Anda di halaman 1dari 8

LEGAL OPINION

Sumedang, 9 April 2022

Kepada Yth,

Ibu Nabilah Ratna

Di

Tempat

Hal: Pendapat hukum terhadap gugatan perceraian yang akan diajukan oleh Ibu Nabilah
Ratna terhadap suaminya yang bernama Febri Haryadi.

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Maulana Firdaus, S.H. Advokat dan Konsultan Hukum yang berkantor di Jl. Raya Jatinangor No.
13, Sumedang.

Sehubungan dengan permohonan saudari mengenai pendapat hukum terkait permasalahan


dalam hubungan perkawinan antara saudari dengan suaminya yang sudah tidak lagi harmonis
karena satu dan lain hal yang berujung pada gugatan perceraian.

Dalam memberikan pendapat hukum ini, kami memiliki pemahaman atas hal ini sebagai
berikut:

1. Semua salinan dokumen yang diberikan kepada kami sesuai dengan aslinya;
2. Semua dokumen tersebut diterbitkan oleh badan yang memiliki kewenangan akan hal
tersebut;
3. Bahwa semua posisi kasus yang tergambarkan jelas pada pendapat hukum ini, diuraikan
sesuai kebenaran dan faktanya;
4. Bahwa benar semua kejadian yang ada pada posisi kasus ini jelas, nyata dan tidak
mengada-ngada.
Setelah mempelajari dokumen-dokumen dan fakta kejadian yang menyangkut
permasalahan dalam perkawinan saudari, maka kami memberikan pendapat dari segi hukum
sebagai berikut:

A. Posisi kasus

Bahwa pada hari Minggu tanggal 15 Mei 2018, telah dilangsungkan perkawinan
antara Nabilah Ratna dan Febri Haryadi sebagaimana terdapat dalam kutipan akta nikah
No:03/04/III/2018 tertanggal 15 Mei 2018 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

Setelah perkawinan tersebut, Nabilah Ratna dan Febri Haryadi tinggal bersama
orang tua Febri Haryadi yang beralamat di Perum Permai No. 4 Kel. Cipadung, Kecamatan
Cibiru, Kota Bandung selama enam bulan lamanya, sebelum kemudian pindah dan
menyewa rumah di Sadang Serang, Kecamatan Coblong, Kota Bandung.

Pada awal perkawinan, Nabilah Ratna dan Febri Haryadi hidup bahagia dan
harmonis layaknya pengantin baru lainnya dan telah dikaruniai seorang anak perempuan
berumur 3 tahun. Sejak bulan Januari 2021, terjadi masalah perekonomian dimana saudari
Nabilah merasa nafkah yang diberikan oleh suami terhadap dirinya tidak lagi seperti
biasanya. Nafkah yang diberikan tidak lagi mencukupi untuk sekedar berbelanja kebutuhan
rumah tangga dan anaknya. Padahal saudari Nabilah mengetahui perekonomian suaminya
masih berjalan stabil dan suaminya sering mendapat bonus lebih dari pekerjaannya sebagai
Karyawan swasta di Bank Mandiri. Namun, Nabilah masih tetap sabar dan berusaha untuk
menutupi kebutuhan sehari-harinya dengan berjualan fashion melalui online.

Pada bulan September 2021, Nabilah mengetahui bahwa suaminya seringkali


melakukan judi online melalui Hp nya yang menyebabkan uang hasil dari pekerjaannya
habis secara percuma yang berakibat pada kurangnya nafkah yang diterima oleh Nabilah.
Saat itu, Nabilah berusaha untuk menasihati suaminya untuk tidak mengulangi
perbuatannya tersebut yang berdampak pada kehidupan keluarganya, dan suaminya pun
mengiyakan untuk tidak mengulangi perbuatannya.

Akan tetapi, nafkah yang diberikan Suami terhadap Nabilah masih saja sama seperti
sebelumnya, dan Nabilah masih berusaha sabar dan berusaha sendiri seperti biasanya. Pada
bulan November 2021, Nabilah kembali mengetahui bahwa suaminya selama ini masih
melakukan judi online, bahkan Nabilah menemukan bukti bahwa suaminya telah
melakukan perselingkuhan dengan wanita lain melalui bukti chat mesra di Hp suaminya
tersebut namun suaminya selalu mengelak dengan beralasan hanya sebatas teman kerja.
Sejak saat itulah keduanya sering mengalami cek-cok dan perselisihan. Tak jarang juga
suaminya pulang hingga larut malam tanpa memberitahu Nabilah. Dan puncaknya pada
bulan Desember 2021 terjadi cek-cok dan perselisihan dimana Febri Haryadi kemudian
menampar wajah Nabilah Ratna. Di hari yang sama Nabilah Ratna memutuskan untuk
pulang kerumah kedua orang tuanya di Jatinangor dan membawa serta anaknya.

