Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh Spritual Terhadap Pertumbuhan Rohani Remaja Masa

Kini

Elsa Banne Datu

Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Email: Elsabannedatu@Gmail.Com

Abstract

At present, adolescents have tended to follow modern life patterns, where they prefer to live
comfortably and instantaneously. This affects the spiritual life of today’s youth, so that they are
immersed in modern life and less enthusiastic about church life. This paper aims to determine the
influence of sprtituality on the spiritual growth of adolescents, because adolescence ia a
continuation of the stages of life that humans must go throught. Hence the spiritual formation of
adokescents is very important, in this case parents must be good leaders, namely leaders in the
midst of youth. So that youth spirituality can experience growth to the level of full maturity
according to God’s will, it is necessary to carry out continuous gaudance throught teaching and
fellowship. In this study is to determine the influence of sprtituality on the spiritual growth of
adolescents. There is also the method used, namely research methodology, in this study is to use
interactive methods, namely data collection, data reduction and conclusion.

Key words: Spritual,youth,spiritual growth.

Abstrak

Pada masa kini, remaja telah cenderung mengikuti pola kehidupan yang modern, dimana mereka
lebih memilih untuk hidup nyaman dan instan. Hal ini mempengaruhi kehidupan rohani remaja
masa kini, sehingga mereka larut dalam kehidupan modern dan kurang antusias dalam hidup
bergereja. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh spiritual terhadap petumbuhan rohani
remaja. Karena Masa remaja merupakan suatu kelangsungan hidup dari tahap-tahap kehidupan
yang harus dilalui manusia. Maka pembentukan spiritual remaja sangat penting,dalam hal ini orang
tua harus menjadi pemimpin yang baik, yaitu pemimpin yang berada ditengah-tengah. Maka dari
itu gereja juga sangat berperan penting dalam membangun pertumbuhan rohani remaja. agar
kerohanian remaja dapat mengalami pertumbuhan sampai tingkat kedewasaan penuh sesuai
kehendak Tuhan maka perlu dilakukan pembinaan secara terus-menerus melalui pengajaran dan
persekutuan. Dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan spiritual
terhadap pertumbuhan Rohani Remaja. Ada pun medote yang digunakan yaitu metodologi
penelitian,pada penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode interaktif yaitu pengumpulan data,
penyajian data, reduksi data dan penarikan kesimpulan.

Kata Kunci

Spiritual, Remaja, Pertumbuhan Rohani

Pendahuluan

Peranan Gereja selain bagi pekabaran Injil kepada orang-orang yang belum diselamatkan
juga sangat penting bagi pembangunan tubuh Kristus di dunia ini, terutama dalam membangun
kehidupan rohani jemaatnya agar bertumbuh menjadi jemaat yang dewasa rohaninya, termasuk
kepada anasebagai generasi penerus kerajaan Allah di bumi ini. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan firman Tuhan dalam Amsal 22:6, bahwa Tuhan memandang sangat penting untuk
mengajar dan mendidik remaja dalam kebenaran firman Tuhan agar mereka tetap setia kepada
Tuhan sampai masa tuannya. Anak-anak dan Remaja yang dalam pertumbuhannya memiliki
masalahnya sendiri dalam beradaptasi dengan berbagai perubahan dalam dirinya yang berkaitan
dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri mereka, baik perubahan secara fisik dan psikis
berkaitan dengan pertambahan usia maupun perubahan perkembangan kepribadian, sosial
maupun lingkungan, mungkin saja dapat menimbulkan problema tambahan tertentu bagi diri
mereka. Apbila hal ini tidak disertai upaya pembinaan dan bimbingan secara tepat dari pihak-pihak
yang berkompeten, sangat memungkinkan akan muncul hal-hal negatif dan bahkan dapat menjurus
pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal.1

Masa remaja merupakan suatu kelangsungan hidup dari tahap-tahap kehidupan yang harus
dilalui manusia. Maka pemebentukan spiritual bagi anak dan remaja sangat penting. dalam hal ini
orang tua harus menjadi pemimpin yang baik, yaitu pemimpin yang berada ditengah-tengah. Oleh
sebab itu perannan orang tua sangat diperlukan dalam membentuk spiritual remaja yang dimulai
dari rumah untuk menyiapkan diri mereka dalam memasuki tahapan kehidupan selanjutnya.

