Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tokoh agama islam mempunyai peran yang sangat penting terhadap
peningkatan pengamalan nilai-nilai agama pada remaja desa pokurumba, dalam
rangka membina kegiatan dimasyarakat dalam kegiatan agama seperti Maulid
Nabi Muhammad Saw, isra mi’raj, dll. Dengan demikian, peran tokoh agama
islam dengan kegiatan-kegiatan keagamaan pada remaja desa pokurumba
mempunyai hubungan yang sangat erat dan tidak bisa dipisahkan, sebab
apabila peran dari tokoh agama islam semakin baik, maka partisipasi remaja
desa pokurumba akan semakin meningkat.

Tokoh agama merupakan orang yang mempunyai keistimewaan dalam


khasanah keilmuan dalam sisi agama yang akan menjadi acuan dalam
masyarakat untuk menjalani kehidupan yang baik sesuai dengan aturan Allah
Swt sehingga masyarakat bahagia dunia dan akhirat (Rofiq A, 2018:22). Tokoh
agama yang diberikan kepercayaan oleh warga masyarakat setempat, karena
pengakuan masyarakat tokoh agama islam yang dipilih berdasarkan dari latar
belakang yang baik. Baik secara agama karena tekun beribadah, dan memilki
kemampuan yang mampu dijadikan sebagai tokoh agama islam di masyarakat.

Tokoh agama islam di desa pokurumba ada 6 orang yaitu, pertama


H.Kisman, Saenuddin, Andi Iskandar, H.Annang, A.Marteng, dan Jusmani.
Tokoh agama tersebut telah membagi pengetahuannya kepada masyarakat
disekitarnya kemudian mengajak dan mengarahkan masyarakatnya untuk
melakukan hal-hal positif misalnya meningkatkan sikap keagamaan, memantau
kondisi keagamaan masyarakat, mengadakan pertemuan tokoh masyarakat,
memberikan nasehat, dan arahan kemudian, mengajak masyarakat untuk
melaksanakan shalat berjama’ah di masjid dan kegiatan laiinya.

1
2

Tokoh agama yaitu: 1.Melaksanakan caramah atau dakwah dalam


membimbing umat. Tokoh agama berkewajiban untuk melakukan pengajaran,
membimbing, sebagai orang yang beriman, dan menjalankan ajaran islam umat
manusia. 2.Melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Seorang tokoh agama
wajib melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar, kepada seluruh masyarakat.
3.Memberikan teladan yang baik kepada masyarakat. Tokoh agama harus
konsisten menjalankan ajaran islam bagi dirinya dan keluarga, serta kerabat.
4.Memberikan penjelasan kepada masyarakat umum tentang berbagai jenis
ajaran agama dari Al-qur’an dan hadist. 5.Memberikan solusi bagi
permasalahan masyarakat. Tokoh agama mampu mengambil keputusan yang
adil berdasarkan kepercayaan atau berbagai persoalan yang dihadapi
masyarakat. 6.Membentuk orientasi kehidupan masyarakat yang bermoral dan
berbudi luhur (Rasyid.Hamdan, 2007:22).

Nilai-nilai agama pada remaja desa pokurumba yaitu pertama


pendidikan akidah, dalam hal ini nilai-nilai akidah harus selalu diberikan sejak
mereka masih anak-anak hingga remaja. Nilai agama yang telah diamalkan
sejak dini akan membentuk sebuah kebiasaan pada anak. Namun, sebenarnya
menjadi pondasi sebagai anak untuk selalu mengingat Allah Swt di manapun
mereka berada. Kedua pendidikan ibadah, kenalkan dan biasakan anak untuk
melakukan ibadah sesuai dengan agamanya ketika sedang di mana saja. Anak
juga perlu di ingatkan untuk tidak lupa melakukan shalat lima waktu sesuai
ajaran agama islam meskipun mereka sedang sibuk. Selain nilai akidah dan
pendidikan ibadah, juga harus mengajarkan tentang akhlak kepada remaja.
Akhlak ini berkaitan dengan karakter mereka nantinya dan adab dalam bergaul
secara sosial. Pendidikan akhlak yang bisa diajarkan adalah memberi salam
kepada orang yang lebih tua, mendahulukan orang tua ketika berada di tempat
umum, menolong orang lain ketika yang membutuhkan bantuan dan
sebagainya. Ketika mengajarkan untuk bersikap, anak yang telah diajarkan
tentang sikap yang teguh dan benar pastinya tidak ada mudah terpengaruh oleh
3

hal negatif di luar sana. Oleh sebab itu, diajarkan sejak dini bagaimana harus
bersikap sesuai dengan tuntunan agama.

Masa remaja dikatakan pada usia 12 tahun sampai 21 tahun. Masa


remaja adalah masa di mana setiap anak-anak sering kali mulai tumbuh lebih
cepat dan mengalami tahap awal pubertas baik anak laki-laki maupun
perempuan akan mengalami pertumbuhan fisik. Mereka juga memperhatikan
perubahan tubuh lainnya, termasuk pertumbuhan rambut.

Masa remaja meliputi : (a) masa remaja awal: 12-15 tahun, (b) masa
remaja pertengahan: 15-18 tahun, dan (c) masa remaja akhir: 19-21 tahun
(Konopka “pikunas” Syamsu Yusuf, 2008:184). Sementara Salzman dalam
Syamsu Yusuf mengatakan masa remaja merupakan masa perkembangan di
mana remaja menjadi lebih tergantung pada orang tua dan mulai
mengeksplorasi minat seksualnya, merefleksikan diri, dan lebih memperhatikan
nilai-nilai estetika dan masalah moral.

Pada anak perempuan ini biasanya dimulai satu atau dua tahun lebih
awal jika dibandingkan pada anak laki-laki. Bahkan, kebanyakan anak, usia 8-9
tahun akan mengalami percepatan pertumbuhan. Baik secara bahasa, sosial
emosional, maupun mental. Sebagian besar anak usia 8 tahun menunjukkan
peningkatan dalam perkembangan kognitif. Anak juga cenderung mengajukan
pertanyaan sampai mereka mendapatkan informasi yang cukup untuk menarik
kesimpulan tentang yang dipelajarinya. Sementara itu pada usia 9 tahun, anak
berada pada transisi di puncak masa remaja. Dalam banyak hal, mereka dapat
dianggap sebagai anak-anak tapi jauh lebih mandiri. Anak usia 9 tahun juga
sudah mampu memegang tanggung jawab tertentu dengan pengawasan orang
dewasa. Remaja pada tahap ini sudah mengalami peningkatan minat
intelektual. Mereka juga memiliki pemikiran yang konkrit, seperti mulai
mencari kebenaran dari suatu hal baik atau buruk, dan sebagainya. Selain itu,
pada tahap ini para remaja juga mulai memusatkan pemikiran mereka pada diri
sendiri.
4

Selain itu, anak remaja merasakan peningkatan kebutuhan akan privasi.


Mereka mungkin mulai mencari cara untuk mandiri dari keluarga. Perubahan
fisik dari pubertas berlanjut selama masa remaja pertengahan. Untuk anak laki-
laki perubahan suara akan mulai terjadi di mana suara akan terdengar lebih
keras. Selain itu, jerawat juga terlihat mulai muncul di wajah. Sedangkan pada
anak perempuan, kebanyakan sudah mulai mengalami menstruasi yang teratur.
Di usia ini, banyak remaja juga mulai tertarik untuk menjalin hubungan yang
lebih dari pertemanan dengan lawan jenisnya.

Di tahap ini, kebanyakan remaja juga mulai cenderung menghabiskan


lebih sedikit waktu dengan keluarga, karena lebih memilih bersama teman-
temanya. Perkembangan kognitif anak difase remaja pertengahan ini juga
semakin matang, tetapi cara berfikir mereka masih belum sematang pemikiran
orang dewasa. Remaja menengah lebih mampu berfikir abstrak dan
mempertimbangkan sesuatu yang benar atau salah tetapi mereka mungkin
masih kurang mampu menerapkannya pada saat itu.

Adapun kondisi desa pokurumba pada saat ini sudah cukup


berkembang, karena berhubungan masalah airnya sudah membaik. Kemudian,
masyarakat memakai air sumur, dan sekarang banyak yang memakai air bor.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di desa pokurumba telah dibangun
beberapa prasarana seperti sumur gali, dan penampungan air bersih. Untuk itu,
menjadi tempat penampungan air hujan tentu menjadi salah satu solusi untuk
menambah ketersediaan air bersih dan juga mengurangi kondisi krisis air
bersih yang ada. Kemudian, air ini juga bisa di pakai untuk berwudu.

