Anda di halaman 1dari 18

1

PERAN PEMBINA REMAJA DALAM


MEMBANGUN SPIRITUALITAS REMAJA DI
JEMAAT GMIM BETLEHEM RANOTANA
WERU WILAYAH MANADO SELATAN SATU

Putri Victory Kalengkongan1 Marhaeni L Mawuntu2

Teologi Kristen Protestan Fakultas Teologi, Universitas Kristen


Indonesia Tomohon Yayasan GMIM Dominee Albertus
Zakarias Runturambi Wenas

victoryputry@gmail.com

Abstrak

Skripsi ini membahas mengenai, Peran pembina remaja dalam


membangun spiritualitas remaja di jemaat GMIM Betlehem
Ranotana Weru, mencari tahu apa yang dilakukan oleh pembina
remaja dan bagaiaman desain penatalayanan di jemaat GMIM
Betelehem guna membangun spiritualitas remaja. Kemudian
dalam penelitian ini, menggunakan metode penelitian kualitatif,
untuk mengkaji hasil penelitian di lapangan dan mengkaji
beberapa hal yang terangkum dalam masalah-masalah yang ada.
Hasil yang diperoleh dari tulisan ini untuk membuat pembina
remaja di jemaat GMIM betlehem mengetahui tentang
pentingnya perannya dalam membangun spiritual remaja, dan
juga untuk membangun spiritual anak remaja agar supaya mereka
dapat hidup di jalan yang benar dengan berpegang pada Firman
Tuhan, agar supaya mereka menjadi generasi penerus-penerus
gereja yang benar-benar melakukan perintah Tuhan dan menjadi
teladan di tengah-tengah banyak orang.

Kata kunci : Pembina remaja; Remaja; Spiritualitas.


2

The Role of Teenagers builder in Building Youth


Spirituality in GMIM Bethlehem Congregation Ranotana
Weru One Region South Manado

Abstract

This thesis discusses the role of youth coaches in building youth


spirituality in the GMIM Bethlehem Ranotana Weru
congregation, finding out what youth coaches do and how to
design stewardship in the GMIM Betelehem congregation to
build youth spirituality. Then in this study, using qualitative
research methods, to examine the results of research in the field
and examine some of the things that are summarized in the
existing problems. The results obtained from this paper are to
make youth coaches in the Bethlehem GMIM congregation know
about the importance of their role in building the youth's
spirituality, and also to build the youth's spirituality so that they
can live on the right path by holding on to the Word of God, so
that they become the next generation. church successors who
truly do God's commandments and become role models in the
midst of many people.

Keywords : Teenager Builder; Teenagers; Spiritual

PENDAHULUAN
Remaja adalah bagian dari gereja, yang merupakan bagian
terpenting dalam gereja, dimana mereka adalah penerus-penerus
masa depan gereja. Masa remaja bisa dikatakan kunci sukses
dalam memasuki tahap kehidupan manusia selanjutnya karena
pada masa remaja inilah manusia menjadi sangat kristis dan
sangat rentan, karena jika pada usia remaja dia gagal
kemungkinan besar akan sangat berpengaruh bagi tahap
kehidupanya selanjutnya. Di sisi lain jika di usia remaja diisi
3

dengan hal-hal positif atau hal-hal yang membangun spiritualitas


mereka, maka besar kemungkinan remaja tersebut akan
mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan hidupnya. Maka dari
itu pembentukan spiritual bagi anak remaja sangat penting,
terutama bagi remaja Kristen.
Di dunia yang sudah semakin canggih ini, tidak sedikit
kejadian yang kita lihat baik itu di TV, di media sosial bahkan
pun di lingkungan sekitar kita bahwa anak remaja gagal dalam
melewati masa remajanya. Contohnya anak remaja terlibat dalam
pergaulan yang membawa mereka dalam kegagalan seperti sex
bebas, hamil diluar nikah, pernikahan dini dan lain sebagainya.
Seharusnya di masa ini mereka masih menjadi seorang anak
remaja yang bersekolah, bergaul dan bermain bersama teman
teman mereka, akan tetapi karena pergaulan yang salah mereka
di tuntut untuk membangun sebuah rumah tangga ataupun
mengurus seorang anak. Apalagi anak usia remaja di jaman
sekarang termasuk dalam kategori Generasi Z, dimana mereka
lahir dan hidup di era teknologi mulai berkembang, sehingga
tidak bisa terlepas dari ponsel pintar dan internet, sehingga
dengan perkembangan teknologi yang sudah semakin canggih
memberikan juga beberapa dampak negatif lewat perkembangan
teknologi tersebut contohnya kecanduan game online, cyber
bullying dan lain sebagainya.
Tentunya hal ini menjadi tantangan bagi orang tua untuk
membimbing anak mereka untuk hidup dijalan yang benar.
Bukan hanya orang tua, dalam kehidupan bergereja pun peran
pembina remaja dan model penatalayanan remaja sangat penting
dalam menolong remaja menemukan jatih diri mereka, para
pembina remaja berperan penting dalam membangun
spiritualitas anak-anak remaja supaya mereka dapat menjadi
remaja yang takut akan Tuhan dan terhindar dari hal-hal yang
membawa mereka dalam kegagalan di masa depan, apalagi
beberapa tahun kedepan masa depan gereja ada di tangan mereka.
Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode Periode 2005-2010 Pdt. Dr.
4

