Anda di halaman 1dari 19

SURAT GUGATAN

Yogyakarta, 11 Januari 2007

Perihal: Gugatan mengenai Wanprestasi

Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta
Jl. Kapas No. 10 Kelurahan Semaki,
Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta.
Dengan hormat,
Yang bertandatangan dibawah ini :
1. Nindya Chairunnisa Zahra, S.H., LL.M.
2. Agung Kurnia Saputra, S.H., LL.M.
Secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama, Advokat dari ZAHRA SAPUTRA &
PARTNERS Law Office di Jalan Gejayan Mrican No. 13 Kelurahan Caturtunggal,
Kecamatan Depok, Yogyakarta, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor
123/SKK/XIX/PDT.G/ZS/2007 tertanggal 4 Januari 2007 (vide bukti P-1), bertindak
untuk dan atas nama :
1. PT. Satria Paramartha Abadi berkedudukan di Jl. Kapas No. 134 Kelurahan
Semaki, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta yang dalam hal ini diwakili oleh
Sigit Wibowo, S.H. M.M. selaku Direktur Utama PT. Satria Paramartha Abadi.
dalam hal ini telah memilih tempat kediaman hukum (domisili) di kantor kuasanya
tersebut diatas, hendak menandatangani dan mengajukan surat gugat ini, selanjutnya
akan disebut PENGGUGAT.
Bersama ini PENGGUGAT mengajukan gugatan melawan :
1. PT. Bank Cahaya, yang berkedudukan di Jl. Ibda Tut No. 45 Kelurahan Muju-
muju, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta 55165 yang diwakili oleh Putri
Mentari Angelo, S.E., M.M. selaku Direktur Utama PT. Bank Cahaya.
yang selanjutnya akan disebut TERGUGAT.

Adapun hal-hal yang menjadi dasar gugatan PENGGUGAT adalah sebagai berikut :
I. Legal Standing PENGGUGAT
- Bahwa PENGGUGAT adalah Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang
industri garmen, berkedudukan diJl. Kapas No. 134 Kelurahan Semaki,
Kecamatan Umbulharjo, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang Anggaran
Dasarnya telah dituangkan dalam Akta Pendirian Nomor 51 tertanggal 6
Desember 1996 yang dibuat dihadapan Notaris Aljefri Febrizarli, S.H.,M.Kn.
(vide bukti P-2);
- Bahwa PENGGUGAT adalah Perseroan Terbatas beroperasi berdasarkan
Hukum Negara Republik Indonesia yang Anggaran Dasarnya telah disahkan
oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor C-13645
HT.01.01.TH.1997. (Vide bukti P-3 dan P-4);
- Bahwa PENGGUGAT adalah Perseroan Terbatas beroperasi berdasarkan
Hukum Negara Republik Indonesia yang Anggaran Dasarnya telah
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tertanggal 28 Februari
1997 Nomor: 35 Tambahan: 108. (Vide bukti P-5);
- Bahwa PENGGUGAT adalah badan hukum (rechtpersoon) yang termasuk ke
dalam salah satu jenis subjek hukum, yang mana dapat melakukan perbuatan
hukum, termasuk mengajukan gugatan ke pengadilan ini;
- Bahwa dengan demikian, berdasarkan PENGGUGAT memiliki hak dan
kepentingan hukum terhadap perbuatan-perbuatan hukum untuk
mengajukan gugatan terhadap perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan
oleh TERGUGAT sebagaimana yang akan diuraikan di bawah ini.

