Anda di halaman 1dari 12

1

NAMA :

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Iman dalam Kekristenan keyakinan sentral yang diajarkan oleh Yesus


Kristus, sehingga iman sangat mempengaruhi kehidupan orang Kristen, karena
imanlah syarat untuk masuk dalam kerajaan Allah. Tanpa iman seseorang tidak
mungkin berkenan kepada Allah atau tiket masuk dalam kerajaan sorga (Ibrani
11:6), jadi iman adalah bagian yang memungkinkan manusia berhubungan dengan
Tuhan, maka tanda-tanda kerohanian yang terlihat di luar (eksternal) masih
mungkin bersifat menipu atau tidak benar. Memang iman itu harus berasal dari
dalam diri manusia (hati), seterusnya dampak atau pengaruhnya bergerak ke luar
diri manusia itu sendiri (eksternal), bukan dari luar diri ke dalam.

Iman adalah suatu bentuk yang abstrak dalam kerohanian, sehingga ada
kemungkinan pandangan yang berbeda akan hal abstrak dengan hal yang kongkrit.
Karena iman itu bentuk abstrak, maka kemungkinan ada hambatan atau lebih sulit
untuk melihat atau mengetahui apakah seseorang beriman atau tidak beriman. Pada
orang-orang yang sedang belajar tentang firman Tuhan, secara umum sukar untuk
menentukan apakah orang itu sudah beriman atau belum beriman. Artinya, belum
tentu orang yang sering membaca firman Tuhan atau yang rajin beribadah memiliki
iman pada dirinya. Karena mungkin saja orang itu sering membaca Alkitab atau
rajin ke gereja, tetapi dia belum beriman. Ia hanya sekadar membaca atau
mengetahui seperti mengetahui pelajaran pengetahuan pada umumnya. Tetapi
sebaliknya orang yang beriman pasti rajin membaca firman Tuhan, Oleh sebab itu,
iman adalah hal rohani (yang abstrak), maka sangat mungkin seorang meyakini
bahwa dirinya memiliki hal iman, walaupun sebenarnya ia belum beriman dalam
dirinya. Kondisi ini sangat mungkin terjadi, tetapi sedapatnya harus dihindari.

Universitas Kristen Indonesia


2

Imanlah dasar keselamatan umat Kristen, yaitu iman yang ada dalam diri
orang yang percaya kepada Tuhan. Sehingga pengajaran tentang iman Kristen
sangatlah penting diberikan kepada remaja Kristen, seperti kepada keseluruhan
umat Kristen. Remaja Kristen adalah calon jemaat Kristen pada masa berikutnya,
sehingga remaja Kristen sangat membutuhkan iman melalui proses pembelajaran
iman Kristen. Imanlah dasar remaja Kristen untuk berhubungan dengan Allah.
Tetapi remaja Kristen sebagai orang yang masih muda sangat berpeluang untuk
tertarik kepada kehidupan dunia hingga mereka menjadi melupakan iman.

Zaman sekarang, banyak remaja cenderung lebih menyukai kesukaan


duniawi seperti bermain game, jalan-jalan ke mall, merayakan hari ulang tahun,
nongkrong bareng bersama teman-teman, dan kegiatan lainnya yang mungkin
kurang bermakna, daripada menyukai belajar tentang iman Kristen. Dalam
kehidupan praktik sehari-hari, dapat dilihat bahwa ada kecendurungan remaja lebih
tertarik melakoni keinginan duniawi yang menyenangkan hatinya dibanding
menggeluti hal-hal yang terkait dengan iman dan kerohanian. Remaja Kristen
karena perkembangan zaman yang sangat cepat dan sangat berpengaruh, mereka
menjadi lebih cenderung terdorong menyukai keinginan-keinginan duniawi yang
menyenangkan, daripada menerima tantangan iman, sehingga iman terancam
merosot.

Bukti kemerosotan iman remaja dapat dilihat dari beberapa data penelitian
berikut. Contoh kecil yang mudah diperiksa di internet bahwa 22,6% remaja di
Jakarta telah melakukan sex bebas (Sp.Og, 2007) Sebanyak 63% remaja sudah
pernah melakukan hubungan sex dengan kekasih atau orang sewaan (survey Komisi
Perlindungan Anak Indonesia dan Kemenkes, 2013). Sebanyak 33% remaja usia
18-20 telah melakukan hubungan sexual (surveu Durex Reckitt Benckiser RB
Indonesia, di 5 kota besar: Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya dan Yogyakarta,
1500 responden: warta. Tribunnews.com, 2019).

Tentulah banyak faktor yang menyebabkan terjadinya seks bebas dalam


remaja. Salah satu faktor yang persuasif sangat berkontribusi terhadap seks bebas
adalah menurunnya keimanan remaja(iman mereka luntur dari atau tidak

Universitas Kristen Indonesia


3

ada keimanan sama sekali). Faktor lain seperti kurangnya perhatian orangtua, rasa
ingin tahu, tontonan yang tidak mendidik, internet dan sebagainya datang menyusul
atau secara bersamaan.

Tentu saja masalah kemerosotan moral dikalangan remaja bukan secara


tiba-tiba. Ada pun se jumlah faktor yang mempengaruhi kemerosotan moral serta
iman remaja, yaitu, aspek dari dalam diri (internal) serta dari luar diri mereka
faktor (eksternal). Faktor internal adalah yang terkait dengan kepribadian remaja,
sementara faktor dari luar diri mereka, seperti kemajuan teknologi, pembinaan
orang tua dalam keluarga, pengaruh teman sebaya pengajaran iman gereja juga
faktor pembinaan di sekolah dan sebagainya. Yuni Sartika Tampubolon (2020)
menyebut faktor eksternal pertumbuhan iman meliputi gereja, keluarga, teman,
lingungan tempat tinggal. Sementara faktor internal meliputi psikologis, spiritual.
Dalam iman Kristen, otoritas dan kebebasan adalah dua hal yang berjalan
bersama berdasarkan prinsip bahwa segala sesuatu yang ada dalam ciptaan harus
tunduk kepada Tuhan, karena iman Kristen mengajarkan bahwa kehidupan di
dunia ini adalah keabadian dan juga iman Kristen mewartakan cinta Tuhan kepada
dunia yang sudah ada. telah dinodai oleh dosa.

Menurut (kuyper, 2014) “Dalam iman Kristen, berpusat dengan otoritas serta
kebebasan merupakan ada dua hal yang berjalan bersama berdasarkan prinsip yang
teguh bahwa segala sesuatu yang ada dalam ciptaan nya harus lah tunduk dan takut
kepada Tuhan, karena iman Kristen yang telah mengajarkan bahwa kehidupan di
dunia ini telah banyak berbuat dosa.

Pada zaman sekarang, di era modern ini sangat disayangkan adanya


kecenderungan kurangnya pembahasan dan pengajaran tentang iman di rumah,
sekolah maupun di gereja. Hal ini mungkin disebabkan kurang menariknya
pengajaran iman itu sendiri di kalangan remaja atau karena sudah cenderung
berada pada kehidupan zona nyaman, di mana nyaris menjadi merasa tidak perlu
lagi membicarakan iman, atau bahkan menganggap iman itu telah ada dengan
sendirinya dalam diri setiap orang Kristen.

Universitas Kristen Indonesia


4

Mengenai iman dan pengajarannya itu tidak boleh berhenti. Iman harus
diajarkan terhadap remaja, orang tua juga wajib mengajarkan iman terhadap
kalangan remaja dan anak-anak, setiap hari, setiap menit, setiap waktu, supaya anak
remaja tidak lupa hal mendasar iman. Iman dan pengajaran iman Kristen harus
melekat pada remaja Kristen. Dan setelah hal iman diajarkan kepada anak remaja
Kristen, sesudah itu atau secara bersamaan remaja Kristen harus mempraktekan
iman itu dalam kehidupan sehari-hari. Jika pengajaran iman adalahsangat penting
bagi semua jemaat Kristen, maka terhadap kalangan remaja, adalahsangat strategis,
sampai mereka betul-betul beriman atau siap untuk beriman ketika mereka
memasuki usia dewasa.

Belajar mengenai iman, cenderung terlihat bukan sebagai hal yang menarik
bagi remaja zaman sekarang. Dalam pada itu, ketika persoalan pelajaran iman
kurang diminati remaja, di sisi lain pengajaran tentang imanpun dapat dirasakan
semakin jarang dibagikan bagi orang tua kepada anak-anak mereka di rumah.
Pengajaran iman di dalam gerejapun dirasa belum cukup atau sangat sedikit,
sehingga kesempatan remaja untuk belajar tentang iman benar-benar semakin
sedikit. Hal ini disebabkan ketika remaja sudah selesai belajar sidi (naik sidi), dapat
dikatakan hampir tidak ada periode belajar lanjutan selain daripada khotbah yang
didengar setiap minggunya. Hal sedemikian ini terjadi di berbagai gereja. Dengan
mendengar khotbah saja tanpa pengajaran adalah kurang mengerti atau bisa
menimbulkan iman buta dan atau kemerosotan iman.

Faktor usia menjadi penting diperhatikan dalam proses pendidikan imanbagi


remaja Kristen. Menurut (Jahja, Psikologi Perkembangan, 2015) Batasan usia
remaja adalah 15-18 tahun nama bukunya Psikologi Perkembangan. Pada batas usia
ini iman sangat penting untuk diajarkan, karena remaja pada usia ini sudah bisa
memilih atau mengetahui yang hal-hal baik dan hal-hal buruk secara sadar. Pada
usia ini, sangat tepat diajarkan pendidikan moral dan pendidikan iman terhadap
anak remaja.

Sementara untuk anak-anak pada usia 6-12 tahun, pada mereka sangat perlu
pemberian atau mencontohkan hal-hal atau tindakan yang baik dari orang tua atau

Universitas Kristen Indonesia


5

oleh orang dewasa yang terdekat. Misalnya orang tua mengajarkan kepada anaknya
kejujuran dan kebaikan yaitu terhadap anak yang berusia 6-12 Tahun, sehingga
Anak pada usia 6-12 tahun belumlah bisa mengetahui dengan baiktentang iman.
sehingga pada usia itu orang tua harus menjamin bahwa mereka masuk ke Sekolah
Minggu. Kelak setelah mereka remaja yaitu berumur 12-21 tahun bagi wanita dan
13-22 tahun bagi pria, pelajaran kekristenan seperti iman telah dapat mereka
pelajari dan hayati dengan baik.

Pengajaran iman Kristen sangat penting dibahas dan dibicarakan setiap saat
baik dalam kondisi apapun. Gereja harus siap melakukan pengajaran dan
pembinaan iman senantiasa. Dimana untuk setiap hari minggu, khotbah yang
dibawakan oleh Pendeta belum bisa dianggap cukup, tetapi harus ditambahkan
dengan pengajaran iman di gereja atau di luar gereja (persekutuan, penelaahan
Alkitab). Di dalam pengajaran iman terutama yang di luar gereja, dapat digunakan
juga sebagai kesempatan untuk bersaksi oleh remaja Kristen. Kesaksian iman itu
sendiri adalah kesempatan remaja Kristen untuk menyampaikan pengalaman
hidupnya bersama-sama dengan Allah. Untuk kesaksian iman, semua orang harus
mendapatkan giliran atau kesempatan untuk menjelaskan tentang hidup beriman,
supaya setiap orang dapat merasakan serta mendorong pertumbuhan iman masing-
masing.

Dalam pendidikan gereja harus mengutamakan pengajaran iman Kristen,


sebagai bagian yang sangat penting dalam kehidupan remaja Kristen. Dalam hal ini
remaja dapat merasakan dan mendapatkan pengajaran iman untuk mendukung
pertumbuhan iman mereka. Dalam kehidupan gereja sehari-hari dapat dirasakan
masih sangat kurang pengajaran iman Kristen. Karena kegiatan khotbah gereja pada
hari minggu lebih didominasi cara liturgis (kebaktian minggu) dan khotbah.
Sebaiknya gereja harus membuka sharing tentang firman Tuhan kepada remaja.
Keadaan seperti ini mungkin saja disebabkan oleh berbagai faktor. Mungkin karena
keterbatasan waktu, tenaga pengajar atau juga faktor dari dalam diri remaja itu
sendiri. Apakah karena pengerja gereja merasa segan atau takut menyinggung
perasaan remaja jika membuka gambaran iman mereka, atau sebaliknya jemaat

Universitas Kristen Indonesia


6

(remaja) yang kurang tertarik kepada hal-hal iman? Semuanya mungkin terjadi dan
masih perlu untuk dikaji oleh penelitian. Apakah karena gereja takut dijauhi oleh
jemaat-jemaatnya karena berterus terang tentang iman, kemungkinannya masih
perlu digali. Namun sebagai remaja, gereja perlu memberikan pendalaman Alkitab
(PA) sebagai dasar hidup komunitas gereja dan persekutuan orang-orang Kudus.

Dalam kondisi beriman, remaja Kristen sering masih sebatas mengetahui


iman dari yang didengar dari gereja, yaitu sebatas pengakuan iman praktis iman
percaya kepada Yesus Kristus. Tetapi belum ada bukti bahwa mereka memiliki
hubungan langsung secara pribadi dengan Tuhan. Bagaimana mereka
mempercayakan diri atau hidup mereka sepenuhnya kepada Tuhan sebagai orang
percaya masih belum dapat diketahui dengan jelas. Pengakuan iman percaya Allah
tidak mungkin datang dari iblis tetapi datang dari Roh Allah (Matius 16:15-17).

Iman sangat dekat dengan firman Allah, sebab iman datang dari firman Allah
(Ibrani 11:1). Firman Allahpun memiliki kondisi yang sama dengan iman dalam
kehidupan remaja Kristen, tidak banyak dibicarakan, atau masih sangat kurang.
Remaja Kristen terkesan seperti kehilangan minat untuk mendengar, mengkaji dan
mengerti firman Allah. Padahal dari sanalah iman berasal. Dalam praktik sehari-
hari firman Tuhan sering tidak dimasukkan menjadi agenda percakapan penting
dalam kehidupan. Pengakuan percaya kepada Tuhan yang didorong oleh Roh Allah,
harus sejalan dengan pengakuan bahwa seseorang beriman. Itu artinya orang
beriman harus dekat dengan sumber iman itu sendiri (firman Allah).

Supaya iman remaja dapat bertumbuh berarti remaja harus memiliki


kehidupan iman yang benar. Kehidupan yang benar itu adalah kehidupan yang ingin
bergaul dengan Tuhan harus, dan harus ditandai dengan selalu berdoa,membaca
Alkitab dan merunungkan firman Tuhan setiap waktu.

Dalam pembahasan tentang iman dan pertumbuhan iman remaja, pastilah


hal itu akan tergantung pada beberapa penyebab yang mempengaruhi. Baik

Universitas Kristen Indonesia


7

penyebab terdapat dalam diri remaja memiliki sendiri, maupun faktor di luar
dirinya, seperti keluarga, orang tua, teman sebaya, gereja atau lingkungan. Dari sisi
faktor eksternal, faktor orang tua menjadi sangat utama, yaitu bagaimana orang tua
untuk menjalankan tugas peran sebagai orang tua dalam keluarga. Pendidikan
keluarga adalah segala upaya dalam keluarga untuk mendidik para anak-anaknya
untuk membentuk yang lebih baik dalam bentuk kehidupan. Pendidikan keluarga
ini akan banyak tergantung kepada orang tua (ayah) sebagai kepala rumah tangga
dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Kebanyakan orang tua sekarang sibuk dengan
pekerjaan sendiri dan urusan yang lainnya, hingga tidak memiliki waktu sebagai
orang tua untuk mengajar atau mendidik anak di rumah. Orang tua sangat
dianjurkan mendidik anak sejak dini dan remaja sangat membutuhkan pengajaran
iman atau mendapatkan pendidikan yang baik dari orang tuanya. Perihal tersebut
disebabkan sukar oleh orang tua untuk mengarahkan iman kepada anak yang telah
dewasa, karena orang berusia dewasa sudah bisa memilah dengan sendiri. Jika
pendidikan keluarga tidak berjalan dengan baik sejak dini maka kemungkinan besar
anak dapat melawan kepada orang tua atau tidak mau menuruti perintah orang
tuanya. Menurut Alkitab, setiap anak yang menyimpang dari jalan kebenaran-Nya,
orang tua harus memukul anak dengan rotan, supaya anak itu tidak mengulangi
kesalahannya tetapi anak menjadi tetap di jalan kebenaran. (Amsal 23:14 & Amsal
8:20).

Orang tua tidak Cuma-cuma memberikan fasilitas kepada anaknya, namun


orang tua hendaklah memberikan peran penting dalam mengajarkan pendidikan
iman kepada anak-anaknya. Orang tua tidak boleh memanjakan anaknya secara
berlebihan, agar anak itu bisa bertumbuh dengan baik menjadi seorang dewasa.
Sebaliknya anak yang dimanjakan bisa menjadi bergantung kepada orang tuanya
sendiri, dan sukar untuk berdiri di atas kaki sendiri. Tidak baik bagi orang tua untuk
menurutin semua kemauan anak atau memenuhi semua kebutuhan yang diminta
oleh anak.

Orang tua harus mempertimbangkan urgensi kebutuhan serta pertimbangan


kesanggupan keluarga. Orang tua juga harus memberikan anaknya waktu untuK

Universitas Kristen Indonesia


8

berjuang mengatasi atau bersabar dalam berbagai ketidaklengkapan kebutuhan


hidup, agar anak itu dapat tumbuh menjadi dewasa dan mandiri dalam hidupnya,
Orang tua harus memberikan contoh yang baik terhadap anak-anaknya, misalnya
orang tua mengajarkan kepada anaknya kejujuran, kesopanan, kedispilinan, taat
beribadah, taat membaca firman Tuhan, dan yang paling terpenting taat kepada
orang tua.

Pada sebagian orang tua zaman sekarang ada kecenderungan lebih


mementingkan kepintaran si anak dibanding hal-hal lainnya seperti iman dan
kerohanian. Mungkin orang tua sudah merasa cukup sampai kemampuan
pengetahuan saja, tanpa memikirkan kemampuan yang lengkap dari anaknya. Jika
mengandalkan kepintaran anak saja (pengetahuan) tentu tidaklah cukup untuk
hidup di zaman sekarang. Sesungguhnya pada setiap zaman, anak-anak tidak
dituntut hanya untuk pintar pengetahuan aja, tetapi juga dituntut memiliki
keterampilan, moral yang baik, jujur, sopan dan bertakwa kepada Yang Maha Esa.
Dengan kata lain anak harus dijamin teguh menjalankan kewajiban kerohanian dan
agama.

Secara umum, iman adalah bahwa iman suatu dasar keselamatan bagi umat
yang percaya kepada Tuhan, karena Imanlah syarat masuk kerajaan sorga, tanpa
memiliki iman seseorang tidak mungkin berkenan kepada Allah (Ibrani 11:6).
Dalam imanlah manusia bisa berhubungan dengan Tuhan, dan membangun
hubungan yang inti kepada Tuhan dengan kuat (Roma 10:17). Karena Iman juga
yang mendasarkan kita percaya kepada Tuhan, tanpa iman tidak ada pengertian
percaya kepada Tuhan, secara lebih khusus iman itu adalah dasar dari segala sesuatu
yang kita harapkan dann bukti tidak kita lihat. (Ibrani 11:1).

Menurut (Eliyusu, 2020) Ada enam faktor yang mempengaruhi menyimpang


iman sebagai berikut: (1) berubahnya tujuan, (2) Dosa-dosa yang melekat, (3)
rapuhnya fondasi iman, (4) hidup yang melimpah materi, (5) ketakutan, (6) sibuk
dengan hal-hal tidak berguna.

Pada zaman saat ini tidak banyak orang tua yang memberikan pengajaran
iman kepada anak-anaknya, akan tetapi tidak sedikit juga anak-anak yang

Universitas Kristen Indonesia


9

mendapatkan pengajaran iman maka ia memiliki pertumbuhan iman. Hal tersebut


dapat terjadi, dikarenakan orang tua anak-anak tersebut sebenarnya tidak memiliki
iman yang diberikan oleh Kristus. (1 Korintus 13:2).

Jika seorang ayah yang berstatus sebagai perokok aktif mengingatkan anak
untuk tidak merokok, maka sukar bagi anak untuk tidak merokok. Orang tua
merupakan contoh utama bagi anak. Sama halnya dengan pengajaran iman. Orang
tua yang tidak memiliki iman yang diberikan oleh Kristus, ia akan mengajarkan
iman yang bukan sesuai dengan firman Tuhan. Sering kali terlihat seperti iman yang
benar, padahal ia memberikan pengajaran iman yang datang dari dirinya sendiri.

Berdasarkan pemaparan diatas, kualitas peran orang tua dalam pendidikan


iman sangat mungkin membuat komitmen positif untuk peningkatan kualitas iman
anak, sehingga penulis tertarik atas masalah tersebut sehingga tergerak untuk
melakukan penelitian dengan judul Pengaruh peran orang tua terhadap
pertumbuhan iman remaja Kristen di wilayah Jabodetabek. Peran orangtua
sangat penting bagi anak untuk mendapatkan pengajaran iman, kerohanian, serta
nilai-nilai moral dari orang tua terhadap anak. Oleh sebab itu fungsi peran orang tua
sangat penting dalam keluarga dan pendidikan iman, harus dilakukan dan
dijalankan dengan sebaik-baiknya. Peran tersebut tidak boleh berhenti, agar anak
mendapatkan pendidikan iman dari orang tua, dan pengajaran iman selalu ada
ditengah-tengah keluarga. Suatu usaha untuk mengatasi kemerosotan iman bagi
anak. Jaman yang sangat modern ini justru anak itu semakin merosot dan semakin
menurun iman maupun moralnya, bahkan ditengah keluarga semakin sedikit
mengajarkan iman atau pendidikan moral bagi anak.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latarbelakang di atas, maka masalah ini dalam penelitian


ini dapat diidentifikasi seperti berikut :

Universitas Kristen Indonesia


10

1. Adakah pengaruh peran orang tua dalam keluarga terhadap pertumbuhan iman
remaja Kristen?

2. Seberapa besar pengaruh peran orang tua terhadap pertumbuhan iman remaja
Kristen Jabodetabek?

3. Apasaja metode/cara pembinaan remaja Kristen yang dilakukan oleh orang tua
dalam keluarga Kristen?

4. Seberapa pentingkah pendidikan iman Kristen pada anak-anak remaja?

5. Sejauh manakah pengajaran iman oleh gereja bagi remaja Kristen?

6. Sejauh mana orang tua berperan dalam pengajaran iman dalam keluarga
terhadap anak remaja?

7. Bagaimanakah pertumbuhan iman remaja Kristen di Jabodetabek?

8. Bagaimana Pengerja Gereja tentang konsep iman dalam tugasnya, dalam


membimbing remaja Kristen menuju pertumbuhan iman?

1.3. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini berjalan efektif, maka dilakukan pembatasan terhadap


masalah yang dikaji. Adapaun masalah penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh
peran orang tua dalam keluarga terhadap pertumbuhan iman remaja Kristen di
wilayah Jabodetabek.

1.4. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah yang dilakukan di atas, maka masalah penelitian


dirumuskan seperti berikut ini.

1. Bagaimanakah peran orang tua dalam keluarga Kristen di wilayah


Jabodetabek?

2. Bagaimanakah pertumbuhan iman remaja Kristen di wilayah Jabodetabek?

Universitas Kristen Indonesia


11

3. Apakah ada pengaruh peran orang tua dalam keluarga terhadap pertumbuhan
iman remaja Kristen di wilayah Jabodetabek?

1.5. Tujuan Penelitian

Dari pembatasan masalah diatas, maka peneliti masalah penelitian ini sebagai
berikut :

1. Untuk mengetahui gambaran peran orang tua dalam keluarga Kristen di


wilayah Jabodetabek?

2. Untuk mengetahui gambaran pertumbuhan iman remaja Kristen di wilayah


Jabodetabek?

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh peran orang tua dalam keluarga
terhadap pertumbuhan iman remaja Kristen di wilayah Jabodetabek?

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat disumbangkan oleh penelitian ini terhadap para
pemangku pendidikan dapat dilihat dari sisi teoritis dan sisi praktis, seperti
dituliskan berikut ini.

a. Manfaat teoritis

1. Memberikan gagasan, konsep atau teori tentang peran orang tua dalam
pendidikan kekristenan, serta konsep atau teori pertumbuhan iman remaja
Kristen

2. Sebagai sumber atau acuan bagi penelitian berikutnya, khususnya penelitian


yang berhubungan dengan variabel peran orang tua dan iman remaja Kristen.

b. Manfaat praktis

1. Menambah wawasan pengetahuan pengajaran iman dan pertumbuhan iman


Kristen dan peran orang tua terhadap remaja Kristen, guru-guru Kristen, guru

Universitas Kristen Indonesia


12

remaja Kristen, gereja dan orang tua.

2. Sebagai pertimbangan bagi gereja, orang tua dan guru-guru Kristen dalam
mengajar iman Kristen bagi anak remaja Kristen.

Universitas Kristen Indonesia

Anda mungkin juga menyukai