Anda di halaman 1dari 23

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Iman menurut Fowler, adalah suatu cara manusia bersandar atau berserah diri serta
menemukan atau memberikan makna terhadap berbagai kondisi atau keadaan hidupnya.1 Iman
berarti seseorang meyakini bahwa Allah mampu untuk menolong. Beriman Kepada Allah berarti
mengamini bahwa Allah adalah sumber kekuatan dan kehidupan. Dengan adanya iman seseorang
bisa mengenal Allah, dan jika seseorang mengenal Allah seseorang akan beroleh hidup yang
kekal. Orang Kristen, harus percaya bahwa Yesus Kristus adalah penyelamat.2

Berbicara mengenai iman, Abraham adalah salah satu tokoh Alkitab yang mempunyai
iman yang teguh kepada Allah. Dia kuat dalam menghadapi segala situasi baik itu kelaparan,
bencana, dan lain-lain. Abraham mengalahkan keraguan di tengah penderitaan yang hebat. Ini
merupakan pertumbuhan iman yang wajar. Jika seseorang bertumbuh dalam pengenalan akan
Allah, seseorang akan menemukan bahwa iman akan bertumbuh semakin kuat seperti Abraham.
3
Beriman berarti berhubungan dengan seseorang atau sesuatu sedemikian rupa, sehingga hati dan
perhatiannya diberikan, harapan seseorang difokuskan kepada orang lain. Menurut Fowler, iman
adalah urusan kepala dan hati; iman bersifat rasional maupun perasaan. Iman juga dikatakan
sebagai hal yang universal yang ada dalam diri manusia.4 Iman dapat bertumbuh melalui
kegiatan-kegiatan rohani dan berbagai aktifitas spiritual lainnya. Pertumbuhan iman jemaat
ditunjukan melalui kualitas persekutuan seseorang secara pribadi dengan Kristus sebagai Kepala
Gereja, dan kualitas persekutuan seorang kristen dengan sesamanya. Jadi pertumbuhan iman
memiliki dimensi vertikal sebagai sumber pertumbuhan iman secara pribadi dan dimensi
horizontal sebagai sumber kesaksian kepada sesama.5 Berbicara mengenai pertumbuhann iman
yang sempurna, orang Kristen harus bertumbuh dan berkembang hingga mencapai tingkat

1
Agus Cremers, diterjemahkan, Teori Perkembangan Kepercayaan: Karya-karya penting James W. Fowler (
Yogyakarta: Kanisius, 1995), 8
2
Limbong Paillin, “Pemuridan Kontukstual Terhadap Pertumbuahan Iman Warga Jemaat Efrata Minaga”, diakses 19
november 2020, pukul 15.18 WIB, https://doi.org/10.31219/osf.io/3c2dq
3
James Montgomery Boice, Dasar-Dasar Iman Kristen: Sebuah Theology yang Komprehensif dan Mudah Dibaca, ed.
Irwan Tjulianto (Surabaya: Momuntum, 2011), 470-471.
4
Thomas H. Groome, Christian religious education-Pendidikan agaman Kristen: berbagi cerita dan visi kita,
diterjemahkan oleh Daniel Stefanus (Jakarta: Gunung Mulia, 2017), 99-100
5
Wellem Sairwona, “KAJIAN TEOLOGIS PENYAMPAIAN FIRMAN TUHAN DAN PENGARUHNYA BAGI PERTUMBUHAN
IMAN JEMAAT”. Jurnal Shanan 1, no. 2 (October 1, 2017): diakses 18 November 2020.
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/shan/article/view/1497 .

1
pertumbuhan tertentu. Setiap orang Kristen harus mencapai pertumbuhan iman secara
dewasa/sempurna. Ukuran pertumbuhan iman yang sempurna bukanlah perasaan seseorang atau
pendapatnya sendiri, melainkan sesuai dengan ukuran Firman Allah. Dari hal ini, bisa diartikan
bahwa Firman Allah adalah dasar untuk membangun iman seseorang. Pertumbuhan iman yang
sempurna itu ketika seseorang melayani Allah, mencapai kesatuan iman, mencapai pengetahuan
yang benar tentang Anak Allah, dan teguh berpegang pada kebenaran, dan di dalam kasih
bertumbuh dalam segala hal yang tertuju kepada Allah. 6 Pertumbuhan iman seperti inilah yang
harus seseorang capai. Sehingga iman seseorang bertumbuh dengan benar dan sesuai dengan
kehendak Tuhan.

Seseorang yang baru percaya kepada Yesus tidak otomatis memiliki iman yang kuat dan
benar. Karena itu imannya harus dibangun kearah yang benar. Adapun hal-hal yang
mempengaruhi pertumbuhan iman seseorang yaitu: Pertama, belajar Firman Tuhan. Jika orang
Kristen ingin mengalami pertumbuhan rohani harus belajar dari Firman Tuhan. Belajar dari isi
Alkitab adalah dasar dari pertumbuhan rohani. Kedua; penyembahan dan doa. Penyembahan
merupakan respon seseorang untuk memuji dan membesarkan nama Tuhan. Penyembahan
mengingatkan perbuatan-perbuatan Tuhan dan kasih setia-Nya. Penyembahan dapat dilakukan
melalui doa, puji-pujian, kidung, pembacaan Mazmur puji-pujian, dan puisi yang berisi puji-
pujian. Ketiga, persekutuan (fellowship), gereja mula-mula membentuk persekutuan karena
mereka telah mengalami keselamatan dari Tuhan dan menyadari akan pentingnya persekutuan.
Persekutuan akan menolong orang untuk saling mengasihi, saling melayani, saling membangun,
saling memperhatikan, saling menasehati, saling mengakui dosa-dosanya, saling menanggung
beban, membesarkan hati orang lain.7

Pertumbuhan seseorang adalah proses mewujudkan Kristus dalam kehidupan seseorang


di dunia. Seseorang berjuang dan bergumul untuk hidup sebagai anak-anak Tuhan di tengah
banyaknya tarikan-tarikan duniawi. Ini bukan hal yang mudah. Tetapi kuasa Kristus akan
dinyatakan di sepanjang jalan pertumbuhan seseorang dan memampukan seseorang untuk

6
Yusuf Eko Basuki, Pertumbuhan iman yang sempurna: Menumbuhkan iman sesuai kehendak Allah
(Yogyakarta:Garudwacana Oline Books, 2014), 2-3
7
Limbong Paillin, “Pemuridan Kontukstual Terhadap Pertumbuahan Iman Warga Jemaat Efrata Minaga”, diakses 19
november 2020, https://doi.org/10.31219/osf.io/3c2dq

2
menghasilkan buah. Sebab, jika Kristus yang menjadi dasar dan alasan pertumbuhan seseorang,
Dia akan leluasa menyatakan pribadi dan karya-Nya di dalam dan melalui seseorang. 8

Fenomena awal sehingga dilakukannya Persekutuan Doa di SMP Kristen 1 SoE adalah
ada beberapa anak mengalami “Cengkraman” atau “Kerasukan”.9 Hal ini terjadi secara tiba-tiba
dan Kepala Sekolah memutuskan untuk mengadakan Ibadah Persekutuan Doa di sekolah. Dari
awal terbentuknya Persekutuan Doa hanya beberapa siswa saja yang ikut ambil bagian dalam
Ibadah Persekutuan Doa, tetapi seiring berjalannya waktu anak-anak banyak yang sudah
bergabung dalam Ibadah Persekutuan Doa. Awal terbentuk Persekutuan Doa belum diwajibkan,
tetapi siapa yang tergerak hatinya untuk ikut ambil bagian dalam ibadah Pesekutuan Doa baru
ikut saja, seiring berjalannya waktu sekarang sudah diwajibkan bagi seluruh guru, pegawai dan
seluruh peserta didik. Berangkat dari visi sekolah “Unggul dalam iptek dan bertakwa kepada
Tuhan Yesus Kristus, sebagai sumber ilmu pengetahuan”. Sehingga yang diharapakan atau
ditargetkan sekolah setelah anak didiknya sudah menjadi alumni bukan saja memiliki ilmu
pengetahuan yang baik, tetapi iman yang bagus dalam artian ikut persekutuan karena percaya
Tuhan, dan iman mereka bertumbuh melalui Persekutuan Doa. Pertumbuhan Iman yang dimiliki
anak-anak SMP Kristen 1 SoE, seperti takut Tuhan, dalam hal ini mereka ikut persekutuan
karena percaya dan takut Tuhan. Dalam hal ini, ada perubahan yang dimiliki oleh anak-anak,
walaupun kenakalan yang sering terjadi hanya sebatas hal-hal yang bersifat kenakalan anak
remaja seperti malas, melawan Orang tua dan Bapak/Ibu Guru, berkata kotor/makian, terlambat
dan lain-lain. Kenakalan ini yang terjadi pada siswa kelas VII karena mereka masih
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru tempat mereka belajar, siswa kelas VIII-IX juga
mengalami hal yang sama, mereka nakal tetapi nakal masih dalam artian nakal anak-anak remaja
yang sewajarnya.