II. Pokok-Pokok Gugatan


1. Bahwa TERGUGAT telah melakukan wanprestasi dengan tidak
melaksakan kewajibannya untuk memberikan penundaan
pembayaran kredit kepada PENGGUGAT dan oleh karena itu
TERGUGAT wajib memberikan ganti biaya, rugi dan bunga kepada
PENGGUGAT.
1.1 Bahwa Pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan
sebagai berikut: Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan
sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.;
1.2 Bahwa dalam perkara ini telah disepakati suatu perjanjian antara
PENGGUGAT sebagai debitor dengan TERGUGAT sebagai kreditor
berupa perjanjian kredit;
1.3 Bahwa Pasal 1239 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berbunyi:
Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat
sesuatu, apabila si berutang tidak memenuhi kewajibannya,
mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban memberikan
penggantian biaya, rugi dan bunga.;
1.4 Bahwa pasal di atas mengatur mengenai wanprestasi yaitu apabila
salah satu pihak tidak melaksanakan prestasi sebagaimana tertuang
dalam perjanjian, maka pihak tersebut wajib membayar biaya, rugi,
dan bunga;
1.5 Bahwa Pasal 15 ayat (1) Akta Perjanjian Kredit menentukan sebagai
berikut: DEBITOR berhak mendapatkan penundaan pembayaran,
dalam hal-hal terjadi keadaan yang memaksa (force majeur) yang
menyebabkan DEBITOR berada dalam keadaan tidak mampu bayar.;
1.6 Bahwa berdasarkan ayat di atas, salah satu hal yang disepakati para
pihak adalah TERGUGAT memberikan penundaan pembayaran apabila
PENGGUGAT berada dalam keadaan force majeure;
1.7 Bahwa TERGUGAT tidak memberikan penundaan pembayaran kepada
PENGGUGAT di saat PENGGUGAT sedang berda dalam keadaan force
majeure;
1.8 Bahwa urutan fakta yang terjadi adalah sebagai berikut:
1.8.1 Bahwa TERGUGAT men-take over kredit PENGGUGAT di PT.
Bank Sejahtera melalui perjanjian subrogasi yang
ditandatangani para pihak pada tanggal 30 Agustus 2002;
1.8.2 Bahwa sisa utang PENGGUGAT yang harus dilunasi kepada
PT. Bank Sejahtera adalah Rp 753.804.347,00 (tujuh ratus
lima puluh tiga juta delapan ratus empat ribu tiga ratus
empat puluh tujuh rupiah). (vide bukti P-6);
1.8.3 Bahwa berdasarkan Surat Persetujuan Pemberian Kredit,
fasilitas kredit yang diberikan TERGUGAT adalah sebesar Rp
1.750.000.000,00 (satu milyar tujuh ratus lima puluh juta
rupiah) yang terbagi menjadi tiga fasilitas kredit yaitu:
- Fasilitas kredit pinjaman rekening koran (Pinjaman
Rekening Koran) sebesar Rp 550.000.000,00 (lima
ratus lima puluh juta rupiah). (vide bukti P-7) ;
- Fasilitas kredit Short Term Loan (S.T.L) sebesar Rp
600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah). (vide bukti P-
8) ;
- Fasilitas kredit investasi sebesar Rp 600.000.000,00
(enam ratus juta rupiah). (vide bukti P-9).
1.8.4 Bahwa jangka waktu masing-masing fasilitas kredit adalah:
- Fasilitas kredit P.R.K selama 1 (satu) tahun dan jatuh
tempo pada tanggal 10 Agustus 2003;
- Faslilitas kredit S.T.L selama 50 (lima puluh) bulan dan
jatuh tempo pada tanggal 10 November 2006;
- Fasilitas kredit investasi adalah 6 (enam) tahun yang
jatuh tempo pada tanggal 10 Agustus 2008.
1.8.5 Bahwa pada hari itu juga tanggal 28 Agustus 2002
PENGGUGAT yang diwakili oleh Direktur Utama yaitu Putri
Mentari Angelo, S.E., M.M. dan TERGUGAT yang diwakili
oleh Direktur Utama yaitu Sigit Wibowo, S.H., M.M.
menandatangani Akta Perjanjian Kredit No.
XXXV/37/BC/PK/08/2002 untuk fasilitas kredit P.R.K (vide
bukti P-10), No. XXXV /38/BC/PK/08/2002 untuk fasilitas
kredit S.T.L (vide bukti P-11), dan No.
XXXV/39/BC/PK/08/2002 untuk fasilitas kredit investasi (vide
bukti P-12) yang dibuat oleh para pihak dihadapan Notaris
Thomas Edison, S.H., M.Kn., di Jalan Mutiara Pengok No. 54
Yogyakarta;
