Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN

MAGANG KERJA PERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

DI PENGADILAN AGAMA SUMEDANG

Oleh:

Maulana Firdaus

1193050061

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN

MAGANG KERJA PERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

DI PENGADILAN AGAMA SUMEDANG

Oleh:

Nama : Maulana Firdaus

NIM: 1193050061

Telah diperiksa dan memenuhi syarat untuk dinilai dan dapat dikeluarkan nilai akhir (Kumulatif)
untuk Magang Kerja Peradilan Agama.

Mengetahui Mengetahui

Ketua Jurusan Pembimbing

............................... ...............................

NIP: NIP:

i
LEMBAR PENILAIAN

KETERANGAN NILAI
MAGANG KERJA PERADILAN AGAMA
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

Setelah memperhatikan dan memeriksa kehadiran, pengamatan di pengadilan serta penulisan


laporan individual peserta praktikum. Maka dengan ini diterangkan bahwa:

Nama : Maulana Firdaus

NIM : 1193050061
Jurusan : Ilmu Hukum
Tempat Magang : Pengadilan Agama Sumedang
Nilai Akhir : …../….. (Angka/Huruf)

Demikian keterangan ini diberikan agar yang berkepentingan menjadi maklum.

Bandung, ………………….2022
Pembimbing,

……………………………

NIP.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, atas segala rahmat, berkat, serta
hidayahnya sehingga penulis senantiasa dapat menyelesaikan Magang Kerja Peradilan Agama di
Pengadilan Agama Sumedang sebagaimana yang diharapkan. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarganya, para sahabatnya, para tabi'in dan
tabi'at nya, para ulama yang senantiasa menuruti jejak langkahnya, para guru yang telah
menyedekahkan ilmunya, serta semoga sampai kepada kita selaku umat nya.

Dengan penuh rasa syukur penulis serahkan Laporan Magang Kerja Peradilan Agama ini
sebagai hasil pengamatan penulis selama satu bulan melaksanakan kegiatan magang kerja
peradilan agama di Pengadilan Agama Sumedang. Sungguh kegiatan magang kerja peradilan
agama merupakan ajang besar bagi penulis untuk mengembangkan keahlian dan mengenal dunia
peradilan agama yang merupakan pranata hukum dan keadilan di Indonesia. Selain itu magang
kerja peradilan agama benar-benar mengubah pandangan penulis terhadap praktek penegakan
hukum di Indonesia.

Selanjutnya, penulis ingin mengucapkan terimaksih kepada Dosen Pembimbing


Praktikum Peradilan Agama, Drs.Syamsul Falah, M.Ag. yang telah memberikan arahan,
bimbingan, kritik, dan motivasi kepada penulis khusunya, serta peserta magang kerja peradilan
agama di Pengadilan Agama Sumedang umumnya. Sesungguhnya tanpa bimbingan beliau
penulis mungkin tidak dapat menyelesaikan magang kerja peradilan agama maupun
menyelesaikan laporan ini.

Sebagai rasa hormat pula, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis menyelesaikan laporan praktikum
peradilan agama ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Aceng Yusup Pribadi selaku Ayah penulis

2. Dr. Fauzan Ali Rasyid, M. Si. selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum.

3. Dr. H., Utang Rosidin, S.H., M.H. selaku Ketua Prodi/Jurusan Ilmu Hukum.

iii
4. Drs. Dimyati, S.H., M.H. selaku Fasilitator I Pengadilan Agama Sumedang.

5. Drs. Erik Sumarna, S.H., M.A. selaku Fasilitator II Pengadilan Agama Sumedang

6. Drs. Harun Nur Rasyid, selaku Fasilitator III Pengadilan Agama Sumedang

7. R. Dzihni Jawahir Labib, S.H., selaku Fasilitator IV Pengadilan Agama Sumedang

8. Della Liani Abidin, A.Md, selaku petugas meja III Pengadilan Agama Sumedang

9. Seluruh staf Pengadilan Agama Sumedang yang telah memberikan bimbingan dan
ilmu serta masukan kepada penulis selama kegiatan Magang Kerja Peradilan
Agama di Pengadilan Agama Sumedang

10. Semua pihak yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu yang telah ikut
memberikan dukungan, semangat, dan motivasi kepada penulis selama pelaksaan
praktikum maupun saat penyusunan laporan ini.

Akhir kata penyusun sangat menyadari begitu banyak kekurangan dalam pelaksanaan
magang kerja peradilan agama maupun dalam penyusunan laporan magang kerja peradilan
agama ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan maklum dari seluruh pembaca laporan ini
karena penulis meyakini tidak ada kesempurnaan melainkan hanya Allah Swt. semata dan
penulis hanya seorang hamba yang tidak dapat luput dari perbuatan khilaf dan dosa. Besar
harapan penulis agar laporan ini dapat membawa banyak manfaat kepada pembacanya. Kritik
dan saran sangat penulis butuhkan demi perbaikan dan perkembangan dalam karya penulis
berikut.

Sumedang, Maret 2022

Maulana Firdaus

NIM 1193050061

iv
DAFTAR ISI

Contents
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................................i

LEMBAR PENILAIAN............................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii

DAFTAR ISI..............................................................................................................................v

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

A. Latar Belakang Magang Kerja Peradilan Agama...........................................................1

B. Dasar Penyelenggaraan Magang Kerja Peradilan Agama..............................................1

C. Tujuan Magang Kerja Peradilan Agama.........................................................................3

D. Bentuk Dan Jenis Kegiatan Magang Kerja.....................................................................3

E. Tempat dan Waktu Kegiatan Magang Kerja Peradilan Agama......................................3

BAB II........................................................................................................................................5

DESKRIPSI UMUM PERADILAN AGAMA..........................................................................5

A. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Sumedang.........................................................5

B. Visi dan Misi Pengadilan Agama Sumedang..................................................................7

C. Tujuan Pengadilan Agama Sumedang............................................................................8

D. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sumedang........................................................8

E. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Sumedang..............................................11

BAB III....................................................................................................................................14

KEDUDUKAN, TUGAS DAN WEWENANG PENYELESAIAN PERKARA


PENGADILAN AGAMA........................................................................................................14

5
A. Kedudukan Pengadilan Agama.....................................................................................14

B. Tugas Pengadilan Agama..............................................................................................14

C. Kewenangan Pengadilan Agama..................................................................................14

BAB IV....................................................................................................................................19

HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS TEMUAN LAPANGAN DI PENGADILAN


AGAMA...................................................................................................................................19

A. Prosedur Pengajuan Perkara Di Pengadilan Agama Sumedang...................................19

B. Mekanisme Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama Sumedang............................22

C. Jumlah Penyelesaian Perkara Di Pengadilan Agama Sumedang..................................25

D. Hasil Temuan Produk-Produk Putusan Pengadilan Agama Sumedang........................27

E. Aplikasi Hasil Temuan Lapangan dalam Simulasi Persidangan..................................48

BAB V......................................................................................................................................52

PENUTUP................................................................................................................................52

A. Kesimpulan...................................................................................................................52

B. Saran dan rekomendasi.................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................55

6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Magang Kerja Peradilan Agama1


Pendidikan program sarjana diarahkan untuk menguasai dasar-dasar ilmiah
dan keterampilan di bidang kehalian tertentu, sehingga mampu menemukan,
memahami, menjelaskan dan merumuskan cara penyelesaian masalah yang ada di
ranah keahliannya. Selain itu, diharapkan untuk mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan keterampilannya sesuai bidang keahliannya dalam kegiatan yang
produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan perilaku yang sesuai
dengan tata kehidupan Bersama.

Sejalan dengan tujuan tersebut, Pendidikan yang diselenggarakan oleh


Fakultas Syariah dan Hukum yaitu untuk menyiapkan para mahasiswa agar memiliki
kemampuan akademik dalam bidang hukum yang sesuai dengan keahliannya. Oleh karena itu,
diperlukan pembekalan dan pengenalan pengetahuan tentang berbagai masalah hukum dalam
masyarakat, termasuk masalah-masalah penyelesaian perkara yang menjadi kewenangan
Pengadilan Agama.

Untuk tujuan tersebut diperlukan adanya kegiatan kurikuler yang terencana


dan terarah di luar kegiatan perkuliahan berupa magang kerja lapangan, yang
bersinggungan dan menunjang kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini, Magang
Kerja Peradilan Agama menjadi salah satu jenis praktik yang harus diikuti oleh
mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga, Hukum Ekonomi Syariah, Hukum Tata Negara,
Hukum Pidana Islam, Ilmu Hukum, dan Perbandingan Mazhab di lingkungan
Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

B. Dasar Penyelenggaraan Magang Kerja Peradilan Agama2


Dasar penyelenggaraan Magang Kerja Peradilan Agama mahasiswa Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung adalah:

1
Buku Panduan Magang Kerja Peradilan Agama, Fakultas Syariahdan Hukum, UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, 2022, hlm 1

2
Ibid.

1
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;

2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan;

3. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang PerubahanAtas


Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan;

5. Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2005 tentang Perubahan IAIN Sunan


Gunung Djati Bandung menjadi UIN Sunan Gunung Djati Bandung;

6. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi


Nasional Indonesia;

7. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 07 Tahun 2013 jo. Nomor 77 Tahun


2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja UIN Sunan Gunung Djati
Bandung;

8. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 14 Tahun 2015 tentang Statuta UIN


Sunan Gunung Djati Bandung;

9. Keputusan Menteri Agama RI Nomor B.II/3/22666 Tanggal 23 Juli 2019


tentang Pengangkatan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung;

10. Keputusan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Nomor


401/Un.05/II2.Kep.07.6/08/2019 Tanggal 15 September 2019 tentang
Pengangkatan Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Gunung
Djati Bandung; dan

11. Surat Edaran Rektor Nomor B-352/Un.05/II.4/HM. 01/03/2020 tanggal 15


Maret 2020 tentang Kebijakan Akademik dan Non Akademik UIN Sunan
Gunung Djati Bandung terkait Pencegahan Virus Corona, dan Surat
Edaran Rektor Nomor B-3992/Un.05/II.4/HM. 01/03/2020 tanggal 26
Maret 2020 tentang tindak Lanjut Kebijakan Akademik dan Non-
Akademik Pencegahan Penyebaran Virus Corona.

2
C. Tujuan Magang Kerja Peradilan Agama3
Tujuan Magang Kerja Peradilan Agama adalah untuk:

1. Membekali mahasiswa agar memiliki pemahaman dan pengalaman dalam


penyelenggaraan administrasi peradilan;

2. Membekali mahasiswa agar memiliki keterampilan dalam penyelenggaraan


administrasi peradilan;

3. Membekali mahasiswa agar memiliki pemahaman dan pengalaman dalam


proses peradilan E-Court;

4. Membekali mahasiswa agar memiliki keterampilan dalam proses peradilan E-


Court;

5. Membekali mahasiswa agar memiliki pemahaman dan pengalaman praktis


dalam menyelesaikan perkara; dan

6. Membekali mahasiswa agar memiliki keterampilan dalam menyelesaikan


perkara.

D. Bentuk Dan Jenis Kegiatan Magang Kerja4


Kegiatan Magang Kerja Peradilan Agama dilakukan dalam bentuk:

1. Pengamatan lapangan, yang dilakukan di Pengadilan Agama dengan sasaran


pengamatan meliputi: administrasi umum, administrasi peradilan, dan proses
menyelesaikan perkara, baik yang bersifat manual maupun E-Court; dan

2. Praktika hasil pengamatan, disesuaikan dengan situasi dan kondisi di


Pengadilan Agama yang ditempati.

E. Tempat dan Waktu Kegiatan Magang Kerja Peradilan Agama5


Tahapan dan waktu penyelenggaraan Magang Kerja Peradilan Agama sebagai
berikut:

3
Ibid., hlm 3.

4
Ibid., hlm 4.

5
Ibid., hlm 3

3
1. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan secara daring pada tanggal 31 Februari
2022;

2. Kegiatan Penyerahan peserta pada tanggal 02 Februari 2022;

3. Kegiatan Magang Kerja dilaksanakan pada tanggal 03-24 Februari 2022;

4. Kegiatan Penutupan Magang Kerja dilaksanakan pada tanggal 25 Februari


2021;

Kegiatan magang kerja dilaksanakan di 26 Pengadilan Agama di lingkungan


Pengadilan Tinggi Agama Jawa Barat, yaitu: Pengadilan Agama Bogor, Pengadilan
Agama Cibinong,Pengadilan Agama Depok, Pengadilan Agama Cibadak,Pengadilan
Agama Sukabumi, Pengadilan Agama Karawang, Pengadilan Agama Subang,
Pengadilan Agama Bekasi, Pengadilan Agama Cikarang, Pengadilan Agama
Purwakarta, Pengadilan Agama Cirebon, Pengadilan Agama Indramayu, Pengadilan
Agama Sumber, Pengadilan Agama Majalengka, Pengadilan Agama Kuningan,
Pengadilan Agama Bandung, Pengadilan Agama Cimahi, Pengadilan Agama
Sumedang, Pengadilan Agama Cianjur, Pengadilan Agama Soreang, Pengadilan
Agama Ngamprah, Pengadilan Agama Ciamis, Pengadilan Agama Tasikmalaya,
Pengadilan Agama Garut, Pengadilan Agama Kota Tasikmalaya, dan Pengadilan
Agama Banjar. Ditambah beberapa Pengadilan Agama dan atau Mahkamah Syariah
sesuai domisili mahasiswa peserta magang kerja.