Sejak bulan Januari 2022, Nabilah tidak pernah diberi nafkah lagi oleh suaminya
dan tidak pernah mengajaknya kembali untuk hidup rukun bersama. Permasalahan ini
sudah pernah diusahakan untuk didamaikan oleh keluarga kedua belah pihak sebanyak tiga
kali, akan tetapi tidak berhasil. Nabilah merasa perkawinannya sudah tidak dapat
dirukunkan kembali meski hal tersebut telah diupayakan. Maka dari itu, Saudari Nabilah
akan mengajukan gugatan perceraian.

B. Permasalahan
1. Bagaimana langkah yang harus ditempuh dalam mengajukan gugatan perceraian ke
Pengadilan Agama?
2. Siapa orang yang dapat dijadikan saksi dalam perkara ini?

C. Penelusuran Bahan Hukum


1. Kompilasi Hukum Islam;
2. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan;
3. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang No.
1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan;
4. Undang-undang No.7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama;
5. PERMA No.2 Tahun 2003 Tentang Proses Mediasi Di Pengadilan;
6. Herzien Inlandsch Reglement (HIR);
7. Reglement Buitengewesten (RBG);
8. Burgerlijk Wetboek (BW).
D. Analisis Yuridis
1. Langkah yang harus ditempuh dalam mengajukan gugatan perceraian ke
Pengadilan Agama

Dalam pasal 38 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,


bahwa perkawinan dapat putus karena:

a. Kematian;
b. Perceraian dan;
c. Atas keputusan Pengadilan.

Dalam Kompilasi Hukum Islam mengenai alasan-alasan terjadinya


perceraian dirumuskan dalam pasal 116:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan
lain sebagainya yang sukar disembuhkan;
b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-
turut tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya;
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman
yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain;
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri;
f. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga;
g. Suami melanggar taklik talak;
h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak
rukunan dalam rumah tangga.

Berdasarkan fakta kejadian yang telah diceritakan oleh saudari Nabilah


Putri, bahwa sang suami yang seingkali melakukan perjudian hingga menyebabkan
tidak terealisasikannya kewajiban untuk menafkahi keluarga yang berujung pada
perselisihan dan pertengkaran, maka gugatan perceraian dapat diajukan oleh
saudari Nabilah Putri ke Pengadilan Agama.

Langkah yang harus ditempuh dalam mengajukan gugatan perceraian ke


Pengadilan Agama yaitu diawali dengan melakukan pendaftaran perkara ke
Pengadilan Agama tempat tinggal penggugat. Karena tempat tinggal Saudari
Nabilah saat ini beralamat di Kabupaten Sumedang sesuai dengan yang tercantum
dalam identitas diri, maka berdasarkan kompetensi relatif Pengadilan Agama
pendaftaran dilakukan di Pengadilan Agama Sumedang. Adapun beberapa
dokumen yang harus dipersiapkan untuk kemudian diserahkan saat melakukan
pendaftaran yaitu sebagai berikut:

1) Fotokopi Kartu Identitas penggugat;


2) Fotokopi surat nikah;
3) Surat Gugatan Perceraian;
4) Surat kuasa Khusus (Jika pihak menugaskan kepada pihak lain);
5) Fotokopi kartu anggota Advokat (Jika menggunakan jasa advokat);
6) Surat keterangan hubungan keluarga dari kepala desa;
7) Syarat kelengkapan perkara lainnya.

Apabila tidak menggunakan jasa Advokat maka Pengadilan Agama


Sumedang menyediakan Pos Bantuan Hukum (POSBAKUM) yang akan
membantu membuatkan surat gugatan. Setelah siap dengan persyaratan yang
diperlukan barulah menghadap pada meja pendaftaran untuk diberikan informasi
terkait besar panjar biaya perkara serta Surat Keterangan Untuk Membayar
(SKUM). Setelah menerima SKUM, selanjutnya akan diarahkan ke loket bank
untuk membayar biaya panjar perkara. Setelah tahap pembayaran selesai pihak
kembali ke meja pendaftaran untuk mendapat nomor register perkara serta
diberitahu terkait proses sidang pertama. Selanjutnya setelah ditetapkannya Hakim
Majelis, Panitera Pengganti dan jadwal sidang pertama, Penggugat dan Tergugat
dipanggil oleh Juru Sita Pengadilan agama untuk menghadiri persidangan.

Adapun tahapan persidangan diantaranya sebagai berikut:


1) Pada pemeriksaan sidang pertama, hakim berusaha mendamaikan kedua
belah pihak,dan suami istri harus datang secara pribadi (Pasal 82 UU No.7
Tahun 1989);
2) Apabila tidak berhasil, maka hakim mewaiibkan kedua belah pihak agar
lebih dahulu menempuh mediasi (Pasal 3 ayat (1) PERMA No.2 Tahun
2003 Tentang Proses Mediasi Di Pengadilan);
3) Apabila mediasi tidak berhasil, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan
membacakan surat gugatan, jawaban, jawab menjawab, pembuktian dan
kesimpulan.Dalam tahap jawab menjawab (sebelum pembuktian) Tergugat
dapat mengajukan gugatan rekonvansi (gugat balik) (Pasal 132a HIR, 158
R Bg).