Kemudian, untuk pemakaian listrik di desa pokurumba juga sudah ada,


karena lampu listrik ini yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat setempat dan
jika tidak ada listrik maka semua kepentikan masyarakat tidak akan bisa
berjalan dengan lancar misalkan lampu dan jaringan wifi. Untuk memenuhi
kebutuhan kemajuan zaman, di bidang komunikasi menjadi sangat penting,
karena di desa pokurumba sendiri sudah terdapat beberapa sarana dan
5

prasarana komunikasi dan informasi seperti jaringan internet /wifi dan jaringan
telepon. Diharapkan dengan adanya sarana dan prasarana tersebut dapat
membantu masyarakat untuk saling berkomunikasi maupun mendapatkan
informasi terbaru dengan mudah. Salah satu titik tempat warga bisa
menikmati jaringan yaitu ke puncak warga. Namun, untuk ke puncak itu warga
harus berjalan dekat sekitar 1 kilometer menaiki bukit. Setelah jaringan wifi
sudah terpakai siswa pun juga bisa memakainya untuk belajar online.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara meningkatkan pendidikan akidah pada remaja?
2. Bagaimana cara meningkatkan pendidikan ibadah pada remaja?
3. Bagaimana cara meningkatkan pendidikan akhlak pada remaja?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui cara peningkatan pendidikan akidah pada remaja.
2. Untuk mengetahui cara peningkatan pendidikan ibadah pada remaja.
3. Untuk mengetahui cara peningkatan pendidikan akhlak pada remaja.

D. Manfaat Penelitian
1. Agar mengetahui cara peningkatan pendidikan akidah pada remaja.
2. Agar mengetahui cara peningkatan pendidikan ibadah pada remaja.
3. Agar mengetahui cara peningkatan pendidikan akhlak pada remaja.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Peran Tokoh Agama Islam
Peran adalah suatu rangkaian harapan manusia terhadap individu untuk
berperilaku serta bertindak dalam situasi tertentu yang didasari oleh fungsi dan
status sosialnya (Abu Ahmadi, Syamsir 2014). Kemudian, menurut Soejono
Soekanto, peran merupakan hal yang dinamis dalam sebuah posisi sosial, disaat
individu atau pihak tersebut melaksanakan kewajiban dengan posisi dan
wewenangnya, maka hal itu disebut sebagai usaha menjalankan suatu peran.
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
dari masing-masing individu yang memegang kedudukan tertentu di
masyarakat, seperti sebagai pemimpin, atau bagian dari anggota masyarakat
atau organisasi masyarakat (Zulmaron, M.Noupal, Sri Aliyah, 2017). Peran
adalah proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan
hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia telah
menjalankan suatu peranan (Soerjono Soekanto, 1990:278)
Disamping itu, ia harus mempunyai keistimewaan tertentu yang
berbeda dari orang lain yang sederajat pada tingkat regional, terutama
perbedaan keahlian di bidangnya. Dengan kualitas seperti itu, maka ketokohan
seseorang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Secara bahasa pengertian agama adalah pembalasan, ketaatan, dan
ketundukan. Secara istilah agama juga berarti kekuasaan atau aturan seperti
raja yang mengikat banyak orang.

Agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, dan
hukum yang diwahyukan kepada utusan-utusan-Nya untuk kebahagiaan hidup
manusia di dunia dan di akhirat (Faisal, 1997:28). Bila ditinjau dari Bahasa dari
kata ‘agama’ yaitu bahasa sangsekerta yang mempunyai arti tidak pergi, tetap
di tempat, diwarisi turun temurun. Sedangkan jika ditinjau dari asal kata

6
7

‘aslama’ yang berarti tunduk, patuh, dan berserah diri kepada Tuhan. Islam
nama dari agama wahyu yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Rasul-Nya
untuk dispampaikan kepada manusia.
Berbicara mengenai agama berarti mengabdikan diri, yang mana ia
tidak akan puas dengan pengetahuan agama, akan tetapi memerlukan
membiasakan dirinya dengan hidup secara agama. Pengertian agama terbatas
bagi pemeluk agama, terutama agama islam.
Agama dalam masyarakat manusia bukan hanya sebagai fenomena
sosial melainkan lebih dari itu yaitu sebagai daya dorongan kehidupan manusia
dalam individual dan sosial. Agama dalam sejarah kehidupan manusia adalah
merupakan kebutuhan manusia untuk mempertahankan dan
mengembangkannya.
Agama dalam pengertiannya yang terbatas di lingkungan pemeluk
agama samawi terutama islam, adalah merupakan petunjuk yang tertuang
dalam bentuk kaidah-kaidah perundangan yang ditujukan kepada orang-orang
yang berakal budi agar supaya mereka mampu berusaha di jalan yang benar
dalam rangka memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Oleh
karena itu, agama adalah produk pemunculan getaran hati manusia sendiri,
akan tetapi ia adalah perwujudan dari kehendak tuhan yang dijabarkan dalam
bentuk petunjuk dan bimbingan untuk kehidupan manusia di alam nyata.
Tokoh agama adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan
maupun tulisan ataupun perbuatan baik secara individu, kelompok atau
berbentuk lembaga organisasi (Muh Ali Azizi, 2004:75).
Tokoh agama adalah seseorang yang dianggap cakap, berilmu
pengetahuan yang tinggi, berakhlak mulia, mempunyai keahlian di bidang
agama baik ritual keagamaan sampai wawasan keagamaan yang dapat
dijadikan panutan oleh masyarakat sekitarnya (Taib Tahir Abd Muin, 1996:3).
Sebagaimana dijelaskan di atas, dari dua pengertian tokoh agama dapat
dimaknai bahwa mereka yang memiliki ilmu pengetehuan yang luas tentang
ilmu agama.
8

Tokoh agama dalam menanamkan nilai-nilai ajaran agama dengan cara


menanamkan atau memberukan pengetahuan agama kepada umat islam pada
umumnya agar memiliki dan memahami tentang isi ajaran agama islam.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa sekurang-kurangnya ada tiga
tanggung jawab tokoh agama dalam kehidupan beragama khususnya umat
islam di desa pokurumba yaitu:
1. Tokoh agama sebagai pembimbing, panutan, sebagai pengarah umat
yang ke jalan benar-benar sesuai yang isyaratkan dalam agama islam.
2. Tokoh agama sebagai panutan atau contoh teladan umat islam disekitar
dalam pengamalan ajaran agama islam, khususnya pada masyarakat desa
pokurumba.
3. Tokoh agama sebagai pengawas perilaku umat islam khususnya masyarakat
desa pokurumba yang ada sekitarnya agar tidak menyimpang atau
menyalahi ajaran agama islam.
Hal ini berarti keteladanan tokoh agama selain memiliki gelar
pendidikan formal, juga adanya pengakuan dari masyarakat yang dianggap
turut memastikan sebagai tokoh agama yang disandangnya di samping itu,
yang harus dimiliki oleh seorang tokoh agama adalah kemampuannya untuk
menjadi panutan dalam pengenalan ajaran agama islam sehari-hari. hal ini pun
tergantung pada penilaian masyarakat terhadap tokoh agama yang dinilai
sangat penting karena hal ini sangat menentukan upaya pembinaan kehidupan
beragama.
Tokoh agama juga merupakan sebutan dari ulama, pengertian ulama
yaitu berasal dari bahasa Arab, jama” (plural) dari kata alim yang berarti orang
yang mengetahui, orang yang berilmu. Ulama berarti para ahli ilmu atau para
ahli pengetahuan atau ilmuan. Pemakaian perkataan ini di indonesia agak
bergesar sedikit dari pengertian aslinya dalam bahasa arab.di indonesia, alem
diartikan seorang yang jujur dan tidak banyak bicara. Ulama-ulama yaitu
orang-orang yang tinggi dan dalam pengetahuannya tentang agama islam dan
menjadi contoh ketauladanan dalam mengamalkan agama itu dalam
kehidupannya.
9

Selanjutnya tokoh agama juga merupakan sebutan dari pengajar agama


(guru agama), golongan ini berasal dari rakyat biasa. Tetapi karena
ketekunannya belajar, mereka memperoleh berbagai ilmu pengetahuan. Tentu
ada perbedaan antara satu dengan yang lainnya tentang dalam dangkalnya
pengetahuan yang mereka miliki masing-masing, sebagai juga berbeda tentang
banyak sedikitnya bidang pengetahuan yang mereka kuasai.