4
BAB II

DESKRIPSI UMUM PERADILAN AGAMA

A. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Sumedang


Penyebaran agama Islam di daerah Sumedang dimulai sejak Kerajaan
Sumedang Larang diperintah oleh Pangeran Kusumadinata atau Pangeran Santri
(1530) beliaulah yang telah berjasa menyebarkan agama Islam di Sumedang dan dari
sejak itu agama Islam telah menjadi agama di seluruh kekuasaan Kerajaan Sumedang
Larang, demikian pula hukum yang berlaku adalah sebagian besar menerapkan
hukum Islam yang dilaksanakan oleh lembaga pengadilan kerajaan yang dipimpin
oleh seorang qodi/penghulu kerajaan kekuasaannya meliputi hukum perdata maupun
hukum pidana, akan tetapi putusannya harus mendapat persetujuan penguasa
kerajaan.

Setelah Belanda menjajah Indonesia, pihak Belanda mengakui kesultanan-


kesultanan di wilayah Indonesia sebagian besar memberlakukan hukum agama Islam
dalam memberlakukan hukum di wilayahnya, oleh karena itu dikeluarkanlah Stbl.
1882 No. 152 yang berlaku untuk daerah pulau Jawa-Madura, telah diatur existensi
Badan Peradilan Agama Islam dengan sebutan Raad Agama yang dipimpin oleh
Hakim Belanda dengan dibantu oleh qodi/penghulu.

Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17


Agustus 1945 dan membentuk Undang-Undang Dasar 1945 maka berdasarkan pasal
II aturan peralihan dari Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa segala
lembaga yang sudah ada sebelum UUD 1945 masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu lembaga peradilan
agama masih tetap berlaku, akan tetapi pengadilan agama yang dipegang oleh
Departemen Van Yustitutie diserahkan kepada Kementrian Agama, sedangkan
landasan peraturan tetap yaitu Stbl. 1882 Nomor 152. jo. Stbl. 1937 No. 610.

Setelah berlakunya Undang- undang No. 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan,


maka peranan Pengadilan Agama telah diberikan tugas dengan memberikan
pelayanan hukum dalam bidang perkawinan dan segala akibatnya serta wewenang
lain yang ditetapkan undang-undang kepada penduduk yang beragama Islam seluruh

5
wilayah Indonesia dan sebagai realisasi sebagai kedudukan dan wewenang pengadilan
agama dalam melaksanakan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 maka dikeluarkan
peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan
petunjuk teknis dikeluarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1975 dan
petunjuk operasional dengan Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor : D/INS/117/1975.

Pengadilan Agama Sumedang semenjak pemerintahan Kabupaten Sumedang


berdiri, keberadaan Pengadilan Agama Sumedang telah berdiri walaupun keberadaan
gedung pengadilan agama tersebut berada pada serambi Mesjid Agung Sumedang
setelah itu pada tahun 1978 mendapat DIP  dari Departemen Agama RI  dan
dibangunlah gedung di Komplek Masjid Agung Nomor 3 Sumedang yang berdiri di
atas tanah wakaf dari BKM Masjid Agung Sumedang seluas 100 m 2 yang dibangun
melalui anggaran DIP Departemen Agama tahun 1978/1979 dan pada tahun
1982/1983 telah mendapat perluasan gedung kantor yang dibangun di Jln. Sebelas
April No. 56 Sumedang, akan tetapi pemerintah Kabupaten Sumedang telah
melakukan renovasi dan perluasan sarana masjid agung maka pengadilan agama dan
Departemen Agama yang letaknya di samping masjid Agung terkena untuk perluasan
halaman dan harus dibongkar atau dipindahkan sesuai  dengan surat Bupati 
Kabupaten  Sumedang tanggal 26 September 2002 Nomor 641.6/2009/Kesra yang
terletak di samping sebelah utara  Masjid Agung harus segera dibongkar dan harus
segera pindah dari lokasi tersebut.Bahwa  pada tahun 1998/1999 Pengadilan Agama
telah mendapat DIP dari Departemen Agama RI  dan telah dibangun Gedung Balai
Sidang Pengadilan Agama Sumedang yang berdiri diatas tanah Pemberian dari
Pemerintah Kabupaten Sumedang dengan hak guna pakai  seluas 2650 M2 yang
terletak di Jalan Statistik No. 35  Lingkungan Pangaduan Heubeul Kelurahan Situ
Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang bertingkat dengan Dana DIP
tahun Anggaran 1998/1999 tanggal 31 Maret 1998 Nomor 029/XXV/3/-/1998 dengan
Revisi Anggaran 21 Juli 1998 No: S-1463/WA.07/bd.03/1998 dengan biaya sebesar
211.930.000,- yang pembangunannya dilaksanakan oleh CV. IVAN yang beralamat di
Jalan Pangeran Geusan Ulun No. 60 Sumedang dengan luas  400 M2 ( bertingkat )
dan pada tahun 2003 dan 2004.6

6
Website Resmi Pengadilan Agama Sumedang. Sejarah Pengadilan Agama Sumedang. http://www.pa-
sumedang.go.id/en/profil-pengadilan/sejarah-pengadilan, diakses pada 6 Maret 2022.

6
B. Visi dan Misi Pengadilan Agama Sumedang
Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang realistik dan
ingin mewujudkan dalam kurun waktu tertentu. Visi adalah pernyataan yang
diucapkan atau ditulis hari ini, yang merupakan proses manajemen saat ini dan
menjangkau masa yang akan datang. Hax dan Majluf dalam Akdon (2006)
menyatakan bahwa visi adalah pernyataan yang merupakan sarana untuk:

1. Mengkomunikasikan alasan keberadaan organisasi dalam arti tujuan


dan tugas pokok.

2. Memperlihatkan framework hubungan antara organisasi dengan


stakeholders (sumber daya manusia organisasi, konsumen/citizen dan
pihak lain yang terkait).

3. Menyatakan sasaran utama kinerja organisasi dalam arti pertumbuhan


dan perkembangan.7

Sementara Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai


organisasi bagi pihak yang berkepentingan di masa datang menurut Akdon (2007).
Pernyataan misi mencerminkan tentang penjelasan produk atau pelayanan yang
ditawarkan. Pernyataan misi harus:

1. Menunjukan secara jelas mengenai apa yang hendak dicapai oleh organisasi
dan bidang kegiatan utama dari organisasi yang bersangkutan.

2. Secara eksplisit mengandung apa yang harus dilakukan untuk mencapainya.

3. Mengundang partisipasi masyarakat luas terhadap perkembangan bidang


utama yang digeluti organisasi.8

Adapun Visi dan Misi Pengadilan Agama Sumedang diantaranya:9

VISI

7
Ahmad Calam dan Amnah Qurniati. Merumuskan Visi dan Misi Lembaga Pendidikan dalam Jurnal SAINTEKOM
Vol. 15, No. 1, Januari 2016, hlm. 54

8
Ibid, hlm. 57.

9
Website Resmi Pengadilan Agama Sumedang. Visi dan Misi Pengadilan Agama Sumedang. http://www.pa-
sumedang.go.id/en/profil-pengadilan/visi-dan-misi, diakses pada 9 Maret 2022.

7
"Terwujudnya Pengadilan Agama Sumedang yang Agung"

MISI

1. Menjaga Kemandirian Pengadilan Agama Sumedang

2. Memberikan Pelayanan Hukum yang Berkeadilan Kepada Pencari Keadilan

3. Meningkatkan Kualitas Aparatur Pengadilan Agama Sumedang

4. Meningkatkan Kredibilitas dan Transparansi Pengadilan Agama Sumedang

C. Tujuan Pengadilan Agama Sumedang


Rencana strategis untuk pelaksanaan penanganan penyelesaian perkara di
Pengadilan Agama Sumedang adalah:

1) Peningkatan pelayanan kepada para pencari keadilan;

2) Penyuluhan hukum;

3) Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM);

4) Court Excellence.

D. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sumedang


Secara struktural organisasi, Pengadilan Agama Sumedang sebagaimana
lembaga peradilan lainnya maupun lembaga pemerintahan pada umumnya mengenal
dua jenis jabatan, yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional. Kedua jabatan ini
hanya dikenal dalam sistem Aparatur Sipil Negara atau Pegawai Negeri Sipil. Berikut
pengertian jabatan struktural dan jabatan fungsional.

Jabatan Struktural, yaitu jabatan yang secara tegas ada dalam struktur
organisasi. Kedudukan jabatan struktural bertingkat-tingkat dari tingkat yang terendah
(eselon IV/b) hingga yang tertinggi (eselon I/a). Contoh jabatan struktural di Lembaga
Pengadilan adalah Ketua Pengadilan, Wakil Ketua Pengadilan, Panitera, Panitera
Muda, Sekretaris, dan Pejabat Kesekretariatan. Jabatan Fungsional, yaitu jabatan
teknis yang tidak tercantum dalam struktur organisasi, tetapi dari sudut pandang
fungsinya sangat diperlukan dalam pelaksansaan tugas-tugas pokok organisasi.

8
Contoh jabatan fungsional di Lembaga Pengadilan adalah Hakim, Panitera Pengganti,
Juru Sita/Juru Sita Pengganti.10

Struktur organisasi Pengadilan Agama Sumedang adalah sebagai berikut:11

Ketua Pengadilan Agama Sumedang : Drs. H. Didi Nurwahyudi, M.H.

Wakil Ketua Pengadilan Agama Sumedang : Drs. H. Ayip, M.H.

Panitera Pengadilan Agama Sumedang : Rohili, S.H.

Sekretaris Pengadilan Agama Sumedang : Dudun Achmad Mauludin, S.Ag., M.M.

Panitera Muda Permohonan : Drs. Harun Nur Rasyid

Panitera Muda Gugatan : Hj. Juju Herlina, S.H.

Panitera Muda Hukum : N. Popon N, S.Ag., M.M.

Pengadministrasi Registrasi Perkara : Della Liani Abidin, A.Md.

Kasub Bagian Umum dan Keuangan : Cece Lesmana

Kasub Bagian Kepegawaian dan Ortala : Dania Elfitria, S.E.

Kasub Bagian Perencanaan, TI, dan Pelaporan : Heriyana Efendi, ST., S.Sy.

Pengelola BMN : Indah Novitasari, A.Md., Ak

Selanjutnya jabatan fungsional di Pengadilan Agama Sumedang adalah


sebagai berikut:

Hakim Pengadilan Agama Sumedang:

1) Drs. Akhmad Saidi, M.H.

2) Drs. Dimyati, S.H., M.H.

10
Fitri, Seputar Jabatan Struktural Dan Jabatan Fungsional PNS. https://lldikti12.ristekdikti.go.id/
2010/08/03/seputar-jabatan-struktural-dan-jabatan-fungsional-pns.html, diakses pada 12 Maret 2022

11
http://www.pa-sumedang.go.id/en/profil-pengadilan/struktur-organisasi, diakses pada 12 Maret 2022

9
3) Drs. Endang Sofwan, M.H.

4) Drs. Solihudin, S.H.

5) Drs. Erik Sumarna, S.H., M.A.

6) Drs. Wawan Nawawi, S.H.

7) Drs. Abdul Malik, M.Si

Panitera Penggati Pengadilan Agama Sumedang:

1) Agus Kurnia, S.Sy.

2) Gilang Karisma Nirwana, S.Sy.

3) H. Asep Suryana, S.HI.

4) Ade Durrahman, S.H.

5) Achmad Suroso, S.Sy.

6) Nunu Karsa Nugraha, S.H.

Jurusita/Jurusita Pengganti Pengadilan Agama Sumedang:

1) Dani Musliandani

2) Iskandar Fuadi

3) Zainudin

4) Yusup

5) M. Yahya Mulqiya Jaya Sudarma

6) Sarip Hidayat

7) Tuti Suryana, A.Md.

Analis Kepegawaian : Windi Pitrasari, S.A.P

Pranata Komputer : Fanny Juliantika, S.Kom

Gambar 1: Struktur organisasi Pengadilan Agama Sumedang

10
E. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Sumedang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan
dalam pasal 24 ayat (2) bahwa Peradilan Agama merupakan salah satu lingkungan
peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung bersama badan peradilan lainnya
di lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Militer,
merupakan salah satu badan peradilan pelaku kekuasaan kehakiman untuk
menyelenggarakan hukum dan keadilan bagi rakyat pencari keadilan perkara tertentu
antara orang-orang yang beragama Islam.

Pengadilan Agama Sumedang yang merupakan Pengadilan Tingkat Pertama


bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di
tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: perkawinan,
waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syariah sebagaimana
diatur dalam pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Di samping tugas pokok di atas, Pengadilan Agama Sumedang mempunyai


fungsi, antara lain sebagai berikut:12

1. Fungsi mengadili  (judicial power), yakni menerima, memeriksa, mengadili


dan menyelesaikan perkara-perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan

12
Website Resmi Pengadilan Agama Sumedang. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Sumedang.
http://www.pa-sumedang.go.id/en/profil-pengadilan/tugas-pokok-dan-fungsi, diakses pada 12 Maret 2022

11
Agama dalam tingkat pertama (vide: Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006).

2. Fungsi pembinaan, yakni memberikan   pengarahan, bimbingan, dan petunjuk


kepada pejabat struktural dan fungsional di bawah jajarannya, baik
menyangkut teknis yudisial, administrasi peradilan, maupun administrasi
umum/perlengkapan, keuangan, kepegawaian, dan pembangunan.(vide: Pasal
53 ayat (3) Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 jo. KMA Nomor
KMA/080/VIII/2006).

3. Fungsi pengawasan, yakni mengadakan pengawasan melekat atas pelaksanaan


tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, Panitera Pengganti, dan
Jurusita/Jurusita Pengganti di bawah jajarannya agar peradilan
diselenggarakan dengan seksama dansewajarnya (vide: Pasal 53 ayat (1) dan
(2) Undang-Undang No. 3 Tahun 2006) dan terhadap pelaksanaan administrasi
umum kesekretariatan serta pembangunan. (vide: KMA Nomor
KMA/080/VIII/2006).

4. Fungsi nasehat, yakni memberikan pertimbangan dan nasehat tentang hukum


Islam kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta. (vide:
Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang No. 3 Tahun 2006).