1.8.6 Bahwa yang menjadi jaminan tambahan kredit PENGGUGAT
selain dari yang dijaminkan pada PT. Bank Sejahtera adalah:
a. Satu unit Mesin Embroldery/HM4B-SB12-46 Tahun 1993
merk Happy, Nomor Mesin 4802750-335 Faktur Nomor
16. (vide bukti P-13);
b. Satu unit Mesin Embroldery/HM4B-SB12-46 Tahun 1993
merk Happy, Nomor Mesin 4802751-335 Faktur Nomor
17. (vide bukti P-14);
Sebidang tanah dengan Sertifikat Hak Milik Nomor :
2166, Gambar Situasi Nomor : 337/1992, Tanah seluas
296 m, atas nama pemegang hak Edi Rahmad, yang
terletak di Jalan Klebengan No.75, Kecamatan Depok,
Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dengan batas-batas sebagai berikut (vide bukti P-15) :
- Utara : tanah hak milik atas nama Dito Sitompoel
dengan setipikat No. 1852/Depok;
- Selatan : tanah hak milik atas nama Budi Underground
dengan sertipikat No. 1955/Depok;
- Timur : sungai;
- Barat : jalan raya.
1.8.7 Bahwa pada tanggal 2 September 2002 PENGGUGAT
mengajukan permohonan pencairan fasilitas kredit Short
Term Loan sebesar Rp. 400.000.000,00 (empat ratus juta
rupiah) untuk keperluan pelunasan sisa utang terhadap PT.
Bank Sejahtera.(Vide bukti P-16);
1.8.8 Bahwa TERGUGAT menyetujui permohonan pencairan
tersebut melalui Surat Persetujuan Pencairan Kredit No.
7/IX/2002 tertanggal 5 September 2002 berupa uang tunai
sebesar Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah). (vide
bukti P-17);
1.8.9 Bahwa pada hari yang sama tanggal 5 September 2002
PENGGUGAT menarik uang dari rekening koran sebesar Rp
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) untuk
keperluan pelunasan sisa utang kepada PT. Bank Sejahtera.
(vide bukti P-18);
1.8.10 Bahwa fasilitas kredit S.T.L tersebut dicairkan melalui
rekening tabungan milik PENGGUGAT di PT. Bank
Cahaya/TERGUGAT, sedangkan fasilitas kredit P.R.K dapat
ditarik melalui rekening koran milik PENGGUGAT di PT. Bank
Cahaya/TERGUGAT;
1.8.11 Bahwa pada tanggal 6 September 2002 PENGGUGAT
melunasi seluruh sisa utang kepada PT. Bank Sejahtera
sebesar Rp 753.804.347,00 (tujuh ratus lima puluh tiga juta
delapan ratus empat ribu tiga ratus empat puluh tujuh
rupiah) menggunakan kredit Pinjaman Rekening Koran,
kredit Short Term Loan yang telah dicairkan dan sisanya dari
kas perusahaan. (vide bukti P-19 dan P-20);
1.8.12 Bahwa setelah PENGGUGAT melunasi utangnya, PT. Bank
Sejahtera melepaskan seluruh jaminan dan selanjutnya hak
tanggungan yang sebelumnya berada di tangan PT. Bank
Sejahtera berpindah ke tangan TERGUGAT berupa:
a. Sebidang tanah dengan Sertifikat Hak Milik Nomor :
2166, Gambar situasi Nomor : 453/1991, tanah seluas
420 m, atas nama pemegang hak PANDU YUDA
PRATAMA, yang terletak di jalan Klebengan No. 69,
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta dengan batas-batas sebagai
berikut:
- Utara: tanah hak milik atas nama Jonathan
Syahputra dengan sertifikat No. 1968/Depok
- Selatan: tanah hak milik atas nama Wahyu Budi
Wijaya dengan setipikat
- Barat: tanah milik Michael Tello dengan sertipikat
No. 1723/Depok
- Timur: jalan
(vide bukti P-21)
b. Bahwa untuk menjamin utang Sebidang tanah dengan
Sertifikat Hak Milik Nomor : 1925, Gambar Situasi Nomor
: 4514/1991, tanah seluas 474 m, atas nama pemegang
hak WAHYU BUDI WIJAYA, yang terletak di jalan
Klebengan No. 70, k3camatan Depok, Kabupaten
Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. dengan
batas-batas sebagai berikut:
- Utara : tanah hak milik atas nama Pandu Yuda
Pratama dengan sertipikat No. 2166/Depok
- Selatan : tanah hak milik atas nama Jodi Perkara
dengan sertipikat No. 1922/Depok
- Barat : jalan raya
- Timur : sungai
(vide bukti P-22)
1.8.13 Bahwa pada tanggal 24 Januari 2003, PENGGUGAT
menyetor uang sebesar Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah) ke rekening Pinjaman Rekening Koran