Tokoh agama merupakan sebutan dari kyai. Pengertian kyai adalah


orang yang memiliki ilmu agama atau islam amal dan akhlak yang sesuai
dengan ilmunya.

Kyai adalah tokoh sentral dalam suatu pondok pesantren, maju


mundurnya pondok pesantren di tentukan oleh wibawa dan kharisma sang kyai
(Saiful Akhyar Lubis, 2007:169).

Tokoh agama adalah orang yang mempunyai ilmu lebih di bidang


agama dan dipercayakan untuk bisa memimpin masyarakat kearah yang lebih
baik lagi dalam bidang keagamaan atau perilaku keagamaan, jadi hubungan
kepemimpinan tokoh agama dengan perilaku keagamaan sudah jelas nampak
dari hadist dan literatur di atas mempunyai hubungan di mana dengan tugas
tokoh agama ialah sebagai pembawa misi, dalam artian bahwa seorang
pemimpin agama perlu menyadari bahwa amanah Allah Swt selalu ada di
pundaknya, kapan dan di manapun berada. Amanah harus dijaga baik-baik, dan
harus disampaikan kepada yang berhak menerimanya, karena amanah itu akan
dipinta pertanggung jawabnya, sebagai seorang pembawa misi seorang tokoh
agama selalu berdiri tegak dengan kepribadiannya yang utuh dengan ilmu yang
luas, dengan langkah yang pasti dengan penuh kebijaksanaan (Nunung
Marsini:24).

Seorang tokoh agama mampu menempatkan dirinya di tengah-tengah


masyarakat pada umumnya, kemudian akan mengambil tugas-tugas
kemasyarakatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dia akan menyadari
kelebihan dan kekurangan dirinya sebagaimana dia juga mengenal orang lain
10

dengan kelebihan dan kekurangannya. Adanya kelebihan dan kekurangan maka


akan senantiasa mengembangkan solidaritas dan memanfaatkan kelebihan yang
dimiliki untuk mencapai status sosial tertentu, dan kekurangan tersebut dia
akan sensntiasa berupaya menyempurnakan dan meningkatkan dirinya.
Kedudukan tokoh agama yang memegang peran penting dalam
masyarakat karena mereka dianggap sebagai orang yang mempunyai tingkat
yang lebih dan pengetahuan tentang agama dibandingkan dengan anggota
masyarakat lain. Oeh karena itu, mereka pada umumnya memiliki tingkah laku
yang patut dijadikan teladan dalam rangka pembinaan akhlak pada remaja
maupun masyarakat lain. Sebab mereka pada umumnya memiliki tingkah laku
yang patut dijadikan teladan dalam rangka pembinaan masyarakat yang damai
penuh persaudaraan dan saling menghargai maka akan tercipta manusia yang
berakhlak mulia.
Adanya kesadaran seorang tokoh agama akan kelebihan dan
kekuranagan akan menjadi mudah serta menjadi sarana yang penting dalam
meningkatkan kualitas anggota masyarakat secara keseluruhan. Selanjutnya
tokoh agama juga merupakan sebutan dari pengajar agama (guru agama), tetapi
karena ketekunannya belajar, mereka memperoleh berbagai ilmu pengetahuan.
Peran tokoh agama sebagai seorang pemimpin tidak hanya terbatas
pada penyampaian informasi/pengetahuan agama kepada warga masyarakat,
tetapi tokoh agama juga mempunyai tanggung jawab dalam membimbing dan
mengarahkan masyarakatnya serta mengetahui keadaan umatnya dengan
kepekaan untuk memperkirakan kebutuhan jamaahnya. Oleh karena itu, tokoh
agama yang mempengaruhi jiwa, keyakinan, dan pola pikir anak remaja.
Peran tokoh agama dalam masyarakat sangat berpengaruh besar untuk
menjadi panutan, terutama pada anak remaja. Kesempurnaan akhlak islam ini
tentunya tidak berarti apa-apa jika manusianya terutama umat islam tidak
melaksanakannya dalam tatanan kehidupan. Umat islam perlu berakhlak mulia
terlebih dahulu, sehingga menjadi teladan bagi umat manusia lainnya (Deden
Makbulah, 2012:154).
11

Kemudian, menjadi tokoh agama dalam masyarakat sangat berpengaruh


sebagai teladan maupun contoh untuk masyarakatnya. Untuk menjadi panutan
bagi remaja khususnya dan menjadi motivatorr mereka dalam banyak hal
kegiatan seperti remaja masjid di desa pokurumba.

Tokoh agama adalah Sejumlah orang islam yang karena pengaruhnya


begitu luas dan besar dalam masyarakat muslim baik pengetahuanya
perjuangan menegakkan syariat islam perilaku yang baik dan diteladani
maupun karismatiknya cukup disegani kepada masyarakat (Malik Bin Nabi,
1994:36).

Tokoh agama mempunyai fungsi tersebut, maka sebagai seorang yang


mampu dan mempunyai tanggung jawab tersebut harus melaksanakan
fungsinya di lingkungan masyarakat lebih utamanya pada remaja-remaja
masjid desa pokurumba. Karena untuk membina, membimbing serta
mengarahkan para remaja untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt
melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, selain itu kegiatan ini juga bertujuan
untuk mengajarkan kepada remaja agar lebih mencintai dan peduli terhadap
masjid dan lingkungannya pada desa pokurumba.

Peran tokoh agama dalam sistem sosial pada masyarakat desa


pokurumba membuat posisi para masyarakat atau ulama sebagai rujukan dalam
masalah kehidupan sehari-hari seperti urusan ibadah, pekerjaan, bahkan
urusan-urusan rumah tangga. Di dalam masyarakat desa pokurumba yang
kebanyakan menganut agama islam, tokoh agama merupakan salah satu
pemimpin yang mempunyai kedudukan sangat terrhormat dan berpengaruh
besar pada perkembangan masyarakat tersebut, tokoh masyarakat ini menjadi
salah satu pemimpin strategis dalam masyarakat karena, ketokohannya sebagai
pemimpin yang mempunyai pengetahuan luas dan mendalam mengenai ajaran
islam.

Dalam Al-quran Surah Al-Anbiyah’ Ayat 73, telah di isyaratkan bahwa


Allah Swt berfirman :
12

‫ٓا َء‬HHَ‫صلَ ٰو ِة َوِإيت‬


َّ ‫ت َوِإقَا َم ٱل‬ ۡ ‫َو َج َع ۡل ٰنَهُمۡ َأِئ َّم ٗة يَ ۡه ُدونَ بَِأمۡ ِرنَا َوَأ ۡو َح ۡينَٓا ِإلَ ۡي ِهمۡ فِ ۡع َل ۡٱل‬
ِ ‫خَي ٰ َر‬
َ‫وا لَنَا ٰ َعبِ ِدين‬ْ ُ‫ٱل َّز َك ٰو ۖ ِة َو َكان‬
Terjemahannya :
“Dan kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah kami dan kami wahyukan kepada
mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan salat dan menunaikan zakat,
dan hanya kepada kami mereka menyembah”.
Tokoh agama merupakan barisan terdepan dalam kehidupan
bermasyarakat. Karena sebagai tempat bertanya orang datang kepadanya
bukan hanya mencari jawaban terhadap masalah-masalah hukum agama
dalam artian sempit saja, tetapi juga untuk memperoleh jawaban pemecahan
masalah keseharian mereka, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun
dalam kehidupan bermasyarakat. Maka tidak mengherankan jika tokoh
agama menduduki posisi terhormat dan disegani ditengah-tengah
masyarakat muslim (Nourouzzaman Shiddiqi, 159)..
Jika kegiatan keagamaan dapat menimbulkan respon terhadap diri
seseorang, maka akan mucul dorongan untuk berperilaku agama, dan
sebaliknya, bila tidak ada kegiatan keagamaan maka tertutup kemungkinan
seseorang berperilaku agama. Tokoh agama atau pemimpin harus menjadi
panutan bagi masyarakat, orang tua maupun remaja agar dapat menciptakan
kepahaman dan suri tauladan dan bentuk perubahan yang baik.