5. Fungsi administratif, yakni menyelenggarakan administrasi peradilan (teknis


dan persidangan), dan administrasi umum (kepegawaian, keuangan, dan
umum/perlengkapan) (vide: KMA Nomor KMA/080/ VIII/2006).

6. Fungsi Lainnya:

a. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas hisab dan rukyat


dengan instansi lain yang terkait, seperti DEPAG, MUI, Ormas Islam
dan lain-lain (vide: Pasal 52 A Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006).

b. Pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan riset/penelitian dan


sebagainya serta memberi akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat
dalam era keterbukaan dan Transparansi Informasi Peradilan,
sepanjang diatur dalam Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor
KMA/144/SK/VIII/2007 tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan.

12
BAB III

KEDUDUKAN, TUGAS DAN WEWENANG PENYELESAIAN


PERKARA PENGADILAN AGAMA

A. Kedudukan Pengadilan Agama


Kedudukan Pengadilan Agama diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006 yaitu:

1. Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi


rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu (pasal 2).

2. Kekuasaan Kehakiman di lingkungan Peradilan Agama dilaksanakan oleh


Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama (pasal 3 ayat (1)).

3. Kekuasaan Kehakiman di lingkungan Peradilan Agama berpuncak pada


Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara Tertinggi (pasal 3 ayat (2)).

B. Tugas Pengadilan Agama


Menurut Abdul Manan, Pengadilan Agama, yang merupakan Pengadilan
Tingkat Pertama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang
perkawinan, kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam,
serta wakaf dan shadaqah, sebagaimana diatur dalam Pasal 49 Undang-Undang
Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama perubahan kedua atas Undang-
Undng Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

C. Kewenangan Pengadilan Agama


Kewenangan pengadilan dapat dibedakan menjadi dua yaitu kewenangan
absolut (absolute competentie) dan kewenangan relatif (relative competentie).

1. Kewenangan absolut

Kekuasaan absolut artinya kekuasaan pengadilan agama yang berhubungan


dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau tingkatan pengadilan, dalam

13
perbedaannya dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau tingkatan
pengadilan. dalam perbedannya dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau
tingkatan pengadilan lainnya, misalnya: Pengadilan agama berkuasa atas perkara
perkawinan bagi mereka yang beragama islam sedangkan bagi yang selain islam
menjadi kekuasaan peradilan umum. Pengadilan agamalah yang berkuasa
memeriksa dan mengadili perkara dalam tingkat pertama, tidak boleh langsung
berperkara di pengadilan tinggi agama atau mahkamah agung.Banding dari
pengadilan agama diajukan ke pengadilan tinggi agama, tidak boleh diajukan ke
pengadilan tinggi.13

Kewenangan peradilan agama memeriksa, memutus, dan menyelesaikan


bidang perdata dimaksud, sekaligus dikaitkan dengan asas “personalita” ke-
islaman yakni yang dapat ditundukkan ke dalam kekuasaan lingkungan peradilan
agama, hanya mereka yang beragama islam.yang melaksanakan kekuasaan
kehakiman dalam lingkungan peradilan agama dilakukan oleh pengadilan agama
yang bertindak sebagai peradilan tingakat pertama, bertempat kedudukan di
kotamadya atau ibukota kabupaten. Peradilan tingkat “banding” dilakukan oleh
pengadilan tinggi agama yang bertempat kedudukan di ibukota provinsi.14

Berdasarkan pasal 49 Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang


Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama, kekuasaan absolut Pengadilan agama adalah bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-
orang yang beragama Islam di bidang:

a. Perkawinan;

b. Waris;

c. Wasiat;

d. Hibah;

e. Wakaf;
13
Chatib Rasyid Hukum acara perdata dalam teori dan praktik pada peradilan agama. Yogyakarta : UII Press,
2009, hlm 27.

14
Harahap, M. Yahya. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi. Bidang Perdata, Edisi Kedua, Jakarta: Sinar
Grafika, 2005, hlm 100.

14
f. Zakat;

g. Infaq;

h. Shadaqah; dan

i. Ekonomi syari'ah.

Sedangkan dalam pasal 50 undang-undang tersebut, dalam hal terjadi sengketa


hak milik atau sengketa lain dalam perkara sebagaimana dimaksud dalam pasal
49, khusus mengenai objek sengketa tersebut harus diputus lebih dahulu oleh
pengadilan dalam lingkungan peradilan umum (lihat pasal 50 ayat 1). Apabila
terjadi sengketa hak milik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang subjek
hukumnya antara orang-orang yang beragama Islam, objek sengketa tersebut
diputus oleh pengadilan agama bersama-sama perkara sebagaimana dimaksud
dalam pasal 49 (lihat pasal 50 ayat 2).

2. Kewenangan Relatif

Kekuasaan relatif berhubungan dengan daerah hukum suatu pengadilan, baik


pengadilan tingkat pertama maupun pengadilan tingkat banding. Artinya, cakupan
dan batasan kekuasaan relatif pengadilan ialah meliputi daerah hukumnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Kekuasaan relatif diartikan sebagai kekuasaan pengadilan yang satu jenis dan
satu tingkatan, dalam perbedaannya dengan kekuasaan pengadilan yang sama
jenis dan sama tingkatan lainnya, misalnya antara Pengadilan Negeri Magelang
dengan Pengadilan Negeri Purworejo, antara Pengadilan Agama Muara Enim
dengan Pengadilan Agama Baturaja. Pengadilan Negeri Magelang dan Pengadilan
Negeri Purworejo satu jenis, sama-sama lingkungan peradilan umum dan sama-
sama pengadilan tingkat pertama. Pengadilan Agama Muara Enim dan Pengadilan
Baturaja satu jenis, yaitu sama-sama lingkungan peradilan agama dan satu
tingkatan, sama-sama tingkat pertama.15

Pada dasarnya setiap permohonan atau gugatan diajukan ke pengadilan yang


wilayah hukumnya meliputi:

15
Loc. Cit, Chatib Rasyid, 2009.

15
a. Gugatan diajukan kepada pengadilan yang wilayah hukumnya meliputi
wilayah kediaman tergugat. Apabila tidak diketahui tempat kediamannya
maka pengadilan di mana tergugat bertempat tinggal.

b. Apabila tergugat lebih dari satu orang maka gugatan dapat diajukan kepada
pengadilan yang wilayah hukumnya meliputi wilayah satu kediaman
tergugat.

c. Apabila tempat kediaman tergugat tidak diketahui atau tempat tinggalnya


tidak diketahui atau tergugat tidak dikenal (tidak diketahui) maka gugatan
diajukan ke pengadilan yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal
penggugat.

d. Apabila objek perkara adalah benda tidak bergerak, gugatan dapat diajukan
ke pengadilan yang wilayah hukumnya meliputi letak benda tidak bergerak.

e. Apabila dalam suatu akta tertulis ditentukan domisili pilihan, gugatan


diajukan kepada pengadilan yang domisilinya dipilih.16

Pada dasarnya untuk menentukan kekuasaan relatif pengadilan agama


dalam perkara permohonan adalah diajukan ke pengadilan yang wilayah
hukumnya meliputi kediaman pemohon. Namun dalam pengadilan agama telah
ditentukan mengenai kewenangan relatif dalam perkara-perkara tertentu dalam
undang-undang nomor 7 tahun 1989 sebagai berikut :

a. Permohonan izin poligami diajukan ke pengadilan agama yang wilayah


hukumnya meliputi kediaman pemohon.

b. Permohonan dispensasi perkawinan bagi calon suami atau istri yang belum
mencapai umur perkawinan diajukan oleh orang tuanya yang bersangkutan
kepada pengadilan agama yang wilayah hukumnya meliputi kediaman
pemohon.

c. Permohonan pencegahan perkawinan diajukan ke pengadilan agama yang


wilayah hukumnya meliputi tempat pelaksanaan perkawinan.

16
Abdullah Tri Wahyudi, Peradilan Agama di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hlm 87.

16
d. Permohonan pembatalan perkawinan diajukan kepada pengadilan agama
yang wilayah hukumnya meliputi tempat dilangsungkannya pernikahan
atau tempat tinggal suami atau istri.17

17
Op. Cit, Abdullah Tri Wahyudi, 2004, hlm 89.

17
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS TEMUAN


LAPANGAN DI PENGADILAN AGAMA

A. Prosedur Pengajuan Perkara Di Pengadilan Agama Sumedang


Sebagaimana prosedur pengajuan perkara di Pengadilan lainnya, Prosedur
pengajuan perkara di Pengadilan Agama Sumedang telah menerapkan sistem
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sebagaimana amanat Keputusan Direktur
Jenderal Badilag Mahkamah Agung Nomor 1403.b/DJA/SK/OT.01.3/8/2018 tentang
Pedoman Pelayanan Terpadu Satu Pintu. PTSP sendiri merupakan Pelayanan
administrasi peradilan secara terintegrasi dalam satu kesatuan proses yang dimulai
dari tahap permohonan informasi, pengaduan, pendaftaran perkara, pembayaran dan
pengembalian panjar biaya perkara, hingga penyerahan/pengambilan produk
pengadilan melalui satu pintu.18

Sebelumnya penyelenggaraan administrasi pengajuan perkara dilakukan


dengan sistem meja yang terdiri dari Meja I, Meja II, dan Meja III. Di pengadilan
Agama Sumedang PTSP memiliki ruang khusus berukuran kurang lebih 10 x 6 M.
Terdapat beberapa meja layanan diantaranya meja pendaftaran, kasir, produk
pengadilan, dan informasi yang masing-masing diisi oleh satu orang pegawai
pengadilan yang cakap dan mumpuni. Selain itu terdapat meja khusus layanan Pos
Bantuan Hukum yang bekerjasama dengan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan
Gunung Djati Bandung serta diisi oleh tiga orang petugas, kemudian layanan Bank
yang terintegrasi dengan meja kasir.

1. Layanan Penerimaan dan Pendaftaran Perkara di Pengadilan Agama Sumedang

Administrasi penerimaan dan pendaftaran suatu perkara di Pengadilan


Agama dilakukan oleh meja pendaftaran. Layanan Pendaftaran Perkara ini
meliputi, pendaftaran perkara gugatan dan permohon, pengajuan upaya hukum
(verzet, banding, kasasi, Peninjauan Kembali, dan derden verzet), pengajuan
permohonan eksekusi, dll.
18
Surat Keputusan Direktorat Jenderal Badilag MA Nomor 1403.b/DJA/SK/OT.01.3/8/2018 tentang Pedoman
Pelayanan Terpadu Satu Pintu

18
Pihak yang mendaftar perlu menyerahkan beberapa dokumen perkara
kepada petugas di meja pendaftaran, diantaranya sebagai berikut:

a. Surat Gugatan/permohonan

b. Surat Kuasa Khusus (Jika pihak menguasakan kepada pihak lain)

c. Fotokopi Kartu Anggota Advokat (Jika menggunakan jasa advokat)

d. Surat keterangan tentang hubungan keluarga dari kepala desa dan/atau


surat izin khusus dari atasan bagi PNS dan anggota TNI/POLRI (Jika
menggunakan kuasa insidentil)

e. Syarat kelengkapan perkara lainnya.

Bagi para pihak yang tidak menggunakan jasa advokat maka pengadilan
agama Sumedang bekerja sama dengan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Sunan Gunung Djati Bandung menyediakan Pos Bantuan Hukum yang salah
satu tugasnya adalah membantu para pihak membuat surat
gugatan/permohonan sehingga saat para pihak telah siap dengan persyaratan
yang diperlukan barulah menghadap meja pendaftaran untuk diberikan
informasi terkait besar panjar biaya perkara serta Surat Keterangan Untuk
Membayar (SKUM).

Setelah menerima SKUM, para pihak akan diarahkan ke loket bank untuk
membayar biaya panjar perkara. Setelah tahap pembayaran selesai pihak
kembali ke meja pendaftaran untuk mendapat nomor register perkara serta
diberitahu untuk menagezelen bukti-bukti tertulis ke Kantor Pos
Kabupaten/Kota Sumedang yang kemudian wajib dibawa ketika sidang
pertama dan diserahkan kepada Majelis Hakim yang menangani perkara di
ruang sidang yang ditentukan kemudian.

2. Layanan Penyerahan Produk Pengadilan Agama Sumedang

Yang dimaksud produk pengadilan adalah sebagai berikut:

a. salinan putusan dan penetapan pengadilan agama Sumedang;

b. akta cerai;

19
c. dokumen resmi pengadilan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan.

Pihak yang hendak mengambil produk pengadilan menghadap ke meja


peroduk pengadilan dan menyerahkan dokumen yang diperlukan sebagai
kelengkapan administrasi. Bagi pihak yang berperkara dapat menyerahkan
dokumen seperti bukti pengembalian panjar biaya perkara, surat
pemberitahuan sidang, yang wajib dicocokan dengan identitas yang aslinya
dalam KTP/SIM/Passport. Sementara untuk pihak yang diwakili oleh kuasa
maka harus menyerahkan surat kuasa khusus, fotokopi KTP pihak berperkara
dan pihak kuasa.

Setelah dokumen dinyatakan lengkap selanjutnya petugas meja produk


pengadilan mencatatnya dalam buku pengeluaran akta
cerai/putusan/penetapan serta dicatat pula dalam SIPP terkait tanggal
pengambilannya. Produk Pengadilan Agama Sumedang dikelompokan
berdasarkan nomor register perkara sehingga petugas meja produk harus
memastikan kecocokan antara nomor register perkara dengan identitas pihak
yang dimaksud.

Produk pengadilan selanjutnya diberikan cap pengadilan agama


Sumedang dan dimasukkan kedalam map untuk kemudian diserahkan kepada
pihak yang meminta produk tersebut. Perlu diketahui bahwa produk
pengadilan hanya dikeluarkan sekali dan diperuntukan bagi pihak yang
berperkara (Penggugat/tergugat atau Pemohon/termohon) sehingga pihak
diluar perkara tidak dapat meminta produk pengadilan untuk kepentingan
pribadi.