Albert O. Supit. STM, selalu mengatakan “No Child Left Behind,


Nothing Left Behind” remaja/ anak sekolah minggu harus
diutamakan dan harus dijadikan pusat perhatian karena ketika
mereka diutamakan tidak akan ada anak-anak yang terlantar, dan
kalau tidak ada anak-anak yang terlantar berarti tidak ada yang
tertinggal. Maka dari itu mereka harus mengetahui jalan
kebenaran melalui firman Tuhan setiap hari, supaya di masa akan
datang mereka akan menjadi pribadi yang lebih kokoh dalam
imannya dan menjadi takut akan Tuhan sehingga kehidupannya
menjadi berkat bagi sesama.
Dalam membangun Spiritualitas Remaja tentunya
dibutuhkan orang-orang yang kompeten dan berkualitas, dimana
mereka yang mengerti dengan baik bagaimana gaya hidup dan
permasalahan-permaslaahan yang terjadi oleh anak usia remaja
di zaman ini. Mereka yang akan mengarahkan anak remaja ini
dijalan yang benar, jika pembina remaja tidak mengarahkan
mereka ke jalan yang benar, maka besar kemungkinan akan
sedikit remaja yang mempunyai spiritual yang baik.
Untuk itu berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin
meneliti lebih dalam mengenai bagaimana peran pembina remaja
dan apa yang dilakukan dalam membangun spiritualitas remaja
serta bagaiamana kualitas dan kemampuan pembina remaja
dalam penatalayanan remaja di jemaat GMIM Betlehem
Ranotana Weru.

TINJAUAN TEORITIS
a. Pembina Remaja
Dalam kamus besar bahasa Indonesia arti kata
pembina adalah orang yang membina, alat untuk
membina, atau pembangun.1 Pembina remaja berarti
adalah orang atau alat yang membina remaja, atau orang

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia
5

yang menjadi pembangun dalam kehidupan remaja.


Selain pendidikan rohani di rumah, gereja menjadi tempat
kedua bagi remaja untuk dididik agar dapat bertumbuh
secara utuh-holistik. Pembina remaja merupakan struktur
organisasi gereja yang bertugas untuk mendidik para
remaja, maka dari itu pembina remaja memerlukan
pemahaman yang komprehensif mengenai pribadi anak
remaja. Itu sebabnya seorang pembina remaja harus terus
melengkapi diri dengan rajin membaca buku mengenai
remaja; mengikuti pelatihan atau lokakarya dan
melakukan kegiatan bersama-sama dengan para remaja.
Para pembina remaja juga harus belajar menerima
keberadaan para remaja sebagaimana adanya mereka.
Mengerti keunikan dan “keanehan” mereka. Pembina
remaja juga harus menjadi teladan dan
mendemonstrasikan hidup yang terpuji kepada remaja.
Dan untuk menjadi pembina remaja dibutuhkan panggilan
yang benar-benar kuat agar dapat membimbing para
remaja dan mempersiapkan mereka memasuki masa
remajanya dengan takut akan Tuhan.
b. Remaja
Dalam Tata Gereja GMIM , Remaja GMIM adalah
Remaja yang adalah anggota GMIM: berusia 12
(duabelas) tahun sampai dengan 16 (enambelas) tahun
364 (tigaratus enampuluh empat) hari, atau belum
mengikuti kegiatan Pemuda dan tidak lagi mengikuti
kegiatan anak-anak, atau duduk di Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama dan awal Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas.2
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
‘remaja’ mempunyai arti: mulai dewasa atau sudah
sampai umur untuk kawin. remaja juga mempunyai arti :

