Anda di halaman 1dari 11

PU TU SAN

Nomor 026 K/N/2005


DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA
MAHKAMAH AGUNG
memeriksa dan memutus perkara niaga dalam tingkat kasasi dalam perkara kepailitan antara :
NY. TAN RATNA JUWITA TANAYA, beralamat di Jalan Kartini VII Dalam No. 4, Rt 011/004,
Kelurahan Kartini, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat, dalam hal ini memberi kuasa kepada :
Amiryun Aziz, SH., Norman S. Idrus, SH., KN., MH., dan A.N.A. Kusuma Melati, SH., Advokatadvokat pada Kantor RAM & Partners Law Firm, beralamat di Gedung Sentra Salemba Mas, Blok
BC No. 34-36, Lantai IV, Salemba Raya, Jakarta, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 21
September 2005, Pemohon Kasasi dahulu Termohon Pailit;
melawan
PT. GAMMA SOLUSI INTEGRASI, berkedudukan di Jakarta, beralamat di Jalan Cempaka
Putih Raya No. 129, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, dalam hal ini memberi kuasa kepada
Ebensianus G. Samador, SH., Advokat, beralamat di Jalan Benda Jaya V No. 21, RT.008, RW. 021,
Kelurahan Duren Sawit, Jakarta Timur, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 30 Agustus 2005,
Termohon Kasasi dahulu Pemohon Pailit;
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang Termohon Kasasi sebagai
Pemohon telah mengajukan permohonan pailit di muka persidangan Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut :
I.

Tentang kedudukan Pemohon sebagai Kreditor dari Termohon dan kedudukan Termohon sebagai
Debitor dari Pemohon.
1.1. Bahwa Pemohon adalah suatu Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan hukum negara
Republik Indonesia berdasarkan Akta Nomor 1 tanggal 1 Agustus 2003, yang dibuat di hadapan
Notaris Muhammad Hanafi, SH., Notaris di Jakarta (lampiran 1) dan telah disahkan statusnya
sebagai badan hukum dengan surat pengesahan Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia
dengan Surat Keputus-an No. C-20823 HT.01.01.TH. 2003 tanggal 3 September 2003 (Lampiran
2), serta telah didaftarkan dalam Daftar Perusahaan dengan Tanda Daftar Perusahaan Perseroan
Terbatas Nomor 09.05.1.51.46784 yang berlaku sampai dengan tanggal 15 September 2008
(Lampiran 3).
1.2. Bahwa berdasarkan LOAN AGREEMENT untuk utang sebesar US$ 10,000,000 (sepuluh juta
dollar Amerika Serikat), yang ditandatangani pada tanggal 8 Juli 1996 (vide Bukti P-1a), ASEAN
FINANCE CORPORATION LIMITED (selanjutnya disebut sebagai "AFCL"), PT. BANK PDFCI,
BUMI DAYA INTERNATIONAL FINANCE LIMITED dan INTERNATIONAL FACTORS
LEASING PTE. LTD. (selanjutnya disebut sebagai "KREDITUR") adalah Kreditur dari PT.
BANGUNMUSTIKA INTIPERSADA, suatu persero-an terbatas yang didirikan berdasarkan
hukum Negara Republik Indonesia, beralamat di Gedung Pusat Grosir Cipulir Mas, Jalan Ciledug
Raya No. 18, Jakarta 12230 (selanjutnya disebut sebagai "BMIP").
1.3. Bahwa Termohon merupakan penanggung atau penjamin atas kewajiban pembayaran hutang
BMIP berdasarkan LOAN AGREEMENT yaitu sebesar US$ 10,000,000.00 sesuai dengan
perjanjian penanggungan atau penjamin sebagaimana dinyatakan dalam GUARANTEE, yang
ditandatangani Termohon pada tanggal 8 Juli 1996 (vide Bukti P-2) (selanjutnya disebut sebagai
"GUARANTEE") Dalam GUARANTEE, Termohon sanggup dan menjamin (Kreditur) untuk
melepaskan hak-hak istimewa dan sanggup untuk melepaskan hak-hak istimewanya dan sanggup
untuk menjadi debitur langsung dan oleh karena-nya, berdasarkan GUARANTEE tersebut maka
KREDITUR BMIP adalah juga Kreditur dari Termohon.
1

1.4. Bahwa LOAN AGREEMENT, tertanggal 8 Juli 1996 (vide Bukti P-1a) tersebut kemudian
mengalami beberapa kali perubahan berdasarkan :
1.4.1

FIRST AMENDMENT OF LOAN AGREEMENT, tanggal 15 Oktober 2003 (vide Bukti


P-1b),

1.4.2

ADDENDUM TO FIRST AMENDMENT OF LOAN AGREEMENT, tanggal 20


Oktober 2003 (vide Bukti P-1c) dan

1.4.3

SECOND AMENDMENT TO US$ 10,000,000 LOAN AGREEMENT, tanggal 29


Nopember 2004 (vide Bukti P-1d) (selanjutnya US$ 10,000,000 LOAN AGREEMENT,
tanggal 8 Juli 1996 (vide Bukti P-1) tersebut beserta seluruh perubahannya, disebut
sebagai "LOAN AGREEMENT,

1.5. Bahwa hak tagih atas piutang KREDITUR terhadap Ter-mohon diperoleh berdasarkan peralihan
berturut-turut dari :
1.5.1

Badan Penyehatan Perbankan Nasional (selanjut-nya disebut sebagai "BPPN") kepada


PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk. (selanjutnya disebut sebagai BANK
DANAMON") berdasarkan :
1.5.1.1

Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 31, tanggal 30 September 2002 (vide
Bukti P-3a) dan

1.5.1.2

Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No. 42, tanggal 29 Oktober 2002
(vide Bukti P-3b)

keduanya dibuat di hadapan Achmad Bajumi, SH., Notaris di Jakarta, dan selanjutnya
1.5.2

BANK DANAMON kepada PT. PRIDANA FUTURA CENTRA INVESTAMA


(selanjutnya disebut sebagai "PDFCI" berdasarkan :
1.5.2.1

Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 100, tanggal 26 Februari 2003 (vide
Bukti P-3c) dan

1.5.2.2

Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No. 101, tanggal 26 Februari 2003
(vide bukti P-3d),

keduanya dibuat dihadapan Achmad Bajumi, SH., Notaris di Jakarta, dan selanjutnya;
1.4.3.