Al-qur’an (2015:671), sebagaimana Allah Swt berfirman:

‫ُوا ٱهَّلل َ َو ۡٱليَ ۡو َم‬


ْ ‫َة لِّ َمن َكانَ يَ ۡرج‬ٞ ‫ُول ٱهَّلل ِ ُأ ۡس َوةٌ َح َسن‬
ِ ‫لَّقَ ۡد َكانَ لَ ُكمۡ فِي َرس‬
‫ٱأۡل ٓ ِخ َر َو َذ َك َر ٱهَّلل َ َكثِ ٗيرا‬:
Terjemahannya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS.Al-Ahzab
ayat 21).
13

Ayat di atas menjelaskan bahwa seorang pemimpin harus menjadi


suri tauladan yang baik dan akan di ikuti segala tingkah lakunya oleh
masyarakat atau pengikutnya dan menjadi contoh bagi masyarakatnya yang
melihat sehingga menjadi pemimpin harus menjaga wibawa dan tingkah
laku agar tidak menyebabkan perilaku yang tidak pantas di contoh bagi
masyarakat.
Hal yang perlu dipahami bahwa islam memang penuh dengan nilai,
namun, nilai-nilai dalam islam itu tidak ada yang berdiri sendiri. Semua
terkait satu dengan lainnya membentuk satu sistem islam. Di dalam sistem
islam, terdapatlah berbagai teori islam, yakni sekumpulan kaidah yang
menyangkut suatu aspek kehidupan tertentu. Oleh sebab itu, teori islam
yang satu akan berhubungan dengan teori islam yang lain karena suatu
aspek kehidupan itu akan berkaitan dengan aspek kehidupan lainnya.
Islam sebagai pengamalan adalah budaya manusia, bukan aturan
Allah Swt, namun respon manusia dalam menjalankan aturan Allah Swt
yang tertera dalam dien dan syari’at.

Sebagai pemimpin dan penuntun umat islam, memberikan


bimbingan kepada masyarakat muslim agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah Swt, serta memiliki akhlak yang mulia sehingga
kemakmuran, kesejahteraan, serta keadilan terwujud dalam kehidupan nyata
di masyarakat. Sebagai pemimpin kebenaran, karena seorang tokoh agama
merupakan orang yang memiliki atau mempunyai keunggulan dan kelebihan
dalam keagamaan. Hal tersebut disebabkan karena, tokoh agama sebagai
penegak kebenaran memiliki ilmu yang baik dalam mengeluarkan
pengetahuan dengan hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah agama
maupun arahan-arahan bagaimana bersikap dan bertingkah laku sesuai
dengan ajaran agama yang akan menciptakan keserasian dalam masyarakat.
Sebagaimana firman Allah Swt:

َّ ٰ ‫ َع‬HHH‫صلَ ٰو ۚ ِة ِإ َّن ٱهَّلل َ َم‬


َ‫بِ ِرين‬HH‫ٱلص‬ َّ ‫ ۡب ِر َوٱل‬HH‫ٱلص‬ ْ ُ‫ت َِعين‬HH‫ٱس‬
َّ ِ‫وا ب‬ ْ ُ‫ا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬HHَ‫ٰ ٓيََأ ُّيه‬
ۡ ‫وا‬HH
Terjemahannya :
14

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai


penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar,” (QS.Al-
Baqarah:153).

Seorang tokoh agama harus melaksanakan perilaku yang baik


terhadap kepada rakayat kebanyakan umat maupun kepada para pejabat dan
penguasa terutama kepada para pemimpin, karena sikap dan perilaku
mereka banyak berpengaruh terhadap masyarakat terutama pada generasi
muda. Hal ini menunjukkan bahwa tugas tokoh agama islam di masyarakat
hendaknya berperan sebagai panutan dan teladan bagi masyarakat sekitarnya
sebagaimana tujuannya.
Seorang tokoh agama adalah seseorang yang menggunakan kata-
kata dan perbuatan mereka untuk menyebarkan pesan islam, bahkan ketika
mereka sendirian. Mereka melakukan ini dengan kelompok serta melalui
institusi (Ali Aziz, Moh, 2012:75).

Dengan demikian, tokoh agama merupakan seseorang yang


memiliki banyak ilmu agama dan menjadi pemimpin dalam suatu
masyarakat untuk memberikan arah kehidupan yang baik sesuai dengan
ketentuan ajaran agama. Hal ini membantu untuk memastikan bahwa
masyarakat dapat mencapai kebahagiaan di akhirat.

Tokoh agama merupakan seorang yang mempunyai ibadah yang


kuat pada Allah Swt. Dengan istilah lain, orang yang menyampaikan nilai-
nilai dakwah pada masyarakat melalui perbuatan baik misalnya
mencontohkan yang baik, perilaku, dan pesan bagi masyarakat dalam
kehidupan kemasyarakatan.

Kegiatan keagamaan banyak sekali macamnya, baik yang sifatnya


regular ataupun temporer. Kegiatan rutin seperti salat jamaah, kultum, kajian
kitab yang dilaksanakan habis jamaah salat dhuhur, dan pengajian bulanan.
Kegiatan temporer seperti peringatan hari besar islam atau maulid Nabi
Muhammad, isra mi’raj, muharram dan kegiatan bulanan ramadhan.
15

Tokoh agama islam mempunyai peran yang sangat penting dalam


rangka menggerakkan kegiatan di masyarakat dalam sebuah kegiatan
agama. Keberhasilan tokoh agama dalam rangka menggerakkan remaja
dalam kegiatan-kegiatan keagamaan sangat ditentukan oleh kemampuan
atau gaya dari tokoh agama dalam memberikan contoh sebagai teladan, dan
sarannya dalam mempengaruhi warga masyarakaat atau juga sangat
ditentukan oleh tokoh agama dalam menggunakan kewenangan dalam
memimpin sebagai agama.

Adapun peran dari tokoh agama dalam mengatasi masalah-masalah


yang dihadapi oleh anggota masyarakatnya seperti kemiskinan, kejahatan,
masalah generasi muda dalam masyarakat modern, peperangan, pelanggaran
terhadap norma-norma masyarakat, masalah kependudukan dan masalah
lingkungan hidup.

Dengan demikian, tokoh agama dijadikan sebagai pembimbing dan


pemberi arahan dalam berbagai hal kegiatan keagamaan khususnya. Untuk
mewujudkan hal tersebut maka diperlukan interaksi, perhatian, dan
bimbingan yang benar-benar terprogram dengan baik dari tokoh agamanya.
Sehingga peranan para remaja, terutama remaja mesjid dapat terselenggara
untuk mencapai cita-cita oleh seluruh warga masyarakat, tentunya peran
utama yang dilakukan remaja mesjid adalah yang berhubungan dengan
ajaran islam. Peran tokoh agama sangat penting yaitu untuk memberi
dorongan, motivasi, dan interaksi sosial yang harus terjalin dengan baik,
untuk mewujudkan.
Berdasarkan dari uraian di atas, peran tokoh agama disini adalah
memberi rasa aman kepeda anggota masyarakatnya dan, kenakalan remaja
yang dapat mengganggu ketentraman masyarakat. Maka dalam hal ini tokoh
agama sangatlah berperan dalam keagamaan warganya dari hal-hal yang
dapat mengancam kehidupan mereka, seperti kenakalan remaja yang
sekarang ini sudah semakin banyak di lingkungan masyarakat di desa
pokurumba.
16

