Anda di halaman 1dari 6

PERAN GEREJA DALAM PERTUMBUHAN IMAN ANAK DAN REMAJA

Enos Kombong Padang


Institut Agama Kristen Negeri Toraja
enoskombongpadang@gmail.com

Abstrak :
Faith is a belief or act of trust and self-denial so that one no longer relies on his own
wisdom and strength, but attaches himself to the power and words of He whom he believes
in. The methodology used in this study is the collection of material from several references or
book sources related to the title of this paper. This research yielded several findings,
including: (1) the meaning of the growth of the faith of children and adolescents (2) the role
of the Church in the growth of the faith of children and adolescents.

Keywords: Faith, church, fellowship, children, and youth

PENDAHULUAN

Tidak mudah untuk melukiskan kondisi pertumbuhan iman yang dialami anak dan
remaja masa kini. Terkadang pertumbuhan iman anak dan remaja tidak sesuai dengan
pertumbuhan iman yang diharapkan oleh gereja dalam hal ini para pembina. Adanya banyak
persoalan atau permasalahan yang dialami oleh para anak dan remaja, merupakan penyebab
utama mengapa mereka cenderung menjauhi setiap persekutuan, dikarenakan tidak
terselesaikanya persoalan yang mereka alami meskipun mereka giat mengikuti persekutuan.
Permasalahan ini tentunya akan berdampak pada pertumbuhan iman anak dan remaja. Karena
itu, gereja diharapkan mampu berperan secara aktif khususnya dalam proses pertumbuhan
iman anak dan remaja.

TUJUAN DAN MANFAAT

Adapun yang menjadi tujuan penulisan jurnal ini ialah guna mengetahui bagaimana
pertumbuhan iman yang dialami oleh anak dan remaja serta untuk mengetahui bagaimana
peran Gereja dalam pertumbuhan iman anak dan remaja.
Kemudian, yang menjadi manfaat penulisan jurnal ini ialah untuk menambah wawasan
atau pengetahuan bahwa sesungguhnya sangat dibutuhkan implementasi peran gereja dalam
pertumbuhan iman para anak dan remaja.
PEMBAHASAN

A. Pengertian iman dan pertumbuhan iman

Iman adalah petualangan yang supernatural, dimana dalam Kitab Suci dinyatakan
bahwa “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-
lamanya. Artinya lewat Pembinaan Warga Gereja (PWG) , para pembina dapat
mengajarkan kepada anak dan remaja bahwa Yesus Kristus yang kita imani adalah Anak
Allah yang mempunyai kasih yang tidak berkesudahan, Ia mengasihi kita mulai dari
kandungan, masa anak-anak, remaja, dan bahkan sampai kakek-nenek dalam hal ini
sampai kita tua.

Pendidikan iman bukan hanya diperoleh melalui pendekatan sekolah formal,


melainkan iman lebih dominan diperoleh melalui keteladanan dan interelasi individu1.
Kemudian, pertumbuhan iman adalah suatu proses dimana seseorang sudah menerima
Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat (Yohanes 1:12), diberi kuasa menjadi anak Allah,
kemudian rindu mendengar, menerima, dan memahami kebenaran Firman Allah dalam
hidupnya setiap hari (1 Korintus 10:17). Selanjutnya di dalam diri orang tersebut,
kebenaran Firman Tuhan berakar dan bertumbuh hingga dapat menghasilkan buah yang
sesuai dengan kehendak Allah (Matius 3:8). ). Hidup di dalam iman kepada Kristus
bagaikan tunas yang baru, terus bertumbuh, dan berbuah. Bertumbuh dalam pengenalan
yang benar akan Allah, sehingga hidup umat manusia berkenan kepada Allah dalam
segala hal dan terus mengarah kepada Kristus (Efesus 4:13-16). Berbuah dalam
kesaksian hidup yang baik, untuk memuliakan nama-Nya (Yohanes 15:7;Efesus 2:10).
Sehingga dari sudut pandang iman manusia dipandang sebagai ciptaan Allah yang paling
mulia, karena diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, untuk bertanggung jawab
kepada Sang Pencipta2.

B. Pertumbuhan Iman Anak dan Remaja

Bertumbuh dalam iman adalah tujuan setiap orang percaya, bertumbuh dalam iman
juga adalah kehendak Allah dalam hidup orang percaya. Pertumbuhan iman ini sesuai
dengan Firman Tuhan yang termuat dalam Efesus 4:11-13. Artinya bahwa lewat
pembinaan yang dilaksanakan para pembina terhadap anak dan remaja, diharapkan dapat

1
“3_Jurnal_PAK_ganjil_2016_2017_EXEMPLARY[1].Docx,” n.d.
2
“KAUM_PEREMPUAN_DAN_JABATAN_GEREJAWI_jurnal_S2_Rannu_B_5_ok[1].Doc,” n.d.
membentuk anak dan remaja yang terus beriman atau terus berpengharapan dalam situasi
dan kondisi apapun. Tetapi yang terkadang kita amati dalam kehidupan kita sehari-hari,
ialah cenderung iman anak dan remaja tidak mengalami pertumbuhan, dimana dengan
adanya banyak permasalahan atau persoalan yang mereka hadapi khususnya dalam
lingkup keluarga baik itu masalah kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya,
orang tua yang terlalu memaksakan kehendak kepada anaknya, bahkan orang tua yang
selalu membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Tidak dapat kita
pungkiri bahwa karena anak dan remaja masih labil, maka biasanya mereka
menyangkutpautkan masalah yang mereka alami dengan persekutuan, salah satunya
mereka terkadang menjauhi setiap persekutuan seperti ibadah sekolah minggu, karena
mereka merasa bahwa masalah mereka sangat tidak bisa mereka hadapi bahkan tidak
bisa mereka selesaikan meskipun mereka giat mengikuti persekutuan.

C. Peran Gereja Dalam Pertumbuhan Iman Anak dan Remaja

Adapun beberapa wujud peran gereja dalam pertumbuhan iman anak dan remaja ialah :

a. Pengajaran dari Gereja melalui para pembina


Para pembina hendaknya dapat terus menguatkan anak dan remaja untuk terus kuat
dan sabar menghadapi setiap permasalahan yang dialami, serta meyakinkan anak dan
remaja bahwa Tuhan mengetahui semua permasalahan yang mereka alami. Sebab
proses perwujudan rencana penyelamatan Allah pun dalam diri Yesus tidak dilalui-
Nya dengan mulus melainkan Ia harus menghadapi pergumulan yang berat. Demi
misi yang Ia emban, Yesus harus menempuh beratnya, pedih, dan sulitnya jalan
salib3.
b. Lewat doa

Iman dan doa berjalan bergandengan tangan-dua sisi pada satu mata uang, doa adalah
ungkapan iman. Dengan demikian, doa yang benar adalah berdoa dengan iman, tidak
ada doa yang nyata tanpa iman, dan tidak ada iman yang nyata tanpa doa. Bahkan,
“kehidupan iman menyempurnakan doa dengan iman” doa tanpa iman adalah
“berdoa tanpa doa” dimana keinginan membebani gerobak doa, dan iman
menggerakkan roda-rodanya. Dalam hal ini para pembina mengajarkan kepada anak
dan remaja bahwa melalui doa maka mereka dapat berkomunikasi dengan Tuhan,

3
“4_Jurnal_Pascasarjana_PAK_2016_DISIPLIN_ASKETISME_DAN_HARMONI[1].Docx,” n.d.
melalui doa mereka menyampaikan segala pergumulan yang dihadapi, dan kita
meyakini bahwa melalui doa jugalah maka keajaiban (uluran tangan atau pertolongan
Tuhan) itu ada. Karena berada dibawah sayap-Nya (kasih-Nya) berarti berada
ditempat perlindungan dan persekutuan dengan Tuhan4

c. Menunjukkan sikap keterbukaan kepada anak dan remaja.