AFCL kepada GOLD INSIGNIA INTERNATIONAL LIMITED (selanjutnya disebut


sebagai "INSIGNIA") berdasarkan :
1.5.3.1

Sale AND Purchase of Receivables Agreement, tanggal 25 April 2003 (vide


Bukti P-3e) dan

1.5.3.2

Deed of Assigment of Receivables, tanggal 25 April 2003 (vide Bukti P-3f);


dan selanjutnya

1.4.4.

BPPN kepada PT. KARYACITRA PACIFICMAS (selanjutnya disebut sebagai "KCPM")


sebagai-mana termaktub dalam Perjanjian tanggal 2 September 2003 (vide Bukti P-3g);
dan selanjut-nya

1.4.5.

IFL kepada GILLETTE FINANCE LIMITED (SELANJUTNYA disebut sebagai


"GILLETE") berdasarkan Sale and Purchase of Receivables Agreement, tanggal 22
September 2003 (vide Bukti P-3h);

1.4.6.

PDFCI kepada GILLETTE berdasarkan Sale and Purchase of Receivables Agreement,


tanggal 26 September 2003 (vide Bukti P-3i);

1.4.7.

PCPM kepada INSIGNIA berdasarkan :


1.5.7.1

Sale and Purchase of Receivables Agreement, tanggal 29 September 2003 (vide


Bukti P-3j) dan

1.5.7.2

Deed of Assignment of Receivables, tanggal 29 September 2003 (vide Bukti P3k);

1.4.8.

GILLETTE kepada PHUTURE ASSETS,


"PHUTURE") berdasarkan :

INC,

(selanjutnya

disebut

sebagai

1.4.8.1. Sale and Purchase of Receivables Agreement, tanggal 8 Nopember 2004 (vide
Bukti P-31) dan
1.4.8.2. Deed of Assignment of Receivables, tanggal 8 Nopember 2004 (vide Bukti P31) dan
1.4.8.3. Deed of Assignment of Receivables, tanggal 8 Nopember 2004 (vide Bukti P3m); dan
1.4.9.

INSIGNIA kepada PHUTURE berdasarkan :


1.5.9.1

Sale and Purchase of Receivables Agreement, tanggal 9 Nopember 2004 (vide


Bukti P-3n) dan

1.5.9.2

Deed of Assigment of Receivables, tanggal 9 Nopember 2004 (vide Bukti P3o).

1.5. Bahwa Pemohon memperoleh hak tagih atas piutang berdasarkan LOAN AGREEMENT DAN
GUARANTEE terhadap Termohon dari PHUTURE berdasarkan :
1.6.1

Sale and Purchase of Receivables Agreement, tanggal 4 Juli 2005 (vide bukti P-4a) dan

1.6.2

Deed of Assignment of Receivables, tanggal 4 Juli 2005 (vide bukti P-4b).

1.6. Bahwa berdasarkan Notice of Assignment yang dikirimkan oleh PHUTURE kepada BMIP,
tertanggal 5 Juli 2005 (vide Bukti P-5a), telah diadakan pemberitahuan kepada BMIP bahwa
berdasarkan need of Assignment of Receivables tanggal 4 Juli 2005 (vide bukti P-4b) sebagai
tagihan PHUMPE terhadap BMIP berdasarkan LOAN AGREEMENT telah beralih kepada
Pemohon yaitu sebesar US $ 204,088 (dua ratus empat ribu delapan puluh delapan Dollar Amerika
Serikat)
1.7. Bahwa kemudian berdasarkan Notice of Assigment yang dikirimkan oleh PHUTURE kepada
Termohon, tertanggal 12 Juli 2005 (vide Bukti P-5b), telah diadakan pemberitahu-an kepada
Termohon atas Deed of Assignment of Receivables, tanggal 4 Juli 2005 (vide bukti P-4b), sebagian tagihan PHUTURE terhadap Termohon berdasarkan LOAN AGREEMENT dan GUARANTEE
telah beralih kepada Pemohon.
1.8. Bahwa GUARANTEE, tanggal 8 Juli 1996 (vide Bukti P-2) tersebut tidak dapat dipisahkan dan
merupakan satu kesatuan dengan LOAN AGREEMENT dengan mengikat Termohon telah
melepaskan hak-hak istimewa Termohon selaku penanggung sebagaimana disebutkan dalam Pasal
1831, 1833, 1837, 1838, 1843, dan 1847 sampai dengan 1850 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata sehingga dengan demikian, maka Termohon merupakan penang-gung atau penjamin dan
penghutang yang sah dan sesuai dengan prosedur hukum atas hutang BMIP, dan terbukti bahwa
Pemohon adalah Kreditur dari Termohon dan Termohon adalah Debitur dari Pemohon.
2.

Tentang Termohon sebagai Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur.
2.1. Bahwa sebagaimana telah diuraikan di atas, pada saat ini PHUTURE dan Pemohon merupakan
Kreditur dalam sindikasi berdasarkan LOAN AGREEMENT tersebut dan karenanya juga
merupakan Kreditur dari Pemohon berdasarkan GUARANTEE tersebut.
2.2. Bahwa baik berdasarkan ketentuan dalam LOAN AGREEMENT tersebut, sebagaimana disebutkan
dalam SECONT AMENDMENT TO US$ 10,000,000 Loan Agreement, tanggal 29 Nopember
2004 (vide Bukti P-1d) dan sesuai dengan penjelasan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut sebagai "Undang-Undang Kepailitan"), baik PHUTURE maupun Pemohon, yang
merupakan Kreditur dalam sindikasi berdasarkan LOAN AGREEMENT tersebut, merupakan
Kreditur yang menurut Undang-Undang Kepailitan berhak dan berwenang untuk bertindak sebagai
seorang Kreditur sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Kepailitan tersebut.
2.3. Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, dengan demikian Termohon terbukti tidak hanya memiliki
utang kepada Pemohon tetapi juga kepada Kreditur lainnya, sehingga telah terbukti menurut
hukum bahwa Termohon mempunyai Kreditur lain selain Pemohon, sehingga unsur bahwa
Termohon memiliki sekurang-kurangnya dua Kreditur telah terpenuhi.
3

3.

Tentang tidak dibayar lunas sedikitnya satu utang Termohon yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih.
3.1.