(P.R.K) dari laba penjualan hasil produksi. (vide bukti P-18);
1.8.14 Bahwa selama 8 (delapan) bulan di awal periode kredit yaitu
sampai dengan bulan Mei tahun 2003, PENGGUGAT
membayar angsuran pelunasan fasilitas kredit S.T.L beserta
bunga pinjamannya setiap bulan. (vide bukti P-23);
1.8.15 Bahwa pada tanggal 18 Mei 2003, PENGGUGAT mengajukan
permohonan perubahan mekanisme pembayaran angsuran
kredit kepada TERGUGAT yang pada intinya meminta
persetujuan TERGUGAT agar PENGGUGAT dapat melunasi
pinjaman pokok fasilitas kredit S.T.L di akhir periode kredit
dan tetap membayar angsuran bunga fasilitas kredit S.T.L
setiap bulannya. (vide bukti P-24);
1.8.16 Bahwa pada tanggal 21 Mei 2003, TERGUGAT menyetujui
perubahan mekanisme pembayaran angsuran kredit yang
diajukan oleh PENGGUGAT dengan demikian PENGGUGAT
setiap bulannya hanya berkewajiban membayar bunga
fasilitas kredit S.T.L dan dapat melunasi pinjaman pokok di
akhir periode kredit. (vide bukti P-25);
1.8.17 Bahwa pada tanggal 22 Mei 2003 PENGGUGAT dan
TERGUGAT menandatangani addendum Akta Perjanjian
Kredit No. XXXV/28/PK/BC/08/2002 tentang perubahan
mekanisme pembayaran angsuran kredit untuk kredit S.T.L
di hadapan Notaris Thomas Edison, S.H., M.Kn., di Jalan
Mutiara Pengok No. 54 Yogyakarta. (vide bukti P-26);
1.8.18 Bahwa pada tanggal 30 Juli 2003 PENGGUGAT mengajukan
permohonan perpanjangan fasilitas kredit P.R.K selama 1
(satu) tahun kepada TERGUGAT. (vide bukti P-27);
1.8.19 Bahwa pada tanggal 1 Agustus 2003 TERGUGAT menyetujui
permohonan perpanjangan fasilitas kredit P.R.K selama 1
(satu) tahun yang diajukan PENGGUGAT yang jatuh tempo
pada tanggal 10 Agustus 2004. (vide bukti P-28);
1.8.20 Bahwa pada tanggal 6 Agustus 2003 PENGGUGAT dan
TERGUGAT menandatangani addendum Akta Perjanjian
Kredit No XXXV/37/PK/BC/08/2002 di hadapan Notaris
Thomas Edison, S.H., M.Kn. di Jalan Mutiara Pengok No. 54
Yogyakarta. (vide bukti P-29);
1.8.21 Bahwa pada tanggal 13 November 2003, PENGGUGAT
menarik uang dari fasilitas kredit Pinjaman Rekening Koran
sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) untuk
membeli bahan baku produksi. (vide bukti P-18);
1.8.22 Bahwa pada tanggal 12 Maret 2004 PENGGUGAT menyetor
uang ke rekening koran milik PENGGUGAT sebesar Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dari laba
penjualan hasil produksi. (vide bukti P-18);
1.8.23 Bahwa pada tanggal 30 Juli 2004 PENGGUGAT mengajukan
permohonan perpanjangan fasilitas kredit P.R.K selama 1
(satu) tahun kepada TERGUGAT. (vide bukti P-30);
1.8.24 Bahwa pada tanggal 2 Agustus 2004 TERGUGAT menyetujui
permohonan perpanjangan fasilitas kredit P.R.K selama 1
(satu) tahun yang diajukan PENGGUGAT yang jatuh tempo
pada tanggal 10 Agustus 2005. (vide bukti P-31);
1.8.25 Bahwa pada tanggal 6 Agustus 2004 PENGGUGAT dan
TEGUGAT menandatangan addendum Akta Perjanjian Kredit
No XXXV/37/PK/BC/08/2002 di hadapan Notaris Thomas
Edison, S.H., M.Kn. di Jalan Mutiara Pengok No. 54
Yogyakarta. (vide bukti P-32);
1.8.26 Bahwa pada tanggal 12 Agustus 2004 PENGGUGAT menarik
uang dari rekening koran sebesar Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) untuk keperluan membeli bahan baku
pesanan produksi bendera merah putih. (vide bukti P-18);
1.8.27 Bahwa dalam rangka pengembangan usaha, pada tanggal 1
Mei 2005 PENGGUGAT memesan barang-barang penunjang
produksi dengan total harga Rp 600.000.000,00 (enam ratus
juta rupiah). (vide bukti P-33);
1.8.28 Bahwa oleh karena itu pada tanggal 5 Mei 2005
PENGGUGAT datang ke kantor TERGUGAT untuk
mengajukan surat permohonan pencairan kredit investasi
sebesar Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah). (Vide
bukti P-34);
1.8.29 Bahwa TERGUGAT langsung menolak permohonan pencairan
sebesar Rp 600.000.000 (enam ratus juta rupiah) melalui
