Anda di halaman 1dari 2

Hikmah Mengikuti Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN)

Pada dasarnya ilmu tarekat penting untuk dipelajari sebagai metodologi dalam
pelaksanaan teknis dari syariat, aturan-aturan baku yang telah ditetapkan oleh Allah
SWT. Kita mengakui bahwasannya kita merupaka seorang muslim, tapi sudah sejauh
mana kita benar-benar yakin dengan keimanan kita? seberapa yakin bahwasannya amal
ibadah kita akan diterima Allah SWT? adakah perkembangan ibadah kita dari semenjak
kecil?

Jika pertanyaan-pertanyaan tadi masih ada keraguan untuk dijawab, maka kita
belum sepenuhnya menjadi insan yang benar-benar taqwa. Lalu seberapa yakin bahwa
shalat yang kita kerjakan itu telah sesuai dengan apa yang dilaksanakan Nabi secara zahir
bathin? Shalat yang memang benar-benar khusyu dengan memusatkan semua pikiran kita
hanya kepada Allah SWT?

Pertanyaan ini perlu direnungi dan dijadikan semangat untuk terus mencari cara
agar ibadah kita dapat meningkat ke level lebih tinggi sehingga apapun ibadah yang kita
lakukan akan memiliki makna yang mendalam. Dalam mempelajari tarekat khsusunya
Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN) yang kami kunjung ini, kita dituntut untuk bisa
menjawab semua pertanyaan-pertanyaan di atas. Tarekat ini pada dasarnya menekankan
kemurnian hati kita dari segala hal yang dapat mengganggu amal ibadah kita.

Tarekat ini menjelaskan bagaimana cara hati kita memang benar-benar tertuju
pada Allah SWT tanpa adanya tambatan lain kepada makhluk. Menekuni Tarekat ini
pada dasarnya dimulai dengan Tobat, menyesali kesalahan dan kekeliruan kita, menyesali
akan kelalaian kita dalam mengingat-Nya. Dengan tobat maka rohani manusia akan
menjadi suci seperti orang baru dilahirkan kembali. Jiwa manusia atas bimbingan Guru
Mursyid akan terasa seperti kain putih, dan ketika kita melihat kain putih akan membuat
diri sadar bahwa kita telah mengalami mati dan kemudian hidup kembali dengan
kehidupan yang baru.

Amalan utama yang dilakukan tarekat ini diantaranya adalah berdzikir kepada
Allah SWT secara dohir mapun batin. Secara dohir kita mengucapkan dzikir dengan
penuh penghayatan dengan alunan gerak tubuh kita untuk menambatkan dzikir yang kita
ucapkan ke dalam hati. Barangkali, hati yang kita miliki ini sudah sedemikian kerasnya
bak ibarat batu, sehingga perlu adanya ucapan dzikir yang di-jahr kan. Perlu ditekankan
disini ucapan yang dzikir yang di-jahr kan tadi semata-mata untuk mengetuk hati kita
yang keras tersebut. Karena sesungguhnya Allah maha mendengar dan hati kita lah yang
sebenarnya perlu diingatkan. Adapun secara batin, pada intinya segala sesuatu yang kita
lakukan tersebut adalah semata-mata untuk menggapai ridho-Nya tidak yang lain.

Manusia yang mempunyai keterbatasan, penuh kehinaan dan penuh kesilapan ini
tidak akan mungkin bisa berhubungan, berkomunikasi dengan Dzat Yang Maha Bersih
dan Maha Tinggi yaitu Allah SWT. Oleh karena itu, manusia dituntut untuk
meninggalkan semua perbuatan buruknya untuk dapat mencapai tingkat tersebut. Dengan
berbantuan wasilah berupa tarekat, maka manusia akan dapat mengikis dari semua
perbuatan buruk tadi dengan bantuan seorang mursyid yang menjadi pewaris para nabi.

Jika semua amalan buruk tadi sudah dapat dihilangkan, maka selanjutnya manusia
akan melakukan amalan-amalan terpuji untuk meningkatkan keimanannya. Amalan
terpuji tersebut diantaranya adalah zuhud, tawakal, khauf, wara’, tawadhu dan lain-lain.
Perlu ditekankan Zuhud disini tidak diartikan sebagai kita meninggalkan semua harta kita
menjadi seorang yang miskin, melainkan tambatan hati kita tidak selalu terkait terhadap
hal yang bersifat dunia. Jadi, meskipun kita sebagai orang kaya sekalipun kita akan tetap
bisa berzuhud dengan selalu mendermakan hartanya dijalan yang diridhoi oleh Allah
SWT.

Dengan belajar ilmu Tarekat dari Guru yang membimbing ruhani kehadirat Allah
SWT, maka setiap saat kita akan bisa merasakan getaran-Nya, merasakan kerinduan
kepada-Nya dan selalu mendengar firman-Nya yang Maha Hidup sehingga ibadah kita
lebih hidup dan bermakna, hilang was-was dan kekhawatiran akan diterima atau tidaknya
ibadah yang kita lakukan.

Ketika kita telah mencapai makrifat, mengenal Tuhan dengan sebanarnya, maka
fokus kita bukan lagi kepada diterima atau tidaknya ibadah tapi fokus kepada bagaimana
mencintai-Nya.

https://sufimuda.net/2013/04/25/pentingnya-ilmu-tarekat/

Anda mungkin juga menyukai