2
Gereja Masehi Injili di Minahasa, Tata Gereja 2021 (Tomohon:
Badan Pekerja Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa, 2021), 37.
6

muda.3 Masa remaja adalah suatu masa atau periode


peralihan seseorang dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Yang artinya seseorang harus beranjak dewasa
dan mulai meninggalkan sifat kekanak-kanakanya. Pada
usia remaja seseorang sangat membutuhkan pengakuan
dari orang lain mengenai kemampuan yang ia miliki.4
Secara sudut umur sulit untuk menentukan secara
pasti usia remaja. Tetapi pada umumnya masyarakat
berpendapat bahwa ada dua golongan yang pertama
golongan remaja muda dan golongan remaja lanjut.
Golongan remaja (“early adolescence”) bagi anak
perempuan adalah yang berusia 13 sampai 17 tahun. Bagi
anak laki-laki adalah usia 14 sampai 17 tahun . mereka
yang inilah yang disebut secara umum dalam masyarakat
sebagai “teenangers”.
c. Spiritualitas
Kata “spirit” berasal dari kata benda bahasa latin
‟spritus‟‟ yang berarti napas dan kata kerja “spirare” yang
berarti untuk bernapas, melihat asal katanya, untuk hidup
adalah untuk bernapas dan memiliki napas artinya
memiliki spirit. Menjadi spiritual berarti memiliki ikatan
besar pada hal- hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan
dibandingkan dengan hal-hal yang bersifat fisik atau
material. Spiritual merupakan kebangkitan atau
pencerahan diri dalam mencapai tujuan dan makna hidup.
Spritual merupakan bagian enseial dari keseluruhan
kesehatan dan kesejatraan seseorang.
Spiritualitas merupakan istilah yang dipakai secara
umum terkait dengan kehidupan kejiwaan atau
kerohanian seseorang. Dalam kamus Oxford, spiritualitas
atau spirituality didefinisikan sebagai “the quality of

3
KBBI
4
Maryam B. Gainau , Perkembangan Remaja Dan Problematikanya
(Yogyakarta : PT Kanisus 2015), 12.
7

being concerned with religion or the human spirit”


(kualitas yang terkait dengan agama atau jiwa manusia). 5
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “spiritual”
mempunyai arti yaitu : “berhubungan dengan atau bersifat
kejiwaan (rohani,batin).6
d. Ibadah
Kata ibadah dalam Perjanjian Lama mengunakan
kata Sher’et dan Abh’ad.7 Yang sama sama mempunyai
arti kegiatan peribadatan, akan tetapi masing masing kata
memiliki arti khusus. 8
Sher’et mempunyai makna
ungakapan perasaan hormat dan kesetiaan dalam
pengabdian kepada majikan, sedangkan Abh’ad
mempunyai ketaatan kerja seorang hamba (Ebhed: budak,
hamba, abdi). 9 Sedangkan kata ibadah dalam Perjanjian
Baru menggunakan kata Latreia, kata ini mempunyai arti
pelayanan. Jadi dari ketiga istilah ditersebut, maka arti
kata Ibadah dalam Alkitab adalah setiap pelayanan yang
dilakukan oleh seorang abdi untuk tuannya yang
dilakukan dalam ketaatan, kesetiaan, dan dengan perasaan
hormat. Dan seluruh kehidupan seorang abdi merupakan
milik sang tuan sehingga seluruh hidupnya merupakan
pelayanan kepada tuannya. Berdasarkan adri tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa ibadah dalam konteks
Alkitab (Kristen) adalah mempersembahkan seluruh
kehidupan sebagai pengabdian kepada Tuhan.
Ibadah merupakan hal yang prinsip dalam
kehidupan orang Kristen. Ibasdah merupakan sebuah

5
A. S. Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary: International
Student’s Edition, cetakan ke 8, (Oxford: Oxford University, 2010), h. 1435.
6
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi keempat,
(Jakarta: Gramedia, 2013), h.1335.
7
Cunha Bosco Da, O.Carm, Teologi Liturgi Dalam Hidup Gereja
(Malang: Dioma, 2004), h.16.
8
Kej 15:13, Kej 25:23, Kel 1:13, 3:12 , Ul 6:13, 13:2, Yos 24:21, Hak
2:19, 9:28, 1 Sam 7:3.
9
Mat 4:10, Luk 4:8, Rom 12:1, 2 Tim 1:3
8

ungakapan iman dari orang Kristen yang dilakukan dalam


bentuk ritual dan liturgi. Namun ibadah juga dapat
diekspresikan dalam banyak hal.10 Setidaknya Alkitab
banyak mengajarkan tentang bagaimana seha- rusnya
ibadah dilakukan, selain kegiatan liturgi yang ada di
dalam sebuah gedung gereja.11 contohnya seperti apa yang
disebut oleh Roma 12:1, tentang ibadah yang sejati.
Pengertian ibadah sejati ini harus dimaknai dalam
kehidupan orang percaya secara komprehensif, di mana
setiap tindakan orang percaya merupakan bentuk ibadah
kepada Allah.

