Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yesus Kristus oleh karena anugerah-Nya

yang melimpah akhirnya penulis Proposal Skripsi ini yang b erjudul PERAN KOMSEL

DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN ROHANI JEMAAT GBI VOLKER

TANJUNG PRIOK Berdasarkan Efesus 4 : 13. Laporan Proposal Skripsi ini di susun sebagai

salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program strata satu di jurusan S1 Teologi

Sekolah Tinggi Teologi Sunsugos Bogor. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa prosposal

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena menayadari segala keterbatasan yang ada

untuk itu demi sempurnanya skripsi ini penulis sangat membutuhkan dukungan dan

sumbangsih pikiran yang berupa kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga

akhirnya laporan proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi sekolah Tinggi Teologi

Sunsugos dan bagi kita semua. Amen.

Bogor, 02 November 2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Dalam UUD 1945, disebutkan bahwa Indonesia sebagai Negara yang

berlandaskan pada Pancasila mengakui adanya lima agama di dalamnya, antara lain:

Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap

umat bergama untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang mereka yakini.

Setiap agama memiliki tatacara yang berbeda dalam pelaksanaan ibadah mereka masing-

masing. Dalam agama Kristen, pada umumnya jemaat beribadah ke gereja pada setiap

hari Minggu. Banyak orang yang menganggap bahwa ibadah berarti hanya pergi ke

Gereja dan banyak diantara mereka juga menganggap bahwa bila telah pergi ke Gereja

pada hari Minggu, berarti mereka telah melakukan ibadah. Dalam setiap agama, secara

umum, ibadah merupakan suatu ungkapan rasa takut dan hormat serta syukur, pujian, dan

sukacita kepada Tuhan sang Maha Esa karena Dia telah mengasihi, memelihara, dan

menyelamatkan kita. Melalui ibadah, jemaat dapat berjumpa dengan Allah, mengenal apa

kehendak-Nya dan mendekatkan diri kepada-Nya. Pada agama Kristen, ibadah dapat

dilakukan dengan berbagai macam cara misalnya seperti kebaktian baik sekolah minggu

maupun dewasa, doa, retret, perayaan paskah dan natal serta perayaan gerejawi yang

lainnya. Ibadah dapat dilakukan di mana saja dengan satu tujuan, yaitu ingin mengucapkan

syukur dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Ada bermacam-macam organisasi gereja

di Indonesia, salah satunya adalah organisasi GBI (Gereja Bethel Indonesia). Gereja Bethel

Indonesia adalah suatu kelompok atau sinode gereja Kristen Protestan di Indonesia yang

bernaung di bawah Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Selain PGI, GBI juga

merupakan anggota dari Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia (PGPI). Dalam

2
perkembangannya, GBI telah memiliki banyak jemaat yang tersebar di seluruh

Indonesia, bahkan sampai keluar negeri. Di Kota Jakarta tempat yang sangat banyak

Gereja Bethel Bertumbuh dan berkembang salah satunya adalah GBI Jemaat Volker

Tanjung Priok yang jaringan pelayanan nya telah melakukan berbagai program

pelayanan yang salah satunya adalah pemiuridan lewat Kelompok Sel (Komsel) yang

bertujuan untuk menolong umat Tuhan menjalani proses pertumbuhan rohaninya. Banyak

media yang dapat dipergunakan untuk mendukung pelayanan, dipakai sebagai alat agar

umatNya diberkati. Salah satu media yang mendukung pelayanan dalam GBI Jemaat

Volker adalah Kelompok Sel (Komsel). Komsel merupakan singkatan dari Kelompok Sel.