Masalah yang dialami anak SMP Kristen 1 SoE seperti melawan orang tua dan guru,
melakukan perundungan kepada teman, berkata kasar, malas, sombong dan lain sebagainya. Dari
hal ini, sudah bertentangan dengan Firman Tuhan, mereka rajin beribadah tetapi ada yang masih
tidak serius dalam mengikuti Persekutuan Doa, sehingga ketika mereka kembali ke kehidupan
mereka masih melakukan hal yang melanggar Firman Tuhan. Sehingga melihat hal ini, Peran

8
Tim Penulis Kambium, Bertumbuh Dalam Kristus (Kambium Media: Yayasan Gloria, 2012), 16
9
Cengkaraman atau kerasukan (orang yang kemasukan Roh didalam tubuhnya) dipercayai oleh masyarakat SoE

3
Persekutuan Doa melalui pembinaan iman dan karakter siswa, mereka sudah dibekali dengan
dengan nasihat-nasihat dari guru-guru untuk karakter mereka dibentuk, begitu juga dengan
menanamkan nilai-nilai keagamaan melalui ibadah persekutuan doa. Dengan demikian, sebagai
salah satu kekuatan sekolah, salah satu daya tarik sekolah, dan masyarakat dilingkungan sekolah
senang menyekolakan anaknya di SMP Kristen 1 karena doa.10 Sehingga yang menjadi fokus
disini mengenai “Pertumbuhan Iman”.

Penelitian Tugas Akhir ini membahas Peran Persekutan Doa dalam Pertumbuhan Iman
Anak SMP Kristen 1 SoE. Penelitian ini bertujuan meneliti Peran Persekutuan Doa Dalam
Pertumbuhan Iman Anak-Anak di SMP Kristen 1 SoE. Beberapa teori atau penelitian
sebelumnya terkait doa dan pertumbuhan iman atau spiritual telah dilakukan oleh beberapa
peneliti, di antaranya:

Sulfriyanti, Leonard Sumule yang meneliti tentang “Kajian Doa Puasa Bagi
Pertumbuhan Spiritual Di Jemaat GKII Tanjung Belimbing Kalimantan Utara”. Dalam
penelitianya menjelaskan tentang peran doa puasa dalam pertumbuhan spiritual jemaat. Doa
puasa adalah suatu hubungan yang dilakukan oleh orang Kristen untuk berkomunikasi kepada
Tuhan dengan cara menyiapkan diri secara pribadi agar seseorang dapat menfokuskan tujuan
untuk lebih dekat lagi dengan Tuhan. Karena dalam doa puasa membawa seseorang untuk
berserah dan mengucap syukur atas penyertaan Tuhan dalam kehidupan. Doa puasa merupakan
pertama, berdasarkan penelitian penulis, maka disadari bahwa doa dan puasa adalah komunikasi
yang dilakukan antara orang percaya dengan Tuhan dan menfokuskan hati serta pikirannya
kepada Tuhan dengan mampu menahan segala keinginan-keinginan daging. Kedua, dampak doa
dan puasa merupakan salah satu bagian yang penting bagi orang Kristen yang perlu terus
dilakukan di jemaat GKII Tanjung Belimbing. Ketiga, mengenai tantangan-tantangan yang
dihadapi oleh jemaat dalam melakukan doa puasa, maka jemaat perlu mampu melawan setiap
tantangan-tantangan dalam melakukan doa puasa dengan meminta hikmat dari Roh Kudus.
Keempat, fungsi seorang dari hamba Tuhan menolong dan memberikan motivasi kepada jemaat
untuk terus giat melakukan doa puasa. Kelima, penting bagi orang Kristen melakukan doa dan
puasa untuk pertumbuhan spiritual.

10
Bapak Daniel Selan, Kepala Sekolah.Wawancara via telepon, tanggal 26 November 2020, pukul 18.00 WIB

4
Penelitian kedua dilakukan oleh Adrian Gumilar Therik, meneliti “Peran Doa Malam
Terhadap Anak Usia 10-12 Tahun Dari Perspektif Keluarga Sebagai Pusat Pembentukan di
GMIT Kefas Kota Kupang”. Penelitian ini merupakan upaya untuk memahami bagaimana peran
doa malam terhadap anak usia 10-12 tahun dari perspektif keluarga sebagai pusat pembentukan.
Terutama kedudukan doa malam yang sudah menjadi budaya. Doa malam sebagai salah satu
aspek penting keluarga sebagai pusat pembentukan, tidak bisa di anggap remeh oleh setiap
keluarga Kristen. Fungsi dan peran doa malam ketika tidak jalankan sama sekali atau bahkan
tidak dikenalkan sejak dini kepada anak maka dampak paling besar akan terjadi kepada anak.
Dampaknya adalah anak tidak terlalu peduli dengan perkembangan iman, anak menganggap
remeh fungsional agama bagi dirinya. Tetapi sebaliknya ketika anak dikenalkan doa malam sejak
dini, setidaknya anak mulai menggambarkan secara konkrit bagaimana agama (Tuhan) berperan
dalam dirinya sendiri. Doa malam yang dijalankan sebagai sebuah budaya yang akan terus
dilaksanakan merupakan sebuah jembatan antara gereja dan keluarga sebagai gereja mini,
sehingga pengertian gereja mini ini tidak habis dalam pengertian abstrak tetapi keluarga juga
berperan penting dalam tugas dan tanggung jawab gereja dalam hal ini adalah membentuk anak
menjadi misionaris-misionaris terdepan.

Peneliti ketiga, Helen Farida Latif “Pengaruh Pengajaran dan Persekutuan Terhadap
Tingkat Pertumbuhan Rohani Anak dan Remaja”. Pekabaran Injil kepada jiwa-jiwa yang
terhilang sangat penting untuk dilakukan gereja, dan yang tidak kalah penting yang harus juga
dilakukan oleh gereja, yaitu meningkatkan pertumbuhan kerohanian jemaat. Agar kerohanian
jemaat, termasuk anak-anak dan remaja dapat mengalami pertumbuhan sampai tingkat
kedewasaan penuh sesuai kehendak Tuhan perlu dilakukan pembinaan secara terus-menerus
melalui pengajaran dan persekutuan. semakin tinggi tingkat pengajaran firman Tuhan yang
dihadiri anak anak dan remaja, maka semakin tinggi tingkat pertumbuhan rohani mereka.
Dengan derajat kepercayaan sebesar 95% menunjukkan bahwa ada pengaruh antara tingkat
pengajaran terhadap peningkatan pertumbuhan rohani anak-anak dan remaja. Semakin tinggi
tingkat persekutuan yang dihadiri anak-anak dan remaja, maka semakin tinggi tingkat
pertumbuhan rohani mereka.

Penelitan ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya berkaitan denga topik


pertumbuhan iman. Dalam penelitian pertama Sulfriyanti fokus pada peran doa puasa untuk

5
membangun pertumbuhan spiritualitas jemaat. Penelitian kedua, Adrian Gumilar Therik fokus
pada peran doa malam dalam pembentukan perkembangan iman dalam keluarga. Sedangkan
yang ketiga, Helen Farida Latif fokus kepada peran pengajaran dan persekutuan dalam gereja
terhadap tingkat pertumbuhan rohani anak dan remaja. Penelitian Tugas Akhir ini berfokus pada
Peran Persekutuan Doa dalam Pertumbuhan Iman Anak di SMP Kristen 1 SoE. Beberapa
perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya meliputi: (1) Terletak pada variable
independennya yaitu peran Persekutuan doa; (2) dan lokasi penelitian di sebuah Sekolah; (3)
Kajian teori yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan teori perkembangan iman Fowler.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas, penulis merumuskan pokok permasalahan yang


tertuang dalam rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimanakah Peran Persekutuan Doa dalam pertumbuhan iman anak di SMP Kristen 1 SoE?

C. Tujuan

Untuk mendiskripsikan Peran Persekutuan Doa dalam pertumbuhan iman anak di SMP Kristen
1 SoE

D. Manfaat Penelitian

1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat, memberikan sumbangan nilai
akademis dalam pengembangan ilmu bagi Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana.
Dalam bidang pertumbuhan iman.
2. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat, bagi penulis hasil penelitian sebagai
pedoman serta dapat menambah pengetahuan bagi penulis ke depan. penelitian ini dapat
memberikan kontribusi bagi Guru-guru, Anak didik, Orang tua serta Masyarakat. Khususnya
anak SMP Kristen 1 SoE tentang Peran Persekutuan Doa dalam pertumbuhan iman anak,
sehingga anak-anak dibekali dengan nilai-nilai keagamaan.

6
E. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif diskriptif. Penelitian


kualitatif mengembangkan teori dari fakta, kejadian, amatan, pengalaman untuk mencari makna
holistik, penelitian kualitatif mengembangkan perspektif yang akan digunakan untuk memahami
dan menggambarkan realitas, serta melakukan kesimpulan untuk merumuskan teori secara
induktif, sehingga penelitian ini sering disebut penelitian dari dasar. Alat pengumpulan data atau
instrument penelitian kualitatif adalah si peneliti sendiri. Sedangkan teknik pengumpulan data
yang sering digunakan adalah observasi partsipatif, wawancara, dokumentasi, pengamatan dan
studi pustaka. Teknik tersebut digunakan untuk menggambarkan hasil yang ditemukan
dilapangan secara alamiah. Karena itu, sistem laporan penelitiannya diskriptif. 11

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk pengambilan data dalam
penelitian kualitatif. Dalam pengamatan peneliti harus memperhatikan fenomena yang ada di
lapangan yang akan diteliti, pengamatan tersebut didasarkan pada tujuan riset dan pertanyaan
riset. Sebagai peneliti dapat menyaksikan lingkungan fisik, partisipan, aktivitas, interaksi,
percakapan, dan perilaku seorang peneliti sendiri selama proses pengamatan yang akan diteliti
dengan menggunakan semua indra, termasuk penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman,
dan perasa dengan pengamatan secara luas maka peneliti berfokus pada pertanyaan riset. 12
Sehingga dalam penelitian ini maka peneliti akan turun langsung ke lokasi penelitian di
SMP Kristen 1 SoE melakukan observasi mengenai Peran Persekutuan Doa dalam Pertumbuhan
Iman Anak. Data yang diambil adalah Ibadah Persekutuan Doa di SMP Kristen 1 SoE.
Pengumpulan data ini bertujuan untuk membantu penyusun dalam mengumpulkan data
sebagaimana yang diharapkan.

2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu pengambilan data yang dilakukan melalui kegiatan
komunikasi lisan dalam bentuk tersturuktur dan tidak terstruktur. Wawancara yang terstruktur

11
J.D. Angel, Metodologi Penelitian Sosial & Teologi Kristen, (Salatiga: Widya Sari Press Salatiga, 2005), 20-21
12
Jhon W Creswell, Penelitian Kualitatif Dan Desain Riset,231-232

7
merupakan bentuk wawancara yang sudah diarahkan oleh sejumlah daftar pertanyaan, tidak
menutup kemungkinan memunculkan pertanyaan baru yang idenya muncul secara spontan sesuai
dengan konteks pembicara yang dilakukan.13 Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
wawancara yang ditujukan kepada siswa yang mengikuti Ibadah Persekutuan Doa, Kepala
Sekolah dan Guru-guru.
3. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh
data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa
laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data kemudian ditelaah. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi Ibadah Persekutuan Doa dan profil sekolah.14

4. Studi Pustaka

Studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan
dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti, selain itu
studi kepustakaan sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini dikarenakan penelitian
tidak akan lepas dari literatur-literatur ilmiah. Data diperoleh dari data yang relevan terhadap
permasalahan yang akan diteliti dengan melakukan studi pustaka lainnya seperti buku, jurnal,
artikel, peneliti terdahulu. Dalam penelitian ini secara khusus menggunakan kajian teori
perkembangan iman Fowler.15

F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan diantaranya sebagai berikut:

Penulis membagi tulisan ini ke dalam lima bagian, yaitu: bagian pertama, membahas
pendahuluan, yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode
penelitian, dan sistematika penulisan; Bagian kedua, akan membahas landasan teori, membahas
teori Persekutuan Doa, membahas teori perkembangan iman James W. Fowler, tahap-tahap
perkembangan Iman, Bagian ketiga, membahas hasil penelitian, berisi data hasil penelitian yang

13
Maryaeni, Metode Penilitian Kebudayaan (Jakrta: PT Bumi Aksa, 2005), 70
14
Sugiyono, Metode Penelitaian Kombinasi (Mixed Methods). (Bandung: Alfabeta, 2015) 329
15
Sugiyono, Metode Penelitaian Kombinasi (Mixed Methods). (Bandung: Alfabeta, 2016) 291

8
ditemukan selama penelitian di lapangan, Visi Misi Sekolah dan Sejarah terbentuknya
Persekutuan Doa; Bagian keempat, analisa hasil penelitan; Bagian kelima, berisi penutup, berisi
kesimpulan dan saran

Landasan Teori
A. Teori Persekutuan Doa

Persekutuan merupakan Roh Kudus membuat orang-orang beriman menjadi suatu


persekutuan yang dicirikan oleh ikatan dalam sejahtera dan kasih yang membuktikan adanya
ikatan dan persekutuan diantara orang-orang beriman dan berbagai-bagai jemaat, yang mungkin
belum dihubungkan oleh suatu organisasi. Persekutuan orang-orang beriman di antara sama
sendirinya adalah berdasar pada persekutuan mereka dengan Allah Bapa serta Yesus Kristus. 16

Doa adalah pertemuan antar pribadi Allah dan manusia yang saling mengasihi, saling
mencari dan saling merindukan. Doa adalah bersatu dengan Allah, membangun persahabatan
denganNya, menyampaikan permohonan kepadaNya. Bagi jiwa, doa mirip dengan makanan bagi
tubuh. Bagi para pengikut Yesus doa adalah kehidupan.17 Doa itu hakekatnya merupakan
perjumpaan dialogis antara Allah dan manusia. Perjumpaan antara Allah dengan manusia yang
merupakan dialog tersebut memiliki makna yang mendalam. Dialog atau perjumpaan dengan
Allah tersebut menjadikan manusia semakin mengenal Allah bahkan semakin dekat dan
mengimani Allah.18

Persekutuan Doa adalah Orang-orang berkumpul untuk berdoa bersama, memuji Tuhan,
dan membaca serta berbagi pemahaman tentang ayat-ayat Alkitab dibawah pimpinan senior
merupakan kegiatan yang biasa, bahkan mendasar dalam kehidupan bergereja19. Dalam hal ini
kelompok doa atau persekutuan doa adalah sebagai tempat berkumpulnya orang-orang percaya,
yang menyerahkan hidupnya kepada Tuhan untuk bersekutu melalui puji-pujian/penyembahan,
membaca dan merenungkan firman Tuhan serta berdoa. Dan bukan saja bersekutu dengan
sesama tetapi dengan melalui Persekutuan Doa lebih adanya hubungan interaksi baik secara

16
Van Niftrik&B.J Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981), 375-377
17
Jacek R. Handrys, Tanya jawab tentang Doa, ( Jakarta: Fidei Press, 2007), 1
18
H. Thomas Green, Bimbingan Doa, (Yogyakarta:Kanesius, 1988) , 32-33
19
Ebenhaizer I. Nuban Timo, Aku Memahami yang Aku Imani, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 147-148

9
pribadi yang mendekatkan diri kepada Tuhan melalui Doa, puji-pujian, kebenaran firman Tuhan
serta kesaksian.

B. Teori Perkembangan Iman Fowler


1. James W. Fowler

James W. Fowler lahir pada 12 Oktober 1940 di North Carolina-Amerika Serikat. Ia


adalah seorang teolog yang kemudian menjadi psikolog dalam bidang agama setelah menempuh
pendidikan di Harvard University. Pada tahun 1972-1984 Fowler bersama rekan-rekannya
mengadakan wawancara kepada lebih dari 500 orang responden, mulai dari umur 4 tahun sampai
88 tahun. Dari analisis hasil wawancara tersebut dipergunakan untuk menyusun sebuah teori
baru yaitu teori tahap perkembangan iman (Faith Development Theory). Teori perkembangan
iman adalah usaha psikologis ilmiah untuk menguraikan dan menganalisis seluruh dinamika
proses perkembagan tahap-tahap iman secara empiris dan deskriptif. Dari penelitian empirisnya
telah menghasilkan banyak pemahaman yang mendalam mengenai kehidupan religius. 20

2. Kepercayaan Eksistensial/Iman Keyakinan Religius dan Agama.

Untuk menyajikan pemikiran Fowler ini, baiklah seseorang bertitik tolak dari istilah-
istilah kunci yang digunakan untuk menunjukkan kekhasan pendekatannya yang baru, yaitu
“Faith Development Theory”. Salah satu istilah kunci adalah Faith. Faith berarti kepercayaan
eksistensial pribadi atau iman. Pada pemikiran Fowler, faith mendapatkan suatu isi simantik
yang sangat luas. Fowler berdalil bahwa “kepercayaan eksistensial” merupakan suatu kegiatan
universal manusia. Dalam hal ini, manusia mempunyai kesadaran bahwa ada pembatas dalam
hidup seseorang yang mana ada batasan-batasan kesadaran dalam hal ini “kematian maupun
perasaan”. Menurut Fowler manusia juga sebagai meaing maker atau pencipta arti. Faith
dikatakan sebagai “pemberian arti”. Dalam hal ini sebagai sesuatu yang memberi tanggungjawab
dalam mengatasi sejumlah masalah eksistensial yang mengganggunya, dengan mengangkat
semuanya menjadi suatu susunan dunia hidup yang berarti.21

20
Jenifer Ehiliani Nonitana, Kajian Teori Pekembangan Iman James Fowler Terhadap Spiritualitas pemuda GPIB
Jemaat Immanuel Semarang, diakses 16 Agustus 2021, pukul 09.50 WIB, http://repository.uksw.edu/handle/123456789/13397
21
Agus Cremers, diterjemahkan, Teori Perkembangan Kepercayaan: Karya-karya penting James W. Fowler (
Yogyakarta: Kanisius, 1995), 20

10
Lebih lanjut Fowler ingin menjelaskan faith dengan kategori “pemberian arti” meskipun
lebih luas dari “kepercayaan”. “Kepercayaan” menyangkut upaya mental untuk “menciptakan,
memelihara dan mentransformasikan arti”. Maka, dalam hal itu “kepercayaan eksistensial”
meliputi seluruh kegiatan pemberian arti dengan mana manusia menciptakan keteraturan dan
kesatuan di dalam hidup dan dunianya sesuai gambarannya mengenai kenyataan. Maka manusia
mempunyai kebebasan dalam menentukan makna dan arah dalam pemberian arti yang memberi
rasa aman dan membuat atau menciptakan suatu cita rasa yang berharga bagi diri manusia.
Fowler membatasi kepercayaan eksistensial sebagai “cara seorang pribadi dan kelompok berada
didalam hubungan dengan lingkungannya yang paling akhir”. Artinya bahwa manusia dapat
memberi arti dalam hidupnya dan kepada sesama melalui interaksi dan relasi yang ada
hubungannya dengan nilai trasenden, dunia sekitar, serta kosmos. Merupakan hal yang
menunjukan makna ultim atau paling akhir bagi seseorang dalam pemberian arti untuk
mewujudakan nilai bersama.22

Bagi Fowler, “kepercayaan eksistensial” sebagai “rasa percaya”. Dalam tindak percaya
yang relasional dan fundamental, Fowler membedakan tiga aspek: Pertama: “kepercayaan”
sebagai cara seorang pribadi (atau kelompok) melihat hubungannya dengan orang lain. Artinya
dengan siapa ia merasa diri bersatu berdasarkan latar belakang sejumlah tujuan yang dimiliki
bersama bahwa seseorang atau kelompok-kelompok memfokuskan perhatian agar tujuan atau
pandangan yang sama atau searah. Kedua: kepercayaan sebagai cara tertentu. Dalam hal ini,
seseorang dapat menafsirkan dan menjelaskan semua peristiwa atau pengalaman yang terjadi di
lapangan atau didalam kehidupannya yang beragam. Ketiga: kepercayaan sebagai cara pribadi
melihat seluruh nilai dan kekuatan yang merupakan realitas paling akhir dan pasti bagi diri dan
sesamanya. Dalam hal ini nilai dan kekuatan sebagai realitas paling akhir itu berupa kesehatan,
kekuasaan, kekayaan, kebebasan, rasa aman, melayani sesama dan penyerahan diri pada
sesama.23

3. Perkembangan Kepercayaan

22
Agus Cremers, diterjemahkan, Teori Perkembangan Kepercayaan: Karya-karya penting James W. Fowler (
Yogyakarta: Kanisius, 1995), 21
23
Agus Cremers, diterjemahkan, Teori Perkembangan Kepercayaan, : Karya-karya penting James W. Fowler (
Yogyakarta: Kanisius, 1995), 21

11
Kepercayaan eksistensial bukanlah sekedar kegiatan pemberian arti, tetapi juga proses
dinamis pemberian arti itu sendiri. Proses tersebut terwujud dalam urutan sejumlah tahap
perkembangan kepercayaan. Kesemuanya itu diungkapkan dengan sebuah istilah dinamis yang
agak aneh dalam bahasa Inggris, yaitu Faithing. “Faithing Development Theory” tidak lain
adalah usaha psikologis ilmiah untuk menguraikan dan menganalisis seluruh dinamika proses
perkembangan tahap-tahap kepercayaan secara empiris dan teoritis. Begitu sentralnya kata
“perkembangan” itu bagi Fowler sehingga dipilih sebagai karakterisasi pendekatan psikologisnya
yang baru, Faith Development Theory. Dengan adanya penekanan pada aspek “perkembangan”.
Dewasa ini istilah “proses” menjadi suatu hal yang metafor yang mendasar dalam setiap
pengalaman dan hidup seseorang dalam menagani dan menafsirkan pengalaman hidup tersebut.
Maka seseorang memusatkan perhatian pada dinamika proses pembentukan, perubahan dan
kemajuan dalam hidup kepercayaan orang. Karena itulah Fowler berniat menyelidiki apa yang
dewasa ini kita sebut “perkembangan kepercayaan”.

Kepercayaan eksistensial merupakan seluruh cara yang telah dikembangkan dan yang
masih berkembang dengan mana pribadi mengalami diri, orang lain dan dunia berdasarkan
gambaran yang disusun dalam membangun pengalaman tersebut dipautkan dengan atau
dipengaruhi oleh seluruh kondisi eksistensial yang akhir, sebagaimana seluruhnya itu disusun
dalam bentuk sebuah gambaran, cara-cara pengalaman tersebut membentuk arti, tujuan, rasa
percaya dan rasa setia seorang pribadi di dalam terang sifat adanya, nilai dan kekuasaan yang
menentukan kondisi-kondisi akhir eksistensinya, sebagaimana pahaminya dalam gambaran
24
operatif, baik yang sadar maupun tak sadar.

4. Tahap Pekembangan Iman

Penelitian Fowler mengindikasikan bahwa enam tahap yang berbeda dan dapat dikenali
dapat dilihat dalam kemampuan beriman manusia yang beriman. Setiap tahap memiliki
strukturnya sendiri yang utuh, tetapi tahap-tahap satu sama lain saling berhubungan secara
hierarki dan secara berurutan. Berdasarkan hal ini, tahapan perkembangan iman saling
berhubungan dan berkembang sesuai dengan urutan yang meningkat yang mana sesuai dengan
batasan umur seseorang dengan batasan-batasan tahapan. Fowler menegaskan bahwa setiap

24
Agus Cremers, diterjemahkan, Teori Perkembangan Kepercayaan, 24-25

12
tahap memiliki integritas miliknya sendiri. Berdasarkan penegasan Fowler, yang mana tahap satu
tidak akan melampaui atau berkembang melebihi tahap dua. Masing-masing tahap sesuai dengan
porsinya masing-masing.25 Maka yang penulis menguraikan disini hanya tahap 1-3.

Dengan demikian Fowler berhasil membuktikan adanya tujuh tahap kepercayaan yang
berurutan. Tetapi Fowler hanya menyebut enam tahap. Tahap pertama kepercayaan awal dan
elementer, pada tahap ini kanak-kanak yang paling awal 0-3 tahun. Sering disebut sebagai
pratahap atau tahap 0. Tetapi ditegaskan kembali bahwa karena tahap preverbal itu belum
diselidiki secara memadai. Sehingga diharapkan agar para pembaca tidak terganggu oleh
perbedaan penggunaan angka dalam pertahapan tersebut. Karena berbagai sumber menulis angka
dalam pertahan berbeda-beda. Fowler menamai tahap ini sebagai primal faith atau tahap 0. Pola
kepercayaan ini disebut elementer, awal dan dasariah, karena tahap ini mendasari dan merasapi
secara positif dan negatif, dengan menunjang atau menodai segala hal yang timbul kemudian
selama perkembangan kepercayaan eksistensial. Dalam hal ini adanya hubungan timbal balik
antara bayi dan lingkungan sekitar seperti orang tuanya, pengasuhnya terutama Ibunya. Sehingga
bayi merasa dicintai, mendapat kasih sayang, adanya keberanian dan kepercayaan.26

Berikut adalah tahap-tahap perkembangan iman menurut Fowler:

Tahap 1. Iman Intuitif-Proyektif (umumnya umur 3-7 tahun). Pada tahap ini, anak belum
memiliki kemampuan operasi logis yang mantap. Pada tahap ini juga makna dibuat dan
kepercayaann dibentuk secara intuitif dan dengan cara meniru. Tahap pertama adalah saat fantasi
dan imajinasi yang bebas di mana gambaran-gambaran dan perasaan-perasaan yang dapat tahan
lama baik yang positif maupun negatif dibentuk. Berdasarkan hal tersebut anak sudah dapat
membedakan prespektifnya dengan orang lain tetapi masih sangat terbatas, anak juga dapat
meniru dari lingkungannya sendiri yang dapat dilihat dari tindakan-tindakan yang dilakukan
orang tua dan lingkungan sekitar. Daya imajinasi dan dunia gambaran itu dirangsang oleh cerita,
gerak isyarat, ucapan, simbol-simbol dan kata-kata.27

25
Thomas H. Groome, Christian religious education-Pendidikan agaman Kristen: berbagi cerita dan visi kita,
diterjemahkan oleh Daniel Stefanus (Jakarta: Gunung Mulia, 2017), 100
26
Agus Cremers, diterjemahkan, Teori Perkembangan Kepercayaan, 26-27

27
Agus Cremers, diterjemahkan, Teori Perkembangan Kepercayaan, 28

13
Tahap 2. Iman Mitis-Harfiah (umur 7 hingga 11 tahun). Pada tahap ini anak mulai
berpikir secara “logis” yang bersifat konkret, yang mana sudah memungkinkan suatu daya pikir
logis menggunakan kategori-kategori sebab akibat, ruang dan waktu. Anak juga belajar
melepaskan diri dari sikap egosentrismenya, mulai membedakan antara perspektifnya sendiri dan
perspektif orang lain. Ia akan berusaha untuk menyelidiki segala hal dan seluruh kenyataan. Hal
mistis meliputi seluruh dimensi naratif (termasuk cerita, simbol, dan mitos). Tahap ini diberi ciri
harafiah alasannya adalah pada tahap ini anak sebagian besar mengunakan simbol dan konsep
secara konkret dan menurut arti harafiahnya. Seperti sebutan “mata ganti mata” akan diartikan
secara harafiah karena menggunakan logika konkret yang terkadang juga muncul pada pemikiran
orang dewasa.28 Dalam hal ini anak dapat membedakan perspktif atau pandangannya dengan
orang lain, anak juga dapat membedakan hal-hal yang bersifat natural dari hal-hal yang bersifat
supranatural.

Tahap 3. Iman Sintetis Konvensional (umur 12 tahun sampai sekitar 20 tahun). Di sekitar
12 tahun, remaja biasanya mengalami perubahan radikal dalam caranya memberi arti. Karena
munculnya kemampuan kognitif baru, yaitu operasi-operasi formal, maka remaja mulai
mengambil alih pandangan pribadi orang lain menurut pola “pengambilan perspektif antarpribadi
secara timbal balik. Maka tugas paling pokok tahap ini adalah upaya menciptakan sintesis
identitas. Remaja dapat memberikan perspektifnya dan membedakan atau menilai perspektif
orang lain, remaja mampu merefleksikan secara kritis. Dengan demikian remaja berjuang
mencari keseimbangan antara tuntan menciptakan identitas diri berdasarkan dayanya sendiri dan
identitas sebagaimana diharapkan dsn didukung oleh orang lain yang dipercayainya. Remaja
mampu menciptakan relasi atau hubungan dengan orang lain. remaja juga tertarik pada ideologi
dan agama.29 Dalam hal ini, remaja mampu membentuk identitas dirinya. Sehingga remaja
mampu menyusun gambaran yang agak personal mengenai lingkungan akhir.

Hasil Penelitian

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian (SMP Kristen 1 SoE, Kabupaten Timor


Tengah Selatan)

28
Agus Cremers, diterjemahkan, Teori Perkembangan Kepercayaan, 29-30

29
Agus Cremers, diterjemahkan., Teori Perkembangan Kepercayaan, 30-31

14
Tempat penelitian yang diambil oleh penulis ialah SMP Kristen 1 SoE. Sekolah tersebut
terletak di Jalan Pipit-Nunumeu-SoE-TTS-NTT. Sekolah ini merupakan Yayasan Pendidikan
Kristen (Yapenkris) Tois Neno. SMP Kristen SoE adalah salah satu satuan pendidikan dengan
jenjang SMP di Nunumeu, Kec. Kota Soe, Kab. Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.
Dalam menjalankan kegiatannya, SMP Kristen 1 SoE berada di bawah naungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. SMP Kristen 1 SoE memiliki jumlah siswa 344 orang terdiri dari
laki-laki 174 orang perempuan 170 orang. Mayoritas Agama Kristen 322 orang, Khatolik 21
orang dan Islam 1 orang.

SMP Kristen 1 SoE, bukan hanya sebagai lembaga sekolah yang hanya melakukan proses
belajar mengajar, tetapi adanya Persekutuan Doa yang membentuk iman serta karakter siswa-
siswi. Dengan demikian, sekolah tersebut tidak hanya memperhatikan perkembangan kognitif
anak, tetapi perkembangan Iman juga diperhatikan. SMP ini berdiri sejak tahun 1956 dan pada
tahun 2005 terjadi suatu “Gerakan Roh Kudus” yang terjadi pada siswa-siswi dimana mereka
mengalami “cengkraman atau Kerasukan”.30 Sehingga pada saat itu juga Kepala Sekolah
memutuskan untuk mendirikan Persekutuan Doa di sekolah. Tujuannya agar anak-anak lebih
mendekatkan diri pada Tuhan melalui berdoa, membaca Firman Tuhan, Memuji dan memuliakan
nama Tuhan. Anak-anak di bentuk Imannya agar menjadi manusia yang takut akan Tuhan.31

1. Visi dan Misi Sekolah

Visi : Unggul dalam mutu iptek, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai
sumber ilmu pengetahuan

Misi :

1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, tuntas, teranalisis,


sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang
dimiliki.

2. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya,


sehingga dapat dikembangkan secara optimal

30
Cengkaraman atau kerasukan (orang yang kemasukan Roh didalam tubuhnya) dipercayai oleh masyarakat SoE
31
Bapak Daniel Selan, Kepala Sekolah.Wawancara, tanggal 15 September 2021, pukul 10.00 WITA

15
3. Meningkatkan penyadayagunaan sumber daya yang ada secara optimal

4. Meningkatkan penghayatan dan pengalaman terhadap injil Yesus Kristus


dalam kehidupan sehari-hari

5. Meningkatkan kerjasama dengan komite sekolah / masyarakat untuk


pengadaan sarana / prasarana32

B. Latar Belakang dan Tujuan Pembentukan Persekutuan Doa di SMPK 1 SoE

1. Latar belakang

Pada tahun 2005, terjadi suatu kegerakan yang terjadi disekolah, dimana pada saat itu
siswa-siswi mengalami “Cengkraman atau “Kerasukan”.33 Hal ini terjadi secara tiba-tiba dan
Kepala Sekolah memutuskan untuk mengadakan Ibadah Persekutuan Doa di sekolah. Dari awal
terbentuknya Persekutuan Doa hanya beberapa siswa saja yang ikut ambil bagian dalam Ibadah
Persekutuan Doa, tetapi seiring berjalannya waktu anak-anak banyak yang sudah bergabung
dalam Ibadah Persekutuan Doa. Awal terbentuk Persekutuan Doa belum diwajibkan, tetapi siapa
yang tergerak hatinya untuk ikut ambil bagian dalam ibadah Pesekutuan Doa baru ikut saja,
seiring berjalannya waktu sekarang sudah diwajibkan bagi seluruh guru, pegawai dan seluruh
peserta didik. Berangkat dari visi sekolah “Unggul dalam iptek dan bertakwa kepada Tuhan
Yesus Kristus, sebagai sumber ilmu pengetahuan”. Sehingga yang diharapakan atau ditargetkan
sekolah setelah anak didiknya sudah menjadi alumni bukan saja memiliki ilmu pengetahuan yang
baik, tetapi iman yang bagus dalam artian ikut persekutuan karena percaya Tuhan, dan iman
mereka bertumbuh melalui Persekutuan Doa. Ada beberapa siswa-siswi juga yang mempunyai
karunia khusus seperti Penglihatan Firman. 34

2. Tujuan

Tujuan di buatnya Persekutuan Doa agar anak-anak lebih takut Tuhan lagi, iman serta
karakter mereka dibentuk melalui Persekutuan Doa. Iman mereka bertumbuh melalui
Persekutuan Doa yang mana ditargetkan sekolah bahwa ketika anak didiknya sudah menjadi

32
Bapak Daniel Selan, Kepala Sekolah.Wawancara, tanggal 15 September 2021, pukul 10.00 WITA
33
Cengkaraman atau kerasukan (orang yang kemasukan Roh didalam tubuhnya) dipercayai oleh masyarakat SoE
34
Bapak Daniel Selan, Kepala Sekolah.Wawancara, tanggal 15 September 2021, pukul 10.00 WITA

16
alumni bukan saja memiliki ilmu pengetahuan yang baik tetapi iman mereka juga bagus dalam
artian bahwa ikut Persekutuan Doa mereka percaya Tuhan dan iman mereka bertumbuh melalui
Persekutuan Doa.

Tujuan berada ditengah-tengah persekutuan doa, disana seseorang akan belajar banyak
hal, tentang bagaimana seseorang akan mendapat keselamatan dan kehidupan yang kekal, jadi
setelah seseorang ada dalam lingkup Persekutuan Doa, tujuannya adalah satu yaitu ingin
merubah hidup seseorang atau pola hidup. Yang awalnya percaya Tuhan setengah-setengah,
belum percaya Tuhan sama sekali, ketika seseorang ada ditengah-tengah Persekutuan Doa akan
membuat hidup seseorang berubah, jadi tujuannya hanya satu untuk merubah hidup seseorang
yang percaya, belum percaya, tidak percaya sama sekali untuk percaya dan semakin dekat
dengan Tuhan dan lewat semua itu akan membuat hidup seseorang semakin dekat dengan Tuhan
dan hidup seseorang pasti akan berubah dan perubahan itu bisa lewat sikap, perbuatan, tingkah
laku setiap hari.35 Selanjutnya untuk seseorang mengimani apa yang seseorang nikmati dalam
kehidupan, dengan persekutuan yakni iman semakin bertumbuh.36 selanjutnya untuk mengenal
Tuhan dengan benar bahkan juga melakukan apa yang Tuhan kehendaki.

3. Manfaat

Manfaat yang dilihat terhadap siswa akan membuat siswa bisa belajar, agar hidupnya
semakin baik, memperbaharui atau merubah hidup seseorang, ketika seseorang sungguh-sungguh
berada ditengah-tengah Persekutuan Doa, sungguh-sungguh mengambil bagian didalam. Sangat
bermanfaat untuk hidup seseorang, ketika bertingkah laku, jadi tingkah laku yang dibuat akan
berubah, mungkin sebelum mengikuti Persekutuan Doa anaknya malas, suka melawan bapak/ibu
guru, tetapi ketika siswa berada ditengah-tengah persekutuan doa dengan adanya firman Tuhan
yang disampaikan, dengan adanya puji-pujian yang dinaikan, dengan adanya pengakuan, dengan
adanya doa, tetapi juga dengan adanya pemberitaan Firman Tuhan, kesaksian dari orang-orang
yang artinya berkarunia atau berpengalaman membangun iman dengan Tuhan, otomatis disitu
akan belajar bagaimana bisa merubah hidup, bisa sama dengan orang yang memberi kesaksian,

35
Ibu Sulastri Tanaem, Guru, Wawancara, pada tanggal 15 september 2021, Pukul 09.23 WITA
36
Ibu Marta Metkono, Guru, Wawancara, pada tanggal 15 September 2021, Pukul 10.01 WITA

17
bisa berbuat apa yang difirmankan Tuhan kepada seseorang ketika mendengar firman baik untuk
dirinya ataupun masa depannya ini khusus untuk anak-anak sekolah.37

Lebih lanjut dikatakan, Manfaat anak-anak bisa semangat dalam bersekutu, ada motivasi
untuk mereka bersekutu kepada Tuhan. Tetapi ada juga yang ketika bersekutu ada yang tidak
mau ikut ambil bagian dalam persekutuan, memang kedua ini harus ada, ada yang setia atau
sungguh-sungguh, ada juga yang santai atau tidak sungguh-sungguh, ikut-ikutan. Dengan adanya
persekutuan iman semakin bertumbuh dalam mengikuti Tuhan, tetapi ada yang tidak
berkeinginan untuk ikut ambil bagian dalam persekutuan, disini guru punya peran untuk melihat
agar mereka bisa ambil bagian agar mereka bisa berubah. Ada yang sungguh-sungguh, malas,
santai. Melihat hal ini, guru-guru memberikan dorongan maupun motivasi dari Firman Tuhan
dan nilai-nilai keagamaan, siswa sadar dan merubah perilakunya yang awalnya santai, tidak
sungguh-sunggu dan pada akhirnya setia dalam mengikuti Persekutuan Doa. Pada masa pandemi
ini, sehingga Ibadah Persekutuan tidak berjalan, masing-masing di rumah, sehingga tidak bisa
jangkau atau kontrol, tetapi kalau tatap muka bisa melihat kalau siswa ada mengikuti
persekutuan, tidak tatap muka, masing-masing di rumah, untuk bersekutu kepada Tuhan itu
secara pribadi, bagaimana seseorang bersekutu dengan Tuhan yang sesungguhnya. Ada
perubahan didalam diri mereka, kebanyakan siswa perempuan dibandingkan laki-laki.38 Manfaat
untuk nasib dan masa depan siswa-siswi, apa yang mereka gumuli ketika memasuki masa depan
Tuhan pasti buka jalan, karena mereka mulai berkomunikasi dengan Tuhan sejak dini.
Melaksanakan apa yang Tuhan kehendaki dan mengerti maksud-maksud Tuhan.39