METODE PENELITIAN

Metode sebagai “suatu cara atau teknis yang dilakukan


dalam proses penelitian”, sedangkan penelitian itu sendiri
diartikan sebagai “upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang
”Penulis dalam penelitian akan menggunakan kualitatif bersifat
deskriptif, yang mendeskripsikan suatu obyek atau fenomena
yang besifat naratif.12 Ada fenomena yang akan diteliti dalam
penelitian dengan memahami fakta-fakta yang terungkap, dan
akan mencari informasi secara lengkap sehingga dapat
melengkapi terhadap apa yang disajikan dalam penelitian sesuai
apa yang terjadi di tempat penelitian. Metode deskriptif ini
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang baik, serta jelas
sehingga dapat memberikan data seteliti mungkin objek yang
diteliti. Pengumpulan data, berdasarkan dari beberapa teknik

10
Johannis Siahaya, Karel Martinus Siahaya, and Nunuk Rinukti,
“Tuhan Ada Di Mana-Mana: Mencari Makna Bagi Korban Bencana Di
Indonesia,” KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) 6, no. 1
(2019): 103–113.
11
Susanto Dwiraharjo, “Konstruksi Teologis Gereja Digital: Sebuah
Refleksi Biblis Ibadah Online Di Masa Pandemi Covid-19,” EPIGRAPHE:
Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani 4, no. 1 (2020): 1–17.
12
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metode Penelitian Kualitatif
(Sukabumi : CV Jejak, 2018) 11
9

penggumpulan data, penulis dalam peneltian akan melakukan


observasi, wawancara, dan studi kepustakaan.

HASIL PENELITIAN
Pembina remaja merupakan bagian dari Gereja yang
mempunyai peran yang sangat penting dalam membimbing,
membina, mendidik bahkan membangun spiritualitas remaja,
Amsal 22:6 mengatakan “Didiklah orang muda menurut jalan
yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan
menyimpang dari pada jalan itu”. Dalam ayat ini sangat jelas
sekali dikatakan bahwa anak muda/remaja sangat perlu dibina
atau dengan kata lain di didik agar pada masa hidup mereka selalu
terbina oleh Firman Tuhan. Remaja harus di bina dengan
sungguh-sungguh apalagi dalam membangun spiritual mereka
agar imannya bertumbuh dan menunjukkan kedewasaan rohani.
Maka dari itu pembina remaja sebagai orang yang telah dilantik
baik dipilih maupun memberi diri dalam pelayanan remaja,
haruslah menyadari akan perannya, harus mendidik remaja sesuai
dengan apa yang di kehendaki Tuhan. Dari hasil yang diperoleh
dengan melakukan wawancara terhadap informan, maka peneliti
menganalisis jawaban-jawaban yang sudah diberikan oleh setiap
informan.
Dari pertanyaan pertama yang diberikan kepada para
informan, mereka menjawab peran pembina pembina remaja
adalah membimbing dan mengarahkan remaja, agar supaya
mereka lebih dekat dengan Tuhan dan hidup dijalan yang benar
Pembina remaja berperan dalam pembentukan iman dan
kerohanian remaja agar para remaja dapat menjadi teladan bagi
setiap orang. Kemudian mengenai siapa itu pembina remaja, bagi
mereka pembina remaja adalah orang-orang yang telah dilantik
sebagai pembina remaja baik mereka yang dipilih dan juga
mereka yang memberi diri dalam tugas pelayanan remaja, mereka
yang memiliki kemampuan dan kompeten dalam membina dan
10

