Anda di halaman 1dari 4

Koinonia - Persekutuan merupakan salah satu istilah yang sangat umum dalam kekristenan.

Sayang, istilah ini sering dimaknai secara dangkal. Bagi keba nyak-an orang, kata ini sudah
berarti sama dengan pertemuan ibadah ("Datang ke persekutuan") atau suatu perkumpulan rohani
("Menjadi pengurus persekutuan").
Kata persekutuan dalam kehidupan jemaat mula-mula diterjemahkan dari kata Yunani koinonia
(ayat 42), yang secara harfiah berarti "memiliki atau berbagi suatu hal bersama". Perhatikan
bacaan Alkitab kita, dan kita dapat menemukan banyak hal yang dimiliki dan dibagikan secara
bersama di antara jemaat mula-mula, baik dalam kehidupan rohani maupun keperluan jasmani.
Itulah yang terjadi ketika koinonia berfungsi sepenuhnya. Pertemuan raya di Bait Allah dan
perkumpulan di rumah-rumah menjadi penting karena melaluinya jemaat mengalami koinonia
(ayat 46). Perseku tuan yang berfungsi sepenuhnya memikat hati banyak orang untuk datang dan
beroleh selamat (ayat 47).

Terbentuknya gereja mula-mula.


1) Orang-orang itu menerima Firman Tuhan (ay 41).
Kata menerima dalam ay 41 itu oleh RSV/NASB diterjemahkan received (=
menerima); oleh NIV diterjemahkan accepted (= menerima); Jadi artinya adalah
bahwa orang-orang itu menyambut / menerima Firman Tuhan secara positif. Ini jelas
menunjukkan bahwa mereka percaya pada Firman Tuhan itu dan mau tunduk pada
Firman Tuhan itu.
2) Orang-orang itu memberi diri dibaptis (ay 41)
.
Baptisan ini merupakan:
o tanda / simbol dari penyucian dosa.
o

tanda / simbol persatuan dengan Kristus.

suatu pengakuan kepada dunia bahwa mereka menjadi pengikut Kristus.

tanda / simbol suatu kehidupan yang baru dan pemutusan dengan hidup yang
lama.

Keadaan mereka setelah bertobat tidak berhenti hanya sampai dibaptis saja. Mereka pun
mulai bertekun bersama dalam pengajaran para rasul, persekutuan, pemecahan roti dan doa
bersama. (ay. 42a). Mereka biasa melakukannya di rumah salah satu jemaat secara bergiliran (ay.
46). Mereka inilah yang disebut sebagai kumpulan jemaat mula-mula, sebagai cikal bakal
berdirinya suatu gereja Tuhan pada saat ini. Kita akan melihat penjelasan 4 kegiatan yang biasa
dilakukan oleh jemaat mula-mula dan dampaknya, di bawah ini:
1. Pengajaran para rasul (teaching)

Suatu landasan penting yang mendasari kehidupan kerohanian jemaat mula-mula. Bertujuan
untuk mengajarkan iman yang berpusat kepada Kristus melalui pengajaran para rasul disertai
mempersiapkan para jemaat untuk mewujudkannya dalam kehidupannya sehari-hari. Menjadi
saksi di tengah-tengah komunitas orang percaya maupun orang-orang yang belum percaya.
2. Persekutuan (fellowship)
Kata persekutuan di sini lebih merujuk kepada aktifitas sharing atau berbagi di tengah-tengah
komunitas orang percaya. Hal ini ditunjukkan dalam hal berbagi kepunyaan milik pribadi untuk
kebutuhan bersama (ay. 44-45). Mereka menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya
kepada semua orang sesuai dengan keperluannya masing-masing (ay. 45). Persekutuan ini juga
disertai dengan kegiatan memuji Allah secara bersama, makan bersama-sama, dan juga berdoa
bersama. Hal ini memperlihatkan adanya suatu keutuhan dan kesatuan hati, yang diwujudkan
dengan kepedulian terhadap sesamanya. Relasi dalam suatu persekutuan yang didasari atas
kesamaan status sebagai pengikut Kristus, anggota tubuh Kristus.
3. Pemecahan roti (breaking of bread)
Kegiatan ini merujuk kepada kegiatan perjamuan suci, yang serupa dengan yang dilakukan oleh
Tuhan Yesus dalam perjamuan terakhir bersama murid-muridnya. Pada awalnya, kegiatan ini
dilakukan sebagai sebuah perayaan untuk memperingati peristiwa perjamuan terakhir tersebut.
Sebenarnya dalam konteks bagian ini, penulis ingin menggambarkan interaksi antara sesama
anggota jemaat yang harmonis disertai dengan adanya pengertian dan penerimaan satu sama
lainnya. Inilah tujuan dari kehidupan komunitas orang percaya yang sebenarnya.
4. Doa (the prayers)
Aktifitas berdoa bersama juga menjadi salah satu kegiatan yang utama, yang dilakukan oleh
jemaat mula-mula. Doa sebagai suatu kegiatan rohani yang menunjukkan suatu relasi dengan
Tuhan. Tujuannya adalah untuk mencari kehendak Tuhan, memohon penyertaan-Nya dan
bersandar kepada-Nya melalui kuasa doa. Bentuk doa pada waktu itu tidak hanya berasal dari
ritual doa Yahudi saja, namun juga mulai berkembang menjadi bentuk doa Bapa Kami yang
diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya serta doa-doa yang sifatnya spontan. Ritual
doa yang tidak hanya dapat dilakukan di dalam Bait Suci, namun juga dapat dilakukan di dalam
rumah-rumah jemaat. Hal ini dapat dilihat di ayat 46.
Melalui kegiatan mereka sehari-hari ini, tentunya memiliki dampak dan pengaruh, baik
secara internal maupun eksternal. Secara internal, yaitu di dalam komunitas orang percaya
memiliki suatu pengenalan akan Tuhan yang semakin bertambah, melalui pengajaran para rasul.
Kemudian mereka juga mewujudkannya dalam kehidupan suatu komunitas yang bersatu dan
sehati; saling membangun; menguatkan; dan memperhatikan satu sama lain (adanya kepedulian

terhadap sesama yang sedang membutuhkan), melalui adanya persekutuan dan doa bersama. Hal
ini terlihat dapat dilihat di dalam ayat 44, 45 dan 46.[2]
Dampaknya secara eksternal, yaitu bagi komunitas sekitar yang terdiri dari orang-orang
non-percaya yang berada di luar komunitas ini. Di dalam ayat 43, dikatakan bahwa mereka
merasakan kagum, takut bahkan berhati-hati, ketika mereka melihat kegiatan komunitas jemaat
mula-mula ini.[3] Terlebih lagi ketika mereka melihat aktifitas para rasul yang mengadakan
banyak mujizat dan tanda-tanda. Namun secara kontras, di akhir bagian ini yaitu ayat ke-47
menunjukkan suatu perubahan yang drastis. Dituliskan bahwa: Dan mereka disukai semua
orang. Awalnya dianggap sesat, aneh, ditakuti; namun pada akhirnya menjadi disukai semua
orang. Menunjukan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh komunitas jemaat mula-mula
ini memberikan pengaruh yang baik bagi orang-orang sekitar. Tidak hanya itu saja, bahkan
Tuhan juga memberkati komunitas ini, yaitu Tuhan menambahkan jumlah mereka dengan orang
yang diselamatkan (ay. 47b). Inilah kerohanian seseorang maupun komunitas orang percaya yang
telah dipenuhi oleh Roh Kudus.
Bagaimanakah dengan pelayanan kita di tempat kita sekarang?
Terkadang dalam pelayanan kita,(apakah di gereja,pemuda atau persekutuan2 lain yang kita
ikuti), seringkali kita merasa kita yang paling hebat, yang paling benar, paling rohani, kita
merasa pelayanan kita lebih baik dari orang lain, akibatnya kita menjadi sombong. Kita berpikir
karena kita lebih tua, lebih senior, atau pendidikan kita lebih tinggi dari orang lain, kita tidak
mau mendengar orang lain, tapi kita hanya mau didengar. Tapi yang perlu kita ingat bahwa,
pelayanan kita,apakah itu baik atau tidak semuanya Tuhan yang menilainya,,kita dalam
pelayanan sama-sama 0 jadi tidak boleh ada rasa sombong, paling hebat karena menilai itu
Tuhan bukan pribadi kita.
Pada akhirnya semakin kita mencintai Tuhan, maka kita juga akan mencintai gereja,
rumah Tuhan. Semakin kita mencintai Tuhan, secara otomatis kita pun akan dibawa untuk
mencintai gereja Tuhan dan komunitas orang percaya. Mencintai gereja berarti juga mencintai
komunitas orang-orang percaya di dalamnya. Berkomitmen bersama untuk bergabung di
dalamnya. Sama-sama saling mengubah dan diubahkan. Saling belajar dan diajar. Saling
memberkati dan diberkat. Hingga pada akhirnya, kita semua akan mengalami suatu pertumbuhan
kerohanian bersama-sama. Tidak hanya bertumbuh melainkan juga semakin berbuah bagi
komunitas sesama orang percaya. Bahkan juga berbuah (berdampak) bagi orang lain di sekitar
kita yang belum mengenal Tuhan. Pastilah, jika melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan
dan bersandar pada kuasa Roh Kudus maka Ia pun akan menyertai dan memberkatinya. Hal ini
sama seperti yang pernah dialami oleh jemaat mula-mula. Kita percaya, pada akhirnya bahwa
setiap gereja dan komunitas umat Tuhan yang hidup mengikuti kehendak Tuhan, akan diberkati
[
[

Tuhan melalui terjadinya pertumbuhan secara kerohanian dan pertambahan dalam jumlah orangorang yang diselamatkan.

Anda mungkin juga menyukai