Kebanyakan anak dan remaja yang pendiam, cenderung sangat susah untuk
menceritakan kepada orang lain mengenai sebuah masalah yang mereka alami. Di
sini peran kita selaku para pembina harus terlihat nampak, dimana kita perlu
membangun komunikasi secara perlahan-lahan kepada anak dan remaja, sehingga
mereka juga bisa secara perlahan-lahan juga mengutarakan atau menyampaikan
masalah yang mereka hadapi. Kemudian kita menunjukkan sikap keterbukaan kita
selaku para pembina bahwa kita mengerti atau turut merasakan masalah yang mereka
alami, misalnya masalah mengenai kurangnya perhatian orang tua kepada mereka,
disinilah kita perlu memberikan perhatian yang lebih kepada para anak dan remaja
yang selama ini dapat dikatakan kurang perhatian bahkan kasih sayang dari orang
tua, artinya para pembina disini menggunakan intuisi atau suara hati bahwa dengan
sikap keterbukaan ini maka anak dan remaja dapat mengalami perubahan. Dan
karena itu dinyatakan bahwa, intuisi seseorang juga mempengaruhinya dalam
membentuk orientasi terhadap sesama manusia dan akhirnya juga turut berperan
dalam berbagai tindakan religius dan pertimbangan serta pengambilan keputusan
etis5.
d. Para pembina sebagai teladan bagi anak dan remaja
Perilaku kita manusia lebih banyak berfungsi karena dibentuk oleh pengamatan dan
dipengaruhi oleh proses meniru perilaku orang lain. Disinilah dibutuhkan wujud
peran keteladanan para pembina untuk terus memotivasi anak dan remaja untuk tetap
giat dalam mengikuti persekutuan.

4
Rannu Sanderan and Yohanes Krismantyo Susanta, “Pemahaman Tentang Sayap Dalam Kitab Rut: Studi Kritik
Naratif” 2, no. 1 (2021): 12.
5
Rannu Sanderan, “INTUISI: Pendalaman Gagasan Hans-George Gadamer tentang Intuisi sebagai Supralogika,”
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) 2, no. 2 (December 23, 2020): 114–125.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan :

Terdapat banyak masalah yang dialami oleh para anak dan remaja dalam usia emas
mereka, dimana masalah ini juga mempunyai dampak besar terhadap tumbuh atau tidaknya
iman yang mereka miliki. Dimana jika anak dan remaja bisa menghadapi masalah yang
mereka alami, maka tentu iman mereka akan terus bertumbuh. Tetapi sebaliknya jika mereka
tidak dapat menyikapi masalah yang mereka alami, maka bisa saja iman mereka tidak akan
mengalami pertumbuhan sesuai yang dihadapkan, hal ini dimulai dengan adanya sikap anak
dan remaja yang mulai menjauhi persekutuan.

Saran

Karena itu, kita selaku gereja dalam hal ini para pembina tidak boleh menutup mata
atau berdiam diri terhadap hal ini, melainkan kita perlu secepat mungkin mengambil
sebuah tidakan untuk membantu anak dan remaja untuk menyelesaikan setiap persoalan
yang mereka alami. Dengan demikian, nampaklah sebuah peran gereja dalam pertumbuhan
iman anak dan remaja, yang ditandai dengan adanya motivasi para pembina bagi anak dan
remaja untuk teguh pada iman, sehingga iman mereka dapat bertumbuh dan bahkan
berbuah.
DAFTAR PUSTAKA

Sanderan, Rannu. “INTUISI: Pendalaman Gagasan Hans-George Gadamer tentang Intuisi sebagai Supralogika.”
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) 2, no. 2 (December 23, 2020): 114–125.

Sanderan, Rannu, and Yohanes Krismantyo Susanta. “Pemahaman Tentang Sayap Dalam Kitab Rut: Studi Kritik
Naratif” 2, no. 1 (2021): 12.

“3_Jurnal_PAK_ganjil_2016_2017_EXEMPLARY*1+.Docx,” n.d.

“4_Jurnal_Pascasarjana_PAK_2016_DISIPLIN_ASKETISME_DAN_HARMONI*1+.Docx,” n.d.

“KAUM_PEREMPUAN_DAN_JABATAN_GEREJAWI_jurnal_S2_Rannu_B_5_ok*1+.Doc,” n.d.

Anda mungkin juga menyukai