mendidik remaja. Dan pastinya mereka merupakan sosok yang


diteladani oleh adik-adik remaja.
Pertanyaan mengenai mengapa penting peran pembina
remaja, mereka merespon dengan memberikan alasan bahwa usia
remaja merupakan usia transisi dari remaja menuju dewasa,
dimana mereka sedang mencari jatih diri, dan di usia tersebut
remaja akan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang tidak baik,
maka membutuhkan orang yang dapat membimbing dan
mendidik mereka karena jika tidak akan mempengaruhi
pertumbuhan iman mereka, pembina harus membekali remaja
dengan binaan-binaan yang benar dan memberi contoh agar
supaya mereka akan hidup lebih dekat dengan Tuhan.
Selanjutnya ternyata tantangan yang paling sering mereka
hadapi selama menjalankan peran mereka sebagai pembina
remaja adalah pertama kurangnya minat remaja dalam beribadah
diakibatkan telah terkontaminasi dengan pergaulan bebas, remaja
lebih suka hidup dengan gaya hidup yang menyenangkan, maka
tidak sedikit remaja yang gagal dalam melewati masa remajanya.
Dan tantangan selanjutnua banyak didapati kesalahan dalam
penggunaan teknologi sehingga berdampak negatif, banyak
remaja yang sering menggunakan handphone dalam proses
peribadatan, sehingga mengganggu konsentrasi mereka untuk
sungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan. Bukan hanya itu
tetapi juga tantangan dalam peribatan, ditemui remaja banyak
sekali hanya berceritra dengan teman-teman saat beribadah.
Pembina ditantang untuk memberikan edukasi tentang
pentingnya membangun hubungan yang baik dengan Tuhan di
zaman modern ini. Bahkan bukan hanya dari segi remaja tetapi
sebagai pembina pun mempunyai tantangan dari diri sendiri
untuk terus konsisten melayani remaja di tengah-tengah
kesibukan yang ada.
Adapun metode yang dilakukan untuk membangun spiritual
remaja ialah melakukan pendekatan dengan mencari tahu apa
yang menjadi kebutuhan remaja di zaman sekarang, membaur
11

dengan remaja dengan mencoba menjadi sahabat, bahkan


merangkul remaja agar supaya aktif dalam kegiatan
rohani/peribadatan, dan melakukan ibadah-ibadah dalam bentuk
kreatif seperti games rohani. Dan tidak hanya itu pembina pun
harus membangun spiritualitas mereka masing-masing agar
menjadi contoh dan teladan bagi remaja. Mereka juga
memprogramkan beberapa perencanaan dalam penatalayanan
Remaja di GMIM Betlehem ranotana weru, yang pertama
membuat ibadah-ibadah remaja dalam bentuk kreatif seperti
ibadah KPI melibatkan remaja dalam petugas ibadah
memberdayakan talenta talenta adik-adik remaja, yang ke dua
Ibadah dalam bentuk Games dengan hadiah langsung, ke tiga
setelah ibadah di lanjutkan dengan lomba lomba games yang
sering remaja mainkan, dan yang terakhir kegiatan refresing
seperti tamasya 3 bulan 1x.
Berdasarkan dari analisis data sebelumnya yang sudah
dianalisis, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa, pembina
remaja sudah tahu tentang peran pembina remaja, dan seberapa
pentingnya peran pembina dalam kehidupan anak remaja serta
apa yang harus dilakukan oleh pembina remaja untuk
membangun spiritualitas remaja, akan tetapi dalam menjalankan
peran sebagai pembina remaja ternyata ada beberapa tantangan
yang dihadapi remaja mulai dari tantangan menghadapi remaja di
zaman modern ini seperti kurangnya minat remaja dalam
beribadah, pergaulan bebas, kesalahan dalam penggunaan
teknologi, maupun tantangan dari diri sendiri yang harus tetap
konsisten manjalankan peran sebagai pembina remaja di tengah
kesibukan yang ada.
Dalam menghadapi setiap tantangan dalam membina
remaja, pembina remaja pun harus selalu menjadi teladan bagi
adik-adik remaja, maka pembina pun harus dibekali dengan baik.
Dan setiap pembina remaja harus saling mengingatkan antar
pembina tentang tanggung jawab dan peran sebagai pembina
remaja dalam membangun spiritualitas remaja.
12

PEMBAHASAN
Pembina Remaja merupakan bagian dari struktur organisasi
gereja yang berperan dan bertugas untuk menjaga serta
memelihara kehidupan remaja di usia muda sehingga para remaja
dapat mengetahui jalan kebenaran melalui firman Tuhan di dalam
kehidupan remaja setiap hari, agar supaya di masa yang akan
datang para remaja akan menjadi pribadi yang kuat, mempunyai
iman yang kokoh dan takut kepada Tuhan, sehingga hidup mereka
akan menjadi berkat dan berguna bagi sesama remaja maupun
lingkungan sekitarnya.13 Pada saat anak memasuki usia remaja
spritulitas atau kerohanian mereka sangat penting untuk
ditanamkan dalam kehidupan mereka karena pada masa itu
remaja menjadi susah dimengerti atau dipahami. Untuk itu
pembina remaja harus cepat dan tanggap akan masalah tersebut.
Pada usia remaja mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
maka itu menjadi salah satu sarana yang baik bagi pembina
remaja untuk dapat mengarahkan serta merangkul anak remaja
melalui pendalaman Alkitab baik itu tentang anugerah
keselamatan dalam Kristus ataupun untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan anak remaja terlebih khusus mengenai perkembangan
perilaku remaja itu sendiri.
Salah satu faktor keberhasilan dalam sebuah pelayanan
adalah peranan pemimpin yang mampu menangani pelayanan
tersebut. Demikian pula dengan pelayanan remaja, peranan
pembina remaja sangat penting dan sangat dibutuhkan apalagi
dalam menghadapi remaja dalam masa-masa perkembangannya.
Sebagai pemimpin dalam pelayanan remaja tentunya seorang
pembina remaja harus memiliki visi yang dapat dimengerti oleh
setiap remaja yang dilayaninya. Visi itu penting dan memiliki
kekuatan karena semua kepemimpinan yang efektif dapat dilihat