C. Peran Persekutuan Doa Dalam Pertumbuhan Iman Siswa-Siswi di SMP Kristen 1 SoE

Berdasarkan hasil wawancara penulis dan siswa-siswi SMP Kristen 1 SoE. Terkait
keikutsetaan anak-anak dalam Persekutuan Doa paksaan atau karena niat, mereka semua
memiliki niat dari diri sendiri untuk mengikuti Persekutuan Doa. Dari hasil wawancara terkait
dengan motivasi mereka mengikuti Persekutuan Doa. Jawaban yang didapat dari siswa-siswi
antara lain: Motivasi untuk mendorong agar iman kita semakin bertumbuh dan percaya dan
mengenal kepada Yesus Kristus.40 Iman saya mulai bertumbuh dan takut akan Tuhan Yesus,

37
Ibu Sulastri Tanaem, Guru, Wawancara, pada tanggal 15 september 2021, Pukul 09.23 WITA
38
Ibu Marta Metkono, Guru, Wawancara, pada tanggal 15 September 2021, Pukul 10.01 WITA
39
Bapak Yafet Nitbani, Guru, Wawancara, pada tanggal 15 September 2021, Pukul 10. 30 WITA
40
Noviani Laisnima, Siswa. Wawancara, tanggal 16 September 2021, pukul 11.00 WITA

18
karena dalam Persekutuan Doa dapat mengetahui lagu-lagu rohani.41 Belajar banyak hal tentang
Firman Tuhan dan memahami Firman Tuhan, mengasihi sesama.42 Ingin lebih baik dan ingin
lebih dekat dengan Allah.43 Untuk memperbaiki tingkah laku.44 Agar menjadi pribadi yang lebih
baik.45 Bisa tahu perintah-perintah Tuhan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
46
Iman yang mendorong untuk ikut Persekutuan Doa, agar bisa mendengar Firman Tuhan dan
bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jahat.47 Dapat belajar tentang iman dalam
bertumbuh kepada Tuhan Yesus.48 Terkait dengan perubahan dalam diri, anak-anak semua
mengalami perubahan dalam diri mereka seperti: Suka mendengar Firman Tuhan, rajin megikuti
ibadah, dan iman semakin bertumbuh.49 Menghargai teman, tidak suka marah, sopan terhadap
sesama, berubah dalam diri sendiri.50 Dulu malas beribadah sekarang rajin beribadah; rajin
berdoa dan melakukan sesuatu selalu minta penyetaan Tuhan.51 Rajin membaca Alkitab.52 Tidak
melawan orang tua dan Bapak/Ibu Guru lagi.53Saling mengasihi dan suka membantu orang yang
membutuhkan pertolongan.54 Dulu malas kerja tugas, sekarang rajin kerja tugas. 55 Lebih rajin
dan lebih mengerti tentang Firman Tuhan.56 Dulu tidak bisa doa karang sekarang bisa, dulu tidak
bisa memimpin puji-pujian sekarang bisa pimpin puji-pujian.57 Sombong menjadi rendah hati.58

Dari hasil wawancara terkait nilai-nilai Kristiani yang di percayai diantaranya: kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kelemahlembutan dan penguasaan diri, mengasihi sesama, damai terhadap
sesama, pengampunan, kerendahan hati dan kesetiaan, sukacita, kedamaian,teladan. 59 Terkait
peran atau fungsi Persekutuan Doa anak-anak mengatakan bahwa: Persekutuan Doa sangat baik,

41
Cheria A. Saekoko, Siswa. Wawancara, tanggal 16 September 2021, pukul 11. 05 WITA
42
Esri Laos, Siswa. Wawancara. Tanggal 16 September 2021, Pukul 11. 11 WITA
43
Diana Nubatonis, Siswa. Wawancara, tanggal 16 September 2021, pukul 11. 21 WITA
44
Yoansi Talan, Siswa. Wawancara, tanggal 16 September 2021, pukul 11. 25 WITA
45
Jevria Kase, Siswa. Wawancara, tanggal 16 September 2021, pukul 11. 37 WITA
46
Idem Fallo, Siswa. Wawancara, tanggal 16 September 2021, pukul 11. 43 WITA
47
Anita Sunbanu, Wawancara, tanggal 16 September 2021, pukul 12.03 WITA
48
Josua Leo, Siswa. Wawancara, tanggal 16 September 2021, pukul 12.15 WITA
49
Noviani Laisnima, Siswa. Wawancara, tanggal 16 September 2021, pukul 11.01 WITA
50
Feronika Tualaka, Siswa. Wawancara, tanggaal 16 September 2021, pukul 11. 30 WITA
51
Cheria A. Saekoko, Siswa. Wawancara, tanggal 16 September 2021, pukul 11. 06 WITA
52
Diana Nubatonis, Siswa. Wawancara, tanggal 16 September 2021, pukul 11. 22 WITA
53
Yoansi Talan, Siswa. Wawancara, tanggal 16 September 2021, pukul 11. 25 WITA
54
Neneng Finsae, Siswa.Wawancara, tanggal 16 September 2021, pukul 12.25 WITA
55
Angriani Kase, Siswa. Wawancara, tanggal 16 September 2021, pukul 12.45 WITA
56
Magdalena Ngala, Siswa. Wawancara, tanggal 16 September 2021 pukul, 12. 53 WITA
57
Merlina Nome, Siswa. Wawancara. Tanggal 16 September 2021, pukul 13.00 WITA
58
Josua Leo, Siswa. Wawancara, tanggal 16 September 2021, pukul 12.16 WITA
59
Wawancara Siswa-siswi SMP Kristen 1 SoE, tanggal 16 september 2021, pukul 13.15 WITA

19
bisa merubah kehidupan dan iman kita supaya lebih mengenal Yesus Kristus dan iman semakin
bertumbuh dalam Tuhan, bisa merubah seseorang yang dulu malas menjadi rajin, dapat merubah
sikap dan perilaku, sebagai tempat berkumpul untuk memuji Tuhan dan mendengar Firman
Tuhan, untuk menambah wawasan tentang mengenal Tuhan, membantu kita sebagai umat
manusia dalam membangun iman dan kepercayaan kepada Tuhan Yesus, Persekutuan Doa
sebagai tempat umat manusia bersekutu, memuji dan memuliakan nama Tuhan, di dalam
Persekutuan Doa diajarkan kepada kita agar kita selalu membaca Firman Tuhan, berdoa dan
merenungkan Firman Tuhan, menuntun orang hidup dalam kebenaran, sebagai alternatif untuk
mengajak orang agar percaya kepada Allah dan percaya bahwa Allah mengasihi umatnya. 60

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan beberapa


permasalahan kehidupan siswa sebelum dan sesudah mengikuti Persekutuan Doa, pertama,
Malas, malas dalam berbagai hal seperti malas berdoa, malas membaca Alkitab, malas ke gereja
atau beribadah, malas membantu orang tua di rumah. Sombong, suka melawan orang tua, tidak
menghargai orang lain, suka berkata kasar (makian) dan pemarah. Hal ini yang ditemukan
peneliti saat dilapangan berbagai kehidupan iman mereka sebelum mengikuti Persekutuan Doa.
Tetapi ketika mengikuti Persekutuan Doa ada perubahan dalam diri mereka yang malas jadi
rajin, yang sombong menjadi rendah hati, tidak melawan orang tua, menghargai sesama dan
tidak berkata kasar lagi. Adanya perubahan dalam diri mereka karena adanya niat dalam diri
mereka untuk mengikuti Persekutuan Doa, mereka juga memiliki motivasi dalam mengikuti
persekutuan doa, dalam hal ini agar dapat merubah perilaku, menjadi pribadi yang lebih baik,
agar lebih memahami Firman dan kepercayaan tidak akan goyah, ingin mengetahui kehendak
Tuhan didalam diri, ingin lebih dekat dengan Tuhan, karena dengan mengikuti persekutuan doa
imam mulai bertumbuh dan takut akan Tuhan Yesus, dapat mengetahui banyak lagu-lagu rohani
dan belajar Firman Tuhan, membaca dan mendengarkan Firman Tuhan, Takut Tuhan, untuk
mengenal Tuhan lebih dekat, agar iman semakin bertumbuh dan percaya kepada Yesus Kristus,
memahami Firman Tuhan. Hal ini yang terjadi pada siswa-siswi SMP Kristen 1 SoE.

Analisa Hasil Penelitian

60
Wawancara Siswa-siswi SMP Kristen 1 SoE, tanggal 16 september 2021, pukul 13.20 WITA

20
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan beberapa hal: Persekutuan Doa
memiliki peran dalam pertumbuhan iman siswa SMP Kristen 1 SoE yang ditunjukan dengan
adanya perubahan sikap baik dalam hal kesetiaann beribadah maupun dalam perilaku kehidupan
sehari-hari. Merujuk kepada teori perkembangan iman Fowler, kaum remaja merupakan usia di
mana anak mulai mencoba mencari identitas diri. Usia remaja juga merupakan usia yang amat
potensial dalam perkembangannya, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisiknya.
Selain itu, anak pada usia ini memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, salah satunya mereka
mulai mencari tahu tentang kebenaran iman atau kepercayaan yang telah diyakininya. Oleh
karena itu, usia mereka merupakan waktu yang sangat tepat untuk memberikan pendidikan
agama untuk dapat meningkatkan perkembangan iman mereka ke tahap yang lebih tinggi.
Dengan demikian, mereka memiliki kehidupan yang semakin dewasa, juga dapat
bertanggungjawab atas iman yang diyakini, baik untuk dirinya maupun kepada orang-orang yang
ada di sekelilingnya. 61 Anak pada umur 7-12, anak pada tahap melepaskan diri dari sikap
egosentrismenya, mulai membedakan antara perspektifnya sendiri dan perspektif orang lain.
Anak sanggup memeriksa dan menguji gambaran serta pandangan religiusnya dengan tolak ukur
logikanya sendiri, pengecekan atau pengamatannya, dan pandangan religius yang diandalkan
sebagai sumber yang diandalkan sebagai sumber autoritas. Selanjutnya umur 12-20 tahun,
remaja biasanya mengalami suatu perubahan radikal dalam caranya memberi arti. Maka remaja
mulai mengambil ahli pandangan pribadi orang lain menurut pola “pengambilan perspektif antar
pribadi secara timbal balik”. Maka tugas paling pokok dalam pada tahap ini adalah upaya
menciptakan sintesis identitas.62

Berdasarkan hal tersebut, Persekutuan Doa yang dilakukan SMP Kristen 1 SoE, memiliki
peran membantu siswa-siswa dalam membentuk iman dan karakter. Dari hasil wawancara
menunjukan bahwa anak-anak mengalami pertumbuhan iman yang dulunya malas menjadi rajin,
setia, taat, tidak melawan orang tua maupun Bapak/Ibu Guru, sopan, saling mengasihi, rendah
hati dan lain sebagainya. Semua ini menunjukan bahwa anak-anak mengalami pertumbuhan
iman. Berdasarkan teori Fowler pada usia anak remaja, anak sudah mampu membedakan

61
YUNARDI KRISTIAN ZEGA, “TEORI PERKEMBANGAN IMAN REMAJA MENURUT JAMES W. FOWLER DAN
IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN”, diakses pada 18 November 2021, pukul 13.45WIB,
https://www.researchgate.net/publication/343256337_TEORI_PERKEMBANGAN_IMAN_REMAJA_
MENURUT_JAMES_W_FOWLER_DAN_IMPLIKASINYA_BAGI_PENDIDIKAN_AGAMA_KRISTEN
62
Agus Cremers, diterjemahkan., Teori Perkembangan Kepercayaan, 29-31

21
pandangan atau perspektifnya dengan lain dan anak mampu merefleksikan makna hidupnya
mana yang baik dan tidak baik. Maka hal ini yang dinyatakan Fowler anak-anak pada usia
mereka mengalami pertumbuhan iman, dapat dilihat bahwa mereka setia, meninggalkan
kehidupan mereka yang lama (malas, melawan, sombong dan lain sebagainya) dan mereka
berbalik dan percaya kepada ajaran-ajaran keagamaan yang dapat merubah sikap dan perilaku
mereka. Dari teori Fowler ini sesuai karena anak-anak mengalami pertumbuhan iman yang mana
anak tidak hanya membedakan dirinya sendiri dengan orang lain tetapi anak sudah mampu untuk
merefleksikan kehidupannya apa yang dilakukan baik tidak. Hal ini yang dialami oleh anak-anak
SMP Kristen 1 SoE.

Sesuai dengan Visi dan Misinya, “Unggul dalam iptek dan bertakwa kepada Tuhan Yesus
Kristus, sebagai sumber ilmu pengetahuan”, SMP Kristen 1 SoE ini bukan hanya lembaga
sekolah yang mengajarkan pendidikan formal dan kognitif bagi siswa-siswinya untuk menjadi
manusia yang berguna bagi masa depannya, tetapi juga membentuk iman dan kehidupan spiritual
siswa-siswinya. Sehingga setelah para siswa sudah menjadi alumni bukan saja memiliki ilmu
pengetahuan yang baik, tetapi iman yang bagus.

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penulis di SMP Kristen 1 SoE maka penulis menemukan
beberapa kesimpulan:
1. Persekutuan Doa sebagai tempat bersekutu atau tempat berkumpul orang-orang percaya
untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan, mendengar serta merenungkan Firman
Tuhan dan berdoa. Melalui persekutuan anak-anak mengalami pertumbuhan iman yang
ditunjukan dengan kesetiaan mereka dalam beribadah dan perubahan sikap dan perilaku
keseharian mereka.
2. Kehidupan anak-anak SMP Kristen 1 SoE sebelum dan sesudah mengikuti Persekutuan
Doa cenderung berbeda. Sikap dan perilaku sebelum mengikuti Persekutuan Doa: suka
melawan, malas, sombong, berkata kotor/makian, melakukan perundungan kepada
teman. Namun ketika mereka ikut ambil bagian dalam Persekutuan Doa, mereka

22
mengalami perubahan kearah yang lebih positif, baik dalam menjalankan kebaktian
maupun dalam sikap hidup dan perilaku keseharian.
B. Saran

Bagi Guru-guru lebih lagi memberikan motivasi dan ajaran nilai-nilai kristiani kepada
siswa-siswi secara mendalam. Dengan cara bisa membuat kegiatan reat-reat agar dapat
mengukur sejauhmana Iman mereka bertumbuh.

Bagi Siswa-siswi lebih giat dalam mengikuti Persekutuan Doa agar membentuk karakter
serta iman dalam membangun hubungan dengan Tuhan untuk masa depan yang lebih baik

Bagi Masyarakat perlu mendukung adanya organisasi Persekutuan Doa di SMP Kristen 1
SoE sebagai cerminan pertumbuhan iman anak. Sehingga anak-anak bukan saja dibekali dengan
pendidikan formal, tetapi dibekali juga dengan nilai-nilai kristiani atau keagamaan.

23

Anda mungkin juga menyukai