surat penolakan tertanggal 5 Mei 2005 dan hanya
menyetujui pencairan kredit investasi sebesar Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang dicairkan ke
rekening milik PENGGUGAT. (vide bukti P-35);
1.8.30 Bahwa TERGUGAT pada hari itu juga memberikan Surat
Persetujuan Pemberian Kredit yang dilampirkan bersama
surat penolakan yang isinya adalah penurunan plafond
secara sepihak yaitu:
- fasilitas kredit P.R.K menjadi sebesar Rp 350.000.000,-
(tiga ratus lima puluh juta rupiah). (vide bukti P-36) ;
- fasilitas kredit S.T.L. menjadi sebesar Rp 400.000.000,-
(empat ratus juta rupiah). (vide bukti P-37) ;
- fasilitas kredit investasi menjadi sebesar
Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). (vide bukti P-
38).
1.8.31 Bahwa dengan demikian utang PENGGUGAT berupa fasilitas
kredit S.T.L telah mencapai batas plafond, sedangkan sisa
plafond fasilitas kredit P.R.K adalah Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) dan sisa plafond fasilitas kredit investasi
adalah Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
1.8.32 Bahwa terkait dengan penurunan plafond tersebut, tidak
pernah ada pemberitahuan sebelumnya kepada
PENGGUGAT;
1.8.33 Bahwa dikarenakan PENGGUGAT sangat membutuhkan
pencairan dana untuk menggantikan kas perusahaan yang
telah digunakan untuk membayar pesanan, maka
PENGGUGAT menandatangani Surat Persetujuan Pemberian
Kredit tersebut pada tanggal 5 Mei 2005;
1.8.34 Bahwa PENGGUGAT dan TERGUGAT pada hari itu juga
langsung menandatangani addendum Akta Perjanjian Kredit
No.XXXV/161/BC/ADD-PK/IX/2005 untuk fasilitas kredit
P.R.K (vide bukti P-39), No. XXXV/162/BC/ADD-PK/IX/2005
untuk fasilitas kredit S.T.L (vide bukti P-40) dan No.
XXXV/163/BC/ADD-PK/IX/2005 untuk fasilitas kredit
investasi (vide bukti P-41) di hadapan Notaris Thomas
Edison, S.H., M.Kn. di Jalan Mutiara Pengok No. 54
Yogyakarta yang berisi perubahan plafond masing-masing
fasilitas kredit;
1.8.35 Bahwa pada tanggal 29 Juli 2005 PENGGUGAT menyetor
uang sebesar Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah) ke rekening koran milik PENGGUGAT dari laba
penjualan hasil produksi. (vide bukti P-18);
1.8.36 Bahwa pada tanggal 1 Agustus 2005 PENGGUGAT
mengajukan permohonan perpanjangan fasilitas kredit P.R.K
selama 1 (satu) tahun. (vide bukti P-42);
1.8.37 Bahwa TERGUGAT hanya memberi perpanjangan fasilitas
kredit P.R.K kepada PENGGUGAT selama 9 (sembilan) bulan
yang jatuh tempo pada tanggal 10 Mei 2006 melalui surat
tertanggal 2 Agustus 2005. (vide bukti P-43);
1.8.38 Bahwa pada tanggal 5 Agustus 2005 PENGGUGAT dan
TERGUGAT menandatangani addendum Akta Perjanjian
Kredit No. XXXV/37/PK/BC/08/2002 di hadapan Notaris
Thomas Edison, S.H., M.Kn. di Jalan Mutiara Pengok No. 54
Yogyakarta. (vide bukti P-44);
1.8.39 Bahwa pada tanggal 10 Oktober 2005 PENGGUGAT menarik
uang sebesar Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah) dari rekening koran untuk membeli bahan baku
produksi. (vide bukti P-18);
1.8.40 Bahwa pada tanggal 22 Desember 2005 PENGGUGAT
menyetor uang dari hasil pelunasan pelanggan sebesar Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) ke rekening koran.
(vide bukti P-18);
1.8.41 Bahwa pada tanggal 27 April 2006, PENGGUGAT
mengajukan permohonan perpanjangan fasilitas kredit P.R.K
selama 1 (satu) tahun kepada TERGUGAT. (vide bukti P-45);
1.8.42 Bahwa TERGUGAT hanya memberi perpanjangan fasilitas
kredit P.R.K kepada PENGGUGAT selama 6 (enam) bulan
yang jatuh tempo pada tanggal 10 November 2006 melalui
surat tertanggal 1 Mei 2005. (vide bukti P-46);
1.8.43 Bahwa pada tanggal 3 Mei 2006, PENGGUGAT dan
TERGUGAT menandatangani addendum Akta Perjanjian
Kredit No. XXXV/37/PK/BC/08/2002 di hadapan Notaris
Thomas Edison, S.H., M.Kn., di Jalan Mutiara Pengok No. 54