Bahwa berdasarkan SECOND AMENDMENT TO US$ 10,000,000 LOAN AGREEMENT,


tanggal 29 Nopember 2004 (vide Bukti P-1d) juncto Sale dan Purchase of Receivables
Agreement, tanggal 4 Juli 2005 (vide bukti P-4a) dan Deed of Assignment of Receivables,
tanggal 4 Juli 2005 (vide bukti P-4b), BMIP harus melunasi kewajiban hutang sebesar US$
204,088 (dua ratus empat ribu delapan puluh delapan Dollar Amerika Serikat) kepada Pemohon
dalam waktu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal 29 Nopember 2004.

3.2.

Bahwa pembayaran kewajiban BMIP dalam butir 3.1. diatas tersebut telah dilalaikan oleh BMIP
dan belum dibayar sampai pada tanggal didaftarkannya permohon-an pernyataan pailit ini.

3.3.

Bahwa Pemohon telah mengirimkan teguran sebagai-mana Letter of Demand (Somatie), tanggal
5 Juli 2005 (vide Bukti P-6) kepada BMIP dan telah diterima oleh BMIP, dimana Pemohon telah
meminta kepada BMIP untuk melunasi kewajiban hutangnya telah jatuh waktu kepada Pemohon
berdasarkan SECOND AMENDMENT TO US$ 10,000,000 LOAN AGREEMENT, tanggal 29
Nopember 2004 (vide Bukti P-1d) tersebut, dengan jumlah total kewajiban/utang sebesar US$
204,088 (dua ratus empat ribu delapan puluh delapan Dollar Amerika Serikat).
Bahwa Pemohon juga selanjutnya meminta dan mem-berikan Letter of Demand (Somatie),
tanggal 13 Juli 2005 (vide Bukti P-7), kepada Termohon dan telah diterima oleh Termohon, agar
Termohon secara segera melunasi kewajiban pembayaran hutang Termohon kepada Pemohon,
yang timbul berdasarkan GUARANTEE (vide Bukti P-2) tersebut, untuk jumlah US$ 204,088
(dua ratus empat ribu delapan puluh delapan Dollar Amerika Serikat).
Termohon dalam Surat Tanggapan Atas Somasi No. 23/RAM/VII/2005 tertanggal 18 Juli 2005,
menyatakan bahwa penagihan yang dilakukan oleh Pemohon adalah tidak tepat, dengan dalih
bahwa saham yang dimiliki oleh Termohon telah dijual kepada pihak lain, sehingga hak dan
kewajiban yang melekat pada diri Termohon beralih kepada pihak yang membelinya. Hal itu
menunjukkan itikad tidak baik dari Termohon untuk melunasi kewajibannya (vide Bukti P-8).
Pemohon dalam Surat Tanggapannya Ref.: 077/LRAD/L/ 07/05 tertanggal 20 Juli 2005,
menyatakan bahwa menurut hukum yaitu pasal 1832 Termohon mempunyai kedudukan
sederajat dengan BMIP, sehingga secara hukum Termohon punya kewajiban yang sama untuk
melakukan kewajiban Pembayaran (vide Bukti P-9).
Pembayaran kewajiban hutang Termohon dalam butir 3.4 diatas tersebut juga telah dilalaikan
oleh Termohon dan belum dibayar sampai pada saat didaftarkannya permohonan pailit ini.
Bahwa berdasarkan GUARANTEE (vide Bukti P-2), Ter-mohon sebagai penanggung penjamin
telah melepaskan hak-hak istimewa seorang penjamin yakni ketentuan yang termaktub dalam
pasal 1430, 1831, 1833, 1837, 1838, 1843, dan 1847 sampai dengan 1850 Kitab UndangUndang Hukum Perdata.

3.4.

3.5.

3.6.

3.7.
3.8.

3.9.

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, telah terbukti menurut hukum bahwa Termohon
mempunyai lebih dari 2 (dua) Kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya 1 (satu) utang yang
telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Dengan demikian telah terpenuhi ketentuan Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang Kepailitan.

3.10. Bahwa Pemohon terpaksa menempuh jalur hukum kepailitan terhadap Termohon untuk
melindungi kepentingan Pemohon sebagai Kreditur berdasarkan LOAN AGREEMENT dan
GUARANTEE.
4.

Tentang permohonan pernyataan pailit terhadap Termohon.


4.1. Bahwa permohonan pernyataan pailit terhadap Termohon ini telah diajukan oleh Pemohon sesuai
dengan ketentuan-ketentuan Undang-Undang Kepailitan.
4.2. Bahwa dari uraian tersebut di atas dan bukti-bukti yang disampaikan, terdapat fakta atau keadaan
(termasuk hak menagih Pemohon) yang telah terbukti secara sederhana bahwa persyaratan bagi
Debitur untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) UU kepailit-an telah
terpenuhi, karenanya sesuai dengan ketentuan Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Kepailitan,
permohonan pernyataan pailit terhadap Termohon ini harus dikabulkan.
4.3. Bahwa untuk melindungi kepentingan Kreditur pada umum-nya dan Pemohon pada khususnya
selama penetapan/ putusan atas permohonan pernyataan pailit terhadap Termohon belum

dikeluarkan, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 10 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Kepailitan,
Pemohon dengan ini mohon dengan hormat kepada Pengadilan untuk menunjuk Kurator sementara
guna mengawasi pengelolaan usaha Termohon dan mengawasi pembayaran kepada Kreditur,
pengalihan atau pengagunan kekayaan Termohon yang dalam rangka kepailitan memerlukan
persetujuan Kurator.
4.4. Bahwa sebagai Kurator sementara tersebut di atas, dan pada waktunya nanti Kurator yang
melakukan pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit, Pemohon dengan ini menyerahkan
sepenuhnya kepada wewenang Majelis Hakim Yang Terhormat untuk mengangkat PRAHASTO W.
PAMUNGKAS SH, LL.M, MCIArb., FIL., selaku Kurator yang terdaftar pada Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sebagaimana terbukti dengan surat Tanda
Daftar sebagai Kurator dan Pengurus Nomor C-HT.05.14-05., tanggal 13 Februari 2001 (vide
Bukti P-10) yang: (i) berhak untuk menjabat sebagai Kurator sementara maupun Kurator, dan (ii)
tidak mempunyai benturan kepentingan jika diangkat sebagai Kurator sementara maupun Kurator.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Pemohon memohon dengan hormat kepada Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat untuk memutuskan perkara ini dengan amar putusan (dictum) sebagai berikut :
1.

Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya (termasuk permohonan


pengangkatan Kurator sementara).

2.

Meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan Termohon.

3.

Menyatakan Termohon pailit dengan segala akibat hukumnya.

4.

Menunjuk dan mengangkat Hakim Pengawas dari Hakim Peng-adilan Niaga Jakarta Pusat menurut
pertimbangan Pengadilan untuk mengawasi pengurusan dan penyelesaian harta pailit.

5.

Menunjuk dan mengangkat Prahasto W. Pamungkas, SH., LL.M., MCIArb., FIL., berkantor di PW.
Pamungkas & Co, Menara Duta Building, Wing D, 6th Floor, Jalan HR. Rasuna Said Kav. B-9, Jakarta
12910 sebagai Kurator sementara mau-pun Kurator yang melakukan pengurusan dan/atau pemberesan
harta pailit.

6.

Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara ini.

Atau
Jika Pengadilan berpendapat lain, Pemohon mohon perkara ini diputus dengan seadil-adilnya berdasarkan
ketentuan hukum yang berlaku (ex aequo et bono).
Bahwa terhadap permohonan pailit tersebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta telah
mengambil putusan, yaitu putusan tanggal 21 September 2005, Nomor 19/Pailit/2005/PN. Niaga.JKT.PST,
yang amarnya berbunyi sebagai berikut :
1.

Mengabulkan permohonan Pemohon;

2.

Menyatakan Termohon : TAN RATNA JUWITA TANAYA, ber-alamat di Jalan Kartini VII Dalam No.
4 Rt. 011/004 Kelurahan Kartini, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat, PAILIT dengan segala akibat
hukumnya;

3.

Mengangkat saudara SUGITO, SH.M.Hum Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat sebagai Hakim
Pengawas;

4.

Mengangkat saudara PRAHASTO W. PAMUNGKAS, SH. LLM. MCIArb FIL, berkantor di Menara
Duta Building, Wing D, Lantai 6, Jalan H.R. Rasuna Said Kaviing B9 Jakarta 12910, sebagai Kurator
dari Termohon;

5.

Membebankan biaya perkara ini kepada Termohon sebesar Rp. 5.600.000,- (lima juta enam ratus ribu
rupiah);

Bahwa sesudah putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut diucapkan
dalam sidang yang untuk umum dengan dihadiri oleh Termohon Pailit pada tanggal 21 September 2005,
kemudian terhadapnya oleh Pemohon dengan perantaraan kuasanya berdasarkan surat kuasa khusus tanggal
21 September 2005 diajukan permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 26 September 2005, sebagaimana
ternyata dari Akte Permohonan Kasasi Nomor : 023/Kas/Pailit/2005/PN.NIAGA.JKT. PST, Jo Nomor
019/Pailit/2005/PN.NIAGA/JKT.PST., yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat,
5

permohonan mana disertai dengan memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di kepaniteraan
Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat pada hari itu juga;
Bahwa setelah itu oleh Termohon Kasasi dan Phuture Assets, Inc. (sebagai kreditur lain) yang pada
tanggal 27 September 2005 telah disampaikan salinan permohonan kasasi dan salinan memori kasasi dari
Pemohon Kasasi, diajukan kontra memori kasasi yang diterima dikepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga
Jakarta Pusat pada tanggal 03 Oktober 2005 ;
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah diberitahukan kepada
pihak lawan dengan seksama diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam
Undang-Undang, maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formil dapat diterima ;
Menimbang, bahwa keberatan-keberatan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya
tersebut pada pokoknya ialah :
A. Judex facti telah salah dalam menerapkan hukum, karena judex facti menerima masuknya kuasa hukum
phuture Assets Inc. dalam perkara aquo, sedangkan surat kuasa dari phuture assets inc. kepada kuasa
hukumnya tidak dilegalisasi oleh kedutaan besar perwakilan Republik Indonesia setempat.
1.

Bahwa judex facti telah salah menerapkan hukum, karena telah menerima kuasa hukum Phuture
Assets Inc. dalam perkara aquo, padahal Phuture Assets Inc. adalah perusahaan yang didirikan
berdasarkan hukum dari Negara British Virgin Islands dan beralamat di TrustNet (British Virgin
Islands) Limited, Trustnet Chambers, P.O. Box 3444, Road Town, Tortola, British Virgin Islands
sebagaimana tampak dari oleh PHUTURE ASSETS INS. dan surat permohonan dari APRILISON
& PATNERS LAW FIRM tertanggal 6 September 2005.

2.

Bahwa menurut ketentuan hukum yang berlaku, surat kuasa yang demikian harus dilegalisasi oleh
Kedutaan Besar atau perwakilan Republik Indonesia setempat, namun ternyata Power of
Attonerney dari PHUTURE ASSETS INC. kepada kuasa hukumnya dari APRILSON &
PARTNERS LAW FIRM tersebut tidak dilegalisasi oleh Kedutaan Besar atau perwakilan Republik
Indonesia setempat.

Power of Attorney tersebut seolah-olah dibuat di Jakarta, padahal PHUTURE ASSETS INC. adalah
perusahaan asing dan tidak mempunyai kantor perwakilan di Indonesia. Penulisan Jakarta sebagai
tempat dibuatnya Power of Attorney tersebut adalah bertentangan dengan hukum yang berlaku dan
tidak sah menurut hukum, oleh karena itu masuknya kuasa hukum PHUTURE ASSETS INC. dalam
perkara aquo adalah tidak sah dan harus dianggap tidak pernah ada.
B.

Judex facti telah salah dalam menerapkan hukum, karena tidak mempertimbangkan sah atau tidaknya
perjanjian pengalihan hak piutang (cessie) Termohon Kasasi/Semula Pemohon Pailit.
3.