1
Helen Farida Latif,”Pengaruh Pengajaran dan persekutuan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Rohani
Anak dan Remaja,” Jurnal Teologi dan pelaynan Kristiani 1 No 1, (November 2017): 120
Demikian juga halnya dengan peranan gereja (para Pembina remaja) sangat penting dalam
menolong mereka dalam menemukan jati diri mereka. Remaja butuh dihargai, diterima, dimengerti
dan diperhatikan. Karena di masa kini ada banyak bahaya yang dapat muncul menggagalkan
kehidupan spiritual remaja apabila orang tua dan Pembina remaja tidak membangun kehidupan
spiritual remaja tersebut.2

Tujuan dan manfaat

Tujuan dari Pembahasaan jurnal ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Spritual Terhadap
Pertumbuhan Rohani Remaja. Adapun manfaatnya mengenai pengaruh spiritual terhadap
perumbuhan rohani remaja, serta perkembangan spiritual rohani remaja dan faktor yang
mempengaruhi perkembangan pada spiritual remaja.

Pembahasan

Permasalahan Remaja Masa Kini

Di era ini remaja kerap kali diperhadapkan dengan berbagai tantangan atau permasalahan.
Permasalahan sering terjadi pada pemuda adalah ketika tidak mampu menempatkan diri
dilingkungan sekitarnya, juga terjadi karena pengaruh-pengaruh luar yang dapat merusak diri
mereka. Permasalahan pemuda dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
ialah krisis identitas bahwa mereka adalah asset penting dan terkontrol diri yang lemah. Faktor
internal ialah krisis identitas bahwa mereka adalah aset penting dan kontrol diri yang lemah.
Faktor eksternal adalah kurangnya perhatian dan kasih saying orang tua, minimnya pemahaman
tentang keagamaan, pengaruh dari luar serta kurangnya wadah pendidikan yang memberikan
perhatian terhadap pemuda. Masalah yang sering juga terjadi bagi remaja masa kini adalah kurang
maksimalnya pengajaran, sehingga ketika pemuda diberikan tugas untuk melayani dipersekutuan
gereja kerap kali mereka tidak melakukan tanggung jawab tersebut dengan berbagai alasab. Masa
muda merupakan sebuah tahapan hidup yang harus dilalui manusia, sehingga pembentukan dan
pertumbuhan rohani remaja sangat penting. dalam hal ini orang tua harus menjadi pemimpin yang
baik, yaitu pemimpin yang berada di tengah-tengah untuk mendidik dan menanamkan karakter
Kristen.3

2
Herianto Sande Pailang,”Membangun Spritual remaja Masa Kini Berdasarkan Amsal 22:6,”: 60
3
Marinus Rotto,”Pemuridan Kontekstual Terhadap Pertumbuhan Rohani Pemuda Masa Kini,”.
Alkitab secara jelas menunjukkan fakta keadaan spiritual manusia ketika hidup di luar injil.
semua manusia telah berbuat dosa sehingga pasti akan menghadapi hukuman (Roma 3:23; 6:23).
Setiap manusia tidak dapat menghindarinya sebab pada dasarnya tidak ada satupun manusia yang
benar di hadapan Allah (Roma 4:11). Dosa telah mengakibatkan kerusakan total pada manusia.
Edwin Palmer menjelaskan hal tersebut sebagai berikut: “kerusakan total adalah manusia selalu
dan semata-mata berbuat dosa, manusia tidak dapat melakukan kebajikan, tidak dapat menginini
kebajukan. Mereka semua telah menyeleweneng, tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik,
seorangoun tidak (Roma 3:12). Keadaan ini membuat manusia mustahil untuk dapat
menyelamatkan dirinya sendiri. Hal itu dikarenakan manusia telah dilahirkan dalam dosa dan mati
secara rohani sehingga dia tidak memiliki kemampuan untuk percaya kepada Yesus dan melakukan
kehendak-Nya (ayub 14:4; Yeremia 13:23; Mat. 7:16-18, Yoh. 6:44,65, Rom.11:35-36, 1Kor.2:14,11
Kor.3:5).4

Untuk itu Remaja Kristen yang bertumbuh jasmani, mental emosional, psikologi juga
dituntut bertumbuh secara kerohanian. Pertumbuhan rohani remaja berguna sekali dalam
menyeimbangkan perilaku remaja sehingga remaja tidak terjerumus dalam perilaku negative. Ciri
remaja Kristen yang bertumbuh adalah hidup dalam Kristus. Timbulnya relasi personal dengan
Yesus, terbentuknya nilai-nilai kristiani, berkaitan erat dengan perkembangan keterbukaan, dan
kepedulian terhadap orang lain. Remaja yang dewasa dicirikan oleh peekembangannya ssikap
terbuka terhadap orang lain, pengalaman, gagasan-gagasan dan masalah-masalah baru. Mereka
melihat bahwa semua hal itu menolong mereka untuk mengenal dan mengerti dirinya sendiir.
Remaja yang dewasa berkembang juga dalam penerimaan diri. Mereka tahu akan kemampuan-
kemampuan dan keterbatasan-keterbatasan dirinya. Pengenalan diri itu membuat mereka bersikap
realis dalam melihat masa depan, dan dalam mengungkapkan diri secara benar dan dalam
menghadapi tantangan hidup secara seimbang. Remaja yang dewasa juga ditandai oleh
perekembangan pengertiannya bahwa perkembangan pribadi (meliputi segi jasmani, intelektual,
emosional, sosial dan spiritual) merupakan proses sepanjang hidup yang menuntut kejujuran dan
kerendahan hati, bimbingan dan nasehat dari orang lain. Remaja yang dewasa berkembang juga
kemampuannya untuk melihat cinta Tuhan sebagai sebuah rahmat dalam hidup mereka. Mereka
mampu melihat bahwa talenta dan relasi personal yang mereka miliki merupakan rahmat Tuhan,
bahkan hidup mereka sendiripun adalah rahmat juga.5

4
David Eko Setiawan,”Dampak Injil bagi Transformasi Spritual dan Sosial,”Jurnal Teologi dan
Pendidikan Kristen Kontekstual 2,No 1( Juni 2019): 87
5
Rifai,”Gemar Belajar Agama Kristen,” ( BornWin’s Publishing: 20199), 161.
Pengajaran Dan Pertumbuhan Rohani Bagi Remaja

Marthin Luter mengatakan pengajaran/pendidikan agama adalah melibatkan semua warga


jemaat, khususnya yang muda dalam rangka belajar teratur dan tertib agar semakin sadar akan
dosa mereka serta bergembira dalam firman Yesus Kristus yang memerdekakan mereka disamping
memperlengkapi dengan sumber iman sehingga mereka mampu melayani sesame termasuk
masyarakat dan Negara serta mengambil bagian secara bertanggung jawab dalam persekutuan
Kristen yaitu gereja. Sementara itu John Calvin mengatakan bahwa pendidikan agama adalah
pendidikan yang bertujuan mendidik semua putra-putri gereja untuk mengabdi kepada Allah Bapa
dan Yesus Kristus (Boehke, 2000:342,414). Pengertian pendidikan / pengajaran agama (Kristen)
menurut Dr. E.G. Homrighausen memiliki tujuan, dimana dengan menerima pendidikan itu, segala
pelajar, muda dan tua memasuki persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan sendiri, dan oleh dan
dalam Dia mereka terhisap pula pada persekutuan jemaat-Nya yang mengakui dan
mempermuliakan nama-Nya segala waktu dan tempat (Homrighausen dan Enklaar, 1982:26).

Hal ini sangat berkaitan erat dengan kehendak Tuhan Yesus sendiri seperti dalam Matius
28:19-20 yang memberikan perintah agar pengajaran harus diterapkan dalam kehidupan bergereja
dan dalam Kisah Para Rasul 2:42 tentang umat Tuhan yang terus bertekun dalam pengajaran rasul-
rasul dan dalam persekutuan, juga dalam Efesus 4:11-12 dikatan-Nya bahwa Ia telah memberikan
baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan
pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelaynan, bagi
pembangunan tubuh-Nya. Pernyataan-pernyataan ini sangat tepat sehingga memberikan satu
dorongan akan pentingnya pengajaran firman Tuhan bagi hidup orang percaya untuk mengalami
kehidupan yang diubahkan. Demikian pula bagi anak-anak dan para remaja, mereka akan menjadi
generasi-generasi muda yang kuat dan cinta Tuhan, yang berkomitmen, yang tidak tergoyahkan
oleh goncangan apapun, yang memiliki karakter Kristus dalam hidupnya dan yang membawa
dampak yang baik bagi lingkungan dimana mereka berada.

W. Stanley Heath mengatakan bahwa klaau kita ingin menyaksikan pertumbuhan gereja
yang stabil, maka kita harus memperioritaskan anak kecil dalam pelayanan kita. Banyak anak yang
dinjili sewaktu kecil akan bersedia menaruh masa depannya di tangan Tuhan untuk menjadi
seorang gembala sidang dan penginjil (Lenga, 2003:63). Karena itu sangatlah penting untuk
memberikan pengajaran dalam kebenaran firman Allah kepada remaja secara intensif karena selain
agar mereka mengalami pertumbuhan rohani, juga karena mereka adalah calon-calon pemimpin
gereja di masa mendatang dan sebagai generasi penerus pembangunan tubuh Kristus di muka bumi
ini. Sekalipun anak-anak dan remaja memiliki daya tangkap yang berbeda-beda, tetapi sungguh
dapat dipercaya bahwa firman Allah yang ditaburkan melalui pengajaran maupun persekutuan itu
tidak akan kembali kepada Allah dengan sia-sia (Yesaya 55:10-11).

Wagner yang digelari sebagai Profesor Pertumbuhan Gereja di tingkat pascasarjana


memandang sangat berarti pertumbuhan gereja dilihat dari sisi kualitas atau pertumnuhan rohani
gereja (200:13). Dia juga mengatakan pertumbuhan gereja adalah meliputi segaka sesuatu yang ada
sangkut pautnya dalam usaha membawa orang-orang yang tidak mempunyai hubungan pribadi
dengan Yesus Kristus kepada persekutuan dengan-Nya. Dan membawa mereka menjadi anggota
gereja yang bertanggung jawab (Lenga, 2003). Jadi pertumbuhan gereja bukan hanya menjadikan
orang yang tidak percaya menjadi percaya kepada Tuhan Yesus Kristus (pertumbuhan secara
kuantitas), tetapi juga menjadikan mereka menjadi orang-orang yang dewasa rohani dan
bertanggung jawab (pertumbuhan secara kualitas). Warren menjelaskan bahwa pertumbuhan
gereja merupakan akibat wajar dari gereja yang sehat. Gereja yang sehat hanya dapat terjadi bila
khotbah kita alkitabiah dan misisnya seimbang dan mengalami pertumbuhan secara kauntitas dan
kualitas. Himawan Djaya juga mengatakan ada 3 ciri orang yang telah mengalami kedeewasaan
dalam Kristus: takut akan Tuhan, memanfaatkan potensi diri melalui pikiran, perkataan dan
perbuatan dan memiliki pola tingkah laku yang kompherenshif (2003, 21-32). Alkitab memberikan
8 hal berkaitan dengan kedeewasaan rohani dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan
kepenuhan Kristus dalam Efesus 4:13-15 dam Kisah Para Rasul 2:42-47, yaitu Teguh berpegang
kepada kebenaran, bertumbuh dalam kasih kepada Allah dan sesame, meningkat hubungan dengan
Allah, terjadi kesatuan antar sesame anggota jemaat, hidup yang memberkati sesame dan berani
memikul tanggung jawab dalam pelayanan.

Telah dijelaskan mengenai bagaimana membangun spiritual remaja berdasarkan Amsal


22:6, yaitu dengan mendidik para remaja di jalan Tuhan. Dalam mendidik seorang anak khususnya
remaja diperlukan orang-orang dewasa yang peka dan terampil serta menjadi model dalam
mendidik mereka. Implementasi amsal 22:6 dalam membangun spiritual remaja masa kini adalah
bagaimana gereja dapat mendidik mereka di jalan Tuhan dengan menyediakan Pembina remaja
yang berkualitas, memfasilitasi persekutuan remaja dan menyediakan program remaja yang efektif.