2. Pengamalan Nilai-Nilai Agama Pada Remaja Desa Pokurumba

Pengamalan dilihat dari segi bahasa berasal dari kata “amal” yang
berarti perbuatan yang baik maupun yang buruk, atau sesuatu yang dilakukan
dengan tujuan kebaikan tingkah laku, kata amal mendapatkan awalan “peng”
dan akhiran “an” menjadi pengamalan yang berarti hal, cara, atau proses kerja
(Js.Badudu, 1994:40).
Pengamalan adalah proses, cara, perbuatan mengamalkan,
melaksanakan, penerapan (WJS Poerdaminta, kamus besar KBBI 1985:33).
Menurut Djamaludin Ancok dimensi pengamalan menunjukkan pada seberapa
tingkatan muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yakni
bagaimana individu berelasi dengan dunianya terutama dengan manusia lain.
Salah satu bentuk peningkatan pengamalan agama, yaitu memacu
bidang pendidikan, atau upaya membentuk sumber daya manusia pintar,
cekatan, berilmu, mampu kreatif, yang terkait dengan peningkatan kemampuan
masyarakat dari sisi agama.
Nilai adalah sifat-sifat atau hal-hal yang penting berguna bagi
kemanusiaan. Nilai merupakan suatu yang ada hubungannya dengan subjek,
sesuatu yang dianggap bernilai jika pribadi itu merasa bahwa sesuatu itu
bernilai. Jadi nilai adalah suatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia
sebagai tingkah laku (Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI 2009:4).
Sedangkan agama adalah peraturan tuhan yang membimbing orang yang
berakal, dengan jalan memilihnya untuk mendapatkan keselamatan dunia
akhirat di dalamnya mencakup unsur-unsur keimanan dan amal perbuatan.
Agama juga diartikan sebagai kepercayaan kepada tuhan dengan mentaati
kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan itu. Jadi, yang
dimaksud dengan nilai-nilai agama adalah suatu kandungan atau isi dari ajaran
untuk mendapatkan kebaikan dunia akhirat yang diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Kemudian, menurut Milton dan James Bank sebagaimana yang dikutip
oleh Syafruddin, bahwa nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam
17

ruang lingkup sistem kepercayaan, di mana seseorang harus bertindak atau


menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak
pantas dikerjakan, dimiliki, dan dipercayai (Syafruddin, 2013:232).
Nilai-nilai islam memang seharusnya menjadi bagian dari pranata
keislaman. Dan tentunya pula, jadi secara normative lagi, ikut menentukan
seseorang dalam mengantisipasi dan memecahakan setiap persoalan yang
dihadapinya. Dalam tinjauan hubungan antara nilai-nilai dan tindakan, nilai-
nilai berfungsi sebagai pengontrol dan pengawas (lebih dominan) terhadap
tindakan, baik pribadi maupun kelompok. Meskipun begitu, kehati-hatian tetap
diperlukan untuk tidak brgitu saja menarik garis lurus antara sejumlah nilai
tertentu dengan seperangkat tindakan tertentu (Nurcholish Madjid,2000:5).
Remaja adalah pribadi yang sedang tumbuh dan berkembang menuju
kedewasaan (Mahdiah, 1999:206). Sedangkan menurut islam, remaja adalah
anak laki-laki atau perempuan yang sudah mukallaf. Remaja putri yang sudah
dinyatakan mukallaf adalah yang sudah baligh, yaitu yang sudah haid. Remaja
merupakan masa pertengahan antara anak-anak dan dewasa, biasanya pada usia
remaja antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun. Sedangkan islami adalah
perilaku yang mengikuti kaidah islam. Sehingga karakteristik remaja islami
dapat didefinisikan sebagai ciri-ciri remaja yang mengikuti kaidah islam.
Misalnya melaksanakan shalat lima waktu, menjaga lisan dan perbuatan serta
berbakti kepada orang tua.
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak hingga dewasa, fase
remaja tersebut mencerminkan cara berfikir remaja masih dalam berfikir
konkret, kondisi ini disebabkan ada masa terjadi suatu proses pendewasaan
pada diri remaja (Monks, 2008). Masa tersebut berlangsung usia 12 tahun
sampai 21 tahun. Dengan pembagian sebagai berikut :
a. Masa remaja awal umur 12-15 tahun
b. Masa remeja pertengahan umur 15-18 tahun
C Masa remaja akhir umur 18-21 tahun.
Dengan demikian, remaja islam berarti mulainya masa akil baligh,.
Keadaan fisik, kognitif (pemukiran) dan psikososial (emosi dan
18

kepribadian) remaja berbeda dengan keadaan pada tahap perkembangan


lain. Karena sudah baligh, mereka menanggunng kewajiban beribadah
wajib. Kewajiban menunaikan ibadah wajib ini ditunjang oleh perubahan
raga yang makin menguat dan membesar, dan perubahan taraf berfikir
mereka. Namun kematangan organ internal tubuh mereka tidak serta mereka
membuat mereka lebih matang perasaan dan pemikirannya.
Remaja merupakan salah satu alternatif pembinaan dan
pentarbiyahan remaja yang baik. Melalui organisasi ini, mereka memperoleh
pembelajaran islam, serta dapat mengembangkan kreativitas. Melalui
organisasi ini pula para pengurus dan anggotanya mendapatkan pembinaan
agar beriman, berilmu, dan beramal, dalam rangka mencapai keridhaan
Allah Swt.
Masa remaja adalah stasium dalam siklus perkembangan anak.
Rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria (Djamarah, Syaful Bahri,
2002:107). Masa remaja dikenal dengan masa pencaharian jati diri.
Kekaburan identitas diri menyebabkan remaja berada pada persimpangan
jalan, tak tahu mau kemana, dan jalan mana yang akan ditempuh. Masa
remaja atau pemuda adalah masa yang menentukan. Menentukan hari
depannya, kehidupannya, kehidupan keluarganya.
Pada masa remaja, remaja mungkin menjadi lebih antusias dalam
beribadah karena merasa takut. Semakin banyak dosa, semakin banyak
ibadah, semakin sedikit rasa bersalah atau dosa dan semakin sedikit pula
dalam beribadah. Oleh karena itu, ibadah remaja tampaknya hanya
menenangkan pikiran yang bermasalah karena mereka merasa bersalah dan
kalah dalam menghadapi dorongan untuk mengikuti pergaulan. Hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam surah Al Ma’arij ayat 19-20:
ٗ ‫ق هَلُوعًا ِإ َذا َم َّسهُ ٱل َّشرُّ َج ُز‬
‫وعا‬ َ ‫۞ِإ َّن ٱِإۡل ن ٰ َسنَ ُخ ِل‬

Terjemahan :
19

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat suka mengeluh, apabila


dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah”.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja, maka pendidikan
harus diberikan pada remaja agar dapat menjadi bekal dan kendali dalam
kehidupannya, yaitu:
a. Masalah keimanan
Keimanan adalah salah satu masalah yang pokok dalam penggerak
tingkah laku seseorang, tanpa keimanan dalam kehidupan tidal mengenal
batas yang tercermin dalam penyimpanan ajaran agama.
Untuk menanamkan keimanan kepada remaja, orang tua dituntut
untuk membimbingnya sejak kecil. Sebab, jika hal ini diberikan kepada para
remaja akan dirasakan manfaatnya dalam keimanan setelah usia anak remaja
atau dewasa sampai tua.

b. Masalah ibadah
Ibadah merupakan manifestasi iman, kedua hal ini merupakan faktor
penting dan tidak dapat dipisahkan. Tentunya bila seseorang hanya
melakukan salah satunya, berarti hidupnya tidak sempurna. Ibadah yang
dimaksudkan disini adalah sebagaimana dalam rukun islam yaitu:
1. Mengucapkan dua kalimat syahadat
2. Mendirikan salat
3. Melaksanakan puasa ramadhan
4. Membayar zakat
5. Mengerjakan haji bagi yang mampu (K.H.Imam Zarkasy, 1993:11).

c. Masalah tingkah laku


Tingkah laku atau akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara
baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela, tentang perkataan
manusia lahir dan batin (Hamzah Ya’kub, 1978:11).

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa tingkah laku


atau akhlak merupakan wujud dari kepribadian seseorang apakah
20

perbuatannya termasuk tingkah laku yang baik atau yang buruk atau
sebaliknya. Maka, remaja seharusnya dituntut untuk berbuat sesuai dengan
etika agama islam. Sejalan dengan itu, supaya dalam kehidupan
bermasyarakat, khususnya kalangan remaja, tidak terjadi kerusakan moral,
maka sangat penting jika remaja memiliki tingkah laku sesuai dengan ajaran
islam.
Oleh karena itu, peran orang tua dalam lingkungan keluarga, peran
guru dalam sekolah dan masyarakat sekitar dalam lingkungan harus bisa
membumikan tentang sosok Nabi Muhammad Saw sebagai tokoh agama
bagi kaum remaja, baik segi akhlak, kecerdasan, penyampaian dakwahnya,
kerja samanya, dan lain sebagainya, yang mana salah satu ciri dari sifat
remaja itu adalah suka mengikuti tokoh idamannya.

Begitu pentingnya faktor keterikatan yang kuat antara orang tua dan
remaja dalam menentukan arah perkembanagan remaja, maka orang tua
senantiasa harus menjaga dan mempertahankan keterikatan ini. Untuk
mempertahankan keterikatan atau kedekatan orang tua harus membiarkan
mereka bebas berkembang. Dengan kata lain, bahwa ketika remaja
menuntut ilmu, maka orang tua yang bijaksana harus melepaskan kendali
dalam bidang-bidang di mana remaja dapat mengambil keputusan-
keputusan yang masuk akal, di samping terus memberikan bimbingan untuk
mengambil keputusan-keputusan yang masuk akal, pada bidang-bidang di
mana pengetehuan anak remajanya untuk terbatas.