Dalam tahapan putusan Pengadilan Agama Sumedang tentang cerai gugat


adalah sebagai berikut :

1) Gugatan dikabulkan. Apabila Tergugat tidak puas dapat mengajukan


banding melalui pengadilan agama tersebut.
2) Gugatan ditolak. Penggugat dapat mangajukan banding melalui pengadilan
agama tersebut.
3) Gugatan tidak diterima. Penggugat dapat mengajukan permohonan baru.
4) Setelah putusan memperoleh kekuatan hukum tetap maka panitera
pengadilan agama Sumedang memberikan akta cerai sebagai surat bukti
cerai kepada kedua belah pihak selambat-lambatya 7 (tujuh) hari setelah
putusan tersebut diberitahukan kepada para pihak.

2. Orang yang dapat dijadikan saksi dalam perkara


Alat bukti kesaksian diatur dalam pasal 139-152, 168-172 HIR. (pasal 165-
179 Rbg), 1895 dan 1902-1912 BW. Kesaksian adalah kepastian yang diberikan
kepada hakim di persidangan tentang peristiwa yang disengketakan dengan jalan
pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah satu pihak
dalam perkara yang dipanggil di persidangan, jadi harus diberitahukan sendiri dan
tidak dapat diwakilkan serta tidak boleh dibuat secara tertulis. Jadi, yang dapat
didengar sebagai saksi adalah pihak ketiga dan bukan salah satu pihak yang
berperkara. Adapun saksi tersebut dihadirkan dalam proses sidang dalam agenda
sidang pembuktian.
Saksi yang dihadirkan/pihak ketiga haruslah mereka yang melihat atau
mengetahui sendiri peristiwa yang bersangkutan. Sehingga, pihak ketiga ini pada
umumnya melihat peristiwa yang bersangkutan lebih objektif daripada pihak yang
berkepentingan sendiri. Dalam setiap kesaksian harus disebut sebab
pengetahuannya. Tidaklah cukup kalau saksi hanya menerangkan bahwa ia
mengetahui peristiwanya. Ia harus menerangkan bagaimana ia sampai dapat
mengetahuinya. Artinya sebab musabab samapai ia dapat mengetahui peristiwanya
harus disebutkan. Pada asasnya setiap orang yang bukan salah satu pihak yang
berperkara dapat di dengar sebagai saksi.
Dalam pembuktian dengan saksi, hal ini baru dianggap sempurna apabila
ada dua orang saksi atau lebih. Oleh karena itu, saudari Nabilah disarankan untuk
mempersiapkan minimal dua orang untuk dijadikan saksi di Pengadilan. Saksi
tersebut yang pertama yaitu tetangga saudari Nabilah di tempat tinggal bersama
dengan suami sebelum berpisah yang mengetahui, mendengar atau menyaksikan
langsung perselisihan, cek-cok atau pertengkaran antara saudari Nabilah dengan
suami. Yang kedua, yaitu saksi dari pihak keluarga yang terlibat dalam proses
mendamaikan saudari Nabilah dengan suami sebelum diajukannya gugatan
perceraian di pengadilan. Kesaksian ayah dan ibu atau pihak keluarga serta orang-
orang yang dekat dengan Penggugat dan Tergugat dapat/diperbolehkan untuk
didengar sebagai saksi dalam perkara perceraian. Pihak keluarga yang dimaksud
bisa dipilih baik itu dari pihak keluarga suami atau pihak keluarga Saudari Nabilah
sendiri yang terlibat secara langsung dalam upaya perdamaian tersebut untuk
dimintai keterangannya oleh Hakim di Pengadilan nanti.

E. Pendapat Hukum
1. Sesuai dengan pasal 116 Kompilasi Hukum Islam, maka berbagai fakta kejadian
terkait permasalahan perkawinan yang tengah dialami oleh saudari Nabilah dapat
dijadikan alasan untuk mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama.
Proses pendaftaran gugatan perceraian dapat dilakukan sendiri atau oleh kuasa
hukum yang dikuasakannya.
2. Saksi yang diajukan minimal dua orang untuk dimintai keterangannya oleh hakim.
Saksi tersebut bisa berasal dari pihak keluarga, kerabat, teman atau tetangga yang
mengetahui, mendengar atau menyaksikan pertengkaran atau perselisihan.
F. Rekomendasi
1. Mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama Sumedang;
2. Mempersiapkan alat bukti tertulis seperti akta pernikahan yang sah dan dua orang
saksi dari tetangga tempat kediaman bersama sebelum berpisah dan pihak keluarga
yang mengetahui permasalahannya dan terlibat dalam proses mendamaikan kedua
belah pihak.

Demikian legal opinion ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Apabila ada
pertanyaan lebih lanjut, silahkan untuk menghubungi kami kembali.

Hormat kami

Konsultan Hukum/Advokat

Maulana Firdaus, S.H.

Anda mungkin juga menyukai