Komsel adalah salah satu program gereja yang sangat efektif dan produktif dalam pemuridan,

pengajaran dan pemberitaan Injil. Didalam kelompok semua anggota jemaat mempunyai

lebih kesempatan belajar Alkitab dibandingkan pada ibadah hari minggu yang hanya

mendengar saja. Menurut Febry Marbun, seorang pengurus komsel, komsel adalah

sebuah komunitas kecil yang terdiri dari beberapa orang percaya, yang sifat

keanggotaannya tetap. William Beckham dalam bukunya The Second Reformation

mengatakan dengan kuat bahwa Gereja adalah tengah-tengah refolusi group kecil. Secara

umum definisi komsel adalah suatu komunitas kecil yang terdiri dari orang-orang yang

ingin bersama-sama saling mendukung untuk bertumbuh dalam Kristus. Bertitik tolak

dari kehidupan jemaat GBI Jemaat Volker Tanjung Priok yang sebagian besar datang

dari berbagai daerah dengan tujuan untuk memperjuangkan masadepan dan rumah

tangga mereka, dan tinggal dilingkungan Tanjung Priok yang diperhadapkan dengan

berbagai keadaan yang cendrung menjadikan jemaat berprilaku tidak sesuai firman

Tuhan maka salah satu cara gereja untuk menjangkau dan merangkul para jemaat tersebut,

program pemuridan lewat komsel adalah pilihan yang tepat. Danil Sutoyo dalam bukunya

yang berjudul Jurnal Antusias 2, No 1 (2012) : 1, diakses 10 Juni 2018 attp://www,STT

3
INTeos .AC.id,/e-Jurnal/index-Php/antusias/articel/view/3Lkomunitas kecil sebagai

tempat pembelajaran hidup kristen. Komsel biasanya terdiri dari 5-12 orang. Komsel dapat

juga diartikan sebagai sebuah keluarga jemaat secara rohani, dengan Kristus sebagai

kepala. Layaknya sebuah keluarga, komsel adalah tempat bagi jemaat untuk sharing atau

berbagi, baik itu kesaksian, masalah ataupun beban pergumulan mereka, tanpa takut

dihakimi. Komsel merupakan wadah untuk jemaat belajar mempraktikkan hubungan

kekeluargaan berupa kepedulian terhadap satu sama lain, kasih persaudaraan, rasa

saling memiliki, dan rasa saling menjaga. Dalam komsel, para anggota dapat saling

memberikan semangat, motivasi, kekuatan, penghiburan, dan solusi untuk permasalahan

hidup. Sharing atau berbagi adalah roda yang menghidupi Komsel. Melalui komsel, jemaat

belajar menghargai pendapat orang, belajar rendah hati, belajar memahami orang, belajar

mengasihi, belajar mendengar, dan masih banyak lagi. Setiap anggota komsel dapat

mengalami pertumbuhan rohani melalui kedewasaan dalam berpikir, berbicara, dan

bertindak. Anggota komsel dapat mencapai kedewasaan dalam berpikir melalui kegiatan

membantu memberikan solusi bagi permasalahan yang dialami oleh anggota komsel

lainnya. Dalam berbicara, anggota komsel belajar untuk mengucapkan kata-kata yang

bersifat memotivasi, bukan kata-kata yang ditujukan untuk menjatuhkan mental anggota

komsel yang sedang menceritakan permasalahannya. Pada saat bertindak, anggota

komsel diharapkan untuk dapat membantu anggota komsel lainnya, baik bantuan secara

materi, maupun bantuan secara moril, sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Aktivitas yang dilakukan dalam komsel yaitu memuji dan menyembah Tuhan,

mendengarkan sharing Firman Tuhan, memberikan kesaksian, saling mendoakan, dan

berbagi cerita seputar kehidupan mereka sehari-hari. Hal–hal tersebut berperan dalam

memupuk kedewasaan berpikir, berbicara, dan bertindak para anggota komsel sehingga pada

akhirnya, komsel menjadi kegiatan yang bermanfaat, tidak sekadar rutinitas. Sebagai contoh,

4
pada saat sesi sharing Firman Tuhan, jemaat belajar untuk menyimak dan

memperhatikan apa yang disampaikan oleh anggota komsel lainnya. Selain itu, mereka

juga belajar untuk membantu memberi saran dan solusi bila ada anggota komsel yang

sedang mengalami permasalahan dalam hidupnya. Mereka juga belajar bagaimana cara

menyikapi perbedaan pola pikir dan perbedaan karakter antar jemaat dalam anggota komsel

agar komsel dapat tetap berjalan dengan lancar dan dapat menyatukan beragam pola pikir dan

karakter yang berbeda-beda tersebut. Dengan adanya hal-hal tersebut, para jemaat dalam

komsel juga turut merasakan dampak positif dalam kehidupan pribadi mereka masing-

masing. Mereka dapat merasakan bahwa mereka tidak sendirian pada saat mengalami

permasalahan kehidupan. Mereka juga dapat merasa dikuatkan secara iman melalui Firman

Tuhan. Di luar kegiatan komsel pun, para anggota komsel diharapkan untuk memiliki

kedekatan dengan Tuhan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan demikian,

mereka dapat menjadi panutan bagi para jemaat yang belum bergabung dalam komsel.

Menurut Pdt. Susanti Elisabeth, seharusnya anggota komsel percaya pada penyertaan

Tuhan dalam setiap aspek kehidupan mereka. Akan tetapi, yang terjadi justru

sebaliknya. Ada anggota-anggota komsel yang masih meragukan kuasa Tuhan. Hal ini

terlihat dari ucapan mereka yang merasa kuatir terhadap berbagai permasalahan dalam

hidup mereka sehari-hari. Mereka seolah-olah lupa bahwa mereka mempunyai Tuhan

yang dapat menjadi tempat bersandar saat mereka memiliki beban permasalahan yang

berat. Dalam beberapa kondisi, mereka bahkan lebih mengandalkan diri sendiri dan tidak

berdoa kepada Tuhan saat mengalami masalah. Dalam bidang ilmu psikologi, kedekatan

hubungan pribadi dengan Tuhan disebut attachment to God. Menurut Okozi (2010)

attachment to God merupakan ikatan afeksi yang terjadi antara manusia dengan Tuhan

sebagai sosok attachment (Beck & McDonald, 2004). Hubungan kedekatan dengan Tuhan

dapat dilihat melalui kegiatan berdoa, memuji Tuhan dan menjalankan kegiatan keagamaan.

5
Menurut Pdt. Albert Kereh, kegiatan berdoa dapat dilakukan secara rutin dan bukan

hanya dilakukan jika dalam kondisi tertentu karena doa merupakan nafas hidup bagi

umat Tuhan. Kegiatan memuji Tuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti

bernyanyi dan menyembah Tuhan (praise and worship). Sementara itu, untuk menjalankan

kegiatan keagamaan dapat dilakukan dengan cara berpartisipasi dalam suatu bidang

pelayanan dan membantu jalannya acara-acara gereja. Kirkpatrick (1995) menyatakan

bahwa teori attachment memberi informasi untuk memandang Tuhan sebagai figur

attachment. Kirkpatrick (2005) membagi 4 model attachment to God, yakni secure,

preoccupied, dismissing dan fearful. Para anggota komsel yang memiliki attachment to

God yang secure akan memiliki kepercayaan penuh kepada Tuhan untuk menentukan

dan mengarahkan hidupnya, menjadikan Tuhan sebagai tempat berlindung yang pasti,

mencari dan mengandalkan Tuhan ketika menghadapi permasalahan dengan berdoa dan

memiliki gambaran Tuhan yang positif dan identitas diri yang dapat diterima oleh

umatNya. Mereka akan hadir di komsel untuk mencari pemahaman yang lebih

mendalam mengenai Tuhan. Mereka mendengarkan Firman Tuhan dengan sungguh-

sungguh dan memaknai Firman Tuhan tersebut dalam kehidupan mereka. Hal ini akan

membentuk mereka menjadi pribadi yang beriman penuh kepada Tuhan. Pada saat

mereka sendiri sedang mengalami permasalahan hidup, mereka tetap dapat memberi

kesaksian positif yang enguatkan sesama anggota komsel yang lainnya. Mereka mengucap

syukur atas apa pun yang terjadi dalam hidup mereka, sekalipun hal tersebut tidak

sejalan dengan keinginan mereka karena mereka yakin dan percaya bahwa Tuhan tahu apa

yang terbaik untuk hidup mereka. Anggota komsel yang memiliki attachment to God

yang preoccupied, menaruh kepercayaan kepada Tuhan secara tidak konsisten. Mereka

merasakan cemas, bingung ataupun terpaku pada keinginan yang sangat besar untuk

mendapatkan respon dari Tuhan ketika mereka menghadapi situasi yang tidak nyaman

6
atau mendapatkan ancaman. Mereka akan melihat gambaran tentang Tuhan yang

membingungkan, seperti terkadang Tuhan sangat baik kepada mereka dan mengasihi diri

mereka namun terkadang Tuhan tidak mempedulikan ketika mereka mengalami masalah.

Menurut pandangan mereka, Tuhan adalah pribadi yang baik jika Tuhan segera menjawab

doa mereka. Mereka akan mengucap syukur dan memberikan kesaksian positif tentang

Tuhan apabila mereka merasakan jawaban Tuhan atas doa-doa yang berisi permohonan

mereka kepada Tuhan. Anggota komsel yang memiliki attachment to God yang

dismissing memiliki kepercayaan akan Tuhan. Namun, mereka tidak nyaman dan tidak

senang melakukan kegiatan rohani.Kegiatan rohani yang dimaksud adalah kegiatan berdoa

setiap hari, membaca renungan atau Alkitab.Mereka juga jarang atau hampir tidak

pernah mengikuti ibadah hari minggu maupun ibadah keluarga. Mereka datang komsel

kemudian ikut memuji dan menyembah Tuhan karena merasa tidak nyaman apabila

tidak turut serta. Mereka akan berdoa dengan sungguh-sungguh pada saat mengalami

permasalahan saja. Diluar itu, mereka melupakan Tuhan. Pada saat kehidupan mereka baik-

baik saja, mereka jarang datang komsel karena merasa tidak membutuhkan dukungan secara

spritual. Anggota komsel yang memiliki attachment to God fearful akan menghindari Tuhan

dan merasa tidak membutuhkan Tuhan. Mereka datang komsel karena merasa memiliki

kewajiban untuk melayani dan merasa tidak enak hati apabila melepaskan tanggung

jawab mereka tersebut. Pada saat sesi sharing Firman Tuhan, mereka sibuk dengan urusan

mereka sendiri sehingga tidak dapat memaknai Firman Tuhan yang disampaikan.

Menurut mereka, Tuhan bukanlah sosok yang cepat tanggap untuk diandalkan.

Berdasarkan data survei awal melalui wawancara yang dilakukan kepada 10

orang anggota komsel GBI Jemaat Volker Tanjung Priok diperoleh 6 orang (60%)

anggota komsel yang memiliki kepercayaan yang penuh kepada Tuhan untuk

menentukan dan mengarahkan hidup mereka yang dapat menjadikan dirinya semakin dekat

7
dengan Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai tempat berlindung yang pasti. Dekat

dengan Tuhan dapat dilakukan dengan cara berdoa, membaca Alkitab dan merenungkana.

Mereka akan mencari dan mengandalkan Tuhan ketika mereka memiliki permasalahan

dengan cara berdoa, membaca Alkitab dan merenungkan apa yang Tuhan inginkan dari

dirinya. Oleh karena itu, mereka memiliki gambaran Tuhan yang baik dan menjadikan

identitas dirinya baik karena mengikuti gambaran Tuhan. Selain itu, terdapat 3 orang

(30%) yang memiliki perasaan memiliki kepercayaan kepada Tuhan namun masih ada

perasaan cemas. Mereka membutuhkan Tuhan ketika terdapat permasalahan yang

sedang dialaminya, namun mereka masih merasa cemas karena mereka merasa Tuhan

terkadang baik dan mengasihi dirinya akan tetapi terkadang Tuhan juga tidak

memperdulikannya. Mereka tetap mengandalkan orang lain ketika mereka menghadapi

masalah yang lebih berat karena mereka cemas akan Tuhan yang tidak memperdulikan

permasalahan yang mereka hadapi. Permasalahan yang dihadapi mereka saat ini akan

membuat para anggota komsel sangat khawatir tentang hubungannya dengan Tuhan akan

menjadi rusak dan Tuhan akan meninggalkannya. Sementara 1 orang (10%) anggota

komsel akan menaruh kepercayaannya kepada Tuhan, namun ia masih merasa dirinya

tidak nyaman dan tidak senang melakukan kegiatan yang rohani seperti berdoa setiap

hari, membaca renungan atau Alkitab, tidak pernah mengikuti ibadah hari minggu atau

ibadah keluarga dan tidak akan mencari Tuhan ketika menghadapi masalah. Mereka

menentukan identitas dirinya sendiri menurut pemikiran yang baik tentang dirinya, bukan

menurut kehendak Tuhan. Pada setiap komsel berlangsung, tugas anggota komsel antara

lain dapat menyiapkan hati untuk melayani Tuhan dalam bentuk saling mendoakan,

membawakan sebagian isi dari Firman Tuhan, memimpin pujian dan penyembahan

kepada Tuhan, dan saling memberi motivasi bagi sesama anggota komsel yang sedang

mengalami permasalahan tertentu. Beragam kegiatan dalam komsel tersebut akan

8
membantu para anggota komsel untuk memperoleh pemahaman dan pengenalan yang

lebih mendalam mengenai hubungan mereka dengan Tuhan. Kegiatan tersebut juga dapat

mempengaruhi pola pikir anggota komsel pada saat menghadapi masalah. Komsel dapat

menjadi media untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. Ketika anggota komsel telah

memiliki kedekatan dengan Tuhan, maka mereka akan mengandalkan Tuhan dalam setiap

aspek pada kehidupan mereka. Oleh karena itu, idealnya, model attachment to God yang

dimiliki oleh setiap anggota komsel adalah secure. Namun, berdasarkan hasil wawancara

pada survey awal, sebagian anggota komsel masih merasa cemas terhadap pandangan

Tuhan mengenai diri mereka sebagai orang berdosa dan merasa tidak layak menerima

kebaikan Tuhan. Sebagian anggota komsel merasa takut jika Tuhan meninggalkan dan

tidak menolong mereka, sehingga mereka memilih untuk mengandalkan diri mereka

sendiri pada saat mengalami masalah. Selain itu, sebagian dari anggota komsel

mengikuti kegiatan komsel karena mengikuti teman-teman mereka yang juga bergabung

dengan komsel. Mereka berpikir untuk datang komsel, daripada merasa bosan saat berdiam

diri di rumah. Berdasarkan fenomena yang didapat dari survei awal, peneliti tertarik

untuk meneliti mengenai model attachment to God pada anggota komsel GBI Jemaat

Volker Tanjung Priok

2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah penelitian ini adalah ingin mengetahui sejauh mana program

komsel dalam berperan dalam meningkatkan pertumbuhan rohani anggota komsel GBI

Jemaat Volker Tanjung Priok.

3. Batasan masalah

9
Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis membatasi penelitian ini pada

Peran Kelompok Sel Terhadap Pertumbuhan Rohani Jemaat GBI Volker Tan jung Priok.

4. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ibadah hari minggu tidak dapat mencukupi kebutuhan kerohanian jemaat GBI Volker

Tanjung Priok untuk bertumbuh.

2. Bertitik tolak kehidupan jemaat GBI Jemaat Volker Tanjung Priok yang sebagian

besar datang dari berbagai daerah dan tinggal dilingkungan Tanjung Priok yang

diperhadapkan dengan berbagai keadaan yang cendrung menjadikan jemaat berprilaku

tidak sesuai firman Tuhan.

5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar respons setiap jemaat GBI Volker terhadap Komesl

yang diadakan.

2. Seberapa jauh perubahan pertumbuhan kerohanian jemaat GBI Volker Tanjung Priok.

6. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang penulis buat adalah :

1. Dengan penelitian yang penulis lakukan, penulis dapat memahami bahwa Peran

Komsel dalam meningkatkan Pertumbuhan Rohani Jemaat GBI Volker Tanjung

Priok sangat efektif sesuai apa yang di katakan oleh William Beckham.

2. Dapat memperluas wawasan penulis untuk melakukan inovasi dalam menjalankan

Amanat Agung Matius 28:19-20.

10
3. Hasil penelitian diharapkan dapat mendukung pelayanan di GBI Jemaat Volker

Tanjung Priok dalam meningkatkan pertumbuhan Kerohanian Jemaat.

7. Defenisi Istilah

Defini istilah menjadi penting untuk menyamakan persepsi baik secara internal dan

eksternal (pembaca, dan penulis lainnya). Definisi yang bias, multi intrepretasi dapat

menyebabkan miskonsepsi pengertian. Untuk itu setiap istilah, definisi, pengertian,

hakikatnya perlu dijelaskan secara benar. Definisi menjadi bagian penting dalam tinjauan

pustaka untuk memahami penelitian yang akan dilakukan. Bagian definisi bisa saja terpisah

dengan tinjauan pustaka, tetapi bisa pula masuk dalam bagian tinjauan pustaka. Peneliti perlu

mendefinisikan istilah-istilah yang tidak dimengerti atau terlihat asing bagi orang-orang di

luar penelitian Anda. Dalam proposal skripsi, biasanya bagian istilah-istilah didefinisikan dan

ditulis pada bagian khusus. Alasannya supaya mahasiswa harus tepat dalam menggunakan

Bahasa dan istilah. Beberapa penjelasan John W. Creswel terkait definisi yang dituliskan

dalam penelitian kuantitatif, kualitatif, dan metode campuran yaitu :

1. Dalam penelitian kualitatif, karena bersifat induktif dan melibatkan rancangan

metodologis, peneliti bisa saja mendefinisikan beberapa istilah di awal penelitian

meskipun definisi ini hanya tentative semata. Peneliti kualitatif lebih banyak

menjelaskan definisi-definisi yang digunakan di awal penelitian sebelum masuk ke

dalam inti persoalan.

2. Dalam penelitian kuantitatif, sering ditulis secara deduktif dengan sasaran penelitian

yang sudah tetap. Peneliti bisa saja menyertakan istilah-istilah ekstensif penelitian

dalam proposalnya. Peneliti juga menjelaskan definisi secara komprehensif di awal

penelitian yang relevan di awal penelitian berdasarkan hasil penelitian dan literatur

penelitian.

11
Setiap istilah perlu didefinisikan dengan jelas sehingga tidak memiliki makna ganda

yang berbeda arti di peneliti sehingga pembaca dan sekaligus peneliti tidak ambigu dan

menyalahkan proses penelitian yang dilakukan peneliti. Peneliti juga penting untuk

mendefinisikan istilah itu berdasarkan kepakaran, dan hasil penelitian relevan dan bila perlu

berdasarkan istilah yang pertama kali digunakan oleh peneliti terdahulu. Tentunya definisi

tersebut relevan dengan perkembangan zaman kekinian. Permainan kata yang menghasilkan

makna yang berbeda diawali pada tahap pendefinisian awal sebelum masuk kepada kajian

literatur yang lebih mendalam. Tahap definisi menjadi penting untuk melanjutkan ke tahap

berikutnya termasuk bagaimana metode yang digunakan penelitian untuk menjelaskan pokok

masalah penelitiannya. Pada bagian awal bab yaitu bab pertama yang terdiri atas latar

belakang masalah, pokok masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian,

Batasan penelitian dan sistematika penulisan. Setiap bagian tersebut perlu dipahami dengan

baik dalam menuliskan proposal atau bab pertama secara lengkap. Bab pertama adalah

proposal terpenting untuk menjalankan penelitian karena menjadi dasar pijakan mengapa, dan

bagaimana penelitian ini akan terwujud semuanya bermula darilatar belakang masalah,

rasionalitas, dan penelitian yang relevan, fakta dan kenyataan, gap penelitian, hasil-hasil

penelitian yang di dalamnya biasanya terdapat istilahistilah baru, dan novelty (kebaruan,

inovasi) penelitian. Di dalam penelitian ilmiah ada beberapa komponen ilmu yang harus ada

di dalam pengembangan ilmu itu :

1. Fenomena: Gejala, fakta atau kejadian yang ditangkap oleh indra manusia.

2. Konsep: Gejala, fakta atau kejadian yang diserap indra manusia dan kemudian

diabstraksikan dengan nama, lambang atau simbol, dan istilah-istilah. Jadi konsep

adalah bentuk penyederhanaan dari fenomena.

3. Istilah: Nama dan lambang diberi persepsi yang sama.

12
4. Definisi: Istilah yang dijelaskan secara khusus dalam kalimat yang

mengungkapkan makna secara menyeluruh.

5. Pengertian: Definisi yang dijelaskan secara khusus.

6. Fakta yaitu hubungan-hubungan yang telah ditemukan dan ditunjang data empiris.

7. Proposisi: Hubungan antar faktor atau konsep yang dapat dinilai benar atau salah.

8. Teori: Jalinan fakta atau konsep yang terkait secara sistematis dengan definisi dan

proposisi sehingga dapat menjelaskan gejala. Peran dari teori adalah: Pertama,

sebagai orientasi; kedua, sebagai konseptualisasi dan klasifikasi; ketiga, sebagai

generalisasi; keempat, sebagai peramal fakta; kelima, untuk menunjukkan

kesenjangan dalam pengetahuan kita.

9. Hukum atau dalil: Teori yang sudah teruji dan bertahan.

10. Asumsi dasar: Disebut juga postulat, yaitu fakta yang tidak perlu lagi diuji

kebenarannya; asumsi yang menjadi pangkal dalil yang dianggap benar tanpa perlu

membuktikannya; anggapan dasar; aksioma.

11. Hipotesis: Rumusan proposisi untuk diuji secara empiris atau pernyataan

sementara yang perlu diuji kebenarannya secara empiris. Empiris: berdasarkan

pengalaman (terutama yang diperoleh dari penemuan, percobaan, pengamatan

yang telah dilakukan).

12. Definisi operasional: Petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur.

8. Sistematika Penulisan

Bab pertama dalam tulisan ini berisi penjelasan mengenai latar belakang dari masalah

yang diangkat sehubungan dengan Peran Komsel dalam meningkatkan Pertumbuhan Jemaat

GBI Volker yang dapat terlihat dari identifikasi masalah yang tersaji. Selain itu dalam bab ini

disampaikan pula tujuan serta manfaat dari penelitian bagi gereja dan si penulis dan diakhiri

dengan sistematikan. Bab kedua menjelaskan keseluruhan teori yang digunakan di dalam

13
penelitian ini untuk mengkaji aspek yang ada yaitu mengenai Peran Komsel dalam

pertumbuhan jemaat. Bab ketiga penulis memaparkan tentang metode yang digunakan pada

penelitian yang dilakukan terhadap variabel-variabel yang muncul di dalam nya. Pada bab

bab Empat mengenai pembahasan dan analisa data. Pada bagian terakhir yaitu Bab Lima

berisi kesimpulan terhadap penelitian yang telah dilakukan dan dianalisa, serta saran untuk

dapat dijadikan perbaikan guna penelitian lanjutan yang biasa dilakukan.

14
BAB II

PERAN KOMSEL DALAM PERTUMBUHAN JEMAAT

Kelompok sel yang dianggap oleh ahli peneliti pertumbuhan gereja sebagai sebuah

fenomena yang menarik untuk diteliti dan diterapkan di dalam sebuah gereja lokal. Di dalam

pertumbuhan gereja ditemukan berbagai macam model yang disebut sebagai model

pertumbuhan gereja.  Tulisan ini membahas tentang kelompok sel secara komprehensif dan

bersifat umum yang dimulai dari pembahasan tentang pengertian kelompok sel. Terdapat

beberapa defisini yang digunakan untuk menggambarkan pengertian sebuah kelompok sel.

Pengertian atau berbagai definisi kelompok sel dibahas secara komprehensif supaya dapat

memberikan pengertian yang utuh. Perbedaan antara gereja yang memiliki kelompok sel

dengan gereja yang tidak memakai kelompok sel di dalam sebuah gereja lokal digambarkan

secara singkat. Untuk lebih memperjelas pengertian kelompok sel, perbedaan antara ibadah

umum dengan kelompok sel diulas secara umum. Sejarah kelompok sel mendapat perhatian

khusus di dalam tulisan ini. Alasan penerapan kelompok sel bagi sebuah gereja lokal

mendapat sorotan khusus.  Dan pada akhirnya diulas bagaimana proses dan penerapan sebuah

kelompok sel di dalam sebuah gereja lokal.

15
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu

bentuk penelitian yang paling dasar untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa

manusia. Peneliian deskriptif juga merupakan penelitian yang digunakan untuk

mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa

yang terjadi saat ini, baik tentang fenomena dalam variable tunggal maupun korelasi dan atau

perbandingan berbagai variable. Artinya, variable yang diteliti bisa tunggal (satu variable)

bisa juga lebih dari satu variable. Penelitian deskriptif ini berusaha mendeskripsikan suatu

peristiwa atau kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan

khusus terhadap peristiwa tersebut. Tujuan penelitian deskriptif yakni untuk menjelaskan

secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah

tertentu.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural

sesuai dengan kondisi objek dilapangan tanpa adanya manipulasi serta dat dikumpulakan

16
terutama data kualitatif.9 Kualitatif adalah suatu pendekatan investigasi (penyelidikan

dengan mencatat atau merekam fakta dalam melakukan peninjauan) karena biasanya

peneliti menumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan

orang-orang ditempat penelitian.10 Metode kualitatif secara umum menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang

diamati.

3. Teknik pengumpulan

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah :

a. Wawancara

Wawancara merupakan sebuah metode pengumpulan data dengan

melakukan interaksi berupa tanya jawab secara lisan maupun tulisan

dengan responden. Wawancara ini dilakukan dengan semi struktural yakni

disamping Menyusun pertanyaan, peneliti juga dapat mengembangkan

pertanyaan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang ada kaitannya

dengan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini penulis akan

mewawancarai (Gembala dan majelis jemaat serta jemaat), Jemaat Tuhan

dan masyarakat setempat di GBI Jemaat Volker Tanjung Priok.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang

dilakukan. Penulis disini berperan sebagai observator non partisipasif,

artinya penulis hanya mengamati tapi tidak terlibat didalamnya. Dalam penelitian

ini, penulis akan melakukan observasi langsung mengenai peran kosel (kelompok

Sel) yang di adakan di GBI Jemaat Volker.

17
c. Studi Pustaka

Studi Pustaka adalah suatu karangan ilmiah yang berisi pendapat berbagai pakar

mengenai suatu masalah yang kemudian ditelaah, dan dibandingkan dan ditarik

kesimpulannya. Pengunaan perpustakaan sebagai sumber belajar bagi mahasiswa

dan mahasiswi yang dapat membantu kelancaran belajar dan juga dapat

mendorong serta mengingatkan hasil belajar. Juga dapat membantu peneliti untuk

menyelesaikan penelitian.

18

Anda mungkin juga menyukai