Term of Reference
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan pendidikan tinggi yang ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi adalah berkembangnya potensi Mahasiswa agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk
kepentingan bangsa. Dengan tujuan tersebut, maka pendidikan tinggi harus senantiasa
diarahkan untuk mencetak lulusan yang memiliki karakter sesuai tujuan pendidikan tinggi
tersebut, yakni: bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya.
Pencapaian tujuan pendidikan tinggi tersebut menjadi tantangan bagi setiap penyelenggara
pendidikan tinggi. Diperlukan sebuah ekosistem pendidikan tinggi bermutu yang menjamin
terlaksananya pendidikan tinggi yang mampu menjawab tantangan, baik tantangan nasional
maupaun tantangan secara global. Pendidikan tinggi saat ini dihadapkan kepada tuntutan
“pasar” yang memerlukan lulusan siap pakai dan memiliki keunggulan pengetahuan dan
keterampilan.
Dihadapkan kepada tantantangan yang sangat berat, justeru kondisi pendidikan tinggi saat
ini dihadapkan kepada beberapa masalah yang dinilai belum mampu mencetak lulusan
seperti yang diharapkan. Terdapat beberapa masalah pokok yang turut menjadi akar
krisis mentalitas dan moral di lingkungan perguruan tinggi. (Kadarisman 2011, 9) Pertama,
arah pendidikan telah kehilangan objektivitasnya. Perguruan Tinggi tidak lagi
merupakan tempat peserta didik melatih diri untuk berbuat sesuatu berdasarkan nilai-
nilai moral dan akhlak, yaitu mereka mendapat koreksi tentang tindakan-tindakannya;
salah atau benar; baik atau buruk. Kedua, proses pendewasaan diri tidak berlangsung
baik di lingkungan perguruan tinggi. Lembaga pendidikan ini cenderung lupa
pada fungsinya untuk turut mendewasakan mahasiswa. Ketiga, proses di perguruan
tinggi sangat membelenggu mahasiswa dan bahkan dosen. Hal ini karena formalisme
halaman 2 dari 5
perguruan tinggi dan beban kurikulum yang sangat berat (overloaded). Akibatnya,
hampir tidak tersisa lagi ruang bagi mahasiswa untuk mengembangkan imajinasi dan
kreativitas intelektualnya. Keempat, kalaupun ada materi yang menumbuhkan rasa afeksi,
seperti matakuliah agama, itu umumnya disampaikan dalam bentuk verbalisme yang
juga disertai dengan rote-memorizing. Matakuliah agama cenderung hanya untuk
sekadar diketahui dan dihafalkan agar lulus ujian, tetapi tidak untuk diinternalisasikan
dan dipraktekkan.
Dihadapkan pada permasalahan tersebut pada satu sisi, pada saat yang justeru dunia
pendidikan tinggi – juga – dihadapkan pada peran dan tantangan yang tidak mudah. Dalam
deklarasi “World Conference on Higher Education” disebutkan bahwa misi inti sistem
pendidikan tinggi (mendidik, melatih, melakukan penelitian dan, khususnya, berkontribusi
pada pembangunan berkelanjutan dan peningkatan masyarakat secara keseluruhan) harus
dilestarikan, diperkuat, dan diperluas lebih lanjut, yaitu mendidik lulusan yang
berkualifikasi tinggi dan warga negara yang bertanggung jawab serta memberikan
kesempatan untuk belajar lebih tinggi dan belajar sepanjang hayat. Selain itu, pendidikan
tinggi telah memperoleh peran yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam masyarakat
saat ini, sebagai komponen penting dari pembangunan budaya, sosial, ekonomi, dan politik
dan sebagai pilar pembangunan kapasitas endogen, konsolidasi hak asasi manusia,
pembangunan berkelanjutan, demokrasi dan perdamaian, dalam konteks keadilan. Adalah
tugas pendidikan tinggi untuk memastikan bahwa nilai-nilai dan cita-cita budaya
perdamaian berlaku.
Menyadari peran yang sangat strategis sejalan dengan tujuan pendidikan tinggi, serta
permasalahan dan tantangan yang dihadapi sebagaimana diuraikan di atas, Fakultas Hukum
Universitas Djuanda Bogor sebagai salah satu entitas penyelenggara pendidikan tinggi
senantiasa menyelenggarakan proses pendidikan tinggi, khususunya pendidikan tinggi
hukum, yang berorientasi kepada pembentukan lulusan yang mampu menjawab tantangan
profesionalisme global saat ini (student oriented). Selain itu, Fakultas Hukum Universitas
Djuanda Bogor yang merupakan bagian integral Universitas Djuanda Bogor sebagai
Kampus Bertauhid berkomitmen penuh guna membentuk lulusan yang memiliki kecerdasan
yang utuh dan menyeluruh, tidak saja kecerdasan intelektual, tetapi lulusan Falkultas
Hukum dibentuk untuk memiliki kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, kecerdasan
praktikal, dan kecerdasan moral-spiritual.
halaman 3 dari 5
Terkait dengan hal tersebut, simposium wawasan profesi hukum menjadi hal sangat relevan
guna memperkenalkan mahasiswa Fakultas Hukum kepada dunia profesi hukum yang
memiliki peran sangat mulia (Officium Nobile) dalam membangun kehidupan bangsa
melalui pembangunan hukum dan penegakkan hukum yang berkeadilan berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pelaksanaan simposiun wawasan profesi hukum ini sebagai bagian tidak terpisahkan dari
program PKKM (Program Kompetisi Kampus Merdeka) Fakultas Hukum Universitas
Djuanda Bogor sebagai partisipasi kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM)
yang digulirkaan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi R.I.
MBKM tersebut diselenggarakan dalam rangka menyiapkan mahasiswa menghadapi
perubahan sosial, budaya, dunia kerja dan kemajuan teknologi yang pesat, kompetensi
mahasiswa harus disiapkan untuk lebih gayut dengan kebutuhan zaman. Link and
match tidak saja dengan dunia industri dan dunia kerja tetapi juga dengan masa depan
yang berubah dengan cepat. Perguruan Tinggi dituntut untuk dapat merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian
pembelajaran mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara optimal dan
selalu relevan.
B. Tujuan
D. Metodologi
Narasumber
1. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H. (Mantan Notaris/Chancellor Universitas
Djuanda Bogor/Dosen Program Magister Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas
Djuanda Bogor);
2. ……… (Hakim pada Pengadilan ……………………)
3. …………. (Jaksa pada Kejaksaan …………………….)
4. Dr. Bambang Widjojanto (Advokat/Dosen Program Magister Hukum Sekolah
Pascasarjana Universitas Djuanda Bogor);
5. …………… (Notaris di …………………………)
Moderator:
………………………………. (Dosen Fakultas Hukum Universitas Djuanda Bogor).
F. Kisi-kisi Narasumber
G. Penutup
Demikianlah ToR Simposium Wawasan Profesi Hukum ini disampaikan dan kiranya dapat
menjadi panduan bagi Narasumber, Moderator dan pelaksana.
Kami, keluarga besar Insan Akademis Fakultas Hukum Universitas Djuanda Bogor
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang mendukung
terlaksananya kegiatan ini.
َ َ ْٰ َ َْ ُ ه
ّٰلل َر ِب العل ِم ْين
ِ ِ الح ْمد
Hormat Kami,
FH-UNIDA BOGOR