Pada masa kanak-kanak ada beberapa ciri yang menandainya


sehingga menjadi jelas kedudukannya, yaitu ia belum dapat hidup mandiri,
belum matang dan segala segi, tubuh masih kecil, organ-organ belum dapat
menjalankan fungsinya secara sempurna, kecerdasan, emosi, dan hubungan
sosial belum selesai pertumnbuhannya. Hidupnya masih tergantung pada
orang dewasa, belum dapat diberi tanggung jawab, atas segala hal. Dilihat
dari tubuhnya, masa remaja kelihatan seperti orang dewasa, jasmaninya
telah jelas berbentuk laki-laki atau wanita, organ-organnya telah dapat
21

menjalankan fungsinya. Dan dari segi lain dia sebenarnya belum matang,
segi emosi dan sosial masih memerlukan waktu untuk berkembang menjadi
dewasa, kecerdasannya mengalami pertumbuhan mereka ingin berdiri
sendiri akan tetapi belum mampu bertanggung jawab dalam soal agama. :

3. Cara Meningkatkan Pendidikan Akidah Pada Remaja


Ada beberapa cara untuk meningkatkan pendidikan akidah pada remaja
yaitu :
a. Dekatkan mereka dengan kisah-kisah atau cerita yang mengesahkan
karena alquran sendiri memiliki banyak kisah inspiratif yang semuanya
meningkatkan nilai ketauhidan. Orang tua mesti sadar bahwa anak saat
ini adalah target dari kekuatan akidah. Oleh karena itu, tahapan dalam
menguatkan akidah harus benar-benar kita utamakan.
b. Ajak anak mengaktualisasikan akidah dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila anak belum baligh, maka aktualisasi akidah ini bisa dilakukan
dengan mengajak anak ikut mendirikan salat. Sesekali kita kenalkan
dengan masjid, majelis taklim, dan sebisa mungkin ajak mereka untuk
senantiasa mendengar bacaan alquran dari lisaan kedua orang tuanya.
Apabila anak perempuan, maka mewajibkan mereka berjilbab mensjadi
satu keniscayaan dan, itu adalah bagian dari aktualisasi akidah.
c. Mendorong anak untuk serius dalam menuntut ilmu pada orang yang
dianggap bisa membantu. Orang tua tidak boleh merasa cukup dengan
hanya menyekolahkan anaknya. Untuk itu, orang tua mesti memiliki
kesungguhan luar biasa dalam hal ini.

4. Cara Meningkatkan Pendidikan Ibadah Pada Remaja

Adapun cara meningkatkan atau melaksanakan ibadah pada remaja


tersebut memerlukan persiapan dalam lahir maupun batin, agar dalam
melaksanakan ibadah di dalam agama islam setiap waktu kewaktu maka akan
semakin meningkat dan di dalam menjalankan atau melaksanakan ibadah ini
ada beberapa upaya yaitu:
22

a. Shalat tepat waktu


Saat di rumah terntu lebih banyak waktu luang, sehingga saat ini sangat
tepat untuk melatih diri salat tepat waktu. Hal ini juga akan meningkatkan
disiplin diri. Membiasakan salat tepat waktu dapat menjadi awal untuk di
siplin dengan hal lainnya.
b. Membaca al’quran
Jika sebelumnya mungkin jarang membaca al’quran, maka saat lebih
banyak di rumah adalah waktu yang tepat untuk membiasakannya lagi,
mulai dari 1 ayat perhari, kemudian bisa ditingkatkan lagi seterusnya.
c. Perbanyak berdoa dan mohon ampun kepada Allah Swt
Saat di rumah banyak waktu yang bisa digunakan untuk intropeksi diri.
Coba untuk evaluasi diri kemudian berdoa dan memohon ampun kepada
Allah Swt dan senantiasa bisa tingkatkan diri.
d. Perbanyak zikir dan sholawat
Zikir dan sholawat akan membantu kita mengingat Allah Swt. Demikian
juga, insyaallah hati kita akan jatuh lebih damai dan tenang.
e. Sedekah
Meskipun di rumah bukan berarti tidak bisa bersedekah. Salah satunya
memungkinkan bersedekah secara online. Jdi walau tetap di rumah bisa
tetap memupuk pahala sedekah.
f. Membaca kisah para nabi
Membaca dan meresapi kisah para nabi sangat bermanfaat bagi kita.
Karena, kita dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah para nabi juga
kita bisa mencontoh sifat dan sikap baik yang merek contohkan agar
dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Cara Meningkatkan Pendidikan Akhlak Pada Remaja


Adapun cara meningkatkan pendidikan akhlak pada remaja yaitu
sebagai berikut:
a. Pemberian terladan yang baik dari orang tua. Sebab, orang tua akan
menjadi contoh utama yang anak-anak temui setiap hari.
23

b. Mengajak anak beraktivitas bersama orang tuanya. Menurut imam


syafi’i adalah seorang anak yang usianya telah mencapai 7 tahun dan
bisa membedakan baik buruk dalam dirinya. Pada masa ini, seorang
anak sudah bukan lagi anak kecil. Artinya mengajaknya beraktivitas
bersama orang tua akan membantu memenuhi kebutuhan sesuai yang
diketahuinya.
c. Memberikan penilaian terhadap apa yang anak lakukan. Dari sanalah
anak bisa memahami mana yang baik dan mana yang buruk untuk dia
lakukan. Demikian pula, ketika mereka melakukan sesuatu yang baik
dan positif, orang tua bisa memberikannya penghargaan dan pujian
agar mereka bangga terhadap dirinya ketika melakukan kebaikan.
d. Tanamkan nilai-nilai kebaikan di tengah keluarga. Oleh sebab itu,
orang tua harus memberikan pemahaman kepada sang remaja untuk
berlaku jujur, amanat, menepati janji, lemah lembut, dan santun.
Dalam hal ini, orang tua bisa memberikan teladan yang baik untuk
mereka. Selain itu, arahkan mereka untuk membaca buku kisah-kisah
teladan Nabi maupun kehidupan sahabat. Tentunya dengan begitu
diharapkan mereka bisa memetik pelajaran dari buku yang dibacanya.

B. Definisi Operasional
Peran merupakan suatu rangkaian harapan kepada individu untuk
berperilaku serta bertindak dalam situasi tertentu yang didasari oleh fungsi dan
status sosialnya (Abu Ahmadi, 2014). Kemudian, menurut Soerjono Soekanto,
peran merupakan hal yang dinamis dalam sebuah posisi sosial, disaat individu
atau pihak tersebut melakukan kewajiban serta tupoksinya sesuai dengan posisi
dan wewenangnya, maka hal itu disebut sebagai usaha menjalankan suatu
peran.
Tokoh agama islam dalam menjalankan tugas tanggung jawabnya harus
memiliki keahlian manajer dan kepemimpinan. Keahlian manajer dan
kepemimpinan merupakan dua peran yang berbeda. Manajer yang baik adalah
seseorang yang mampu menangani organisasi ahli perencanaan, ahli strategi
24

dan operasional yang jujur, mampu memberikan arahan kepada masyarakatnya


dengan cara mengevaluasi secara valid. Pemimpin yang efektif mampu
membangun motivasi staf, menentukan arah menangani perubahan secara
benar, dan menjadi katalisator yang mampu mewarnai sikap dan perilaku staf.
Keahlian manajer dan kepemimpinan bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat
dipisahkan, karena tanpa keahlian manajer tokoh agama islam akan kesulitan
meneningkatkan kerja rasional yang didasari oleh nilai-nilai agama pada
remaja desa pokurumba. Dan sebaliknya, tokoh agama islam tanpa keahlian
kepemimpinan maka lambat laun masyarakat di desa pokurumba akan
kehilangan pamornya karena, tidak ada orang yang dijadikan rujukan, memberi
motivasi, dan menentukan arah masyarakat.
Seorang tokoh agama islam harus menetapkan jadwal khutbah atau
Caramah di masjid, namun juga keseluruhan kegiatan yang saling terkait untuk
meningkatkan pengamalan nilai-nilai agama. Kemudian, proses pernggerakan
dan Pengawasan yang dilakukan oleh tokoh agama islam.
Nilai-nilai agama islam pada hakikatnya adalah kumpulan dari prinsip-
prinsip hidup, ajaran-ajaran bagaimana manusia seharusnya menjalankan
kehidupannya di dunia ini, yang satu prinsip dengan lainnya saling terkait
membentuk satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan.
Remaja merupakan masa di mana peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa, yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai
persiapan memasuki masa dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi
aspek fisik, psikis, dan psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode
dari perkembangan manusia.

C. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan perbandingan dan
acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini.
Maka dalam kajian pustaka ini peneliti mencantumkan hasil-hasil penelitian
terdahulu sebagai berikut:
25

1. Hasil penelitian Miki Epan Saputra (2021)


Penelitian Miki Epan Saputra (2021), berjudul “Pengamalan Nilai-Nilai
Keagamaan Pada Remaja Di Desa Bunga Melur Kecamatan Semidang
Gumai Kabupaten Kaur”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Pengamalan Nilai-nilai keagamaan remaja terutama dalam nilai akhlak dan
ubudiyahnya di Desa Bunga Melur Kecamatan Semidang Gumai Kabupaten
Kaur, dan untuk mengetahui faktor pendukung Dan Penghambat dalam
pengamalan nilai-nilai keagamaan remaja di Desa Bunga Melur Kecamatan
Semidang Gumai Kabupaten Kaur.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa,
tokoh agama berupaya menjadi penggerak untuk mendorong remaja agar
memiliki kesadaran dan perilaku agama yang baik dan menjadi panutan bagi
remaja, terutama dari pengaruh negatif merusak akhlak. Tokoh agama
bersama masyarakat berupaya menyediakan fasilitas dan kegiatan-kegiatan
positif bagi remaja.
2. Hasil penelitian Taufik Syaifullah (2022)
Penelitian Taufik Syaifullah 2022, berjudul “Strategi Tokoh Agama
Dalam Upaya Memakmurkan Madrasah Diniyah Ta’miliyah di Masjid Taqwa
Kepahiang Pada Masa Covid-19”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
strategi kepemimpinan tokoh agama dalam memakmurkan Madrasah Diniyah
Ta’Miliyah di Masjid Taqwa kepahiang pada masa pandemi covid-19 dan
penerapan strategi tokoh agama dalam memakmurkan Madrasah Diniyah
Ta’miliyah Masjid Taqwa kepahiang Dalam Masa Pandemi Covid-19.
Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa, dalam kegiatan
belajar mengajar tokoh agama serta guru memiliki strategi agar dalam belajar
mengajar tidak terlalu menimbulkan banyak kerumunan yaitu dengan cara
membagi waktu belajar yang biasanya hanya belajar di sore hari dibagi menjadi
dua waktu yaitu pada waktu pagi dan sore agar membuat madrasah ini menjadi
efektif dalam proses belajar mengajar.
3. Hasil penelitian Siti Nurjanah (1441 H/2020 M)
Penelitian Siti Nurjanah 1441 H/2020 M, dengan judul “Peran
26

Tokoh Agama Dalam Membina Kegiatan Keagamaan Remaja Islam Masjid


(RISMA) di Desa Sritejo Kencono Kota Gajah Lampung Tengah”
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran-peran apakah yang di
lakukan tokoh agama dalam membina kegiatan keagamaan remaja islam
masjid (RISMA) di Desa Sritejo Kencono Dusun III Kota Gajah Lampung
Tengah. Dan untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat
peran tokoh agama dalam membina kegiatan keagamaan remaja islam
masjid ( RISMA).
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan penulis dapat
menyimpulkan bahwa peran tokoh agama dalam membina kegiatan
keagamaan remaja islam masjid saat ini masih kurang baik, karena
perannya dalam membina kegiatan keagamaan remaja ioslam masjid belum
terealisasi secara baik. Karena peran yang dilaksanakan masih hanya
sekedar mengajarkan hal-hal positif yang dilaksanakan secara langsung
dalam kegiatan sehari-hari selama ini.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian empirik atau penelitian lapangan,
karena peneliti terjun langsung ke lapangan secara utuh. Terlibat dengan
responden dan merasakan apa yang mereka rasakan sekaligus mendapatkan
gambaran yang komprehensif tentang situasi setempat. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian lapangan (Conny R. Semiawan, 2010:9).
Penelitian lapangan ialah penelitian yang berproses dengan melihat secara
lebih mendetail terkait suatu golongan sosial dengan cara-cara tertentu untuk
mendapatkan deskripsi yang teratur dengan benar dari itu, peneliti sudah
seharusnya melaksanakan penelitian secara langsung dengan mengamati objek
dalam penelitian, sehingga peneliti dapat mengadakan wawancara terhadap
objek penelitian terkait untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian (Lexy J Meleon, 206).
Peneliti seharusnya mampu mengungkap sebuah gejala sosial yang ada
di lapangan dengan mendayagunakan fungsi indrawinya untuk mengungkap
data melalui tutur bahasa, bahasa tubuh, serta perilaku dan ungkapan yang
berkembang di lingkungan responden. Peneliti harus mampu memahami situasi
kondisi sosial kemasyarakatan yang ada di lokasi penelitian guna
memudahkan peneliti melalukan penelitian (Nurhidayat, 2013).
Dalam melaksanakan pendekatan penelitian diperlukan metode secara
terencana, terstruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu baik praktis
maupun teoritis. Metode penelitian ilmiah jika sesuai dengan permasalahan
yang diteliti mampu menemukan data yang relevan dan dapat dipercaya.
Pendekatan penelitian yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan atau
penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk
mengerti gejala sentral tersebut meneliti telah mewawancarai partisipan
dengan mengajukan pertanyaan yang umum dan agak luas. Informasi yang

27
28

disampaikan oleh partisipan kemudian dikumpulkan, Informasi tersebut berupa


kata atau teks. Data yang berupa kata-kata atau teks tersebut kemudian
dianalisis. Hasil analisis berupa penggambaran atau deskripsi dalam bentuk
tema-tema. Dari data-data itu peneliti membuat interpretasi untuk menangkap
arti yang terdalam. Hasil akhir dari penelitian kualitatif dituangkan dalam
bentuk laporan tertulis. Oleh karena itu, penelitian kualitatif sangat
dipengaruhi oleh pandangan, pemikiran dan pengetahuan peneliti karena data
tersebut diinterpretasikan oleh peneliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian yang menjadi tempat pelaksanaan penelitian ini
sebagai lokasi penelitian karena berdasarkan pengamatan peneliti, terkait
dengan nilai-nilai agama yang perlu diperhatikan dan dijalankan dengan
penjelasan agama islam, Kemudian yang dilakukan oleh peran tokoh agama
islam di tengah masyarakat desa pokurumba. Lokasi penelitian juga
memungkinkan peneliti mendapatkan informasi terkait pada nilai-nilai agama
yang ada di desa pokurumba.
Waktu penelitian merupakan jangka yang peneliti gunakan untuk
kepentingan penelitian. Dalam melakukan penelitian ini waktu yang digunakan
penulis adalah sejak pengajuan judul pada bulan Januari 2023 sampai selesai.