13
Ivone atau Bonyadone Palar, Materi Kuliah PK Remaja-Pemuda
(Makassar: STT Jaffray 2010), 7.
13

dari visinya.14 Dengan memiliki visi yang kuat akan membuat


pembina remaja sosok pemimpin yang kuat bahkan dapat
mempengaruhi orang lain atau remaja itu sendiri dalam
memenuhi panggilannya. Seorang pemimpin juga harus mampu
membawa orang yang dipimpinnya agar masuk dalam setiap
rencana dan program yang telah dibuatnya. Pemimpin adalah
orang yang dapat memindahkan orang lain dari suatu tempat
menuju tempat baru sesuai dengan tujuannya.15
Hal yang identik dalam kehidupan remaja adalah
pembentukan dan pencarian identitas yang didalamnya dapat
mempengaruhi perilaku. Oleh karena itu para remaja perlu
mendapatkan perhatian khusus dari pembinanya. Makanya
seorang remaja biasanya selalu memperhatikan bukti nyata dari
apa yang ia lihat, termasuk dalam kehidupan keseharian
pembinanya.
Untuk menumbuhkan pemahaman kekristenan yang benar
pada remaja maka diperlukan sosok pembina remaja yang
mempunyai tingkat pemahaman kerohanian yang baik. Pembina
remaja harus memiliki pemahaman tentang siapakah Yesus
sebagai Juruselamat agar dapat membimbing remaja yang
mungkin mengalami masalah dalam perkembangan perilakunya.
Selain dapat memberikan pengajaran yang tepat bagi para anak
remaja, seorang pembina remaja juga harus jeli dalam melihat
pola perilaku pada remaja dan bagaimana perkembangan perilaku
para remaja yang akan dibimbingnya.
Sebagai pengajar yang efektif, bukan hanya harus tahu apa
yang akan diajarkan atau isi pengajaran, tetapi juga harus tahu
siapa orang yang akan diajar.16 Hal ini berarti bahwa seorang
pembina remaja yang menjadi pengajar dan pembimbing rohani

14
Daniel Ronda, Leadership Wisdom (Bandung: Kalam Hidup, 2011),
15.
15
Ann Grinnel, Pedoman Kepemimpinan Kaum Muda Dream Big Start
Small (Jakarta: Departemen Muda GKII dan Departemen Pemuda C&MA,
2011), 119.
16
Howard G. Hendricks, Mengajar Untuk Mengubah Hidup (Jakarta:
Gloria Graffa, 2009), 45.
14

mampu menyampaikan pengajaran Firman Tuhan dengan baik


sesuai dengan usia remaja yang ia layani.
Usia remaja merupakan masa dimana remaja membutuhkan
sahabat di dalam hidupnya. Tentunya mereka membutuhkan
sahabat yang dapat dipercaya untuk menjadi tempat
mengungkapkan isi perasaan yang mereka rasakan, dan juga
sahabat yang bisa diandalkan untuk mengerti dan menjaga rahasia
mereka. Dengan hal inilah pembina remaja dapat hadir sebagai
sosok sahabat yang dibutuhkan oleh remaja, dan mengajak remaja
untuk terbuka. Berbincanglah dengan remaja tentang mengapa
mereka demikian, juga tentang alasan-alasan dan sebab-sebab
yang mungkin di balik cara orang memandang suatu masalah.17
Dalam masa proses tumbuh kembang remaja, remaja
memerlukan peneguhan dari orang lain. Jika mereka tidak
mendapatkannya di rumah, maka mereka akan mencarinya dari
orang luar rumah. Di sinilah peran seorang pembina remaja
sangat dibutuhkan, yaitu untuk menjadi pendoa bagi remaja yang
dididiknya. Tentunya untuk mendoakan remaja, seorang pembina
remaja pun harus gemar berdoa. Jadi, pembina remaja yang
terpanggil dalam pelayanan remaja harus menjadi seorang yang
memberi pola pada remaja bahwa mereka adalah sosok pendoa.
Dalam Alkitab Spritualitas adalah suatu relasi atau
hubungan yang akrab (intimacy) antara Tuhan dan umatNya yang
dinyatakan Alkitab dalam bentuk narasi yang komunikatif, ritual,
penyembahan (pujian), perintah dan teladan. Itu dilakukan
dengan ritual seremoni, ibadah, relasi dalam doa serta disiplin
membaca Firman Tuhan dan ketaatan baik pribadi maupun
bangsa atau komunitas dalam hal ini gereja. Secara Alkitabiah
Spiritualitas adalah pedoman tentang hubungan antara Tuhan dan
umatNya yang ditemukan dalam Alkitab dan pokok-pokok
spiritualitas itu diaplikasikan ke dalam dunia masa kini.