B. Mekanisme Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama Sumedang


Mekanisme penyelesaian suatu perkara di Pengadilan Agama Sumedang
dilaksanakan berdasarkan ketentuan administrasi dan hukum acara yang berlaku.
Adapun tahapan-tahapan tersebut diantaranya sebagai berikut:19

1. Pendaftaran Perkara

19
Direktorat Jenderal badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan
Administrasi Peradilan Agama. hlm 25-26.

20
Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, proses pendaftaran suatu perkara
dilakukan oleh petugas meja pendaftaran. Pihak yang telah melengkapi
persyaratan pengajuan perkara diberikan SKUM dan membayar ke meja Bank
kemudian petugas meja pendaftaran meregistrasi kedalam SIPP dan memberikan
nomor registrasi perkara. Dokumen perkara kemudian dimasukkan kedalam map
perkara dan diberikan nomor perkara serta diserahkan ke Panitera Muda
permohonan/gugatan untuk kemudian masuk kepada tahapan Penetapan majelis
oleh Ketua Pengadilan Agama Sumedang.

2. Penetapan Majelis Hakim

Tahapan selanjutnya yaitu penetapan majelis hakim yang akan memeriksa


suatu perkara tersebut oleh Ketua Pengadilan Agama Sumedang selambat-
lambatnya 10 hari sejak perkara tersebut didaftarkan. Proses penetapan majelis
hakim ini dapat dilimpahkan kepada Wakil Ketua Pengadilan Agama jika Ketua
Pengadilan Agama berhalangan. Susunan majelis hakim ditetapkan secara tetap
untuk periode tertentu (artinya suatu perkara ditangani oleh majelis hakim yang
sama dari awal persidangan hingga akhir persidangan). Setelah penetapan majelis
hakim keluar maka petugas meja pendaftaran (meja II) mencatatnya dalam
register perkara.

3. Penunjukan Panitera Pengganti

Setelah ditetapkannya majelis hakim, kemudian proses selanjutnya Panitera


melakukan penunjukan panitera pengganti untuk membantu majelis hakim dalam
persidangan. Penunjukan tersebut kemudian dicatat dalam register perkara oleh
petugas meja pendaftaran (meja II).

4. Penetapan Hari Sidang

Proses selanjutnya dalam mekanisme penyelesaian perkara di Pengadilan


Agama Sumedang yaitu penetapan hari sidang yang ditetapkan oleh ketua majelis
hakim. Penetapan hari sidang ini selambat-lambatnya 7 hari sejak berkas perkara
diterima dari kepaniteraan. Penetepan hari sidang dimusyawarahkan dengan
hakim anggota dengan memperhatikan jarak tempat kediaman para pihak dengan
pengadilan. Setelah hari sidang pertama ditetapkan selanjutnya instrumen PHS
diserahkan ke petugas meja pendaftaran untuk diregistrasikan di register perkara.

21
Untuk perkara cerai (baik gugat maupun talak) pemeriksaan perkara selambat-
lambatnya 30 hari sejak gugatan didaftarkan di kepaniteraan pengadilan agama
sumedang.

5. Pemanggilan Para Pihak

Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita/juru sita pengganti atas
perintah ketua majelis secara resmi dan patut. Apabila para pihak tidak ditemui di
tempat kediamannya, maka surat pemanggilan diberikan kepada Lurah/Kepala
Desa setempat untuk kemudian diteruskan kepada yang bersangkutan. Tenggang
waktu pemanggilan para pihak dengan hari sidang adalah 3 hari sebelum hari
persidangan.

Pemanggilan para pihak yang berada di luar wilayah yurisdiksi Pengadilan


Agama Sumedang dilakukan dengan bantuan pemanggilan para pihak oleh
Pengadilan Agama dimana para pihak berada. Pengadilan Agama yang diminta
bantuan tersebut kemudian mengirim reelas kepada Pengadilan Agama yang
meminta bantuan. Surat pemanggilan yang diberikan kepada tergugat disertai
dengan Salinan surat gugatan, dan juru sita/juru sita pengganti memberitahukan
tergugat bahwa tergugat dapat mengajukan jawaban terhadap gugatan tersebut
baik secara lisan maupun tulisan dalam proses persidangan nanti. Salinan surat
gugatan dan pemberitahuan bahwa tergugat dapat menyampaikan jawabannya itu
ditulis dalam reelas panggilan.

Apabila tempat kediaman pihak yang dipanggil tidak diketahui atau tidak
mempunyai tempat kediaman yang jelas di Indonesia, maka pemanggilannya
dilaksanakan melalui bupati/ walikota setempat dengan cara menempelkan surat
panggilan pada papan pengumuman pengadilan agama/mahkamah syar'iyah.
(Pasal 390 ayat (3) HIR/718 ayat (3) RBg). Dalam hal yang dipanggil meninggal
dunia, maka panggilan disampaikan kepada ahli warisnya. Jika ahli warisnya tidak
dikenal atau tidak diketahui tempat tinggalnya, maka panggilan dilaksanakan
melalui kepala desa/lurah (Pasal 390 ayat (2) HIR/Pasal 718 ayat (2) RBG).

Pemanggilan terhadap tergugat/termohon yang berada di luar negeri hams


dikirim melalui departemen luar negeri cq. dirjen protokol dan konsuler
departemen luar negeri dengan tembusan disampaikan kepada kedutaan besar

22
Indonesia di negara yang bersangkutan. Permohonan pemanggilan sebagaimana
tersebut pada huruf (j) tidak perlu dilampiri surat panggilan, tetapi permohonan
tersebut dibuat tersendiri yang sekaligus berfungsi sebagai Surat panggilan
(Relaas). Meskipun surat panggilan (Relaas) itu tidak kembali atau tidak
dikembalikan oleh direktorat jenderal protokol dan konsuler departemen luar
negeri, panggilan tersebut sudah dianggap sah, resmi dan patut (Surat Ketua
Mahkamah Agung kepada Ketua Pengadilan Agama Batam Nomor
055/75/91/I/UMTU/Pdt./1991 tanggal 11 Mei 1991). Tenggang waktu antara
pemanggilan dengan persidangan sebagaimana tersebut dalam huruf (j) dan (K)
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sejak surat permohonan pemanggilan
dikirimkan.

6. Pelaksanaan Persidangan

Setelah seluruh tahapan dari mulai proses pendaftaran perkara hingga


pemanggilan para pihak dan seluruh kelengkapan yang diperlukan telah selesai
dan lengkap, maka proses selanjutnya yaitu penyelesaian perkara melalui
persidangan. Seluruh tahapan persidangan didasarakan menurut hukum acara yang
berlaku, yaitu HIR, Undang-undang peradilan agama dan peraturan perundang-
undangan lainnya yang mengatur tata cara persidangan. Dari hasil pengamatan
yang dilakukan penulis selama melaksanakan Magang Kerja Pengadilan Agama di
Pengadilan Agama Sumedang, hampir 90% sidang perkara perceraian dilakukan
tanpa dihadiri pihak tergugat/termohon sehingga persidangan hanya dilaksanakan
sebanyak tiga kali dengan putusan verstek.

7. Pemberitahuan Isi Putusan

Putusan dapat berkekuatan hukum tetap apabila telah lewat 14 hari sejak putusan
tersebut dibacakan yang dihadiri kedua belah pihak yang berperkara. Namun,
apabila putusan tersebut bersifat verstek tanpa dihadiri pihak tergugat/termohon,
maka putusan tersebut harus diberitahukan terlebih dahulu oleh juru sita/juru sita
pengganti kepada pihak tergugat/termohon agar berkekuatan hukum tetap.

8. Minutasi Berkas Perkara

Perkara yang sudah lengkap berkas perkaranya dan telah putus maka
dilakukan minutasi berkas perkara oleh majelis hakim yang menangani perkara

23
dibantu oleh panitera pengganti, selambat-lambatnya 14 hari sejak putusan
dibacakan. Berkas perkara disusun secara kronologis serta dijahit dan disegel
(oleh petugas meja produk atau meja III), serta diparaf dan diberi tanggal oleh
ketua majelis hakim. Untuk minutasi berkasi perkara di Pengadilan Agama sendiri
telah menerapkan sistem One Day Minutation dimana suatu berkas perkara harus
selesai diminutasi dihari yang sama putusan dibacakan dalam sidang putusan.
Sistem ini merupakan terobosan Badilag MA RI untuk meningkatkan adminstrasi
perkara di pengadilan agama sebagaimana Surat Edaran Ditjen Badilah Nomor
1924.c/DJA/OT.01.3/VII/2018 perihal Peningkatan Kinerja dan Pelayan Peradilan
Agama.

C. Jumlah Penyelesaian Perkara Di Pengadilan Agama Sumedang


Jumlah perkara yang ditangani oleh Pengadilan Agama tiap tahunnya
mencapai kurang lebih 5000 perkara. Laporan statistik perkara pada tiap bulannya
dapat dilihat di laman Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) Pengadilan
Agama sumedang. Daalam laporan ini penulis mengambil 3 data statistik perkara
meliputi statistik perkara bulan februari 2022, januari 2022 dan desember 2021
sebagai berikut:

Gambar 1: Statistik Perkara Bulan Februari 2022

24
Gambar 2: Statistik Perkara Bulan Januari 2022

Gambar 3; Statistik Perkara Bulan Desember 2021

Dari ketiga data statistik perkara tersebut dapat dilihat bahwa pada bulan
Desember 2021 perkara yang ditangani oleh Pengadilan Agama Sumedang
berjumlah 381 perkara yang diakumulasikan dari sisa perkara bulan lalu
(November) dan perkara masuk bulan Desember serta perkara yang putus dan
telah minutasi. Selanjutnya pada bulan Januari 2022 perkara yang ditangani oleh
Pengadilan Agama Sumedang berjumlah 368. Pada bulan ini Pengadilan Agama

25
Sumedang berhasil memutus perkara sebanyak. Pada Bulan Februari Pengadilan
Agama Sumedang menangani 378 perkara.

D. Hasil Temuan Produk-Produk Putusan Pengadilan Agama


Sumedang
Disini penulis akan memperlihatkan hasil temuan produk pengadilan Agama
Sumedang berupa putusan perkara cerai gugat dengan nomor putusan
1064/Pdt.G/2021/PA.Smdg antara Erna Widiawati binti H. Agus Sobur melawan
Arryanto bin Suyono, sebagai berikut,

PUTUSAN

Nomor 1064/Pdt.G/2021/PA.Smdg

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Agama Sumedang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu


pada tingkat pertama dalam sidang majelis telah menjatuhkan putusan dalam perkara
cerai gugat antara:

Erna Widiawati binti H. Agus Sobur, umur 40 tahun, agama Islam, pekerjaan
mengurus rumah tangga, pendidikan S1, tempat kediaman di Dusun Maleber RT 01
RW 04, Desa Wado, Wado, Kab. Sumedang, Jawa Barat, selanjutnya telah
memberikan kuasa kepada Ahmad Kamaludin, S.Sy dan Opik Rahmat, SH, yang
berkantor di kantor Hukum "AHMAD KAMALUDIN DAN REKAN" Alamat Jalan
Pangeran Sugih RT. 001, RW 014, Kel. Kota Kulon Kecamatan Sumedang Selatan
Kabupaten Sumedang., berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 17 Maret 2021,
sebagai Penggugat;

melawan

Arryantho bin Suyono umur 44 tahun, agama Islam, pendidikan SLTA, pekerjaan
Wiraswasta, tempat kediaman di Dusun Maleber RT 02 RW 05, Desa Wado, Wado,

26
Kab. Sumedang, Jawa Barat, selanjutnya memberikan kuasa kepada Hendrik
Hermawan, SH dan Rd.M.Yanto Gahrianto.K,SH,adalah Advokat/Penasehat Hukum
pada Kantor Hukum Hendrik H Simanungkalit dan Rekan yang beralamat di Jl.
Kebonkol No.79 Kelurahan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten
Sumedang, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 14 April 2021,sebagai
Tergugat;

Pengadilan Agama tersebut;

Telah membaca dan mempelajari berkas perkara;

Telah mendengar keterangan Penggugat dan Tergugat di persidangan;

Telah memeriksa alat-alat bukti di persidangan;

DUDUK PERKARA

Bahwa Penggugat dalam surat gugatannya tanggal 23 Maret 2021 telah mengajukan
gugatan yang telah didaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Sumedang, dengan
Nomor 1064/Pdt.G/2021/PA.Smdg, tanggal 23 Maret 2021, dengan dalil-dalil sebagai
berikut:

1. Bahwa pada hari Ahad, tanggal 22 Januari 2006 dihadapan Petugas Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang, Penggugat dan Tergugat
telah melangsungkan pernikahan sebagimana termaktub dari Kutipan Akta Nikah
Nomor: 91/ 91/ I/ 2006 tertanggal 22 Januari 2006;

2. Bahwa sesudah menikah antara Penggugat dengan Tergugat telah bergaul dengan baik
sebagai mana layaknya suami isteri dan tinggal Bersama di Bandung sampai tahun
2009 dan setelah itu pindah ke kecamatan Wado Kabupaten Sumedang;

3. Bahwa dari hasil pernikahan tersebut, Penggugat dan Tergugat dikaruniai anak 3
yaitu:

Fayyaz Arrdya Akasya Umur 14 Tahun;

Kaylyla Arrdya Jazzmeen Umur 9 Tahun;

Zayyden Arrdya Prakasa Umur 3 Tahun;