Bahwa judex facti sebelum mempertimbangkan permohon-an pailit dari Termohon Kasasi/semula
Pemohon pailit ter-lebih dahulu harus mempertimbangkan apakah perjanjian pengalihan hak
piutang (cessie) yang timbul berdasarkan Loan Agreement tertanggal 8 Juli 1996 dari Penjual yang
satu kepada Pembeli yang lain adalah sah ataukah tidak. Hal tersebut perlu dipertimbangkan oleh
judex facti berhubung Pemohon Kasasi/semula Termohon pailit memberikan tanggapan mengenai
tidak sahnya perjanjian pengalihan hak piutang tersebut berdasarkan fakta-fakta hukum yang
terungkap dalam persidangan sebagai berikut:
a.

penjualan porsi hak tagih oleh PDFCI kepada GILLETTE berdasarkan Sale and Purchase of
Receivables Agreement tertanggal 26 September 2003 tidak ditindaklanjuti dengan Cessie;

b.

penjualan porsi hak tagih oleh IFL kepada GILLETTE berdasarkan Sale and Purchase of
Receivables Agreement tertanggal 22 September 2003 tidak ditindaklanjuti dengan Cessie;

c.

penjualan porsi hak tagih BPPN kepada KCPM berdasarkan Perjanjian tertanggal 2
September 2003 tidak ditindaklanjuti dengan Cessie;

d.

adanya 2 (dua) kali penjualan hak tagih piutang yang dimiliki BPPN. Pertama, penjualan hak
tagih piutang dari BPPN kepada BANK Danamon dan oleh Bank Danamon dijual kepada PT.
Pridana Futura Centra Investama (PDFCI). Kedua, penjualan hak tagih piutang dari BPPN
kepada KCPM;

e.

adanya Akta Perdamaian No.11/Pdt.G.2003/PN.Jaksel tertanggal 19 Agustus 2003 yang


dibuat oleh dan antara Pemohon Kasasi/semula Termohon Pailit se-laku pemegang saham PT.

Bangunmustika Intipersada dengan para pemegang saham KCPM (PT. Karya Citra Pacific
Mas) yang isinya antara lain memuat pem-bebasan Pemohon Kasasi/semula Termohon pailit
dari tanggung jawab atas utang BMIP (PT. Bangunmustika Intipersada).
4.

Bahwa berhubung terdapat penjualan hak tagih piutang yang timbul berdasarkan Loan Agreement
tertanggal 8 Juli 1996, yang tidak diikuti dengan Cessie, maka jual beli piutang antara BPPN dan
KCPM adalah belum sah dimiliki oleh GELLELTTE dan KCPM, oleh karenanya jual beli piutang
selanjutnya dari GILLETTE kepada PHUTURE ASSETS INC., serta dari KCPM kepada
PHUTURE ASSETS INC. adalah tidak sah menurut hukum, karena bertentangan dengan
ketentuan Pasal 613 KUHPerdata yang menentukan, bahwa penjualan hak tagih piutang harus
disertai dengan penyerahan (Cessie).

Dengan demikian, penjualan hak tagih piutang dari PHUTURE ASSETS INC. kepada Termohon
Kasasi/semula Pemohon Pailit PT. GAMMA SOLUSI INTEGRASI) adalah menjadi tidak sah menurut
hukum dan menjadi tersebut pembeli bertentangan dengan ketentuan Pasal 613 KUHPerdata yang
menentukan, bahwa penjualan hak tagih harus disertai dengan penyerahan (Cessie)
Tanpa adanya Cessie, penjualan hak tagih berikutnya menjadi cacat hukum dan tidak sah. Penjualan
hak tagih merupakan perjanjian yang bersifat obligator dan karenanya pemilik hak tagih yang baru
belum menjadi pemilik dan belum dapat menjual lagi kepada pihak lain. Untuk menjadi pemilik hak
tagih, harus disertai dengan perbuatan levering (penyerahan) berupa cessie.
Berhubung penjualan hak tagih piutang dari PHUTURE ASSETS INC. kepada Termohon
Kasasi/semula Pemohon pailit adalah tidak sah menurut hukum, maka Termohon Kasasi/ semula
Pemohon pailit tidak berhak untuk mengajukan permohonan pailit terhadap Pemohon Kasasi/semula
Termohon pailit.
C.

Judex facti telah salah dalam menerapkan hukum, karena tidak mempertimbangkan apakah Termohon
Kasasi/semula Pemohon Pailit berwenang untuk menuntut pembayaran utang kepada Pemohon
Kasasi/semula Termohon Pailit berdasarkan Loan Agreement tertanggal 8 Juli 1996.
5.

Bahwa fasilitas kredit sebesar US$ 10,000,000 (sepuluh juta dollar Amerika Serikat) berdasarkan
Loan Agreement tertanggal 8 Juli 1996 yang diterima oleh BMIP (PT. Bangunmustika Intipersada)
dari Asean Finance Corporation Limited (AFCL), PT. Bank PDFCI, Bumi Daya Internasional
Finance Limited, International Factors Leasing Pte. Ltd. adalah perjanjian kredit sindikasi, di mana
pihak yang bertindak sebagai Arranger dari peserta sin-dikasi adalah Asean Finance Corporation
Limited (AFCL).

6.

Bahwa dengan ditunjuknya AFCL sebagai Arranger dari peserta sindikasi, maka segala
kepentingan apapun dari peserta sindikasi harus melalui Arranger, termasuk untuk mengajukan
tagihan kepada BMIP (PT. Bangunmustika Intipersada).

7.

Bahwa hak tagih dari masing-masing peserta sindikasi beserta Loan Agreement tertanggal 8 Juli
1996 tersebut telah dijual oleh masing-masing peserta sindikasi kepada beberapa pihak. Dengan
adanya penjualan hak tagih dari masing-masing peserta sindikasi kepada beberapa pihak yang
berlainan, dengan sendirinya menurut hukum Loan Agreement tertanggal 8 Juli 1996 tersebut tidak
lagi mengikat terhadap BMIP, termasuk kepada Pemohon Kasasi/semula Termohon pailit sebagai
Penjamin dari BMIP (PT. Bangunmustika Intipersada).
Mengingat Loan Agreement tertanggal 8 Juli 1996 tersebut merupakan perjanjian kredit sindikasi,
yang terdiri dari beberapa kreditur sebagai peserta sindikasi, dengan ada-nya penjualan hak tagih
masing-masing peserta sindikasi, maka syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan (terms and
condition) Loan Agreement tersebut tidak lagi sesuai dengan kondisi yang sebenarnya (penjualan
hak tagih tersebut).

8.