17
Linda dan Richard Eyre, Mengajarkan Nilai-Nilai Kepada Anak,
(Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 1999), 130.
15

Memprioritaskan Tuhan adalah sebuah tindakan yang tepat


utuk menjalani hidup karena yang lebih utama yaitu
mengandalkan Tuhan dalam segala hal. Dalam Firman-Nya
berkata bahwa, tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan
kenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu
(Mat. 6:33). Semakin manusia lebih dekat dengan Tuhan maka
hidup manusia akan tetap damai, kuat, sejahtera dan lain-lain.
Semakin kita memusatkan perhatian kepada Allah, semakin
dimengerti dan menghargai, betapa layaknya Dia menerima
segala pujian dan hormat.Setiap orang percaya harus
mempersiapkan diri secara rohani agar dapat bersekutu dengan
Allah. Orang Kristen datang kepada Allah dengan hati nurani
yang suci dan bersih, persekutuan dengan Allah menuntut
kesucian (1 Yoh. 1:5-2:2).18 Menghampiri Allah berarti mencari
persekutuan dengan Allah dalam kepercayaan dan doa.
Menghampiri Allah dengan hati yang tulus ikhlas artinya tidak
dengan maksud lain yang keliru, akan tetapi harus dengan
ketulusan hati, dengan kepercayaan, dengan hikmat dan dengan
perasaan syukur, dengan hormat dan dengan kasih sayang.19
Dapat diketahui bahwa, hati yang berpusat pada kepastian yang
utuh dalam menghampiri Allah adalah sikap yang diperlukan
dalam menghadap Allah dalam persekutuan dengan-Nya tanpa
ada beban. Hati yang tulus adalah kebalikan dari kemunafikan
dan kepalsuan, Tuhan melihat ke dalam hati dan Dia melihat
segala sesuatu yang pura-pura, hati yang tulus adalah hati yang
sungguh-sungguh menginginkan kesucian.20
Pembina remaja harus melakukan peran mereka untuk
membangun spiritualitas remaja seusai dengan amanat Tuhan
Yesus untuk dilakukan setiap gereja. Sebagai pembina remaja

18
Warren W. Wiersbe, Yakin di dalam Kristus, (Bandung: Kalam
Hidup, 1982), 137.
19
J. A. C. Rullmann, Tafsiran Surat Kiriman Kepada Orang Ibrani,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1952), 115.
20
J. Wesley Brill, Tafsiran Surat Ibrani, (Bandung: Kalam Hidup,
1973), 185.
16

yang membawa kehidupan remaja yang dekat dengan Tuhan,


tentunya haruslah pembina remaja mempunyai kehidupan yang
dekat dengan Tuhan agar dapat menjadi teladan bagi setiap
remaja. Pembina remaja harus memampukan remaja agar supaya
meneladani teladan Kristus dalam kehidupan mereka, dan
tentunya dengan demikian haruslah pembina remaja meneladani
setiap Keteladanan yang dilakukan Yesus Kristus di dalam
kehidupan setiap pembina remaja, agar supaya remaja pun
mampu meneladani teladan Kristus di dalam kehidupan mereka
setiap hari.