Menyediakan Pembina Remaja Yang Berkualitas

Sebagaimana sudah dikatakan sebelumnya bahwa dalam mendidik kerohanian remaja


diperlukan orang dewasa dalam hal ini Pembina remaja sebagai role atau model. Oleh sebab itu
gereja perlu menyediakan seorang Pembina remaja yang berkualitas seperti memiliki kepedulian
terhadap remaja dan memiliki jiwa kepemimpinan.

Memiliki Kepedulian Terhadap Remaja

Seorang pembina remaja yang bersahabat akan menunjukkan kepeduliannya kepada


remaja binaannya. Remaja ingin dimengerti oleh orang lain yang ada di sekitar mereka. Oleh sebab
itu beberapa hal yang dapat dibuat oleh seorang Pembina remaja dalam menunjukkan
kepeduliannya.

 Perkunjungan

Perkunjungan ke rumah-rumah anak remaja merupakan kegiatan yang penting bagi


remaja. Melalui perkunjungan anak remaja tahu bahwa ia dipedulikan oleh pembinannya.
Di samping itu ia juga tahu bahwa ada seorang Pembina rohani yang bisa dijadikan sebagai
teman dan sebagai sahabat, jadi remaja masa kini tidak merasa sendiir. Selain itu dengan
perkunjungan ke rumah-rumah remaja, pelayanan remaja bisa mengetahui apa alas an
mereka sehingga tidak mengikuri ibadah remaja setiap hari minggu da nada banyak alas an
kita bisa ketahui dari remaja. Bisa juga Pembina remaja mengajak mereka bertemu di pusat
perbelanjaan tempat rekreasi atau tempat-tempat yang mereka sukai untuk sekedar
bercerita atau berbagai beban. D. W. Elis mengatakan “tujuan akhir perkunjungan ialah
untuk berbicara tentang Kristus”.

 Ibadah Bersama

Dalam Ibrani 10:25a, “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan


ibadah kita, seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang”. Pada ayat ini memberi kita
sebuah nasehat yang harus kita taati dan lakukan. Dalam hal ini seorang remaja Kristen
perlu diingatkan agar ia pergi beribadah setiap hari minggu dan ibadah-ibadah kategorial
lainnya. Bukan hanya apabila mereka diajak oleh teman-temannya melainkan remaja
Kristen perlu mengetahui bahwa itu untuk membangun spiritual mereka. Pembina remaja
dengan penuh perhatian dan kasih mengingatkan anak remajanya untuk ikut dalam ibadah
bersama. Zaman dahulu dimana orang menggunakan beberapa media diangtarannya:
undangan, surat-surat, teman membawa teman. “namun dengan kemajuan suatu teknologi
media eloktronik masa kini orang dapat menggunakan handphone atau telepon seluler, baik
itu menelpon maupun mengirimkan suatu pesan singkat atau SMS .
 Diskusi kelompok dan PA

Agar remaja tidak bosan dalam mengikuti ibadah setiap minggu, sebaiknya kita
mengadakan ibadah itu secara menarik, dimana kita membuat diskusi kelompok. Karena
ibadah remaja saja belum dapat memenuhi kebutuhan remaja untuk memahami lebih
dalam akan kebenaran firman Tuhan. Oleh sebab itu Kelompok PA merupakan salah satu
cara dalam meningkatkan kerohanian remaja masa kini. Tujuannya agar remaja-remaja
masa kini bisa terbuka oleh pemahaman Alkitab dan teman-teman kelompok yang berbeda
pula.6

Perkembangan Spritual Pada Remaja

Perkembangan kehidupan spiritual pada remaja tidak dapat dilepaskan oleh pembinaan
kepribadian secara keseluruhan. Karena kehidupan spiritual remaja adalah bagian dari kehidupan
sendiri, sikap atau tindakan seorang dalam hidupnya tidak lain dari panutan pribadinya yang
bertumbuh dan berkembang sejak ia lahir, semenjak berada dalam kandungan. Semua pengalaman
dilalui sejak dalam kandungan, mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan pribadi bahkan
diantara ahli jiwa ada yang berpendapat pribadi itu tidak lain adalah kumpulan pengalaman pada
usia-usia terdahulu. Masa remaja dalam hal ini merupakan suatu masa yang sangat kritis artinya
pada diri yang cukup kuat. Dalam hal ini perlu kita ketahui bahwa masa remaja bukan berarti
seorang anak lepas masa sekali dari ciri-ciri yang dimiliki pada masa sebelumnya, dalam pengertian
pada masa ini juga remaja dekat akan mudah bunuh diri, pemberang dan putus asa jika
kehendaknya terhalangi dalam gambaran umum, Umar Hasyim melukiskan sebagai berikut:

Masa ini bisa dikatakan sebagai masa transisi, dan ini bisa merupakan masa yang berbahaya
baginya, sebab ia mengalami hidup dua alam kenyataan, dimana banyak ditemukan gejolak jiwa
dan fisik. Transisi merupakan pindahan dalam khayalan ke dalam alam nyata, yang mana banyak
kaum remaja berkhayal bahwa dirinya merupakan sefr hero dalam segalah hal……

Gejola emosional yang tidak terkendali akan membawahnya kea lam yang khayal dan
nyatanya tidak. Disinilah kalau kita lihat banyak para remaja yang menjadi nakal karena ingin
membuktikan bahwa dirinya itu telah dewasa, pada hal sebenarnya belum apa-apa, karena
kedewasaan itu tidak hanya pada fisik akan tetapi meliputi keseluruhan mental dan kejiwaan yang
diistilahkan juga oleh penulis yaitu spiritual matang. Selain itu pada masa remaja, seorang anak
belum dapat memiliki kestabilan perasaan dan emosi. Ketidakstabilan tersebut nampak jelas dalam
6
Herianto Sande Pailang,”Membangun Spritual Remaja Masa Kini Berdasrkan Amsal 22:6,”: 73-80
berbagai sikap, dalam arti lain mereka belum dapat menentukan bidang pekerjaan yang paling
sesuai dengan bidang keahliannya, bahkan kadang-kadang tidak dapat menentukan sendiri
lanjutan pendidikannya. Dalam hal ini seorang ahli Granville Hall Mengemukakan; Masa ini sebagai
perasaan yang sangat peka, remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan
emosinya. Keadsaan semacam ini diistilahkan sebagai “strom and stress”. Tidak aneh lagi bagi
orang yang mengerti kalau melihat sikap dan sifat remaja yang sesekali sangat bergairah dalam
bekerja tiba-tiba berganti lesuh, kegembiraan yang meledak bertukar rasa sedih yang sangat, rasa
yakin diri berganti rasa ragu yang berlebihan.

Dari pendapat di atas dapat kita pertegas bahwa pada diri remaja akan mengalami suatu
ketidakstabilan emosi dan perasaan, dimana dalam waktu bersamaan remaja akan mengalami masa
kritis. Dimana remaja akan mengalami persoalan-persoalan apakah dirinya akan mampu
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi maka akan mampu pula untuk selanjutnya, sebaliknya
bila remaja tidak mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi maka ia akan menjadi temaja
yang senantiasa mengantungkan diri dengan orang lain. Dengan demikian tanpa mengetahui
masalah-masalah tersebut maka akan sukurlah memahami sikap dan tingkahlaku spiritual pada
remaja. Betapah banyak orang tua yang mengeluh, karena anaknya telah remaja itu telah menjadi
keras kepala, sukar diatur, mudah tersinggung dan melanggar aturan atau nilai-nilai moral atau
norma-norma yang berlaku.

Perkembangan Spritual Keberagamaan Pada Diri Remaja

Dalam pembangian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki tahap
progresif, dalam kamus bahasa Indonesia progresif dikenal dengan tahap dimana diri individu telah
mengalami kemajuan bertingkat-tingkat naik. Dengan demikian remaja yang progresif adalah suatu
masa remaj yang mana telah mengalami kemajuan atau perkembangan pada diri baik secara
fisikologis maupun biologis. Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya. Maka agama
pada remaja turut di pengaruhi perkembangan itu. Maksudnya penghayatan para remaja terhadap
ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada remaja banyak berkaitan dengan faktor
perkembangan. Faktor perkembangan jiwa keberagaman pada remaja itu yaitu: pertama
Pertumbuhan pikiran dan menta, kedua Perkembangan Perasaan, Ketiga Perkembangan sosial,
keempat Perkembangan Moral, kelima Sikap dan mental

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Spritual Remaja


Sikap keagamaan adalah suatu kondisi diri seorang yang dapat mendorongnya untuk
bertingka laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keberagamaan tersebut
disebabkan oleh adanya konsitensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur efektif dan
perilaku terhadao agama sebagai unsur konatif. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa sikap
keagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama,
serta tidak keagamaan dalam diir seorang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap keagamaan
menyangkut atau berhubungan erat dengan kejiwaan.