Yogyakarta. (vide bukti P-47);
1.8.44 Bahwa pada tanggal 26 Mei 2006 telah terjadi gempa bumi
sebesar 6,3 SR (enam koma tiga Skala Richter) di Daerah
Istimewa Yogyakarta;
1.8.45 Bahwa untuk keperluan membeli bahan baku produksi dan
perbaikan pabrik, PENGGUGAT menggunakan fasilitas kredit
pinjaman rekening koran sebesar Rp 124.045.216,69
(seratus dua puluh empat juta empat puluh lima ribu dua
ratus enam belas rupiah enam puluh sembilan sen) pada
tanggal 18 September 2006. (vide bukti P-18);
1.8.46 Bahwa dampak yang ditimbulkan dari gempa bumi
mengakibatkan PENGGUGAT mengalami penurunan nilai
aktiva tetap sebesar 20,73 % (dua puluh koma tujuh puluh
tiga persen) dan hal tersebut menyebabkan PENGGUGAT
berada dalam kondisi yang sulit untuk melunasi utang
kepada TERGUGAT dengan sisa waktu hanya 6 (enam)
bulan. (vide bukti P-48);
1.8.47 Bahwa oleh karena itu pada saat fasilitas kredit Pinjaman
Rekening Koran dan Short Term Loan jatuh tempo tanggal
10 November 2006, PENGGUGAT belum dapat melunasi sisa
utang diakibatkan dampak dari gempa bumi yang menimpa
PENGGUGAT;
1.8.48 Bahwa pada tanggal 12 November 2006 TERGUGAT
menyegel jaminan fidusia yang dijaminkan PENGGUGAT
yaitu berupa dua (2) buah mesin embroidery/bordir yang
mengakibatkan terhambatnya usaha PENGGUGAT karena
hasil produksi perusahaan menurun. (vide bukti P-49);
1.8.49 Bahwa Pasal 15 ayat (1) Akta Perjanjian Kredit menentukan
mengenai force majeure sebagai berikut: Debitor berhak
mendapatkan penundaan pembayaran, dalam hal-hal terjadi
keadaan yang memaksa (force majeure) yang menyebabkan
DEBITOR berada dalam keadaan tidak mampu bayar.;
1.8.50 Bahwa berdasarkan ayat di atas, maka pada tanggal 15
November 2006, PENGGUGAT mengajukan surat
permohonan penundaan pembayaran utang kepada
TERGUGAT dengan alasan force majeure yaitu gempa bumi
yang menyebabkan kerugian yang sangat besar sehingga
PENGGUGAT berada dalam keadaan tidak mampu
membayar sisa utang kepada TERGUGAT. (vide bukti P-50);
1.8.51 Bahwa terhadap permohonan penundaan pembayaran yang
diajukan PENGGUGAT, TERGUGAT menolak melalui Surat
Penolakan Penundaan Pembayaran tertanggal 16 November
2006 dengan dalil bahwa hasil evaluasi TERGUGAT
terhadap usaha PENGGUGAT menunjukan kondisi keuangan
menurun dari segi aktiva, solvabilitas, likuiditas dan
profitabilitas. (vide bukti P-51);
1.9 Bahwa karena evaluasi dilakukan secara internal oleh pihak
TERGUGAT bahkan yang mengetahui metode evaluasi hanya pihak
TERGUGAT dan selama ini hasil evaluasi selalu disimpan oleh pihak
TERGUGAT tanpa pernah diketahaui oleh pihak PENGGUGAT, maka
PENGGUGAT memiliki sangkaan bahwa hasil evaluasi bersifat tidak
objektif;
1.10 Bahwa dengan demikian terlihat bahwa tindakan TERGUGAT tidak
menyetujui permohonan penundaan pembayaran PENGGUGAT
sangatlah tidak beralasan;
1.11 Bahwa dengan demikian TERGUGAT telah melanggar Pasal 15 ayat
(1) Akta Perjanjian Kredit;
1.12 Bahwa Prof. Subekti, S.H. dalam bukunya yang berjudul Hukum
Perjanjian halaman 45 Bab IX tentang wanprestasi dan akibat-
akibatnya, berpendapat bahwa salah satu bentuk wanprestasi adalah
tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;
1.13 Bahwa berdasarkan pasal 1239 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
tersebut di atas, TERGUGAT telah melakukan perbuatan
wanprestasi karena tidak memenuhi kewajibannya untuk
berbuat sesuatu yang disanggupi untuk dilakukannya yaitu
memberikan penundaan pembayaran kepada PENGGUGAT
yang dalam keadaan force majeure sebagaimana telah diatur
dalam pasal 15 ayat (1) Akta Perjanjian Kredit;
1.14 Bahwa sebagai akibat dari perbuatannya berdasarkan Pasal 1239 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, TERGUGAT wajib membayar biaya,
rugi, dan bunga kepada PENGGUGAT.