Bahwa berhubung Loan Agreement tertanggal 8 Juli 1996 tersebut tidak lagi mengikat terhadap
BMIP, termasuk terhadap Pemohon Kasasi/semula Termohon Pailit, maka Termohon Kasasi
semula Pemohon Pailit tidak berhak untuk mengajukan tagihan terhadap BMIP ataupun Pemohon
Kasasi/semula Termohon pailit.

D. Judex facti telah salah dalam menerapkan hukum, karena tidak mempertimbangkan apakah Termohon
Kasasi/semula Pemohon Pailit beritikad baik dalam melakukan perubahan-perubahan atas Loan
Agreement tertanggal 8 Juli 1996.
7

9.

Bahwa Loan Agreement tertanggal 8 Juli 1996 telah meng-alami 3 (tiga) kali perubahan, Pertama,
First Amendment of Loan Agreement, tanggal 15 Oktober 2003. Kedua, Addendum to First
Amendment of Loan Agreement, tanggal 20 Oktober 2003. Ketiga, Second Amendment to US$
10,000,000 Loan Agreement, tanggal 29 Nopember 2004;

10. Bahwa ketiga perubahan atas Loan Agreement tertanggal 8 Juli 1996 tersebut justru terjadi pada
waktu Pemohon Kasasi/semula Termohon Pailit tidak lagi menjadi pemegang saham BMIP (PT.
Bangunmustika Intipersada) sebagai penerima fasilitas kredit Loan Agreement tersebut, karena
Pemohon Kasasi/semula Termohon pailit telah menjual seluruh sahamnya dalam BMIP kepada PT.
Perisai Gaya Mahkota, PT. Lientan Nusantara dan PT. Kasih Anugerah Mas sesuai akta-akta No.
28,29,30 tertanggal 6 Oktober 2003, yang dibuat di hadapan Notaris Dewi Himijati Tandika, SH.,
Notaris di Jakarta.
11. Bahwa sebelum perubahan-perubahan atas Loan Agree-ment tertanggal 8 Juli 1996 dibuat,
seharusnya pemegang hak tagih terakhir memberitahukan adanya rencana perubahan-perubahan
atas Loan Agreement tersebut kepada Pemohon Kasasi/semula Termohon Pailit. Hal tersebut
mengingat, Pemohon Kasasi/semula Termohon Pailit adalah Penjamin dari BMIP (PT.
Bangunmustika Intipersada)
12. Bahwa dengan tidak adanya pemberitahuan, apalagi mengikut sertakan Penjamin dalam
melakukan perubahan-perubahan atas Loan Agreement tertanggal 8 Juli 1996, berarti dari semula,
baik Insifnia, ataupun Phuture Assets Inc. dan Termohon Kasasi/Semula Pemohon Pailit
mempunyai itikad buruk terhadap Pemohon Kasasi/semula Termohon pailit.
13. Bahwa menurut Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata dinyatakan Perjanjian harus dilaksanakan
dengan itikad baik. Dalam hukum kontrak, pengertian bertindak sesuai dengan itikad baik
mengacu kepada ketaatan akan reasonable commercial standard of fair dealing, yang menurut
legislator Belanda disebut bertindak sesuai dengan redeliljkheid enbillijkheid (reasoableness and
equity). Ini benar-benar standar obyektif. Apabila satu pihak bertindak sesuai dengan cara tidak
masuk akal dan tidak patut "will not be a good defense to say he honesty believed his conduct to
he reasonable an inequitable".
14. Bahwa itikad tidak baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata adalah
itikad baik obyektif, yang merupakan lawan dari itikad baik subyektif. Itikad baik obyektif
berkaitan dengan pendapat umum apakah umum menganggap bahwa tindakan yang seperti itu
bertentangan dengan itikad baik.
15. Bahwa itikad baik pelaksanaan perjanjian mengacu kepada itikad baik yang obyektif. Standar yang
digunakan dalam itikad baik obyektif adalah standar yang obyektif yang mengacu kepada suatu
norma yang obyektif. Perilaku para pihak dalam kontrak atau perjanjian harus diuji atas dasar
norma-norma obyektif yang tidak tertulis yang berkembang di dalam masyarakat. Ketentuan itikad
baik menunjuk kepada norma-norma tidak tertulis yang sudah menjadi norma hukum sebagai suatu
sumber hukum tersendiri. Norma tersebut dikatakan obyektif, karena tingkah laku tidak didasarkan
pada anggapan para pihak sendiri, tetapi tingkah laku tersebut harus sesuai dengan anggapan
umum tentang itikad baik tersebut.
Dengan itikad baik dapat juga dikatakan, bahwa salah satu pihak tidak boleh menguntungkan
dengan merugikan pihak lain dalam kontrak perjanjian. Para pihak harus secara rasional dan patut
melaksanakan apa yang telah disepakati bersama.
E.

Judex facti telah salah dalam menerapkan hukum, karena tidak mempertimbangkan apakah pemecahan
hak tagih piutang beberapa hari sebelum permohonan pailit sekedar untuk memenuhi syarat harus 2
(dua) kreditor dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 bertentangan atau tidak dengan asas
keseimbangan sebagaimana dianut oleh Undang-Undang No. 37 Tahun 2004.
16. Bahwa menurut Penjelasan UU No. 37 Tahun 2004 pada bagian umum dijelaskan, UndangUndang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang didasarkan pada beberapa asas
antara lain pada asas keseimbangan, yaitu di satu pihak, terdapat ketentuan yang dapat men-cegah
terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh Debitor yang tidak jujur, dilain
pihak, terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga
kepailitan oleh Kreditor yang tidak beritikad baik.