Berdasarkan kenyataan yang ada jadi sikap keagamaan seorang pada remaja dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor eksteren.

1. Faktor Interen
 Faktor Hederitas

Faktor hederitas yang dimaksud adalah suatu sifat keturunan dari sifat
keturunan dari genetic dari orang tua ke anak, artinya jiwa keagamaan pada remaja
itu juga dipengaruhi oleh faktor genetik.

 Tingkat Usia

Tingat usia menurut berbagai ahli mengemukan bahswa adanya suatu


keterkaitan tingkat usia dengan jiwa keagamaan yang terjadi pada diir peribadi, sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Ernest Harms bahwa perkembangan agama pada anak-
anak ditentukan oleh tingkat usia mereka, karena perkembangan tersebut dipengaruhi
oleh berbagai aspek kejiwaan termasuk perkembangan berfikir. Ternyata anak yang
menginjak usia berfikir kritis lebih kritis pula dalam memahami ajaran agama.
Selanjutnya pada usia remaja saat mereka meranjak pada usia kematangan seksial,
pengaruh itupun menyertai perkembangan jiwa keagamaan mereka. Tingkat
perkembangan usia dan kondisi yang dialami para remaja menimbulkan konflik
kejiwaan yang cenderung mempengaruhi terjadinya konvensi agama. Terlepas dari ada
tidaknya hubungan konversi agama. Terlepas dari ada tidaknya hubungan konvensi
dengan tingkat usia seorang dengan perkembangan jiwa keagamaan barang kali tak
dapat diabaikan begitu saja. Yang jelas, kenyataannya kita dapat melihat adanya suatu
perbedaan pemahaman keagamaan pada tingkat usia yang berbeda.

 Kondisi Kejiwaan
Menurut Sigmund Frued ganguan kejiwaan ditimbulkan oleh konflik yang
terletak di alam ketidaksadaran manusia. Konflik akan menjadi sumber gejala
kejiwaan yang abnormal. Artinya gejala jiwa yang abnormal ini juga muncul
disebabkan adanya fakot genetic atau kondisi sistem syaraf yang diperkirakan
munculnya perilaku abnormal.
2. Faktor Eksteren
 Ingkungan Keluarga

Menurut teori Sigmund Frued dengan konsep Father Image beliau


menyatakan bahwa perkembangan jiwa keagamaan pada anak terhadap bapaknya.
Jika seorang bapak menunjukan sikap dan tingkalaku yang baik, anak akan
cenderung mengidentifikasikan sikap dan tingkalaku sanga bapak pada dirinya.
Demikian pula sebaliknya, jika bapak menampilkan sikap buruk, hal tersebut juga
akan ikut berpengaruh terhadao pembentukan perilaku pada anak.

Dari teori diatas terlihat jelas kedua orang tua sangat mempengaruhi
perkembangan jiwa keagamaan anak.

 Lingkungan Institusional

Lingkungan institusional yang dimaksud adalah suatu lingkungan yang


berupa institusi formal seperti sekolah dan non formal seperti perkumpulan dan
oerganisasi. Menurut Singgih Gunarsah pengaruh jiwa keagamaan terhadap
kegamaan pada remaja dipengaruhi oleh tiga hal yaitu kurikulum dan anak,
hubungan antara anak. Dari ketiga hal tresbut terlihat adanya suatu keterkaitanya
dengan perkembangan jiwa keagmaan yang mana tampak adanya ketiga hal
tersenut ikut mempengaruhi.

 Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat adalah suatu lingkungan dimana kita bersosialisasi


dan berinteraksi terhadap individu yang satu dengan yang lain. Dapat dikatakan
bahwa seorang anak setelah menginjak usia sekolah, sebagaian besar bahwa waktu
bermainnya dihabiskan dilingkungan masyarakat. Artinya lingkungan masyarakat
itu pada umumnya merupakan bagian dari pembentukan sikap dan karakter pada
diir anak. Pada umumnya pergaulan dimasyarakat kurang menekankan pada
disiplin atau aturan yang harus dipatuhi secara ketat. Menurut Barnadid lingkungan
masyarakat adalah suatu lingkungan dimana lingkungan yang mengandung unsur
tanggungjawab, melainkan hanya merupakan unsur pengaruh belaka. Tetapi norma
dan tata nilainya yang ada terkadang lebih mengikat sifatnya. Bahkan pengaruh jiwa
keagamaan yang kuat akan berpengaruh positif bagi perkembangan jiwa keagamaan
anak. Sebab kehidupan keagamaan terkondisi dalam tantanan nilai dan institusi
keagamaan. Keadaan seperti inilah bagimanapun akan berpengaruh dalam
pembentukan jiwa keagamaan.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa lingkungann masyarakat


memiliki suatu peranan penting dalam pembentukan jiwa keagamaan yang nantinya
akan berdampak pada sikap dan perilaku sehingga perilaku yang ditampilkan dapat
diterima dalam konteks sosial.7

Kesimpulan

Dalam membangun sebuah spiritual remaja adalah suatu upaya terus-menerus untuk
mendemonstrasikan hidup yang berarti atau bermakna dengan menjaga dan memelihara iman
remaja serta faktor yang berkaitan supaya dapat mengambil sikap dan keputusan dam realitas
hidup di tengah-tengah kesempatan dan tantangan kehidupan. Masa remaja adalah masa transisi
dari dunia kanak-kanak yang telah ditinggalkan, tetapi masa kedeewasaan belum dijalani dengan
sungguh-sungguh. Itu sebabnya dalam membangun spritualitas remaja siperlukan orang tua dan
gereja berperan untuk menjaga dan memelihara kehidupan mereka dari awal sehingga mereka
mengetahui jalan kebenaran melalui firman Tuhan setiap hari supaya di masa yang akan datang
mereka akan menjadi seorang pribadi yang kuat, kokoh dalam imannya dan takut kepada Tuhan
sehingga hidupnya menjadi berkat atau berarti bagi sesama

Perkembangan spiritual remaja tidak dapat dilepaskan oleh pembinaan kepribadian secara
keseluruhan. Karena perkembangan spiritual remaja adalah bagian dari kehidpan sendiri. Artinya
sikap dan keyakinan spiritual seorang dalam hidupnya tidak lain dari panutan pribadinya yang
bertumbuh dan berkembang sejak lahir tertutama semenjak dalam kandungan. Berkaitan dengan
implikasi spiritual remaja dalam mencapai perkemangan identitas diri. Intinya pada diri remaja
terdapat suatu sikap dan keyakinan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman.

Saran
7
Sugeng Sejati,”Perkembangan Spritual Remaja dalam Persfektif Ahli,”: 114-124
Penulis tentunya sangat menyadari jika penulisan Artikel ini masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kata sempurna. Penulis akan menerima kritik yang membangun dari para pembaca.

Referensi

Latif Helen Farida,”Pengaruh Pengajaran dan persekutuan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Rohani
Anak dan Remaja,” Jurnal Teologi dan pelaynan Kristiani 1 No 1, (November 2017): 120

Pailang Herianto Sande,”Membangun Spritual remaja Masa Kini Berdasarkan Amsal 22:6,”: 60

Rotto Marinus,”Pemuridan Kontekstual Terhadap Pertumbuhan Rohani Pemuda Masa Kini,”.

Setiawan David Eko,”Dampak Injil bagi Transformasi Spritual dan Sosial,”Jurnal Teologi dan
Pendidikan Kristen Kontekstual 2,No 1( Juni 2019): 87

Rifai,”Gemar Belajar Agama Kristen,” ( BornWin’s Publishing: 20199), 161.

Sejati Sugeng,”Perkembangan Spritual Remaja dalam Persfektif Ahli,”: 114-124

Anda mungkin juga menyukai