2. Ketidakmampuan PENGGUGAT untuk melunasi sisa utang adalah


disebabkan karena hal-hal di luar kuasa PENGGUGAT yang
menyebabkan PENGGUGAT berada dalam keadaan tidak mampu
bayar.
2.1 Bahwa yang dimaksud dengan keadaan force majeure telah
ditentukan dalam Akta Perjanjian Kredit di Pasal 15 ayat (2) yang
bunyinya: Bahwa yang termasuk ke dalam keadaan memaksa (force
majeur) adalah keadaan yang terjadi di luar kuasa dan kehendak
DEBITOR maupun BANK CAHAYA yang menyebabkan DEBITOR
benar-benar dalam keadaan yang tidak memungkinkan menjalankan
kewajiban sebagaimana seharusnya, seperti bencana alam atau
perubahan kebijakan politik pemerintah yang mengakibatkan tidak
dapat dijalankannya Perjanjian Kredit ini sebagaimana diperjanjikan.;
2.2 Bahwa berdasarkan ayat di atas, gempa bumi jelas termasuk dalam
katagori kejadian force majeure;
2.3 Bahwa gempa bumi menyebabkan PENGGUGAT mengalami
penurunan nilai aktiva tetap karena jalan menuju pabrik rusak,
PENGGUGAT mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku
serta pendistribusian, gudang bahan baku dan gudang persediaan
(ready stock) hancur, PENGGUGAT kehilangan pasar lokalnya untuk
sementara, dan sebagian besar karyawan turut menjadi korban
gempa;
2.4 Bahwa akibat kemacetan usaha tersebut, omset yang diterima
PENGGUGAT mengalami penurunan sebesar Rp 93.830.000,00
(sembilan puluh tiga juta delapan ratus tiga puluh ribu rupiah) dari
sebelumnya. (vide bukti P-48);
2.5 Bahwa PENGGUGAT harus mengalokasikan dana untuk perbaikan
pabrik, memberikan tunjangan kepada karyawan yang menjadi
korban gempa serta membeli bahan baku baru;
2.6 Bahwa oleh karena itu PENGGUGAT mengalami kesulitan untuk
melunasi utangnya kepada TERGUGAT;
2.7 Bahwa berdasarkan fakta-fakta di atas dapat dikatakan bahwa
PENGGUGAT benar mengalami kejadian yang memenuhi
ketentuan force majeure dalam Akta Perjanjian Kredit, di
mana telah terjadi keadaan di luar kehendak PENGGUGAT dan
TERGUGAT yang menyebabkan PENGGUGAT sebagai debitor
benar-benar dalam keadaan tidak mampu bayar yaitu
keadaan yang tidak memungkinkan membayar utang kepada
TERGUGAT sebagaimana seharusnya.

3. Permohonan penundaan pembayaran kredit adalah itikad baik


PENGGUGAT untuk melunasi utang kepada TERGUGAT.
3.1 Bahwa Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menyatakan: Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
baik.;
3.2 Bahwa PENGGUGAT selalu melaksanakan kewajibannya yaitu
membayar angsuran bunga seluruh fasilitas kredit sebelum tanggal
10 tiap bulannya sesuai dengan yang ditentukan dalam Akta
Perjanjian Kredit yang telah disepakati para pihak. (vide bukti P-18
dan P-23);
3.3 Bahwa setelah terjadi gempa bumi tersebut, kondisi keuangan
PENGGUGAT mengalami penurunan drastis yang menyebabkan
PENGGUGAT berada dalam keadaan tidak mampu bayar karena
PENGGUGAT perlu mengalokasikan dana untuk perbaikan pabrik dan
tunjangan kepada karyawan PENGGUGAT yang menjadi korban.
(vide bukti P-48);
3.4 Bahwa walaupun demikian, PENGGUGAT tetap berusaha melunasi
angsuran bunga kepada TERGUGAT. (vide bukti P-18 dan P-23);
3.5 Bahwa karena penurunan kondisi keuangan dan banyaknya dana
yang perlu dialokasikan untuk perbaikan pabrik, tunjangan karyawan
yang menjadi korban gempa dan pembelian bahan baku yang hancur
akibat gempa, PENGGUGAT belum dapat melunasi utang pokok
kepada TERGUGAT;
3.6 Bahwa karena PENGGUGAT sadar masih harus melunasi utang
pokok, maka PENGGUGAT berinisiatif mengajukan surat permohonan
penundaan pembayaran pada tanggal 15 November 2006. (vide
bukti P-50);
3.7 Bahwa PENGGUGAT sadar tindakan yang dilakukan adalah demi
kebaikan kedua belah pihak dan PENGGUGAT tidak ingin lari dari
tanggung jawab atau berbuat wanprestasi serta ingin dapat
membayar sisa utang kepada TERGUGAT sampai lunas;
3.8 Bahwa pada tanggal 16 November 2006 TERGUGAT menolak
permohonan penundaan pembayaran yang diajukan oleh
PENGGUGAT dengan alasan PENGGUGAT sudah dalam keadaan
Insolven dan tidak memiliki prospek lagi;
3.9 Bahwa pada tanggal 20 Desember 2006 PENGGUGAT telah
beriktikad baik mendatangi PT. Bank Cahaya/TERGUGAT
untuk mengadakan perundingan mengenai penundaan
pembayaran namun tidak ada tanggapan baik dari pihak TERGUGAT
dan TERGUGAT tetap menyatakan penolakan terhadap permohonan
penundaan pembayaran dari PENGGUGAT;
3.10 Bahwa berdasakan fakta-fakta yang telah diuraikan di atas, jelas
bahwa PENGGUGAT mempunyai itikad baik untuk melunasi seluruh
utang kepada TERGUGAT.