C. Sumber Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data kualitatif atau data
yang terdiri atas kata-kata atau deskriptif. Data kualitalif ini didapatkan
dengan beragam teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan
dokumentasi (Sandu Siyoto dan Ali Sodik, 2015). Data dalam kemasan lain
yaitu berupa hasil pengambilan gambar.
Sumber data yaitu segala uraian yang didapatkan dari orang lain ataupun
dari berkas-berkas. Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian
yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder (Ardial, 2014). Sumber data
dalam penelitian kualitatif adalah berupa kata-kata dan tindakan serta adanya
29

dokumen-dokumen yang dianggap perlu dan lainnya. Selain itu, data-data


dalam penelitian ini juga berasal dari para informan yang dapat dipercaya
dengan penjelasan yang rinci mengenai fokus penelitian. Dalam penelitian ini,
informan ialah orang-orang yang terkait dengan nilai-nilai agama yang
dilakukan oleh tokoh agama islam, seperti imam masjid, staf pengurus masjid,
serta remaja masjid di desa pokurumba.
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian (Lexi J. Meleong 2001:45).
Dalam penelitian ini orang yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk
menjadi sumber data serta mengetahui permasalahan yang akan dikaji adalah
tokoh agama islam terhadap peningkatan pengamalan nilai-nilai agama pada
remeja desa pokurumba.
a. Data Primer
Sumber data primer ialah sumber data yang diperoleh melalui
masyarakat tentang suatu informasi dari suatu pihak terkait masalah yang
sedang diteliti. Data primer ialah bagian kasus, baik berupa orang, barang,
binatang atau yang lainnya, yang menjadi subjek penelitian sebagai sumber
informasi pertama dalam menghimpun data penelitian. Artinya, data yang
diperoleh merupakan hasil pengamatan langsung ke lapangan. Sumber data
yang dilampirkan dalam penelitian ini, ialah melalui imam masjid, staf
pengurus masjid yang menjalankan perannya sebagai tokoh pendidikan
agama islam di desa pokurumba.
b. Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang didapatkan dari hasil bacaan literatur
atau buku serta bahan dari pustaka (P.Joko Subagyo, 2004). Data sekunder
yang dipakai di dalam penelitian ini ialah skripsi, serta dokumen lainnya
yang berkesinambungan dengan permasalahan yang akan diteliti, seperti
literatur terkait dengan peningkatan nilai-nilai agama yang dilaksanakan
oleh tokoh agama islam di desa pokurumba.
30

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data ialah semua hal yang terkait dengan seperti
apa atau cara apa data dapat dikumpulkan. Adapun pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan tiga teknik, yaitu: wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
1. Wawancara
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interviw
di mana dalam pelaksanaanya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara
terstruktur. Tujuan dari ini adalah untuk menemukan permasalahan serta
lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan
ide-idenya (Sugiyono, 231). Kemudian, yang menjadi responden dalam
penelitian ini ialah, imam masjid, kepala desa, staf pengurus masjid, di desa
pokurumba dan segala pihak yang terkait dengan tokoh agama islam.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlagsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan
tokoh agama, yang sedang memberikan pengarahan kepada masyarakat
(Sukmadinata, 220). Adapun kegiatan yang peneliti observasi atau kegiatan
yang diamati adalah peran tokoh agama islam terhadap peningkatan
pengamalan nilai-nilai agama pada remaja desa pokurumba.
Observasi dilaksanakan di lingkungan desa pokurumba dalam hal
meningkatkan nilai-nilai agama pada remaja. Kemudian dalam penelitian
ini, juga menggunakan teknik observasi untuk menganalisis hal-hal terkait
dengan pengurus masjid khususnya tokoh agama islam di desa pokurumba.
3. Dokumentasi
Dokumentasi ialah teknik mengumpulkan data yang diperoleh
melalui beragam dokumen dan literatur lain sebagai bahan telaah dalam
penelitian. Teknik ini ialah suatu teknik mengumpulkan data yang bertujuan
menghadirikan catatan penting yang berkaitan dengan suatu permasalahan
yang diteliti, maka akan didapatkan yang menyeluruh, dan berdasar pada
31

data atau fakta lapangan. Dokumentasi yang digunakan peneliti dalam


penelitian ini adalah berupa data dari tokoh agama, data pengamalan, dan
data remaja, dan sebagainya dianggap penting dalam menunjang
kelengkapan informasi yang dibutuhkan peneliti dalam penelitian ini.

E. Validitas dan Reliabilitas Data


Validitas data adalah kebenaran dalam penelitian, di mana kebenaran
data dalam penelitian itu sangat diperlukan agar hasil penelitian tersebut benar-
benar dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Untuk lebih jelasnya,
dengan menggunakan berbagai sumber data untuk memperoleh data yang sama
supaya lebih meyakinkan kebenaran data tersebut. Jadi data dan informasi yang
diperoleh dapat diuji dan dicocokkan dari data informasi yang lain. Dengan
demikian, peneliti menggunakan beberapa sumber data atau mewawancarai
beberapa orang untuk memperoleh data yang benar.
Reliabilitas data adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel.
F. Teknik Analisis Data
Aanalisis data adalah suatu proses untuk mengatur aturan data,
mengorganisasikan ke dalam suatu pola kategori dan suatu uraian dasar
sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono, mengemukakan bahwa analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Sesuai dengan metode
yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik analisis data yang peneliti
gunakan adalah analisis deskriptif kualitatif/non statistik atau analisis isi
(Sugiyono,2007:24
32

DAFTAR RUJUKAN

Rofoq, A. 2018. Upaya Tokoh Agama Dalam Menangani Remaja Berperilaku


Agresif di Desa Wates Kecamatan Undaan, Kabupaten kudus. Skripsi. UIN
Walisongo Semarang. Hlm.22.
Rasyid, Hamdan. 2007. Bimbingan Ulama; Kepada Umara dan Umat. Jakarta:
PuatakaBeta,hal.22.
Syamsu Yusuf 2008, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT
RemajaRosdakarya),hlm.184.
Syamsir 2014, Organisasi dan Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya, Perubahan
dan Organisasi) (Bandung:Alfabeta).
Zulmaron, M.Noupal, Sri Aliyah, Jsa Vol 1 No 1 2017,“Peran Sosial Keagamaan
Remaja Masjid Dikelurahan Pipa Reja Kec. Kemuning Palembang”.
Soerjono Soekanto 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta:Raja Grafindo
Persada) hlm.278.
Faisal Ismail 1997, Paradigma Kebudayaan Islam, Studi Kritis dan Refleksi
Historis (Jokjakarta: Titian Ilahi Pres), h.28.
Muh Ali Azizi 2004, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana). Hlm.75.
Taib Tahir Abd Muin 1996. Membangun Islam. Bandung, PT. Rosda Karya, H.3
Saiful Akhyar Lubis 2007, Konseling Islami Kyai dan Pesantren (Yokyakarta:
Elsaq Press), Hlm.169.
Hamdan Rasyid 2007, Bimbingan Ulama; Kepada Umara dan Umat (Jakarta:
Pustaka Beta, Hlm.18.
Deden Makbulah 2012, “Pendidikan Agama Islam Arah Baru Perkembangan
Ilmu dan Kepribadian Di perguruan Tinggi” Raja Grafindo Persada.
Hal.154.
Malik Bin Nabi, 1994. Membangun Dunia Baru Islam. (Bandung, Mizan), h.36.
Nourouzzaman Shiddiq, Jeram-Jeram Peradaban Islam, (Yokyakarta:Pustaka
Pelajar). Hlm.159.
33

Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV


Diponegoro, 2015), h.671.
Ali Aziz, Moh. 2012. Ilmu Dakwah : Edisi Revisi, (Jakarta: Prenadamedia Group),
hlm.75.
Js.Badudu 1994, Kamus Umum bhs. Indonesia, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan. H.
40.
WJS Poerdaminta 1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.
h.33.
Iman, Tarbiyatuna 2009. Magelang: (Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Magelang). Hlm.4.
Syafruddin 16 Desember 2013, “Orientasi Pendidikan Agama Islam Di sekolah
Umum”, Lentera Pendidikan, h.232.
Nurcholish Madjid 2000, Masyarakat Religius (Jakarta : Paramadina), hlm. 5.
Elizabeth B. Hurlock 1999, Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekat
Sepanjang Rentang Kehidupan, terj. Istiwidayanti dan Soerdjarwo, (Jakarta:
Erlangga), h.206.
Monks 2008.
Djamarah, Syaful Bahri 2002. Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta. h. 107.
K.H. Imam Zarkasy 1993, Pelajaran Fiqih 1, (Gontor), hlm.11
Hamzah Ya’kub 1978, Etika Islam, (Jakarta : PT Publicita), hlm.11
Syamsir 2014, Organisasi dan Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya dan
Perubahan Organisasi) (Bandung: Alfabeta).
Conny R. Semiawan 2010, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya (Jakarta: Grafindo), hlm.9.
Lexy J Moleong 2006, Metode Penelitian Kualitatif, VIII (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya).
Nurhidayat 2013, Metode Penelitian Dakwah (Makassar: Alaudin University Pres).
Sandu Siyoto dan Ali Sodik 2015, Dasar Metodologi Penelitian (Yokyakarta:
Literasi Media Publishing)
34

Ardial 2014, Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi (Jakarta: PT BUMI


AKSARA).
Lexi J. Meleong (2001). Hlm.45.
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik.
Sugiyono. Metodologi Penelitian Pendidikan. h.231.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, h.220.
Sugiyono 2007, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan RdD (Bandung:
Alfabeta),Hlm.244.

Anda mungkin juga menyukai