27
4. Bahwa semula rumah tangga Penggugat dan Tergugat berjalan dengan baik, rukun,
dan harmonis sebagaimana layaknya suatu rumah tangga yang baik, akan tetapi hal
tersebut sekitar bulan agustus 2016 terjadi masalah ekonomi dimana tergugat tidak
mau bekerja, sedangkan pembangunan rumah dan tempat usaha serta modal usaha ada
dari hasil pinjaman, ketika ada yang menagih ke rumah tergugat malah bilang minta
aja ke penggugat, sedangkan penggugat hasil dari usaha yang tidak seberapa hanya
cukup untuk kebutuhan sehari-hari, disuruh kerja tergugat malah bermalas-malasan,
tetapi penggugat mencoba untuk tetap bersabar;

5. Bahwa puncak permasalahanya adalah pada November tahun 2020 dimana tergugat
punya pekerjaan Proyek Di Jakarta, tetapi setiap berangkat dan kebutuhan sehari-hari
selalu minta kepada penggugat, setelah beberapa bulan malah tidak ada hasil dari
pekerjaan tersebut, pas ditanya oleh penggugat mana hasil dari pekerjaan kebetulan
penggugat membutuhkan buat biaya anak-anak yang ada malah tergugat membentak
dan mau menampar penggugat setelah itu terjadi percekcokan bahkan penggugat
dilindungi tetangga di takutkan sifat tempramentalnya tergugat yang pada akhirnya
sepakat penggugat dan tergugat untuk berpisah ( bercerai);

6. Bahwa sejak bulan November 2020 penggugat tidak pernah diberikan lagi nafkah
lahir maupun batin oleh tergugat;

7. Bahwa, permasalahan ini sudah pernah di damaikan oleh keluarga kedua belah pihak
tetapi tidak berhasil;

8. Bahwa, oleh karena itu maka dalam perkawinan antara penggugat dengan tergugat
sudah tidak ada lagi ikatan lahir batin, padahal ikatan lahir batin merupakan azas yang
sakral dari suatu perkawinan yang harus senantiasa ada dan melekat pada diri suami
istri dalam mengarungi mahligai rumah tangganya, sebagaimana ditentukan dalam
pasal 1 UU No.16 tahun 2019 bahwa : “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha
esa”;

9. Bahwa, dengan demikian sebagai salah satu tujuan utama dalam suatu perkawinan,
incasu, antara Penggugat dengan Tergugat sudah tidak mungkin dapat tercapai,
karenanya perkawinan antara penggugat dan tergugat sudah tidak mungkin untuk

28
dapat dipertahankan lagi walaupun untuk hal itu sudah diupayakan sehingga sesuai
dengan ketentuan ex pasal 19 hurup f PP No. 9/ 1975, gugatan penggugat beralasan
untuk dikabulkan;

10. Bahwa untuk menghindari tekanan bathin yang berkepanjangan, maka Penggugat
beralasan hukum kalau perkawinan tersebut diputuskan dalam suatu perceraian
dengan Tergugat berikut dengan segala akibat hukumnya; Berdasarkan alasan-alasan
tersebut di atas, dengan segala kerendahan hati Penggugat mohon kepada yang
terhormat Pengadilan Agama Sumedang c.q. yang terhormat Majelis Hakim
Pengadilan Agama Sumedang yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk
memanggil Penggugat dan Tergugat agar hadir di muka persidangan, memeriksa dan
mengadlii perkara ini serta menjatuhkan putusan sebagai berikut:

PRIMAIR:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menjatuhkan thalak satu Ba’in Sughro dari Tergugat (ARRYANTHO BIN


SUYONO) terhadap Penggugat (ERNA WIDIAWATI BINTI H. AGUS
SOBUR)

3. Membebankan biaya perkara menurut hukum;

SUBSIDAR:

Apabila yang terhormat Ketua Pengadilan Agama Sumedang c.q. yang terhormat
Majelis Hakim Pengadilan Agama Sumedang yang memeriksa dan mengadili perkara
ini berpendapat lain dalam peradilan yang baik mohon keadilan yang seadil adilnya
(ex aequo et bono);

Bahwa pada hari dan tanggal sidang yang telah ditetapkan, Penggugat menghadap di
persidangan didampingi kuasanya, dan Tergugat telah datang menghadap di
persidangan di dampingi kuasanya;

Bahwa Majelis Hakim telah berupaya mendamaikan Penggugat dan Tergugat agar
rukun kembali membina rumah tangga, namun tidak berhasil;

29
Bahwa Penggugat dan Tergugat telah menempuh proses mediasi dengan mediator
Non Hakim Bersertifikat bernama Drs. Eman Sulaeman, SH.. sebagaimana laporan
mediator Nomor 1064/Pdt.G/2021/PA.Smdg tanggal 8 April 2021, akan tetapi tetap
tidak berhasil untuk rukun kembali;

Bahwa karena upaya perdamaian tidak berhasil, persidangan dilanjutkan dengan


pembacaan surat gugatan Penggugat dalam sidang tertutup untuk umum yang isinya
ternyata tetap dipertahankan oleh Penggugat;

Bahwa terhadap gugatan Penggugat, Tergugat telah menyampaikan jawaban sebagai


berikut:

Bahwa TERGUGAT membenarkan dalil PENGGUGAT yang diakui kebenarannya


dengan tegas dan menolak dengan tegas dalil-dalil PENGGUGAT yang tidak diakui
kebenarannya;

Bahwa awal pernikahan antara PENGGUGAT dan TERGUGAT didasarkan atas


saling mencintai sehingga PENGGUGAT dan TERGUGAT memutuskan untuk
melakukan pernikahan dengan mendapatkan restu kedua orang tua PENGGUGAT
dan TERGUGAT;

Bahwa dalil PENGGUGAT pada Point 4 (empat) yang menuduh TERGUGAT tidak
mau bekerja, kami menolak dan tidak membenarkan dalil PENGGUGAT tersebut
sebagai bukti/alasan yang menjadi kenyataan, yang sebenar terjadi adalah
TERGUGAT pada tahun 2016 bersama-sama dengan PENGGUGAT membuka
usaha/toko di rumah kediaman bersama sejak tahun 2012, yang mana segala
pemasukan dan pengeluaran/keuangan usaha milik bersama tersebut dipegang serta
diatur oleh PENGGUGAT, sedangkan TERGUGAT menjalankan usaha yang
tugasnya menjual Air Mineral Galon, Botol dan gelas dengan berkeliling
menggunakan mobil Pick Up dan menawarkan/menjual ke rumah-rumah serta toko-
toko di sekitaran wilayah wado, bahkan sampai di luar wilayah wado sehingga
TERGUGAT tidak mengatur dan memegang masalah keuangan usaha/toko maka
untuk masalah pembayaran ke Peminjam itu sudah disepakati bersama antara
PENGGUGAT dan TERGUGAT yakni PENGGUGAT lah yang bertugas melakukan
pembayaran setiap adanya tagihan apapun. Terbukti bahwa dalil PENGGUGAT dapat
dikatakan dalil yang mengada-ngada;

30
Bahwa dalil PENGGUGAT dalam gugatannya pada Point 5 (lima), bahwa
TERGUGAT membantah keseluruhan dalil tersebut, karena yang sebenarnya terjadi
adalah pada saat TERGUGAT harus pergi ke jakarta sekitar tahun 2020 TERGUGAT
selalu meminta uang Operasional terlebih dahulu kepada Pemberi proyek (Bos)
karena TERGUGAT hanya sebagai Supir untuk mengantar Bos nya ke tempat proyek
yang berada di jakarta, jadi jika uang operasional tidak diberikan/dikirimkan terlebih
dahulu oleh Bos tersebut maka TERGUGAT tidak akan pergi ke jakarta. Sedangkan
dalil yang mengatakan jika TERGUGAT mau menampar PENGGUGAT hal tersebut
tidak benar karena yang sebenarnya terjadi adalah TERGUGAT hanya marah biasa
saja dan tidak ada niat sedikitpun untuk menampar PENGGUGAT;

Bahwa TERGUGAT menolak secara tegas dalil PENGGUGAT pada point 6 (enam)
gugatannya yang mengatakan sejak bulan November 2020 TERGUGAT tidak pernah
diberikan lagi nafkah lahir maupun batin oleh TERGUGAT, hal tersebut tidak benar
karena yang sebenarnya terjadi bahwa terakhir TERGUGAT masih memberikan
nafkah kepada PENGGUGAT untuk keperluan/biaya sekolah anak-anak pada awal
bulan April 2021 bahkan TERGUGAT sepanjang tahun 2021 hampir setiap hari
memberikan nafkah kepada PENGGUGAT dengan cara Transfer ke rekening milik
PENGGUGAT dengan besarannya variatif tiap harinya, Terbukti bahwa dalil
PENGGUGAT dapat dikatakan dalil yang mengada-ngada;

Bahwa TERGUGAT menolak secara tegas dalil PENGGUGAT pada point 7 (tujuh)
gugatannya yang mengatakan jika permasalahan ini sudah pernah didamaikan oleh
keluarga kedua belah pihak, karena yang sebenarnya terjadi permasalahan ini belum
pernah dilakukan pertemuan kedua belah pihak untuk melakukan upaya perdamaian
antara PENGGUGAT dan TERGUGAT, Terbukti bahwa dalil PENGGUGAT dapat
dikatakan dalil yang mengada-ngada;

Bahwa TERGUGAT menolak secara tegas dalil PENGGUGAT pada point 8


(delapan) gugatannya yang mengatakan dalam Perkawinan antara PENGGUGAT
dengan TERGUGAT sudah tidak ada lagi ikatan lahir dan bathin, dengan dalil
PENGGUGAT tersebut PENGGUGAT ternyata belum memahami konsep dan arti
Ikatan lahir dan bathin antara suami dan isteri, yang kebetulan PENGGUGAT dan
TERGUGAT sampai hari ini masih mempunyai ikatan suami isteri yang sah dimata
hukum. Faktanya telah disebutkan Pada dalil PENGGUGAT pada Point 3 (tiga)

31
dalam gugatannya yang mengatakan hasil pernikahan PENGGUGAT dan
TERGUGAT telah dikaruniai 3 (tiga) orang anak yaitu Fayyaz Arrdya Akasya umur
14 tahun, Kaylyla Arrdya Jazzmeen umur 9 tahun dan Zayyden Arrdya Prakasa Umur
3 tahun, inilah bukti bahwa PENGGUGAT dan TERGUGAT masih mempunyai
ikatan Lahir dan Bathin yaitu anak hasil dari Pernikahan antara PENGGUGAT dan
TERGUGAT;

Bahwa TERGUGAT tidak sependapat dengan dalil-dalil PENGGUGAT pada Point 9


(sembilan) dalam gugatannya, yang menyatakan perkawinan antara PENGGUGAT
dan TERGUGAT sudah tidak mungkin dapat dipertahankan lagi, didalam pernikahan
TERGUGAT mempunyai prinsip yang islami bahwa rumah tangga yang sakinah,
mawadah dan warahmah merupakan hal yang harus dicapai dan berusaha untuk hal
tersebut menjadi kenyataan karena sakinah, mawadah dan warahmah itu tidak
langsung ada dalam sebuah pernikahan tetapi sakinah, mawadah dan warahmah harus
diciptakan, dibuat secara bersama-sama antara PENGGUGAT dan TERGUGAT.
TERGUGAT selaku imam sebagai pemegang keputusan dalam keluarga dari
PENGGUGAT dan anak-anaknya menolak keras perpecahan dan perceraian yang
diajukan oleh PENGGUGAT dan menolak memberikan thalak terhadap
PENGGUGAT;

Bahwa TERGUGAT semenjak awal Pernikahan selalu memberikan nafkah lahir dan
bathin, sejak tahun 2006 awal pernikahan TERGUGAT sudah bekerja di perusahaan
bidang kuliner/Caffe yang berada di Kota Bandung dengan kedudukan sebagai
manajer lapangan dengan pendapatan yang cukup besar, namun pada tahun 2012
pihak isteri dan keluarganya PENGGUGAT meminta dan memohon Supaya
TERGUGAT Resign/mengundurkan diri dari Pekerjaannya dan Pulang ke Wado ke
tempat kediaman PENGGUGAT untuk merintis usaha bersama ditempat kediaman
PENGGUGAT dengan maksud supaya tidak jauh dengan keluarga sehingga
TERGUGAT mengikuti keinginan serta permohonan dari PENGGUGAT padahal
pendapatan TERGUGAT sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga
antara PENGGUGAT dan TERGUGAT;

Bahwa PENGGUGAT selalu mendapatkan uang yang cukup besar dari TERGUGAT
karena setiap pendapatan/penghasilan dari TERGUGAT dan dari pemberian orangtua

32
TERGUGAT selalu diberikan secara penuh kepada isteri TERGUGAT yaitu
PENGGUGAT itu sendiri;

Bahwa perceraian itu dibenci oleh Allah, karena Dari Umar ia berkata bahwa
Rasulullah saw bersabda “sesuatu yang halal tapi dibenci allah adalah
perceraian” (H.R Abu Daud dan Hakim) tentunya bukan suatu kebetulan bila
rasulullah saw. Berkata dengan susunan kalimat di atas yang menurut kejelian kita
untuk memahami dengan iman bahwa kita harus berpikir seribu kali sebelum
memutuskan untuk bercerai, karena pada kalimat tersebut yang ditekankan
adalah kebencian allah pada perceraian itu bukan pada halalnya. Disaat
PENGGUGAT dengan TERGUGAT dinikahkan maka pada saat itu allah SWT. Telah
menciptakan Mitsaqan galizha (perjanjian agung Q.S Al Nisa:21) yang artinya
pernikahan bukan perjanjian yang bisa dimain-mainkan, maka dalam islam, seseorang
yang sudah terikat dalam pernikahan tidak bisa main cerai seenaknya saja serta tidak
semestinya pernikahan tersebut sebagai barang mainan yang seenaknya bisa dilempar,
dibuang, dipecahkan atau bahkan dirusak;

Maka dengan alasan-alasan pada surat jawaban TERGUGAT memohon dan meminta
kepada Ketua Pengadilan Agama Sumedang Cq Hakim yang memeriksa dan
mengadili perkara ini dapat memberikan Putusan sebagai berikut:

1. Menolak Gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya


gugatan PENGGUGAT tidak dapat diterima;

2. Menerima seluruh atau sebagian jawaban TERGUGAT;

3. Menghukum PENGGUGAT untuk membayar biaya perkara.

ATAU

Apabila Ketua Pengadilan Agama Sumedang Cq. Majelis Hakim Pengadilan Agama
Sumedang yang memeriksa dan mengadili perkara ini berpendapat lain, mohon
putusan yang seadil-adilnya (Ex Aequo Et Bono).

