manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja

manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut

anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak

menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan

masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Ada

beberapa definisi tentang remaja salah satunya adalah Menurut psikologi,

remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa

awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan

berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada

perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang

dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual

seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan

dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan

identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis)

dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga. 

5
6

Kehidupan sosial pada jenjang remaja ditantai dengan menonjolnya fungsi

intelektual emosional. Seorang remaja dapat mengalami sikap hubungan

sosial yang bersifat tertutup sehubungan dengan masalah yang dialami oleh

remaja. Keadaan atau peristiwa ini oleh Erik Erickson  (dalam lefton,

1982:281) dinyatakan bahwa anak telah mengalami krisi identitas. Proses

pembentukan identitas diri dan konsep diri seseorang adalah sesuatu yang

kompleks.  Banyak remaja yang amat percaya pada kelompok mereka dalam

menemukan jati dirinya.  Dalam hal ini Erik Erickson berpendapat bahwa

penemuan jati diri seseorang didorong oleh pengaruh sosiaokultural. Tidak

seperti pandangan freud, kehidupan sosial remaja (pergaulan dengan sesame

remaja terutama dengan lawan jenis) didorong oleh berorientasi pada

kepentingan seksual. Semua perilaku bsosial didorong oleh kepentingan

sosial.Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok baik

kelompok kecil maupun besar. Dalam menetapkan pilihan kelompok yang

diikuti, didasari oleh berbagai penimbangan, seperti moral, sosial ekonomi,

minat dan kesamaan bakat, dan kemampuan. Baik didalam kelompok kecil

maupun kelompok besar, masalah yang umum dihadapi oleh ramaja dan yang

paling rumit adalah faktorpenyesuaian diri. Didalam kelompok besar akan

terjadi persaingan yang berat, masing-masing individu bersaing tampil

menonjol, memperlihatkan akunya. Oleh karena itu, sering terjadi perpecahan

dalam kelompok tersebut yang disebabkan oleh menonjolnya kepentingan

pribadi setiap orang. Teteapi sebaliknya dalam kelompok ini terbentuk suatu

persatuan yang kokoh, yang diikati oleh norma kelompok yang telah

disepakati.

6
7

Nilai positif dalam kehidupan kelompok adalah tiap anggota kelompok

belajar berorganisasi, memilih pemimpin, dan mematuhi

kelompok.  Penyesuaian dalam kelompok kecil, kelompok yang terdiri dari

pasangan remaja berbeda jenis sekalipun, tetap menjadi permasalahan yang

cukup berat. Di dalam proses penyesuaian diri, kemampuan intelektual dan

emosiaonal mempunyai pengaruh yang kuat. Saling pengertian akan

kekuarngan masing-masing dan upaya menahan sikap menonjolakn diri atau

tindakan dominasi terhadap pasangannya, diperlukan tindakan intelektual

yang tepat dan kemapuan menyeimbangkan pengendalian emosional. Dalam

hubungan sosial yang lebih khusus, yang mengarah kepemilihan pasangan

hidup, pertimbangan faktor agama dan suku ini bukan saja menjadi

kepentingan masing-masing individu  yang bersangkutan, tetapi dapat

menyangkut kepentingan keluarga dan kelompok yang besar (sesame agama

atau sesame suku).

Remaja pada tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang

menjelang dewasa. Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks,

cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam

penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperlihatkan

dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang

berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Remaja menghadapi berbagai

lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai kelompok umur. Dengan

demikian, remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok

remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua.

Pergaulan dengan sesama remaja lawan jenis dirasakan yang paling penting

7
8

tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan

sesama remaja, juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk

memilik teman hidup.

E. Metodologi Penelitian.

1. Menentukan Sumber Data.

a. Data Teoretis.

Data teoretis diperoleh dari sejumlah buku bacaan yang memiliki

relevansi dengan pembahasan. Baik buku, majalah, surat kabar, dan

lain-lain.

b. Data Empiris.

Data empirik diambil dari sumber data yang ada pada obyek

penelitian, seperti pengurus Majelis Ulama, Tokoh masyarakat, Aparat

Desa dan para remaja yang menjadi Sampel penelitian.