4. Bahwa karena kelalaian TERGUGAT tidak memberikan penundaan


pembayaran, PENGGUGAT telah menderita kerugian.
4.1 Bahwa Pasal 1239 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berbunyi:
Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat
sesuatu, apabila si berutang tidak memenuhi kewajibannya,
mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban memberikan
penggantian biaya, rugi dan bunga.;
4.2 Bahwa berdasarkan pasal di atas PENGGUGAT berhak mendapatkan
ganti biaya, rugi, dan bunga karena perbuatan wanprestasi yang telah
dilakukan oleh TERGUGAT;
4.3 Bahwa pengertian biaya, rugi, dan bunga yang dimaksud dalam pasal
1239 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menurut R. Subekti
dalam bukunya berjudul Hukum Perjanjian halaman 47 yaitu :
- Biaya, adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-
nyata sudah dikeluarkan oleh satu pihak;
- Rugi, adalah kerugian yang tejadi akibat kerusakan barang-
barang kepunyaan kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian si
debitur;
- Bunga, adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan
(winstderving), yang sudah dibayangkan atau dihitung oleh
kreditur.
4.4 Bahwa rincian penggantian biaya, rugi dan bunga yang harus
diberikan oleh TERGUGAT adalah sebagai berikut:
- Biaya yang diderita oleh PENGGUGAT adalah dikarenakan tidak
dipenuhinya permohonan penundaan pembayaran sehingga agar
bisa mendapatkan haknya maka PENGGUGAT merasa perlu
memperjuangkan haknya melalui gugatan ke pengadilan yang
membutuhkan jasa pengacara sehingga penggugat harus
membayar sebesar Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
- Rugi yang diderita oleh PENGGUGAT adalah denda yang dihitung
sejak fasilitas kredit Pinjaman Rekening Koran dan kredit Short
Term Loan jatuh tempo sampai gugatan ini diajukan yaitu
sebesar Rp. 9.200.000,00 (sembilan juta dua ratus ribu rupiah).;
- Bunga yang diminta oleh PENGGUGAT adalah karena tindakan
TERGUGAT yang menyegel 2 mesin Eembroidery PENGGUGAT
sehingga hasil produksi dari PENGGUGAT berkurang yaitu
sebesar Rp. 162.700.000,00 (seratus enam puluh dua juta tujuh
ratus ribu rupiah).
Bahwa total ganti biaya rugi dan bunga yang harus diserahkan
TERGUGAT adalah Rp 271.900.000,00 (dua ratus tujuh puluh satu
juta sembilan ratus ribu rupiah).

Bahwa karena gugatan ini didukung bukti-bukti yang otentik, maka PENGGUGAT
selain memohon dinyatakan sebagai PENGGUGAT yang baik dan benar (allgied
opposant), PENGGUGAT juga mohon agar perkara ini dapat dijatuhkan dengan
amar putusan yang dapat dilaksanakan terlebih dahulu (uitvoerbaar bijvoorraad),
walaupun TERGUGAT melakukan upaya hukum perlawanan, banding atau kasasi.

Berdasarkan fakta-fakta yang dikemukakan di atas, maka kami mohon kepada Ketua
Pengadilan Negeri Yogyakarta lewat Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus
perkara ini untuk menjatuhkan putusan dengan amar sebagai berikut:

Primair

1. Menerima dan mengabulkan gugatan PENGGUGAT seluruhnya;


2. Menyatakan perbuatan TERGUGAT yang tidak memberikan penundaan
pembayaran adalah perbuatan wanprestasi;
3. Menghukum TERGUGAT untuk membayar ganti biaya, rugi dan bunga kepada
PENGGUGAT sebesar Rp 271.900.000,00 (dua ratus tujuh puluh satu juta
sembilan ratus ribu rupiah) secara tunai dan seketika;
4. Memerintahkan TERGUGAT untuk menyetujui penundaan pembayaran selama 2
(dua) tahun terhitung sejak dikeluarkannya putusan hakim atas gugatan ini.
5. Memerintahkan TERGUGAT untuk melepaskan segel atas dua mesin Embroldery
milik PENGGUGAT;
6. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan terlebih dulu walaupun ada banding,
kasasi, maupun verzet (iut voerbaar bij voorraai);
7. Menghukum TERGUGAT untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam
perkara ini.
Subsidair

1. Apabila hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex acequo
et bono).

Hormat kami
Kuasa Hukum PENGGUGAT,

(Nindya Chairunnisa Zahra, S.H., LL.M.)

(Agung Kurnia Saputra, S.H., LL.M.)

Anda mungkin juga menyukai