17. Bahwa penjualan sebagian hak tagih piutang oleh Phuture Assets Inc. kepada Termohon
Kasasi/semula Pemohon Pailit pada tanggal 4 Juli 2005 hanya sebesar US$ 204,088 (dua ratus
empat ribu delapan puluh delapan Dollar Amerika Serikat) akal-akalan dan rekayasa hukum dari
Phuture Assets Inc. dan Termohon Kasasi/semula Pemohon Pailit/semula Pemohon pailit
memenuhi syarat harus ada 2 (dua) kreditor sebagaimana dimaksud oleh ketentuan Pasal 2 ayat (1)
UU No. 37 Tahun 2004.
Hal tersebut tampak dari Surat Permohonan Pernyataan Pailit tertanggal 25 Juli 2005 No. Ref. No.
080/L/LRAD/07/ 05, yang diajukan oleh Termohon Kasasi/semula Pemohon Pailit terhadap
Termohon Pailit dan terdaftar dalam perkara No. 19/Pailit/2005/PN.Niaga.Jkt.Pst.
Padahal sebelumnya sebagaimana tampak dalam Surat Permohonan Pailit tertanggal 27 Juni 2005
No. SRS/12-14/34/079/VI/2005, yang diajukan oleh Phutura Assets Inc. terhadap Pemohon
Kasasi/semula Termohon Pailit dan terdaftar dalam perkara No. 18/Pailit/2005/PN.Niaga.Jkt. Pst.
disebutkan, bahwa hak tagih piutang berdasarkan Loan Agreement tertanggal 8 Juli 1996 berada di
tangan Phuture Assets Inc.
18. Bahwa penjualan sebagian hak tagih piutang oleh Phuture Assets Inc. kepada Termohon
Kasasi/semula Pemohon Paillit hanya sebesar US$ 204,088 (dua ratus empat ribu delapan puluh
delapan Dollar Amerika Serikat) merupakan rekayasa hukum dan akal-akalan Termohon
kasasi/semula Pemohon pailit agar supaya Termohon Kasasi/semula Pemohon Pailit dapat
memenuhi syarat 2 (dua) orang Kreditor sebagaimana disyaratkan UU No. 37 Tahun 2004.
19. Bahwa rekayasa hukum dan akal-akal tersebut membukti-kan bahwa Termohon kasasi/semula
Pemohon pailit tidak beritikad baik kepada Pemohon Kasasi/semula Termohon Pailit. Hal tersebut
bertentangan dengan Asas Keseimba-ngan yang dianut oleh Undang-Undang No. 37 Tahun 2004,
oleh karenanya tindakan hukum Termohon Kasasi/ semula Pemohon pailit yang telah berlaku
sewenang-wenang terhadap Pemohon Kasasi/semula Termohon Pailit tidak perlu mendapat
perlindungan hukum dan permohon-an pailit dari Termohon Kasasi/semula Pemohon Pailit harus
ditolak dan tidak berdasarkan hukum.
F.

Judex facti telah salah dalam menerapkan hukum, karena seharusnya Judex facti mempertimbangkan
apakah Debitor (PT. Bangunmustika Intipersada) masih mempunyai utang berdasarkan Loan
Agreement tertanggal 8 Juli 1996.
20. Bahwa Judex facti dalam putusan aquo tidak mempertim-bangkan apakah Debitor/BMIP (PT.
Bangunmustika Inti-persada) benar-benar mempunyai utang kepada Phuture Assets Inc. dan
Termohon Kasasi/semula Pemohon Pailit. Hal tersebut perlu dipertimbangkan oleh judex facti,
oleh karena BMIP (PT. Bangunmustika Intirpersada) adalah perusahaan yang likuid. BMIP adalah
pemilik dan pengelola Pusat Grosir Cipulir Plaza. Seharusnya, Judex facti wajib menghadirkan
BMIP dalam persidangan dan memperlihatkan kepada Judex facti dalam laporan keuangan
perusahaan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik Independen untuk mengetahui ada atau
tidaknya utang BMIP kepada Termohon Kasasi/semula Pemohon Pailit dan Phuture Asset Inc.
21. Bahwa kewajiban Judex facti untuk menghadirkan BMIP dalam persidangan perkara aquo, karena
yang dimohonkan pailit bukan BMIP sebagai Debitor, melainkan Pemohon Kasasi/semula
Termohon Pailit sebagai Penjamin, di mana Pemohon Kasasi/semula Termohon Pailit sudah tidak
lagi menjadi pemegang saham dari BMIP dan sejak Pemohon Pailit/semula Termohon Pailit tidak
lagi menjadi pemegang saham BMIP, ternyata telah dilakukan 3 (tiga) kali perubah-an atas Loan
Agreement tertanggal 8 Juli 1996.

G. Judex facti telah salah dalam menerapkan hukum, karena telah mempertimbangkan Pemohon
Kasasi/semula Termohon Pailit adalah Debitor sesuai second Amendment to US 410,000,000 Loan
Agreement, tertanggal 29 Nopember 2004.
22. Bahwa pertimbangan hukum Judex facti yang telah mempersamakan Pemohon Kasasi/semula
Termohon Pailit sebagai Debitor dari Termohon Kasasi/semula Pemohon Pailit berdasarkan
Second Amendment to US$ 10,000,000 Loan Agreement tertanggal 29 Nopember 2004 adalah
pertimbangan hukum yang salah.
Oleh karena, Loan Agreement tertanggal 8 Juli 1996, ter-masuk perubahan-perubahannya adalah
suatu perjanjian yang terikat pada ketentuan-ketentuan Buku III KUHPerdata.
9

Loan Agreement tertanggal 8 Juli 1996 merupakan per-janjian pokok, sedangkan Guarantee
tertanggal 8 Juli 1996, demikian pula Irrevocable and Unconditional Join And Several Personal
Guarantee No. 165 tertanggal 26 April 1994 adalah perjanjian-perjanjian yang bersifat accessoir,
yang keberadaannya tergantung pada perjanjian pokok. Apabila perjanjian pokok berubah, maka
perjanjian accesoris juga harus berubah disesuaikan dengan perjanjian pokok.
Hal tersebut mengingat Perjanjian Jaminan merupakan perjanjian accesoir yang terikat pada
ketentuan-ketentuan Buku III KUHPerdata. Berlainan halnya dengan Hak Tanggungan, meskipun
merupakan perjanjian accesoir dari perjanjian kredit/pinjaman, kebendaan, yang pada dirinya
melekat Droit de Suite, yang berarti kepada siapapun perjanjian kredit/pinjaman tersebut berpindah
hak tagih piutangnya, Hak Tanggungan yang tetap melekat dan membebani pada bidang tanah
tertentu.
Menimbang, bahwa terhadap keberatan-keberatan tersebut Mahkamah Agung berpendapat :
mengenai keberatan-keberatan ad. D dan ad. F :
bahwa keberatan-keberatan Kasasi tersebut dapat dibenarkan, oleh karena Judex facti telah salah
menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut :
-