2. Populasi dan Sampel.

a. Populasi

Populasi penelitian ini adalah para remaja (usia 13 – 22 tahun) di

Desa Petunjungan yang beragama Islam dengan jumlah 2.287 orang

dengan kategori 780 penduduk asli dan sisanya 1.507 orang adalah

penduduk pendatang. Kategori penduduk asli dan pendatang dilihat

dari asal usul orang tua (ayah – ibu), apakah mereka berasal dari luar

daerah atau kelahiran asli di wilayah itu.

8
9

b. Sampel.

Adapun Sampel yang diambil sebanyak 10 % dengan teknik

pengambilan Cluster Random Sampling, yaitu sampel yang

dikelompokkan. Jadi Sampel yang diambil adalah sebanyak 78 orang.

3. Teknik Pengumpulan Data.

a. Observasi.

Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara

langsung pada obyek penelitian, yaitu masyarakat di Desa

Petunjungan Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes, teknik ini

dilakukan untuk mengamati secara langsung kondisi obyektif

masyarakat dan kehidupan para remaja.

b. Interview

Yaitu wawancara dengan beberapa responden yang dijadikan

Sampel penelitian dan menjadi sumber dalam perolehan data, yaitu

tokoh agama, aparat desa dan para remaja.

c. Studi Dokumentasi.

Teknik ini dilakukan dengan jalan menggunakan sumber data

tertulis yang ada pada obyek penelitian, terutama menyangkut potensi

desa secara umum

4. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh

adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan

rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur

klasifikasi. Data bisa saja dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi,

9
10

wawancara, intisari dokumen, pita rekaman) dan biasanya diproses terlebih

dahulu sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan,

penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan

kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas, dan tidak

menggunakan perhitungan matematis atau statistika sebagai alat bantu

analisis. Menurut miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur

kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data,

dan 38 penarikan kesimpulan/verivikasi. Terjadi secara bersamaan berarti

reduksi data , penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi sebagai

sesuatu yang saling jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaksi pada

saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar

yang membangun wawasan umum yang disebut “analisis” (Ulber Silalahi,

2009: 339). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif

mencakup transkip hasil wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data

dan triangulasi. Dari hasil analisis data yang kemudian dapat ditarik

kesimpulan

10
11

OUT LINE

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

B. Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Wilayah Kajian

b. Pendekatan Penelitian

2. Pembatasan Masalah

3. Pertanyaan Penelitian

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian.

2. Kegunaan Penelitian.

D. Kerangka Pemikiran.

BAB II PROSES SOSIAL SOSIAL REMAJA

A. Proses Sosial Remaja.

B. Proses Perilaku Sosial Remaja.

C. Proses Sosial Remaja dalam Beragama.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .

B. Metode Penelitian.

C. Populasi dan Sampel.

D. Teknik Pengumpulan Data.

E. Teknik Analisis Data.

11
12

BAB IV ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN

A. Proses sosial remaja di Desa Petunjungan Kecamatan Bulakamba

Kabupaten Brebes.

B. Perilaku sosial remaja di Desa Petunjungan Kecamatan Bulakamba

Kabupaten Brebes.

C. Proses sosial remaja dalam beragama di Desa Petunjungan Kecamatan

Bulakamba Kabupaten Brebes

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.

B. Rekomendasi.

12
13

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Kahmad, Dadang, 2000, Metode Penelitian Agama Perspektif Ilmu Perbandingan


Agama, Bandung: Pustaka Setia

Moeong, Lexy J., 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja


Rosdakarya

STAIN Cirebon, 2000, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Cirebon: STAIN Press

_________________, 2005, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Cirebon: STAIN


Press

UIN Jakarta, 2002, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi, Jakarta:
Hikmat Syahid Indah

UNPAD Bandung, 2000, Pedoman Penyusunan Skripsi, Bandung: UNPAD

Muthahari, Murtadla, 2000, Persfektif Manusia dan Agama, Bandung : Mizan

Simuh, 2001, Konsepsi Insan Kamil Dalam Tasawuf, Yogyakarta : al-Jami’ah

Prasodjo, Sudjoko, 2000, Profil Pesantren : Laporan Hasil Penelitian Pesantren


al-Falah dan Delapan Pesantren Lain di Bogor, Jakarta : LP3ES

Baihaqi, A.K, 2000, Agama dan Perubahan Sosial, Jakarta : Rajawali Press

13

Anda mungkin juga menyukai