33
Bahwa terhadap jawaban Tergugat, Penggugat telah mengajukan repliknya telah di
kirim secara elektronik,di terima secara elektronik oleh Tergugat, tertuang dalam
Berita Acara perkara ini tanggal 6 Mei 2021;

Bahwa terhadap replik Penggugat, Tergugat, telah mengajukan dupliknya telah di


kirim secara elektronik,di terima secara elektronik yang secara rinci sebagaimana
tertuang dalam Berita Acara perkara ini tanggal 27 Mei 2021;

Bahwa untuk menguatkan dalil gugatannya, Penggugat telah mengajukan bukti surat
berupa fotokopi Kutipan Akta Nikah Nomor 91/91/I/2006, tanggal 22 Januari 2006
yang diterbitkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Wado, Kabupaten
Sumedang, bermaterai cukup dan sesuai dengan aslinya. Dan telah pula di perlihatkan
kepada Tergugat (bukti P.1);

Bahwa selain bukti tertulis, Penggugat telah pula mengajukan saksi-saksi bernama:

1. Cece Syaharan bin Aleg Sujana, umur 61 tahun, agama Islam, pekerjaan
Buruh, tempat tinggal di Dusun Maleber RT 01 RW 05, Desa Wado,
Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang. Saksi sebagai Tetangga Penggugat,
dibawah sumpah telah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai
berikut:

• Bahwa saya kenal karena saya adalah Tetangga Penggugat;

• Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah sepasang suami isteri yang

menikah pada 22 Januari 2006 dan telah dikaruniai tiga orang anak;

• Bahwa Penggugat dengan Tergugat berumah tangga di Dusun Maleber


RT 01 RW 04, Desa Wado, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang;

• Bahwa yang saya tahu keadaan rumah tangga antara Penggugat dengan
Tergugat semula berjalan rukun dan harmonis, namun sejak bulan
November 2020 sering terjadi pertengkaran;

• Bahwa yang saya tahu penyebab pertengkaran antara Penggugat dengan


Tergugat adalah karena Tergugat tidak dapat memberikan nafkah yang

34
mencukupi kebutuhan rumah tangga bersama Penggugat karena Tergugat
tidak bekerja, sementara nafkah untuk Penggugat didapatkan dari orang
tua Penggugat;

• Bahwa saya tidak pernah melihat langsung antara Penggugat dengan


Tergugat bertengkar, hanya saja Penggugat mengeluhkan dan
mengadukan perihal masalah rumah tangganya;

• Bahwa yang saya tahu antara Penggugat dengan Tergugat telah pisah
rumah dan sudah tidak ada komunikasi lagi diantara keduanya dan yang
pergi meninggalkan tempat kediaman bersama adalah Tergugat sejak
bulan November 2020;

• Bahwa upaya perdamain sudah pernahakan tetapi tidak berhasil,


Penggugat tetap ingin cerai:

• Bahwa saksi tidak tahu apakah ada kekerasan dalam rumah tangga dari
Tergugat kepada Penggugat selama berumah tangga;

• Bahwa ada yang menagih hutang pinjaman kepada Penggugat dan sya
tahu dari cerita Penggugat kepada saya;

• Bahwa setahu saksi selama berumah tangga bersama, Tergugat tidak


bekerja, hanya membantu usaha warung kelontong milik Penggugat;

• Bahwa sebelum pisah rumah, Tergugat membantu Penggugat untuk


menjalankan usaha milik Penggugat;

• Bahwa saksi lupa waktunya melihat Penggugat dengan Tergugat


bertengkar, yang jelas sebelum Penggugat dan Tergugat berpisah tempat
tinggal;

2. Desi Rohmayanti binti Entis Sutrimo, umur 35 tahun, agama Islam, pekerjaan
Ibu Rumah Tangga, tempat tinggal di Dusun Wado Girang RT 01 RW 02,
Desa Wado, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang. Saksi sebagai Sepupu

35
Penggugat, dibawah sumpahnya telah memberikan keterangan yang pada
pokoknya sebagai berikut:

• Bahwa saya kenal karena saya adalah sepupu Penggugat;

• Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah sepasang suami isteri yang


menikah pada 22 Januari 2006 dan telah dikaruniai tiga orang anak;

• Bahwa Penggugat dengan Tergugat berumah tangga di rumah orang tua


Penggugat;

• Bahwa yang saya tahu keadaan rumah tangga antara Penggugat dengan
Tergugat semula berjalan rukun dan harmonis, namun sejak bulan
November 2020 sering terjadi pertengkaran;

• Bahwa yang saya tahu hanya mereka pernah bertengkar karena saya
bekerja di rumahnya sebagai asisten rumah tangga;

• Bahwa saya pernah melihat langsung antara Penggugat dengan Tergugat


bertengkar karena pernah berkunjung ke rumah mereka dan sedang
bertengkar;

• Bahwa yang saya tahu antara Penggugat dengan Tergugat telah pisah
rumah dan sudah tidak ada komunikasi lagi diantara keduanya dan yang
pergi meninggalkan tempat kediaman bersama adalah Tergugat sejak
bulan November 2020;

• Bahwa upaya perdamaian pernah ada, akan tetapi tidak berhasil,


Penggugat tetap ingin cerai dan juga sya pernah melihat Tergugat
memukul Penggugat dengan menamparnya;

• Bahwa ada yang menagih hutang ke rumah Penggugat. Saya pernah


melihat ada yang datang ke rumah Penggugat saat sedang bekerja di sana,
pinjaman tersebut di peruntukan Tergugat mencalonkan diri menjadi
anggota DPRD;

36
• Bahwa Tergugat pernah meminta pinjaman kepada orang tua Penggugat
untuk modal menjadi anggota DPRD tetapi tidak di beri oleh orang tua
Penggugat;

• Bahwa saya hanya tahu cerita Tergugat saja, tidak pernah melihat
langsung;

• Bahwa saksi tahu Tergugat yang mencalonkan diri menjadi anggota


DPRD tapi tidak tahu untuk apa dan modalnya dari hasil berhutang ke
bank untuk mencalonkan dirinya;

• Bahwa saksi hanya tahu mereka bertengkar tapi tidak tahu apa
masalahnya;

• Bahwa setahu saya usaha milik Penggugat yang dimodali oleh orang
tua Penggugat.

Bahwa untuk menguatkan dalil bantahannnya, Tergugat telah mengajukan bukti surat
berupa;

1. Fotokopi Bukti pembelanjaan dari toko. Bukti surat tersebut telah dinazegelen
dan diberi materai cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya yang ternyata
sesuai, lalu diberi tanda Bukti T.1;

2. Fotokopi Bukti transfer dari Tergugat kepada Penggugat. Bukti surat tersebut
telah dinazegelen dan diberi materai cukup dan telah dicocokkan dengan
aslinya yang ternyata sesuai, lalu diberi tanda Bukti T.2;

3. Fotokopi Bukti pembayaran sekolah anak. Bukti surat tersebut telah


dinazegelen dan diberi materai cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya
yang ternyata sesuai, lalu diberi tanda Bukti T.3;

4. Fotokopi Bukti pembayaran sekolah anak. Bukti surat tersebut telah


dinazegelen dan diberi materai cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya
yang ternyata sesuai, lalu diberi tanda Bukti T.4;

37
5. Fotokopi Bukti pembayaran sekolah anak. Bukti surat tersebut telah
dinazegelen dan diberi materai cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya
yang ternyata sesuai, lalu diberi tanda Bukti T.5;

Bahwa masing-masing alat bukti tersebut telah di perlihatkan kepada Penggugat;

Bahwa selain bukti surat Tergugat telah pula mengajukan saksi-saksi bernama:

1. Ade Deris bin Aang Supana, umur 51 tahun, agama Islam, pekerjaan Tani,
tempat tinggal di Dusun Maleber RT 01 RW 05, Desa Wado, Kecamatan
Wado, Kabupaten Sumedang. Saksi sebagai Tetangga Penggugat, dibawah
sumpah telah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut:

• Bahwa saya kenal karena saya adalah Tetangga Penggugat dan


Tergugat;

• Bahwa sejak tahun 2006 setelah Penggugat dan Tergugat berumah


tangga;

• Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah sepasang suami isteri yang


menikah pada 22 Januari 2006 dan telah dikaruniai tiga orang
anak;

• Bahwa Penggugat dengan Tergugat berumah tangga di Dusun


Maleber RT 01 RW 04, Desa Wado, Kecamatan Wado,
Kabupaten Sumedang;

• Bahwa yang saya tahu keadaan rumah tangga antara Penggugat


dengan Tergugat berjalan rukun dan harmonis;

• Bahwa saksi tidak pernah mendengar atau bahkan melihat


Penggugat dan Tergugat bertengkar, setahu saya mereka tidak
pernah bertengkar;

• Bahwa setiap saya melewati rumah kediaman Penggugat dan


Tergugat sedang bersama dan tidak sedang bertengkar;

38
• Bahwa sekitar satu bulan dari sekarang saya terakhir melihat
Penggugat dan Tergugat bersama di rumah,tanggalnya saya lupa
lagi;

• Bahwa yang saya tahu antara Penggugat dengan Tergugat telah


pisah rumah dan sudah tidak ada komunikasi lagi diantara
keduanya dan yang pergi meninggalkan tempat kediaman bersama
adalah Tergugat tapi seingat saya dua pekan dari sekarang saya
sudah tidak melihat Tergugat ada di rumah lagi;

• Bahwa saksi belum pernah melihat atau mendengar antara


Penggugat dengan Tergugat didamaikan, setahu saya tidak ada
upaya perdamaian keluarga;

• Bahwa setahu saya baik dan mereka hidup rukun harmonis;

• Bahwa baik juga terhadap anak-anaknya selayaknya seorang ayah;

• Bahwa saksi tahu Tergugat pernah memberikan uang kepada


anak-anaknya. Saya tahu hal itu dari cerita tetangga yang lain tapi
tidak tahu detail berapa dan kapan waktunya;

• Bahwa Jarak rumah saksi dengan rumah Penggugat kurang lebih


dua puluh meter;

• Bahwa setahu saya pada tahun 2006 Penggugat dan Tergugat


menempati rumah karena mereka datang setelah saya tinggal
disana;

2. Rida Heryanto bin Suyono, umur 54 tahun, agama Islam, pekerjaan


Wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Salaju RT 04 RW 06, Desa Serang,
Kecamatan Coblong, Kota Bandung, dibawah sumpahnya telah memberikan
keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut:

• Bahwa saya kenal karena saya adalah Kakak Kandung Tergugat;

• Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah sepasang suami isteri yang

39
menikah pada 22 Januari 2006 dan telah dikaruniai tiga orang
anak;

• Bahwa Penggugat dengan Tergugat berumah tangga di Dusun


Maleber RT 01 RW 04, Desa Wado, Kecamatan Wado,
Kabupaten Sumedang;

• Bahwa yang saya tahu keadaan rumah tangga antara Penggugat


dengan Tergugat berjalan rukun dan harmonis;

• Bahwa saya tidak mendengar atau melihat Penggugat dan


Tergugat pertengkaran, setahu saya mereka tidak pernah
bertengkar;

• Bahwa saya jarang datang ke rumah kediaman Penggugat dan


Tergugat berumah tangga sehingga yang saya tahu mereka hidup
harmonis;

• Bahwa sekitar bulan Februari tahun 2021 Penggugat dan Tergugat


tinggal di rumah, tanggalnya saya lupa lagi;

• Bahwa saya melihat Tergugat dan Penggugat menjalankan usaha


warung bersama dan Tergugat membuka semacam kafe disana;

• Bahwa setahu saya, usaha milik bersama karena Tergugat pernah


mendapat warisan pada tahun 2019 dari orang tua Kami berupa
uang dan digunakan untuk modal itu;

• Bahwa yang saya tahu antara Penggugat dengan Tergugat masih


tinggal satu rumah di Sumedang hanya saja Tergugat memang
suka pergi ke Bandung menemui saya;

• Bahwa saya belum pernah melihat atau mendengar Penggugat dan


tergugat didamaikan, tidak pernah ada upaya musyawarah
keluarga karena memang rumah tangga mereka di ketahui

40
keluarga kami baik-baik saja

Bahwa Tergugat membantu usaha warung Penggugat dan memberi modal


melalui uang warisan yang didapatkannya;

• Bahwa setelah menikah mereka langsung tinggal di kediaman


orang tua Penggugat di Sumedang;

• Bahwa saksi jarang berbicara dengan keluarga Penggugat, setelah


Penggugat dan Tergugat menikah, saya jarang berkunjung ke sana
yang mana terakhir kali saya ke sana pada bulan Februari 2021;

• Bahwa saya tidak tahu anak Penggugat dan Tergugat sekolah


dimana;

Bahwa Penggugat telah menyampaikan kesimpulan secara tertulis, demikian pula


Tergugat telah menyampaikan kesimpulan secara tertulis yang selengkap telah di
muat dalam Berita Acara Sidang perkara ini;

Bahwa untuk meringkas uraian putusan ini, maka semua hal yang termuat dalam
berita acara sidang perkara ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari putusan
ini;

PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah sebagaimana yang
diuraikan di atas;

Menimbang bahwa Majelis Hakim telah berupaya mendamaikan Penggugat dan


Tergugat agar bersabar dan rukun kembali membina rumah tangga, namun upaya
damai tersebut tidak berhasil;

Menimbang bahwa Penggugat dan Tergugat telah menempuh proses mediasi


sebagaimana dimaksud Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 tahun 2016 dengan
mediator Non Hakim Bersertifikat bernama Drs. Eman Sulaeman, SH., namun
berdasarkan laporan mediator Nomor 1064/Pdt.G/2021/PA.Smdg tanggal 8 April
2021, ternyata mediasi tersebut tidak berhasil;

41
Menimbang, bahwa Pengugat dan Tergugat adalah penduduk Kabupaten Sumedang,
oleh karenanya Pengadilan Agama Sumedang berwenang untuk mengadilinya;

Menimbang bahwa Penggugat mendalilkan yang pada pokoknya dapat di simpulkan,


bahwa keadaan rumah tangga Penggugat dan Tergugat yang menikah pada tanggal 22
Januari 2006, dikarunia anak tiga orang, dan sekitar bulan Agustus 2016 terjadi
masalah ekonomi Tergugat tidak mau bekerja, dan puncaknya pada bulan November
2020 Tergugat membentak dan mau menampar Penggugat setelah itu terjadi
percekcokan bahkan Penggugat di lindungi Tetangga di takutkan sifat tempramental
Tergugat yang pada akhirnya sepatakat Penggugat dan Tergugat untuk
berpisah(bercerai); dan semenjak bulan November 2020 Penggugat tidak pernah di
beri nafkah lahir maupun bathin oleh Tergugat, karenanya perkawinan antara
penggugat dan tergugat sudah tidak mungkin untuk dapat dipertahankan lagi
walaupun untuk hal itu sudah diupayakan sehingga sesuai dengan ketentuan pasal 19
hurup (f) PP No. 9/ 1975. Oleh karena itu, Penggugat mohon kepada Ketua
Pengadilan Agama Sumedang Cq Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili
perkara ini untuk menjatuhkan talak satu bain sughra Tergugat terhadap Penggugat;

Menimbang bahwa Tergugat telah menyampaikan jawaban yang pada pokoknya


mengakui sebagaian dalil-dalil gugatan Penggugat yaitu benar antara Penggugat dan
Terggat sebagai suami isteri telah dikarunia 3 orang anak dan membina rumah tangga
di wilayah Kecamatan Wado dan pernah bertengkar biasa serta tidak bermaksud
untuk memukul Pengugat, oleh karenanya pengakuan Tergugat tersebut merupakan
bukti yang sempurna dan mengikat sebagaimana dimaksud pasal 174 HIR Jo.1925
KUHPerdata, namun demikian untuk menghindari adanya penyulundupan hukum,
majelis hakim perlu memeriksa alat-alat bukti;

Menimbang, bahwa menganai reflik Penggugat dan duplik Tergugat adalah bagian
dari hak Penggugat dan Tergugat yang tidak terpisahkan dengan gugatan dan
jawaban;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil gugatannya, Penggugat telah


mengajukan bukti tertulis yang diberi kode P.1 dan 2 (dua) orang saksi bernama Cece
Syaharan bin Aleg Sujana, dan Desi Rohmayanti binti Entis Sutrimo;

42
Menimbang bahwa bukti P.1 (fotokopi kutipan akta nikah) merupakan akta autentik
(vide pasal 165 HIR jo. pasal 1868-1870 KUHPerdata), bermeterai cukup dan sesuai
dengan aslinya, oleh karenanya bukti P.1 tersebut harus dinyatakan mempunyai
kekuatan hukum pembuktian sempurna (volledig) dan mengikat (bindende), sehingga
antara Penggugat dan Tergugat harus dinyatakan terdapat hubungan hukum, yaitu
sebagai suami isteri sah yang menikah pada tanggal 22 Januari 2006, dan tercatat pada
Kantor Urusan Agama Kecamatan Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang dan
sekaligus memiliki kedudukan hukum sebagai pihak-pihak yang berkepentingan
dalam perkara ini (persona standi in yudicio);

Menimbang bahwa oleh karena alasan gugatan cerai Penggugat adalah perselisihan
dan pertengkaran, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 22 Ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo Pasal 76 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, Pengadilan perlu mendengar keterangan
saksi-saksi yang berasal dari keluarga atau orang yang dekat dengan pihak yang
berperkara;

Menimbang bahwa saksi-saksi yang diajukan oleh Penggugat ternyata merupakan


Tetangga Penggugat dan Sepupu Penggugat, maka Pengadilan berpendapat bahwa
keterangan saksi-saksi tersebut dapat dipertimbangkan kesaksiannya sesuai dengan
ketentuan hukum;

Menimbang bahwa saksi-saksi yang diajukan oleh Penggugat tersebut sudah dewasa
dan disumpah, sehingga memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 147
HIR;

Menimbang bahwa keterangan saksi-saksi tersebut mengenai keadaan rumah tangga


Penggugat dan Tergugat yang merupakan fakta yang dilihat/didengar oleh saksi-saksi
tersebut dan relevan dengan dalil yang harus dibuktikan oleh Penggugat, yaitu antara
Penggugat dan Tergugat telah terjadi pertengkaran dan perselisihan, tidak ada
komunikasi dan sudah pisah tempat tinggal sejak bulan November 2020, saksi kedua
melihat Penggugat dan tergugat bertengkar, oleh karena itu keterangan saksi-saksi
tersebut dapat di pertimbangkan;

43
Menimbang, bahwa Tergugat telah mengajukan alat bukti tertulis dan saksi bernama;
Ade Deris bin Aang Supana, Rida Heryanto bin Suyono dan Lizda Melilina binti H.
Mirza, selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan sebagai berikut:

Menimbang, bahwa sesuai dengan bukti T.1 berupa Fotokopi Bukti pembelanjaan dari
toko. Bukti surat tersebut telah dinazegelen dan diberi materai cukup dan telah
dicocokkan dengan aslinya yang ternyata sesuai, Majelis berpendapat bahwa bukti T.1
terebut ada relevansi dengan dalil bantahan Tergugat, dalil Pengugat yang mana
dibantah Tergugat dengan bukti T.1 tersebut, oleh karenanya bukti T.1 dapat di
terima;

Menimbang, bahwa sesuai dengan bukti T.2 berupa Fotokopi Bukti transfer dari
Tergugat kepada Penggugat. Bukti surat tersebut telah dinazegelen dan diberi materai
cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya yang ternyata sesuai. Majelis Hakim
berpendapat bahwa bukti tersebut tidak secara jelas apakah sebagai nafkah atau modal
usaha, sehingga tidak jelas, oleh karenanya bukti T.2 sebagai bantahan Tergugat tidak
secara tegas dan jelas peruntukannya sebagai nafkah Tergugat kepada Pengugat atau
bukan, maka Majelis berpendapat bukti T.2 tersebut dapat di tolak;

Menimbang, bahwa sesuai dengan bukti T.3,4,dan 5, bukti tersebut berkaitan dengan
kewajiban orang tua kepada anaknya, bukan sebagai bukti seorang suami kepada
isterinya, Majelis berpendapat sepanjang berkaitan dengan kewajiban suami kepada
isteri dan anak, maka bukti tersebut dapat di terima;

Menimbang bahwa saksi-saksi yang diajukan oleh Tergugat ternyata merupakan


Tetangga Penggugat dan kakak kandaung dan kakak ipar Tergugat, maka Pengadilan
berpendapat bahwa keterangan saksi-saksi tersebut dapat dipertimbangkan
kesaksiannya;

Menimbang bahwa saksi-saksi yang diajukan oleh Tergugat tersebut sudah dewasa
dan disumpah, sehingga memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 147
HIR;

Menimbang bahwa keterangan saksi-saksi tersebut mengenai keadaan rumah tangga


Penggugat dan Tergugat yang merupakan rumah tangga rukun dan harmonis, namun
disisi lain fakta tersebut tidak relevan dengan dalil yang harus dibuktikan oleh
Tergugat, saksi pertama melihat pertengkaran Penggugat dan Tergugat, dimana antara

44
Penggugat dan Tergugat sudah tidak serumah lagi, Tergugat pergi meningalkan
rumah kediaman bersama, sudah tida ada komunikasi lagi, saksi kedua dan ketiga;
Tergugat suka pergi ke Bandung, Tergugat tidak pernah membicarakan perihal rumah
tangganya, oleh karena itu keterangan saksi-saksi tersebut dapat di pertimbangkan;

Menimbang, bahwa keluarga kakak kandung dan kakak iparTergugat telah melakukan
upaya perdamaian dengan Penggugat dan keluarganya, pada kesimpulannya bahwa
antara Penggugat dan Tergugat tidak dapat di rukun kembali;

Menimbang, bahwa pertimbangan Majelis Hakim mengenai pertimbangan keterangan


saksi-saksi baik yang diajukan Penggugat maupun Tergugat, Majelis hakim
berpendapat, bahwa senyatanya antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi
pertengkaran, tidak ada komunikasi lagi, telah pisah tempat tinggal, telah memenuhi
ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 171 HIR, sehingga keterangan saksi-saksi
yang diajukan Penggugat memiliki kekuatan pembuktian dan dapat diterima sebagai
alat bukti yang sah dalam perkara ini dan dalil bantahan Tergugat tidak dapat di
buktikan;

Menimbang bahwa berdasarkan pengakuan Tergugat, kesaksian para saksi


dihubungkan dengan dalil-dalil gugatan Penggugat maka Majelis Hakim telah
menemukan fakta sebagai berikut:

 Bahwa Penggugat dan Tergugat terikat suami isteri sah dan sudah dikaruniai 3
orang anak;

 Bahwa sejak bulan November tahun 2020 kehidupan rumah tangga Penggugat
dan Tergugat tidak harmonis, antara Penggugat dengan Tergugat telah
terjadi perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus dan pisah rumah
yang disebabkan karena nafkah/ekonomi;

 Bahwa selama pisah tersebut Penggugat dan Tergugat tidak menjalankan


kewajibannya dan mendapat hak-haknya sebagai suami istri, komunikasi tidak
berjalan dengan baik;

 Bahwa pihak keluarga telah berupaya mendamaikan Penggugat dan


Tergugat, namun tidak berhasil;

45
Menimbang, bahwa dalam ikatan perkawinan suami isteri di tuntut pula adanya suatu
gerak dan langkah yang bersifat mutualistis, yaitu mutual respect (saling hormat),
mutual help (saling bantu membantu), mutual cooperation (saling bekerja sama),
mutual interdependecy (saling ketergantungan) dan mutual understanding (saling
pengertian), fakta dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat tersebut sulit
terwujud:

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, Majelis Hakim


berpendapat bahwa kehidupan rumah tangga Penggugat dengan Tergugat sudah pecah
dan tidak ada ikatan lahir batin lagi sehingga mewujudkan rumah tangga yang penuh
kasih sayang, bahagia dan kekal sebagaimana dimaksud Al Qur’an surat Ar Rum ayat
21 dan pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tidak mungkin dapat dicapai lagi
oleh Penggugat dan Tergugat;

Menimbang, bahwa perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga tidak dapat
hanya dimaknai dengan adanya pertengkaran mulut atau fisik saja, tetapi dapat
dimaknai dengan adanya sikap acuh tak acuh, tidak saling berkomunikasi, tidak
saling peduli atau adanya keengganan salah satu pihak untuk tinggal bersama dalam
satu tempat kediaman bersama dan salah satu pihak adanya tekad yang kuat untuk
tidak berumah tangga sebagai suami isteri, hal di pandang suatu fakta yang cukup
menjadi alasan perceraian sebagaimana di kehendaki Pasal 32 ayat(1) dan (2)
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Yurisprudensi
Mahkamah Agung Nomor 237.K/AG/1998, tanggal 17 Maret 1998;

Menimbang bahwa mempertahankan perkawinan yang sudah pecah adalah suatu hal
yang sia-sia karena Penggugat dan Tergugat tidak dapat lagi melaksanakan kewajiban
dan mendapatkan hak-haknya sebagai suami istri, sehingga apabila perkawinan
tersebut tetap dipertahankan dikhawatirkan akan terjadi kemadlaratan yang lebih
besar bagi Penggugat dan Tergugat, hal ini sejalan dengan putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 38 K/Pdt/AG/1990 Tangal 5 Oktober 1991 yang
menyatakan: ”Kalau Pengadilan telah yakin bahwa perkawinan ini telah pecah, berarti
hati kedua belah pihak sudah pecah pula, maka terpenuhilah isi pasal 19 huruf (f)
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975”;

Menimbang bahwa berkaitan dengan hal tersebut, Majelis Hakim perlu


mengemukakan doktrin dalam kitab Al Fiqhul Islami Wa Adillatuhu juz VII halaman
46
529 yang kemudian diambil alih menjadi pendapat Majelis, yang berbunyi sebagai
berikut Artinya: “Apabila telah tetap adanya dloror (dalam rumah tangga) dan
Hakim sudah tidak mampu untuk merukunkannya, maka Hakim dapat menceraikan
mereka dengan talak satu ba’in”

Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, alasan


perceraian yang diajukan oleh Penggugat telah terbukti dan beralasan hukum karena
telah memenuhi unsur pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 jo.
Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo Pasal 116 huruf (f)
Kompilasi Hukum Islam, yakni adanya perselisihan dan pertengkaran, pertengkaran
tersebut berlangsung secara terus menerus dan antara keduanya tidak ada harapan
untuk dirukunkan kembali oleh karenanya petitum gugatan Penggugat patut
dikabulkan;

Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 119 ayat (2) huruf c Kompilasi
Hukum Islam, bahwa talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama adalah talak bain
sughra;

Menimbang bahwa karena perkara a quo termasuk bidang perkawinan, maka


berdasarkan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua
dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, biaya perkara ini dibebankan kepada
Penggugat;

Mengingat peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hukum Islam yang


berkaitan dengan perkara ini;

MENGADILI

1. Mengabulkan gugatan Penggugat;

2. Menjatuhkan thalak satu Ba’in Sughro dari Tergugat (ARRYANTHO BIN


SUYONO) terhadap Penggugat (ERNA WIDIAWATI BINTI H. AGUS
SOBUR)

3. Membebankan kepada Pengugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp


265.000,- (dua ratus enam puluh lima ribu rupiah);

47
Demikian diputuskan dalam permuyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Agama
Sumedang pada hari Kamis tanggal 29 Juli 2021 Masehi, bertepatan dengan tanggal
19 Dzulhijjah 1441 Hijriyah, oleh Kami Drs. Abdul Malik, M. Si sebagai Ketua
Majelis Hakim, Drs. Endang Sofwan, M.H dan Drs. H. Syamsul Falah, M.H. sebagai
Hakim-hakim Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis Hakim dengan didampingi oleh Hakim-
hakim Anggota tersebut, dibantu oleh Gilang Kharisma Nirwana, S.Sy, sebagai
Panitera Pengganti, serta dihadiri kuasa hukum Penggugat dan Tergugat beserta
kuasanya.

E. Aplikasi Hasil Temuan Lapangan dalam Simulasi Persidangan


Simulasi Persidangan dilakukan pada hari kamis tanggal 24 Februari 2022
yang bertempat di Ruang Sidang II Pengadilan Agama Sumedang. Proses simulasi
persidangan dipandu dan dinilai oleh fasilitator Pengadilan Agama Sumedang, Drs.
Endang Sofwan, M.H.

Untuk keperluan simulasi persidangan kami menyusun skenario sidang


permohonan cerai talak. Adapun peran-perannya adalah sebagai berikut:

1. Hakim Ketua : Rizkan Afdhalul Ihsan

2. Hakim Anggota I : Maulana Firdaus

3. Hakim Anggota II : Mia Siti Rahmani

4. Panitera Pengganti : Sanchia Putri Az zahra

5. Pemohon : Muhammad Rivaldi

6. Termohon : Pangastuti Utami

7. Saksi Pemohon I : Arini Novia Khairunnisa

8. Saksi Pemohon II : Fitrah Toyibah

Gambar 4: Simulasi Sidang

48
Adapun simulasi persidangan dilakukan sesuai dengan alur persidangan asli
dimana diawali dengan agenda sidang pertama yang berisi pemeriksaan identitas para
pihak untuk mengetaui kecocokan identitas dalam surat gugatan dengan bukti tertulis
yang diajukan (Buku Nikah), selanjutnya hakim melakukan upaya perdamaian dengan
memberikan nasehat serta wejangan kepada para pihak dengan harapan permohonan
cerai talak dapat dicabut dan para pihak dapat kembali rukun sebagaimana sediakala.

Karena setelah diupayakan perdamaian para pihak tetap bersikukuh untuk


meneruskan permohonan cerai maka majelis hakim memerintahkan para pihak untuk
melakukan mediasi terlebih dahulu. Sidang pun ditunda dan akan dilanjutkan pada
pekan selanjutnya dengan agenda laporan mediasi serta pembacaan permohonan cerai
talak (apabila mediasi yang ditempuh juga tidak menghasilkan perdamaian).

Simulasi persidangan dilanjutkan dengan sidang kedua dengan agenda laporan


mediasi serta pembacaan permohonan. Setelah membuka persidangan, majelis hakim
menanyakan laporan mediasi kepada para pihak. Sayangnya mediasi tidak
membuahkan hasil perdamian sehingga penggugat tetap pada gugatannya. Sidang pun
ditutup untuk umum dan dilanjutkan dengan agenda pembacaan permohonan oleh
pemohon. Sidangpun ditunda dan dilanjutkan pada pekan berikutnya.

Pada sidang ketiga dengan agenda jawaban dari Termohon, Setelah ketua
majelis membuka sidang dan melakukan upaya perdamaian namun tidak berhasil,
sidang dinyatakan tertutup dan Termohon dipersilahkan membaca jawabannya.
Sidang kemudian ditunda dan akan dilanjutkan pada pekan berikutnya dengan agenda
replik. Pada sidang keempat dilakukan pembacaan replik (tanggapan pemohon) dan
pada sidang kelima dilakukan pembacaan duplik tanggapan termohon) sekaligus
mengakhiri proses jawab-menjawab.

49
Pada sidang keenam dilaksanakan agenda sidang pembuktian dimana pemohon
dipersilahkan untuk membuktikan dalil-dalil nya terlebih dahulu. Majelis hakim
mengawali sidang pembuktian dengan pemeriksaan bukti tertulis. Setelah itu
dilanjutkan dengan bukti saksi-saksi dimana pemohon menghadirkan dua orang saksi
yaitu kedua adiknya. Para saksi dipandu untuk bersumpah sebelum diminta
keterangan. Adapun keterangan yang diberikan sama dengan yang tertera pada
putusan aslinya. Termohon tidak mengajukan pembuktian apapun.

Sidang kedelapan merupakan sidang kesimpulan dimana para pihak


memberikan kesimpulan akhir atas permohonan maupun jawabannya. Pemohon
berkesimpulan bahwa rumah tangga mereka tidak dapat dipertahankan dan pemohon
tetap pada permohonan awal yaitu menginginkan perceraian. Termohon
berkesimpulan bahwa termohon masih ingin mempertahankan rumah tangga dan
memohon kepada majelis hakim untuk memutus secara seadil-adilnya. Sidang pun
ditunda untuk musyawarah majelis dan dilanjutkan pada pekan berikutnya dengan
agenda sidang pembacaan putusan pengadilan.

Sidang kesembilan atau sidang terakhir yaitu pembacaan hasil musyawarah


majelis berupa putusan pengadilan. Sidang dihadiri oleh kedua belah pihak.
Berdasarkan musyawarah majelis dengan mempertimbangkan fakta-fakta persidangan
yang ada maka ketua majelis membacakan putusannya yang pada intinya
mengabulkan permohonan pemohon dan menjatuhkan talak satu ba'in sughra
pemohon kepada termohon dan membebankan biaya perkara kepada penggugat.
Pemohon mengikrarkan talaknya dan Sidang pun ditutup dan dinyatakan selesai

50
51

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan Magang Kerja Peradilan Agama yang dilaksanakan di
Pengadilan Agama Sumedang selama kurang lebih satu bulan lamanya, terdapat
beberapa hal yang dapat disimpulkan khususnya mengenai alur proses penyelesaian
perkara di Pengadilan Agama Sumedang.

Dalam hal penerimaan perkara di Pengadilan Agama Sumedang, tahapan-


tahapannya adalah sebagai berikut:

a. Penggugat/pemohon datang ke Posbakum Pengadilan Agama Sumedang untuk


dibuatkan gugatan atau permohonan, jika yang sudah ada atau memakai jasa
Kuasa Hukum tidak perlu datang ke Posbakum.

b. Surat gugatan/permohonan didaftarkan ke Meja I Pengadilan Agama


Sumedang.

c. Meja I akan menaksir panjar biaya perkara sesuai dengan alamat tempat
tinggal dan akan memberikan SKUM, lalu pihak membayar ke Bank yang
telah ditunjuk dan bekerjasama dengan Pengadilan Agama Sumedang.

d. Setelah selesai membayar SKUM tersebut diperlihatkan ke kasir untuk diberi


nomor register perkara

e. Setelah selesai berkas perkara tersebut masuk ke Meja II untuk ditulis dibuku
register gugatan/permohonan.

f. Dalam jangka waktu dua hari berkas harus sudah diberikan ke Ketua
Pengadilan Agama Sumedang untuk ditentukan PMH nya dan 1 hari untuk
sampai di Panitera untuk penunjukan Panitera Pengganti dan Jurusita
Pengganti.

g. Setelah itu berkas diberikan pada Majelis Hakim yang sudah ditunjuk untuk
ditentukan PHS nya, biasanya 15 hari sejak pendaftaran perkara untuk
penentuan sidang pertama.
52

Dalam simulasi persidangan sesuai hukum acara perdata pada umumnya,


tahapan alur pemeriksaan dilakukan sebagai berikut:

a. Sidang pertama kali dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum oleh Majelis
Hakim, setelah itu para pihak dipanggil ke ruang sidang oleh Panitera Pengganti
beserta kuasa hukumya jika pihak tersbeut memakai jasa Kuasa Hukum.

b. Dilakukan pemeriksaan identitas para pihak dan Kuasa Hukum dan surat khusus
Kuasa Hukum untuk diterima kuasanya oleh Majelis Hakim. Jika kedua belah
pihak hadir maka sidang ditunda untuk agenda mediasi, jika salah satu pihak tidak
hadir maka sidang ditunda untuk agenda pemanggilan pihak Penggugat atau
Tergugat. Jika salah satu pihak dalam 2 kali panggilan yang sudah sah dan patut
oleh Jurusita Pengganti Pengadilan tidak hadir, maka perkaranya diyatakan gugur
oleh Majelis Hakim. Jika Penggugat hadir, dan Tergugat tidak hadir dalam 2 kali
panggilan oleh Jurusita Pengganti Pengadilan, maka pemeriksaan dilanjutkan
dengan pembuktian dan Majelis Hakim akan menjatuhkan putusan verstek.

c. Jika mediasi berhasil maka perkara tersebut dinyatakan dicabut dan dituangkan
dalam berita acara dan putusan, jika mediasi gagal maka dituangkan dalam berita
acara sidang dan dilanjutkan ke pembacaan gugatan oleh Penggugat.

d. Setelah pembacaan gugatan maka Tergugat/Termohon berhak mengajukan


jawaban, bantahan beserta gugatan balik atau rekovensi, setelah pihak Tergugat
mengutarakan jawabannya. Maka tanggapan kembali dari pihak Penggugat yang
disebut replik, dan duplik dari pihak Tergugat.

e. Untuk membuktikan dalil-dalil dari masing-masing pihak maka perlu adanya


pembuktian yang dilakukan oleh para pihak dengan dinilai oleh Majelis Hakim.
Sesuai dengan pasal 130 HIR dan pembuktian dilakukan oleh pihak Penggugat
terlebih dahulu.

f. Setelah itu majelis akan menanyakan pada Penggugat dan Tergugat


kesimpulannya terhadap perkara ini.

g. Majelis Hakim setelah mengetahui kesimpulan dari masing-masing maka wajib


mengadakan musyawarah majelis dan wajib memberikan putusan pada perkara
53

tersebut dengan terlebih dahulu sidang dinayatakan dibuka untuk umum untuk
pembacaan putusan.

B. Saran dan rekomendasi


Penulis sebagai peserta yang mengikuti Magang Kerja Peradilan Agama di
Pengadilan Agama Sumedang ingin memberikan kontribusi berupa saran dan
rekomendasi terkait kegiatan ini yang diharapkan akan terus berjalan sebagai bahan
untuk belajar dan mengasah kemampuan mahasiswa di lapangan secara langsung.
Saran dan rekomendasi tersebut diantaranya sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Magang Kerja Peradilan Agama yang dilaksanakan oleh Fakultas


Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung merupakan hal yang
harus tetap dilaksanakan dan dikembangkan dari segala aspek yang masih bisa
dioptimalkan, salah satunya yakni menempatkan para peserta magang pada
bidang-bidang intansi yang memang berkaitan dengan konsentrasi
pengetahuan para peserta Magang Kerja Peradilan Agama;

2. Senantiasa mempererat hubungan antara pihak Pengadilan dan Para


Mahasiswa/I dalam melaksanakan Magang Kerja Peradilan Agama agar tidak
terjadi masalah serius atau miskomunikasi antara pihak pengadilan dengan
peserta magang;

3. Diharapkan mampu mendistribusikan para peserta Magang Kerja Peradilan


Agama pada intansi yang telah dijadikan tempat atau lokasi pelaksanaan
Praktikum Peradilan Agama setelah poin kedua itu tercapai tentunya.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU:

Buku Panduan Magang Kerja Peradilan Agama, Fakultas Syariahdan Hukum, UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, 2022
54

Chatib Rasyid Hukum acara perdata dalam teori dan praktik pada peradilan agama.
Yogyakarta : UII Press, 2009.

Harahap, M. Yahya. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi. Bidang Perdata, Edisi Kedua,
Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Abdullah Tri Wahyudi, Peradilan Agama di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Direktorat Jenderal badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Buku II Pedoman
Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama.

ARTIKEL/JURNAL:

Ahmad Calam dan Amnah Qurniati. Merumuskan Visi dan Misi Lembaga Pendidikan dalam
Jurnal SAINTEKOM Vol. 15, No. 1, Januari 2016

Fitri, Seputar Jabatan Struktural Dan Jabatan Fungsional PNS.


https://lldikti12.ristekdikti.go.id/ 2010/08/03/seputar-jabatan-struktural-dan-jabatan-
fungsional-pns.html

INTERNET:

Website Resmi Pengadilan Agama Sumedang. Sejarah Pengadilan Agama Sumedang.


http://www.pa-sumedang.go.id/en/profil-pengadilan/sejarah-pengadilan

Website Resmi Pengadilan Agama Sumedang. Visi dan Misi Pengadilan Agama Sumedang.
http://www.pa-sumedang.go.id/en/profil-pengadilan/visi-dan-misi

http://www.pa-sumedang.go.id/en/profil-pengadilan/struktur-organisasi

Website Resmi Pengadilan Agama Sumedang. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama
Sumedang. http://www.pa-sumedang.go.id/en/profil-pengadilan/tugas-pokok-dan-fungsi

PERATURAN:
55

Surat Keputusan Direktorat Jenderal Badilag MA Nomor 1403.b/DJA/SK/OT.01.3/8/2018


tentang Pedoman Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Anda mungkin juga menyukai