Bahwa Termohon Kasasi/Pemohon Pailit adalah kreditur dari PT. Bangunmustika Intipersada
berdasarkan Perjanjian Loan Agreement yang ditandatangani pada tanggal 8 Juli 1996. Dan atas hutang
tersebut Pemohon Kasasi (Tan Ratna Juwita Tanaya), Tan Kwang King, Tan Sang Kok, Djohan
Rahardja dan Anwar Setiawan masing-masing bertindak sebagai Penjamin (guarantor) ;

Bahwa ternyata atas perjanjian Loan Agreement tersebut telah dilakukan beberapa kali perubahan. Dan
Pemegang Hak Tagih terakhir tidak pernah memberitahukan kepada Pemohon Kasasi sebagai salah satu
Penjamin (guarantor) PT. Bangunmustika Intipersada, padahal waktu dilakukan perubahan Loan
Agreement Pemohon Kasasi tidak lagi pemegang saham PT. Bangunmustika Intipersada ;

Bahwa didalam Perjanjian Loan Agreement yang menjadi Debitur Pokok adalah PT. Bangunmustika
Intipersada, maka sebagai Debitur Utama, seharusnya PT. Bangunmustika Intipersada diajukan sebagai
Termohon Pailit, tetapi sebaliknya Pemohon Kasasi yang berkedudukan sebagai Penjamin (guarantor)
yang dimohonkan menjadi Termohon Pailit. Sehingga telah menyalahi azas perjanjian
borgtoch/penang-gungan (pasal 1822 KUHPerdata) serta telah menyalahi fungsi perjanjian penjaminan
yang bersifat accosoir sebagaimana diatur dalam pasal 1831 KUHPerdata Sipenanggung tidaklah
diwajibkan membayar kepada si berpiutang, kecuali jika si berhutang lalai, sedangkan benda-benda si
berhutang ini harus lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya ;

bahwa Pemohon Kasasi sebagai personal guarantor tidak dapat dibebani untuk memikul hutang-hutang
berdasarkan Perjanjian Loan Agreement tanpa melibatkan PT. Bangunmustika Intipersada sebagai
Debitur Pokok. Pembebanan pembayaran utang Debitur kepada Penjamin (guarantor) dapat diajukan
hanya apabila Debitur terlebih dahulu wanprestasi atau tidak mampu membayar hutang-hutangnya
kepada Kreditur ;

bahwa disamping itu ternyata Pemohon Kasasi (Tan Ratna Juwita Tanaya) bukanlah satu-satunya
Penjamin Debitur PT. Bangunmustika Intipersada ternyata masih ada orang lain yaitu Tan Kwang King,
Tan Sang Kok, Djohan Rahardja dan Anwar Setiawan yang bertindak secara bersama-sama dan secara
sendiri-sendiri masing-masing bertindak sebagai Penjamin (guarantor), sehingga permohonan pailit
yang diajukan hanya kepada Pemohon Kasasi saja telah menyalahi tanggung jawab penjaminan secara
menyeluruh. Oleh karena itu pertimbangan Judex facti yang menyatakan adalah hak Pemohon Pailit/
Termohon Kasasi sebagai kreditur untuk menunjuk salah satu dari Penjamin yang dimohon pailit adalah
pertimbangan yang tidak dapat dibenarkan ;

bahwa meskipun berdasarkan bukti P-2 angka 1 dan 2 yang mengatur bahwa penjaminan oleh para
Penjamin tidak dapat ditarik kembali dan tanpa syarat, tetapi berdasarkan Pasal 1810 KUHPerdata
beban pembayaran hutang Debitur oleh Penjamin (guarantor) baru terjadi manakala Debitur tidak
memenuhi kewajibannya, sedangkan dalam perkara aquo Debitur yaitu PT. Bangunmustika Intipersada
tidak pernah dilibatkan atau dimohonkan pailit oleh Termohon Kasasi ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, dengan tidak perlu mempertimbangkan alasan
kasasi lainnya menurut pen-dapat Mahkamah Agung terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan
kasasi dari Pemohon Kasasi : TAN RATNA JUWITA TANAYA tersebut, dan membatalkan putusan
10

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 21 September 2005 Nomor :
19/Pailit/2005/PN.Niaga.JKT.PST., serta Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara ini dengan amar
seperti yang disebutkan dibawah ini ;
Menimbang, bahwa oleh karena Termohon Kasasi adalah pihak yang kalah, maka harus dihukum untuk
membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan ;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan UndangUndang Nomor 37 Tahun 2004, serta Undang-Undang lain yang bersangkutan;
MENGADILI:
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : NY. TAN RATNA JUWITA TANAYA
tersebut;
Membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 21 September
2005 Nomor : 19/Pailit/ 2005/PN.Niaga.JKT.PST ;
MENGADILI SENDIRI :
Menolak permohonan pailit dari Termohon Kasasi ;
Menghukum Termohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi sebesar Rp.
5.000.000,- (lima juta rupiah) ;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Jumat, tanggal 16
Desember 2005 oleh PROF. DR. PAULUS EFFENDI LOTULUNG, SH., Ketua Muda Mahkamah Agung
yang ditunjuk oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Sidang, HARIFIN A. TUMPA, SH. MH, dan
SUSANTI ADINUGROHO, SH. MH., Ketua Muda dan Hakim Agung Mahkamah Agung sebagai HakimHakim Anggota, putusan mana diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua
Sidang tersebut dengan dihadiri oleh HARIFIN A. TUMPA, SH.MH., dan SUSANTI ADINUGROHO,
SH.MH., Ketua Muda dan Hakim Agung sebagai Hakim-Hakim Anggota serta NELSON SIANTURI, SH.,
Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak.
Hakim-Hakim Anggota :

K e t u a,

ttd.

ttd.

HARIFIN A. TUMPA, SH. MH.

PROF. DR. PAULUS E.L., SH.

ttd.
SUSANTI ADINUGROHO, SH.MH.
Panitera Pengganti,
ttd.
NELSON SIANTURI, SH.
Biaya-biaya :
1. Meterai----------------------Rp.
6.000,2. Redaksi----------------------Rp.
1.000,3. Administrasi Kasasi-------Rp. 4.993.000,- +
Jumlah----------------------Rp. 5.000.000,-

11

Anda mungkin juga menyukai