KESIMPULAN
Masa remaja merupakan masa transisi/peralihan dari anak-
anak menuju dewasa, di masa-masa inilah remaja mulai mencari
jatih dirinya. Di masa ini remaja sangat membutuhkan bimbingan
dan didikan yang tepat, karena di usia itulah mereka akan sangat
mudah terpengaruh dengan hal-hal buruk yang menganggu
perkembangan spiritulitas mereka. Kerusakan spiritual dapat
membuat masa depan mereka hancur, sedangkan remaja inilah
merupakan harapan dan penerus gereja dan bangsa.
Maka gereja sangat dibutuhkan dalam membangun
spiritualitas remaja. Gereja mengutus pembina remaja untuk
menjadi pembimbing remaja. Siapa itu pembina remaja, mereka
adalah orang yang telah dilantik oleh gereja baik mereka dipilih
ataupun mereka yang memberi diri dalam pelayanan mereka.
Pembina remaja mempunyai peran yang sangat penting dalam
kehidupan remaja karena pembina bertugas untuk membawa
remaja hidup intim dengan Tuhan. Pembina remaja adalah orang
yang berkompeten dan memiliki kemampuan, karena remaja
sangat membutuhkan uluran tangan orang-orang yang
berkompeten dalam membangun spiritualitas mereka. Karena
sebelum membangun spiritualitas remaja, pembina remaja pun
harus terlebih dahulu memiliki spiritualitas yang baik.
17

Pembina remaja harus mampu melihat hal-hal apa yang


menjadi minat dan kebutuhan remaja di zaman sekarang untuk
membangun spiritualitas mereka. Karena tantangan yang sering
didapati dalam menjalankan peran mereka sebagai pembina
remaja adalah masalah kurangnya minat beribadah, masalah
terkontaminasi dengan pergaulan bebas, masalah
penyalahgunaan teknologi, bahkan pun masalah dari diri sendiri
untuk konsisten menjalankan perannya ditengah-tengah
kesibukan yang ada.

SARAN
Maka dari itu, adapun saran yang dapat disarankan melalui karya ilmiah ini oleh
penulis diantaranya :

 Seorang pembina remaja harus banyak mempelajari apa yang menjadi


minat dan kebutuhan remaja di zaman sekarang ini agar pembina mampu
membangun spiritual remaja dengan menjawab setiap minat dan kebutuhan
remaja.
 Dalam membangun spiritulitas remaja, pembina remaja harus terlebih
dahulu menjadi teladan dalam pikiran, perkataan, bahkan perbuatan karna
pembina remaja akan menjadi cermin bagi remaja yang dibimbingnya.
 Gereja harus lebih memperhatikan kehidupan remaja, dengan cara
menopang pelayanan remaja, setiap kegiatan yang berguna untuk
membangun spiritualitas remaja haruslah disupport oleh gereja. Karena
remaja merupakan penerus-penerus gereja yang harus diperjuangkan masa
depannya.
 Setiap orang tua harus membawa remaja untuk lebih dekat dengan Tuhan,
selain peran pembina remaja untuk membangun spiritualitas remaja, orang
tua juga harus berperan dan mendidik remaja sesuai dengan kebenaran
firman Tuhan.
18

DAFTAR REFERENSI
Albi Anggito dan Johan Setiawan. (2018). Metode Penelitian
Kualitatif. Sukabumi : CV Jejak, 2018.
Brill, Basley. (1973). Tafsiran Surat Ibrani. Bandung: Kalam
Hidup.
Da, Cunha Bosco, O.Carm. (2004). Teologi Liturgi Dalam Hidup
Gereja. Malang : Dioma.
Dwiraharjo Susanto. (2020). “Konstruksi Teologis Gereja
Digital: Sebuah Refleksi Biblis Ibadah Online Di Masa
Pandemi Covid-19,” EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan
Pelayanan Kristiani 4, no. 1
Gainau, Maryam B. (2015). Perkembangan Remaja dan
Problematikanya. Yogyakarta: PT. Kanisus.
Gereja Masehi Injili di Minahasa. (2021). Tata Gereja 2021.
Tomohon: Badan Pekerja Sinode Gereja Masehi Injili di
Minahasa.
Hornby, A.S. (2010). Oxford Advanced Learner’s Dictionary:
Internasional Students Edition Cetakan ke 8. Oxford:
Oxford University.
Ivone atau Bonyadone Palar. (2010). Materi Kuliah PK Remaja-
Pemuda. Makassar: STT. Jaffray.
Linda & Richard Erye. (1999). Mengajarkan Nilai-Nilai Kepada
Anak. Jakarta: Pustaka Utama.
Pusat Bahasa. (2013). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
keempat. Jakarta: Gramedia.
Siahaya, Johannis dkk. (2019).“Tuhan Ada Di Mana-Mana:
Mencari Makna Bagi Korban Bencana Di Indonesia,”.
KURIOS. Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen 6,
no. 1.
Wiersbe, Warren W. (1982). Yakin di dalam Kristus. Bandung:
Kalam Hidup.
Rullmann J. A. C. (1952). Tafsiran Surat Kiriman Kepada Orang
Ibrani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1952.
Kamus Besar Bahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai