Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK SEL

KELOMPOK SEL:  
DASAR TEOLOGI DAN SEJARAH KELOMPOK SEL
Oleh: Calvin Dachi, MAIE., MTh

BAB I
DASAR TEOLOGI PELAYANAN KELOMPOK SEL
Pelayanan kelompok sell sangat erat terkait dengan teologi gereja. Untuk memahami
pelayanan yang berdasarkan kelompok sel, kita perlu memahami apa itu gereja dan apa yang
gereja lakukan

A. Apa itu Gereja?


Yesus mengatakan bahwa Dia akan mendirikan jemaatNya (Mat 16:18) Selama berabad-abad
Kristus telah memenuhi janji itu. Untuk lebih memahami dengan baik apa itu gereja Kristus,
kita akan meninjau gambaran alkitab dan berbagai definisi gereja dalam sejarah.

1. Pandangan Alkitab

Untuk memahami Perjanjian Baru, kita perlu pertama menyelidiki latar belakang PL-nya.
Ada dua kata penting dalam bahasa Ibrani: qahal dab edah. Kata edah secara tetap digunakan
untuk menunjuk kepada jemaat Israel yang berkumpul secara keseluruhan. Namun demikian,
dasar bagi konsep PB tentang gereja adalah qahal. Kata qahal menunjuk kepada panggilan
dari sebuah pertemuan/kumpulan maupun tindakan untuk berkumpul/bertemu. Jadi konsep
kuncinya adalah perkumpulan. Tetapi eddah adalah istilah umum untuk pertemuan upacara
kemasyarakatan secara keseluruhan, sedangkan qahal adalah ungkapan tentang
pertemuan/perkumpulan yang dihasilkan dari perjanjian. Hal ini akan semakin jelas jika kita
melihat bagaimana Septuaginta menterjemahkan kata Ibrani tersebut.

Kata ekklesia, yang adalah kata yang umum untuk gereja dalam PB, hanya digunakan untuk
menerjemahkan qahal dan bukan edah. Ini adalah konsep perkumpulan dari umat perjanjian
Allah yang diungkapkan dengan qahal dalam PL. Inilah pengertian dasar dari kata ekklesia
dalam PB. Kemudian David Watson memberikan penjelasan tambahan mengenai makna
yang terkandung dalam ekklesia dengan menekankan bahwa kata ini berarti sebuah
komunitas yang “dipanggil keluar” (kekudusan), sebuah comunitas yang “dipanggil untuk”
maksud Allah, sebuah comunitas yang “dipanggil bersama-sama” dalam kesatuan dan sebuah
komunitas yang “dipanggil untuk” mewarisi masa depan.

Dalam PB, ekklesia ini dipakai untuk berbagai lingkungan. Misalnya, Paulus, Yohannes dan
Lukas menggunakan istilah untuk perkumpulan orang-orang percaya dalam kota tertentu (1
Kor 1:2, Why 1-3; Kis 5:11. Kata ini juga ditujukan untuk semua orang percaya di kota
tertentu (Kis 8:1; 31:1). Dan kata ini jug adigunakan untuk menyebut gereja-gereja dalam
rumah-rumah (Rom 16:1; 1 Kor 16:19; Kol 4:15).

2. Cara Alkitab menyebut Gereja

a. Umat Allah

 Gereja dibentuk dari umat yang dipilih oleh Allah ( 2 Kor 6:16). KOnsep PB ini berakar
secara mendalam dalam PL. Israel sering disebut sebagai umat Allah. Motif Umat Allah ini
sangat relevan untuk gereja berbasiskan sel karena ketika pendiri-pendiri gereja mula-mula
berbicara tentang gereja, ekklesia, yang mereka maksudkan adalah komunitas kumpulan
orang-orang percaya, bukan bangunan-bangunan. Perlu diingat bahwa pada awal berdirinya
gereja belum ada gedung-gedung gereja hingga abad kedua atau abad ke tiga. Ini dibuktikan
oleh penelitian para ahli arkeologi yang tidak menemukan gedung-gedung gereja pada tahun
150 M.

 Ini bukan berarti bahwa orang pecaya mula-mula tidak berkumpul di Bait Allah (Kis 2:46;
5:20, 25, 42). Namun demikian, harus diperhatikan bahwa gereja purba bertumbuh dalam
pemahaman diri sebagai umat Allah yang berkumpul di rumah (Kis 2:46; 5:42).

b. Tubuh Kristus

Gereja digambarkan sebagai Tubuh Kristus (1 Kor 12:27) dimana Kristus adalah kepala dari
tubuh ( 1 Kor 1:18; 2:9-10). Dia telah memilih anggota-anggota tubuhnya dan setiap anggota
sama pentingnya (1 Kor 12:12-26). Namun yang ditekankan disini bukanlah perbedaan-
perbedaannya, melainkan kesatuan dari semua orang percaya. Dalam tiga nats utama (Ef 4,
Roma 12; 1 Kor 12-14), Paulus menjelaskan bahawa setiap anggota berperan sesuai dengan
karunia-karunia terkait. Jadi, ketika Paulus berbicara tentang tubuh Kristus, dia sedang
membicarakan tentang bagaimana orang-orang percaya menjalankan karunia-karunia rohani
mereka.
 Bagaimana setiap orang dapat berpartisipasi? Dengan sehati (Kis 2:46a), memecah-
mecahkan roti di rumah-rumah mereka dan makan bersama dengan gembiran dan tulus hati
(Kis 2:46b). Paulus mengajar jemaat tidak hanya di muka umum, tetapi juga dari rumah ke
rumah (Kis 20:20). Sehubungan dengan pemahaman ini, para ahli umumnya sepakat bahwa
tempat yang memungkinkan untuk menjalankan karunia-karunia rohani adalah dalam
kelompok kecil. Sangat sulit terjadi partisipasi penuh anggota dalam gereja yang yang besar.
DAlam PB, umat Alah bergerak dari rumah ke rumah dalam kelompok-kelompok
kecil. Motif Tubuh Kristus dengan demikian menuntut tidak hanya menjalankan karunia-
karunia rohani, tetapi juga mengakui setiap anggota tubuh dan peka dengan kebtuhan-
kebutuhan mereka.

c. Keluarga Allah

Gereja sebagai umat Allah sangat berkaitan dengan pemahaman bahaw agereja adalah
keluarga Allah (Ef 2:14-15). Allah adalah Bapa Surgawi kita dan kita adalah umat pilihan
Allah, dimasukkan ke dalam keluargaNya, gereja. Kita seharusnya melihat satu sma lain
sebagai anggota keluarga Allah, memanggil satu dengan yang lain sebagai saudara atau
saudari. Kenyataannya, idea ini telah masuk ke dalam kekristenan melalui gereja-gereja
rumah. Rumahtangga sebagai sebuah komunitas…membentuk unit terkecil dan dasar dari
jemaat yang ada. Gereja-gereja rumah disebut dalam PB (Kis 11:14; 16:15, 31, 34; 18:8; 1
Kor. 1:16; Flp. 2; 1 Tim. 1:16; 4:19) dan tidak ada keraguan untuk menggunakan rumah-
rumah sebagai tempat ibadah,. Injil dikhotbahkan di rumah-rumah (Kis. 5:42; 20:20), dan
Perjamuan Tuhan dirayakan di dalamnya (Kis 2:46)

B. Ciri-ciri Gereja

Secara tradisional gereja dicirikan dengan sifatnya yang satu, kudus, Am dan Gereja yang
Rasuli. Tanpa mengabaikan keempat cirri gereja tersebut, tokoh-tokoh reformasi gereja
menekankan pentingnya Pembritaan Firman dari Alkitab dan pelayanan sakramen. Melalui
pemberitaan firman, diharapkan gereja kembali dimurnikan.  Kaum injili juga memegang
doktrin yang tinggi tentang gereja, mis.: dengan mengatakan bahwa gereja terdiri dari orang-
orang yang sungguh-sungguh bertobat, percaya dengan benar, dibaptis dengan benar,
dipersatukan dengan Allah di surga, dan disatukan dalam persekutuan orang kudus di bumi.

1. Kelompok-Kelompok sel dan Ciri-ciri Gereja

Dapatkah sebuah kelompok sel diakui sebagai gereja Yesus Kristus? Banyak pendukung
model sel menyatakan bahwa gereja yang benar mengambiol tempat dalam sel. Memang
benar bahwa Firman Tuhan diperitakan dalam kelompok-kelompok sel, dan ada juga yang
melayankan sakramen-sakramen dalam kelompok sel. Tetapi sebagian besar kelompok sel
tidak mengijinkan Perjamuan Tuhan dilayankan dalam kelompok sel.  Di samping itu,
hamper semua pemimpin kelompok sel tidak dipanggil atau tidak diperlengkapi menjadi
gembala atau pengajar full-time. Mereka tidak diharapkan untuk mengambil tanggung jawab
penuh, tetapi berada di bawah gembala. Fokus pemimpin kelompok sell lebih pada
memimpin proses komunikasi, mendoakan anggota-anggota sel, kunjungan dan menjangkau
yang hilang untuk Kristus.

2. Kelompok Sel sebagai Lengan dari Gereja Karena beberapa kekurang dari ciri gereja
dalam kelompok sel, maka sebagian ahli melihat kelompok sel sebagai perpanjangan tangan
dari gereja yang benar, sebuah instrument di tangan Allah yang memampukan anggota-
anggotanya mengalami kepenuhan gereja Kristus.

C. Gereja: Apa yang dilakukannya

Untuk memahami gereja, tidak cukup hanya menyelidiki ciri-cirinya, tetapi kita juga perlu
juga memahami fungsinya. Understanding the church of Jesus Christ requires not only
reflection on its nature but also its functions.

1. Ikut serta dalam Pemuridan

Analisis atas Matius 28:18-20 memperlihatkan adanya empat kata kerja dasar, tetapi hanya
satu yang merupakan perintah langsung yaitu “mejadikan murid”. Apa artinya jadikan murid?
Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah kesempurnaan rohani orang-orang
Kristen, sedangkan yang lain memahaminya dalam bingkai penginjilan. Kenyataannya, gereja
harus melakukan keduanya.

a. Sifat Evangelistis Pemuridan

Ketika murid-murid menerima amanat terakhir Yesus, mereka hanyalah sejumlah kecil
orang-orang percaya. Karena itu, sangat perlu untuk menafsirkan perintah Yesus untuk
memuridkan sebagai panggilan untuk Pemginjilan. Kita tahu bahwa bagian utama dari
penginjilan dalam gereja mula-mula dilaksanakan melalui gereja rumah. Kefektifan dari
penginjilan ini berhubungan dengan gaya hidup mereka yang bertemu dalam gereja-gereja
rumah maupun penjangkauan yang agresif.

b. Penginjilan Gaya Hidup

 Yesus mengatakan dalam Yoh 17:23 “Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku
supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus
Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.” Jadi
menurut Yesus, gereja akan memenangkan dunia dengan mendemonstrasikan kesatuan
(unity) dan kasih satu sama lain. Dengan cara ini, dunia akan percaya (Yoh 17:21). Ini adalah
prinsip yang diajarkan Tuhan Yesus. Penginjilan “gaya hidup” dalam kelompok kecil ini
sering terjadi melalui persahabatan. Biasanya, seorang non-Kristen sering enggan untuk
langsung masuk ke gereja. Tetapi akan lebih mudah bagi mereka untuk berpartisipasi ter;ebih
dahulu dalam senuah kelompok sel dalam sebuah rumah yang penuh kehangatan.

c. Penginjilan yang Proaktif

 Sekalipun orang-orang yang bukan Kristen akan tertarik dengan gaya hidup anggota-anggota
sel, Kelompok Sel harus dengan sengaja merencanakan untuk menjangkau mereka. Alkitab
mengatakan bahwa dunia ini sudah hilang dan diambang kebinasaan kekal (Yoh. 3:36; 2 Tes
1:7-9; 1:16; Yudas 23). Dalam perumpamaan perjamuan kawin, raja memerintahkan
“pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu
jumpai di sana ke perjamuan kawin itu.” (Mat 22:9)
2. Penekanan yang sempurna atas pemuridan Perintah Kristus untuk memuridkan segala
bangsa melibatkan juga “kesempurnaan orang-orang kudus”. Kristus melakukan ini dengan
menambahkan kata-kata berikut “…dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:20) Allah memberikan pemimpin-pemimpin yang penuh
karunia rohani untuk gereja “…untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan
pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan
iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat
pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Ef 4:12-13). Sebagai sebuah
instrument dari gereja, pelayanan kelompok sel dapat memainkan peranan penting dalam
proses pemuridan melalui pemeliharaan atas para petobat, membantu proses pengudusan, dan
menyediakan persekutuan bagi orang-orang percaya.

a. Pemeliharaan para Petobat

Pelayanan kelompok sel adalah alat yang penting untuk pemeliharaan rohani perorangan.
Gereja-gereja sel di dunia memelihara petobat-petobat baru melalui pelayanan sel. Biasanya
pemeliharaan para petobat ini dilaksanakan dengan cara: pertama, memimpin petobat baru ke
sebuah kelompok sel sesuai dengan tempat tingla mereka, usia atau status mereka; kedua,
menghubungi petobat baru melalui pertemuan dengan seorang anggota sel; dan ketiga,
menugaskan seseorang untuk menolong petobat baru itu untuk teguh dala mima kristennya.

b. Proses Pengudusan

Paulus mengatakan bahwa Allah dalam kedaulatanNya telah memanggil kita “…untuk
menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya…” (Roma 8:29). Menjadi seperti Yesus harus
seumur hidup dan ini secara akurat digambarkan dalm doktrin Alkitab tentang pengudusan.
Gereja memfasilitasi pengudusan melalui pemberitaan Firman, keterlibatan dalam sakramen
dan pelayanan gereja lainnya. Dalam kelompok kecil, proses pengudusan terlaksana melalui
penyembahan, nasihat, melayani satu dengan yang lain. Alkitab mengatakan bahwa kita harus
memberi dorongan satu kepada yang lain setiap hari supaya jangan ada di antara kamu yang
menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa.
c. Persekutuan orang-orang percaya

Yang sangat menolong orang-orang percaya untuk bertumbuh dan maju secara rohani adalah
persekutuan Kristen. Yohanes mengatakan “Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama
seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan
darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa” (1 Yoh 1:7). Yohanes
menggunakan kata koinonia yang secara literal berarti “bersama-sama memiliki segala
sesuatu.” Yesus adalah dasar bersama bagi persekutuan Kristen, dan dialah yang mengikat
orang-orang Kristen bersama. Dan sama seperti pengudusan, persekutuan orang-orang
percaya yang sesungguhnya terjadi dalam konteks kelompok yang kecil.

3. Partisipasi dalam Kegiatan Sosial

Ada banyak fungsi gereje Kristus. Selain fungsi pemuridan, Yesus juga memanggil gereja
untuk menjangkau masalah-masalah social praktis.

a. Pola Kepedulian social dalam PB

 Kepedulian sosal dalam PB dapat disimpulkan dari perkataan rasul Yohanes “Barangsiapa
mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup
pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam
dirinya? Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah,
tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (1 Yoh 3:17-18) Kepedulian social bukan
hanya memberi makan orang yang lapar, tetapi juga menghukum ketidakbenaran dan
menemukan kebutuhan-kebutuhan jasmani. Yesus kepala gereja adalah teladan kita. Dia
menyembuhkan yang sakit dan terluka (Mat. 9:35-38) dan memberi makan orang yang lapar
(Mat. 15:29-39). Pada waktu yang sama, Yesus dengan berani mengecam kemunafikan dan
penindasan (Mat. 21:12-16; 23:13-36).

b. Kesempatan untuk mengembangkan kepedulian sosial dalam kelompok sel


Gereja seharusnya tetap peduli dengan maslah-masalah sosial. Banyak gereja yang
menyediakan dana untuk membantu anggota-anggotanya yang dalam kesulitan. Sayangnya,
pertolongan seperti ini sering sangat terbatas penerapannya karena beberapa hal. Pertama,
tidak cukup hanya mengetahui bahwa seorang anggota jemaat butuh pertolongan. Tetapi
bantuan itu juga harus dinilai oleh pemegang otoritas. Kedua, banyak orang yang sedang
dalam kesulitan tidak mau majelis/penatua gereja atau gembalanya mengetahui apa yang
dibutuhkannya dalam kesulitan hidupnya. Ketiga, seorang gembala atau penatua untuk tidak
selalu bisa memahami kebutuhan seseorang dari sudut pandang yang bersangkutan. Sering
permohonan bantuan dinilai secara dangkal saja oleh gereja. Berbeda dengan kelompok sel.
Setiap orang “mengenal satu sama lain” dan terbuka “mengungkapkan kebutuhan-
kebutuhannya.” Kelompok kecil dapat melaksanakan tugas penting untuk menolong orang
yang butuh pertolongan. Bukan hanya menolong anggota-anggota sel, tetapi juga dalam
menyatakan belas kasihan dengan menolong orang-orang di sekitar yang belum percaya.
Harus diakui banyak kelompok sel yang belum sampai ke tahap ini. Tapi jika pemimpim-
pemimpin sel didorong untuk menjangkau lingkungan sekitarnya, maka kelompok sel akan
dapat menyatakan potensinya yang tidak terbatas untuk menjangkau masayarakat di
sekitarnya dan nama Yesus dimuliakan melalui gereja.

4. Menyaksikan Kerajaan Allah

Fungsi ketiga gereja adalah untuk menyaksikan Kerajaan Allah. Kata-kata pertama yang
dikatakan Yesus menurut Markus adalah “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah
dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mark 1:15). Matius mengulangi pesan ini
dalam Mat 24:14 “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian
bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” Secara teologis, konsdep injil
Kerajaan mengandung sekaligus kebenaran mengenai pemuridan dan aksi social secara
sangat jelas.
Namun harus diingat bahwa gereja bukanlah Kerajaan dimaksud. Kerajaan jauh Allah lebih
besar dari gereja. Bahkan gereja adalah alat dari Kerajaan untuk menyaksikan Kerajaan Allah
melalui pensan Injil.

a. Konsep Kerajaan

Banyak yang percaya bahwa tema yang menyatukan Alkitab adalah Kerajaan Allah. Dalam
PL dan PB tema ini berulang kali muncul (mis.: Dan. 2:21; 4:24-25; Mt. 13). Makna utama
dari Kerajaan adalah pada fakta bahwa Allah akan memerintah. Kerajaan Allah adalah hasil
akhir dari pemulihan pemerintahan Ilahi. Ketika Yesus berkata bahwa Kerajaan Allah sudah
dekat, yang dimaksud adalah sedang “terwujud” tapi belum sepenuhnya. Kerajaan Allah telah
datang dalam pribadi Yesus Kristus, tapi akan sepenuhnya dialami dimasa depan. Hal ini
lebih jelas ketika Yesus berkata dalam Matius 12:28 “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan
kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.”

b. Konsep Kerajaan dan Pelayanan Sel Sebagai instrument dari gereja Kristus, kelompok-
kelompok sel harus menyaksikan Kerajaan Allah. Setiap kelompok sel adalah komunitas dari
Raja yang hidup yang secara aktif memerintah disini sekarang. Dengan alasan ini, kelompok-
kelompok sel seharusnya berharap intervensi kuasa/pemerintahan Allah dalam setiap
pertemuan. Setiap saat seseorang dibebaskan dari dosa, disembuhkan dari penyakit, atau
dilepasakan dari belenggu Setan. Inilah perwujudan Kerajaan Allah di bumi. Perwujudannya
bukanlah lewat kekerasan, melainkan dengan mewujud kebebasan rohani dan jasmani dalam
kehidupan setiap orang, termasuk kabar baik bagi yang miskin, pembebasan kepada orang-
orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang
yang tertindas (Luk 4:18) Akhirnya pesan tentang Kerajaan memberikan harapan besar untuk
kelompok sel. Dengan terwujudnya pemerintahan Allah sekarang ini dalam kelompok sel
melalui fellowship yang agung dan penyegaran rohani, kelompok itu juga diingatkan pada
keagungan yang jauh lebih besar di masa depan. Ini adalah harapan tentang Kerajaan Kristus
di masa datang yang akan mendorong kelompok sel untuk terus menjangkau yang terhilang
dan tertindas.

BAB II
SEJARAH GERAKAN SEL

A. Kelompok-Kelompok Kecil dalam Alkitab

1. Perjanjian Lama
Ada berbagai konsep dari PL yang menegaskan nilai-nilai utama dari pelayan kelompok
kecil. Beberapa penulis mengangkat tema-tema seperti kominitas, hubungan, dan hubungan
yang erat dalam mebicarakan tentang kelompok-kelompok kecil Sebenarnya, PL sangat
sedikit berbicara tentang pelayanan kelompok kecil. Tetapi satu dari cerita PL yang
diterapkan secara luas dalam gerakan sel modern adalah Prinsip oragnisasi yang diusulkan
oleh Yitro kepada Musa dalam Keluaran 18,
Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia:
"Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang
duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?" …"Tidak
baik seperti yang kaulakukan itu. Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa
yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau
melakukannya seorang diri saja... Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan
kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah. Kemudian haruslah engkau
mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan
memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus
dilakukan. Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan
takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap;
tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus
orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Dan sewaktu-waktu mereka
harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan
mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian
mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut
menanggungnya. Jika engkau berbuat demikian dan Allah memerintahkan hal itu kepadamu,
maka engkau akan sanggup menahannya, dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan puas
senang ke tempatnya."

Walaupun Allah memili Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, dia kurang
ahli dalam mendelegasikan tugas. Nasihat ini mendasari struktur organisasi yang meneruskan
kepemimpinan atas ribuan hingga puluhan orang

2. Perjanjian Baru
 Perjanjian Baru memberikan kepada kita banyak contoh tentang pelayanan kelompok kecil.
Kristus sendiri mengumpulkan sebuah kelompok kecil dari antara murid-murid dan gereja
mula-mula terutama bertemu di rumah-rumah.

a. Kristus dan Kelompok Kecil


Contoh pertama dari sebuah kelompok kecil adalah kelompok yang Kristus pilih sendiri.
Pasti transformasi yang kuat terjadi saat murid-murid berinteraksi dengan Kristus dalam
kelompok kecil
b. Gereja Rumah dalam PB
 Sejak awalnya, orang-orang percaya bertemu di rumah-rumah dan bait Allah. Pola ini
pertama-tama muncul di Yerusalem sesudah Pentakosta. Kis 2:46 mengatakan “dengan
bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka
memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan
gembira dan dengan tulus hati, …” Konsep bertemu di rumah dan di depan umum diperkuat
oleh Paulus ketika dia berkata dalam Kis 20:20 “sungguhpun demikian aku tidak pernah
melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu,
baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu”

c. Pentingnya Kelompok-kelompok Kecil dalam Penganiayaan Di masa awal gereja mula-


mula, pertemuan umum dan sel adalah aktivitas sehari-hari. Namun demikian, dalam
kaitannya dengan penganiayaan, pertemuan umum berhenti sebagai pengalaman zaherí-hari.
Oleh karena penganiayaan, peran jemaat rumah menjadi normatif. Hampir dapat dipastikan
bahwa setiap berbicara tentang gereja local atau pertemuan, baik untuk ibadah maupun
persekutuan, pada dasarnya menunjuk kepada gereja yang bertemu di rumah.

d. Hubungan antara Gereja-gereja Rumah


Dalam surat kepada Korintus, Paulus mennyebutkan pada satu ekklesia yang bertemu di
rumah Aquila dan Priskila (1 Kor 16:19), tetapi dia juga mengucapkan salam kepada
keseluruhan (1 Kor. 1:2; 2 Kor. 1:1). Hal yang sama juga berlaku pada gereja di Tesalonika
dan di Roma (1 Tes. 1:1; 2 Tes. 1:1; Rom. 16:23). Semuanya ini menunjukkan bahwa ada
hubungan di antara mereka.
 Ada juga pendapat bahwa kelompok-kelompok di rumah bergabung untuk merayakan
peristiwa khusus. Perjamuan Kasih dalam 1 Korintus 11 dan kunjungan Paulus ke Troas
dalam Kis 20:6-12 adalah contoh perayaan iabadah gabungan. Gereja-gereja rumah ini
rupanya menjadi persekuatuan dalam lingkaran yang lebih kecil di dalam persekutuan yang
lebih besar dari ekklesia kota.

B. Kelompok-kelompok Kecil dalam Sejarah Kristen awal

Ada dua perkembangan sejarah yang menghamabt aktivitas kelompok kecil sebelum
reformasi. Pertama, munculnya pembedaan antara pendeta/Pastor dan awam yang
menghalangi partisipasi kaum awam dan kedua, pengesahan agama Kristen oleh kekaisaran
Roma yang menghilangkan kebutuhan pertemuan-pertemuan di rumah.

1. Pemisahan antara Pendeta/Pastor dan Awam


Ada berbagai faktor yang menyebabkan timbulnya pemisahan antara kaum pendeta/pastor
dengan awam. Pemisahan ini menjadi semakin penting karena gereja juga menghadapi
berbagai ajaran yang menyimpang. Akibatnya, spontanitas yang pernah hadir dalam gereja
rumah mulai dikontrol oleh bishop-bishop yang dipilih. Demikianlah, pada abad ke-3 jabatan
gerejawi semakin berkembang, dan para bishop semakin berkuasa. Perkataan mereka
dihormati dan sebagian besar ditaati.

2. Pengesahan Agama Kristen


Ketika agama Kristen menjadi agama Negara selama masa Konstatinus Agung, tempat-
tempat suci semakain lebih dihormati dari pada persekutuan dalam rumah. Orang Kristen
sekarang dapat beribadah di tempat-tempat umum. Perubahan ini akhirnya mempengaruhi
kelanjutan gereja rumah secara negative. Gedung-gedung gereja kemudian mulai
menggantikan rumah.

3. Kelompok-kelompok Kecil di antara Pendeta/Pastor Setelah golong rohaniawan dan awam


terpisah, dikalangan pastor ada yang menerapkan kelompok-kelompok kecil dalam struktur
resmi gereja. Seorang diantaranya adalah Ambrosius, seorang Bishop dari Milan (339-397)
yang terlibat dalam kelompok-kelompok kecil bersama pastor-pastor lainnya. Rupanya ini
kemudian menjadi pola yang umum dimana kehidupan dan kekuatan rohani gereja ditentukan
oleh kelompok-kelompok kecil para rohaniawan yang berkumpul di sebuah Katedral dan
bishopnya atau atau dalam kelompok kecil rahib yang berkumpul di sekitar pemimpinnya
yang kuat dan berpengaruh. Namun harus diingat bahwa kelompok kecil ini tidak melibatkan
kaum awam.

4. Kelompok-kelompok Kecil dan Kehidupan Biara Banyak orang-orang percaya merasa


bahwa gereja kehilangan visi dan tunduk pada keduaniawian zaman itu. Sebagai reaksi
ketidak puasan itu, muncullah kehidupan membiara dengan kelompok-kelompok kecil dari
kaum awam yang mengejar kekudusan hidup. Walaupun ini dalam derajad tertentu adalah
sebuah pentuk penolakan terhadap gereja Katolik, tetapi mereka ditempatkan di bawah
bishop dan pastor. Pada akhir abad ke 5, kelompok-kelompok hidup membiara ini bertumbuh
subur di mana-mana dan menjadi salah satu kekuatan utama gereja Katolik.

5. Kelompok-Kelompok Penginjil dalam Biara Di Irlandia, kehidupan membiara berkembang


dalam semangat penginjilan yang kuat. Di sana gereja diatur disekitar biara. Para rahib sering
pindah ke negara lain dan dengan giat menyebarkan iman Kristen dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil yang disebut team penginjilan. Team penginjilan ini mungkin
mulai di Kolumbia tahun 563. Sukses yang mereka peroleh kemudian mendorong mereka
untuk melanjutkan ke berbagai tempat. Gelombang dari team-team penginjilan ini ke seluruh
benua. Komunitas rahib yang terdiri dari 10 hingga 12 orang ditempatkan di daerah non-
Kristen Eropa dan mendirikan gereja di sana. Mereka akan berkhotbah sampai sejumlah
orang bertobat, dan kemudian mereka akan mengajar para petobat baru. Jika mereka sudah
berhasil mendirikan gereja, maka mereka akan pergi ke bagian lain di Eropa karena tujuan
mereka adalah membangun komunitas biara di seluruh daratan.

C. Kelompok-Kelompok Kecil di Masa Reformasi


1. Gerakan Anabaptis
Hampir semua ajaran Anabaptis mengikuti ajaran Luther tentang pembenaran oleh iman,
kewibawaan Alkitab dan imamat orang-orang percaya. Namun Anabaptis percaya bahwa
Luther dan tokoh-tokoh reformasi lainnya belum cukup membaharui gereja. Mereka percaya
bahwa hanya baptisan orang yang sudah percaya yang benar dan merekalah yang termasuk
dalam gereja lokal.
 Sejak tahun 1522, mereka yang bergabung dengan Anabaptis cenderung berkumpul di
rumah-rumah. Pertemuan-pertemuan ini meluas dalam gelombang dari kelompok-kelompok
awam membaca Alkitab. Mereka berkumpul untuk memperkuat iman dan menyebarkan
semanagat kekristenan. Alasan utama kelompok Anabaptis bertemu di rumah-rumah adalah
untuk menegaskan kepercayaan mereka bahwa gereja Kristus adalah kumpulan dari orang-
orang percaya yang berkomitmen.

2. Luther dan Kelompok-kelompok Kecil


Sikap Luther terhadap pelayan kelompok kecil berubah berkaitan dengan gerakan Anabaptis.
Pada awalnya, Luther menaruh perhatian atas keimaman semua orang percaya dan
menerapkan idea itu dengan menggunakan kelompok-kelompok kecilsebagai bagian dari
reformasi gereja. Luther mengatakan “ Mereka yang ingin menjadi orang-orang Kristen yang
sungguh-sungguh mengakui Injil dengan haruslah bertemu di sebuah rumah untuk berdoa,
membaca, dan menerima sakramen dan untuk melakukan pelayanan Kristen lainnya… Disini
seseorang dapat mempersiapkan pelayanan untuk baptisan dan sakramen dan memusatkan
segala sesuatu pada Firman, doa dan kasih …”

Tetapi kemudian Luther mengubah pendapatnya dengan pertimbangan gagasan tentang


“orang Kristen yang sejati” akan membawa seseorang kepada kesombongan kurang
memahami apa itu Anugerah. Disamping itu, istilah “Kristen yang sungguh-sunguh” akan
membuat mereka beranggapan bahwa diri mereka sendirilah gereja yang murni. Luther
mentakan jika kita izinan kelompok-kelompok kecil orang Kristen memisahkan diri dari
orang Kristen lainnya untuk membaca Firman, membaptis, dan untuk menerima sakramen,
maka kita akan mendirikan gereja baru. Luhert percaya bahwa Alkitab tidak mengijinkan
untuk memisahkan orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh dari gereja.

D. Kelompok-kelompok Kecil sesudah Reformasi


Ada berbagai gerakan kelompok kecil yang muncul sesudah reformasi. Ada tiga gerakan
yang terkenal yaitu Pietism, Moravianisme dan Methdisme.

1. Pietism
Aliran Pietisme (berkeinginan membaharui gereja. Cita-cita mereka dalah agar orang yang
menamakan diri orang Kristen benar-benar menghayati imannya dengan cara sbb.:
Pietisme menghendaki orang menyesal karena dosanya dan menghayati pengampunan oleh
Allah karena korban Kristus, karena itu mengasihi Kristus dengan hangat.
Mengamalkan imannya dengan rajin membaca Alkitab serta bacaan-bacaan yang bersifat
membangun,dengan banyak bergaul dengan orang Kristen sejati.
Memberi kesaksian kepada orang yang belum mengenal Kristus sebagai Juruselamat.
Secara teologi, pietisme/revival pada umumnhya menekankan pada aspek-aspek karya Roh
Kudus dalam kehidupan orang Kristen perorangan. Selain itu, dalam kehidupan iman
haruslah diperlihatkan bahwa ia sudah bertobat dan menjadi orang Kristen sejati. Corak
teologi ini menghasilkan sikap sbb.
Orang Pietis/Revival kurang menghargai lembaga gereja. Terlalu banyak anggota gereja yang
“mati”.
Menekankan perasaan hati (kasih yang hangat kepada Kristus, rasa terharu akan dosa, hasrat
untuk mengabarkan Injil) sehingga mencurigai ilmu pengetahuan, termasuk ilmu teologia.
Karena memusatkan perhatian kepada pertobatan perorangan, maka perbaikan masyarakat
adalah dengan membangkitkan iman sebanyak mungkin orang, mendekati orang perorang
dengan Kabar Keselamatan.

UNITY
PURITAN
Philip Jacob Spener abad ke 16
Philip Jacob Spener adalah salah seorang tokoh pietism lahir dalam konteks yang kering dan
immoral pada tahun 1635. Sebagai seorang pastor Lutheran di Frankfurt, tahun 1666 ia
merasa kebutuhan untuk memberi makanan rohani dan meningkatkan kehidupan lebih dalam
di tengah-tengah anggota gerejanya. Dia mengumpulkan orang di rumahnya sebuah
kelompok untuk memperkuat kehidupan rohani mereka melalui diskusi khotbah minggu, doa,
dan pelajaran Alkitab. Gerakan ini menyebar dan kelompok-kelompok itu dikenal dengan
sebuatan collegia pietatis.
 Spener percaya bahwa perubahan hanya dapat dilakukan saat orang-orang percaya
berkumpul dalam kelompok-kelompok kecil untuk belajar Alkitab, berdoa,
menyembah dan bersekutu. Tujuan dari kelompok-kelompok ini adalah pemuridan dan
kekudusan.
Ada beberapa ciri utama yang muncul dalam kelompok-kelompok kecil versi Spener,
diantaranya adalah sebagai berikut:
Kepemimpinan—Untuk menghindari ajaran yang salah, maka sangat dibutuhkan
pemimpin yang memenuhi syarat dalam pertemuan-pertemuan tersebut. Biasanya yang
menjadi pemimpin kelompok adalah seorang pastor atau seorang profesor (memiliki
wawasan dan pengetahuan yang luas) yang bersedia mengambil tanggung jawab atas
kelompok tersbut. Namun demikian, pemimpin tidaklah mendominasi diskusi, melainkan
untuk menggerakkan setiap orang yang hadir untuk berpartisipasi.

Partisipasi—sebagai sudah dikatakan di atas, walaupun pemimpin selalu hadir, namun


desempatan diberikan kepada setiap orang untuk berpartisipasi. Khotbah minggu dapat
dijadikan sebagai titik awal diskusi, tetapi kemudian setiap orang harus mengemukakan
pemahamannya. Spener menekankan partisipasi sebagai akibat dari keyakinan teologinya
akan keimaman orang-orang percaya. Keseimbangan antara Sel dan Ibadah Umum—Spener
bertujuan untuk menjadikan gereja kebih kudus dan serupa dengan Kristus melalui pelayanan
dalam kelompok-kelompok kecil. Pertemuan-pertemuan itu hanya dimaksudkan sebagai
tambahan pelayanan ibadah pagi minggu—bukan untuk menggantikannya. Dia juga tidak
mengijinkan orang menyebut kelompok-kelompok ini sebagai “gereja yang benar” sehingga
terhindarlah konflik doktrin. Spener juga tidak mengijinkan pelaksanaan sakramen pada
pertemuan-pertemuan kelompok kecil ini.

Penyebaran Pietism Walaupun Spener mendapat tantangan, tetapi banyak gereja Lutheran
mempraktekkan prinsip kelompok kecil yang diajarkannya. Doktrin Pietisme tersebar luas di
seluruh dunia. Nicholas von Zinzendorf, pendiri gereja Moravian, sangat kuat dipengaruhi
oleh Pietisme ini. Sedangkan John Wesley dijamah Allah melalui orang-orang Moravia.
Bahkan dapat dikatakan bahwa gerakan studi Alkitab berasal dari Pietism ini.

2. Orang-orang Moravia
Gerakan Moravia mulai tahun 1772 ketika sejumlah pengungsi dari Bohemia dan Moravia
berlindung kepada Nicholas von Zinzendorf. Zinzendorf adalah seorang yang dididik di Halle
yang menganut pietism. Dia sangat mengasihi Yesus dan mempunyai visi untuk
menyebarkan Injil sampai ke ujung-ujung bumi. Visinya itu dipenuhi justru oleh para
pengungsi yang berlindung kepadanya. Zinzendorf memahami seluruh dunia sebagai wilayah
pelayanannya. Dia sedikitpun tidak tertarik untuk mendirikan sebuah denominasi gereja.
Kerinduannya adalh mengirim misionaris ke semua bagian dunia. Tapi karena tidak mungkin
memenuhi visinya tanpa sebuah gereja yang terorganisir maka dia menyetujui Gereja
Moravia dan menjadi Bishop pertama. Melalui gereja inilah banya misionaris dikirim ke
seluruh dunia.
 Saudara-saudara Moravia menawarkan gerakan pembaharuan gereja melalui Toni
masyarakat, kelas dan kelompok kecil (band). Sebuah kelompok dibentuk untuk membantu
pertumbuhan rohani perseorangan dalam anugerah da
[n fellowship antara orang yang punya perhatian yang sama dan hubungan yang informal
yang menarik satu dengan yang lainnya. Mereka berkumpul untuk berdoa dan diskusi
mengenai pengalaman-pengalaman individu. Dalam perkembangan lebih lanjut, gereja dibagi
dalam kelmpok-kelompok berdasarkan usia, jenis kelamin dan status perkawinan. Setiap
kelompok mempunyai pertemuannya sendiri dan kelompok-kelompok dewasa mempunya
rumah-rumah dimana anggota-anggotanya tinggal.

3. Metodism dan Kelompok-kelompok Kecil


John Wesley dipimpin kepada kepastian keselamatan dan hubungan pribadi mendalam
dengan Allah sebagai hasil hubungannya dengan orang-orang Moravia. Dia mendapatkan
konsep-konsep kelompok kecilnya dari mereka.
 Sejak awal, Allah telah m’ empersiapkan John Wesley. Ibunya tela meprakarsai pertemuan-
pertemuan rumah bertahun-tehun sebelumnya. Ini dimulai dengan waktu ibadah dimana
ibunya pimpin bagi anak-anaknya. Kemudian sejumlah tetangga meminta untuk hadir, dan
lama relaman kelompok ini bertumbuh hingga lebih 200 orang. Wesley percaya bahwa
kelompok-kelompok kecil adalah alat Tuhan untuk melakukan perubahan. Dia menyadari
bahwa perubahan jangka panjang membutuhkan struktur organisasi yang efektif dan karena
itu dia bekerja keras membagung jeringan kelompok kecil yang luas.

Organisasi Kelompok Kecil Wesley adalah sebagai berikut:


a. Kelas
Kelas-kelas pada awalnya dibuat untuk mendapatkan dana dimana setiap anggota
kelas diwajibkan memberi satu sen/dolar setiap minggu untuk pelayanan Metodis.
Kemudian, tahun 1742, kelas juga menjadi tempat untuk memperbaiki orag-orang
Kristen yang telah jatuh.

Kepemimpinan
Keberhasilan sebuah kelas tergantung pada kepemimpinannya. Beberapa prinsip
kuncu adalah sebagai berikut: Para pemimpin ditunjuk (berbeda dengan band/group
kecil dimana para pemimpin dipilih) Perempuan diizinkan menjadi pemimpin awam
Pemilihan pemimpin didasarkan pada moral dan carácter rohani, maupun pengetahuan
umumnya.
Kepemimpinan adalah jamak, artinya ada lebih dari satu pemimpin sehingga terjadi
sharing kepemimpinnan rohani Kelompok-kelompok tidak dibentuk kecuali
kepeimimpinan yang memadai tersedia. Pemimpin-pemimpin kelas pada dasarnya
adalah gembala.
Kepemimpinan kelas bertemu setiap minggu daengan kepemimpinan lembaga yang lebih
tinggi. Mereka mempraktekkan model Yitro.

Kegiatan dalam Kelompok


Pertemuan kelas biasanya berlangsung setu jam. Kelas dimulai dengan lagu pembukaan.
Kemudian pemimpin menceritakan pengalaman pribadi rohaninya. Sesudah itu dia akan
mulai menyelidiki kehidupan rohani anggota dalam Group itu. Setiap anggota memberi
kesaksian mengenai keadaan rohaninya. Sebelum ditutup dengan doa, dikumpulkan
persembahan untuk mendukun pelayanan.

Disiplin
Pertemuan-pertemuan kelas membuat setiap anggota Metodis di bawah pengawasan ketat.
Tujuan utamanya adalkah disiplin. Laporan-laporan sel diberikan secara teratur. Sebelum
seseorang bergabung dengan lembaga Metodis, dia harus berpartisipasi secara aktif terlebih
dahulu dalam sebuah kelas.

Penginjilan
Salah satu aspek penting dalam kelas adalah penginjilan. Kelompok-kelompok itu memiliki
fungsi penginjilan yang jelas sebagaimana orang bertobat selama pertemuan dan anggota
yang telah terjatuh dimampukan untuk membaharui komitmen mereka kepada Kristus.
Multiplikasi
Wesley mendorong terjadinya multiplikasi kelas. Wesley akan berkhotbah dan kemudian
mengundang orang untuk bergabung dengan sebuah kelas. Wesley tidak akan memulai
sebuah kelas jika dia tidak dapat mengelolanya, dan dia tidak akan berkhotbah jika tidak
dapat
mendaftarkan orang ke dalam kelas-kelas.

b.Group Kecil (Band)

Group kecil dimulai tahun 1738. Beberapa group kecil akan membentuk kelas. Group-group
kecil dibentuk menurut jenis kelamin, usia dan status perkawinan dan biasanya mempunyai
sekitar enam orang anggota. Dalam pertemuan group kecil, setiap anggota menanyakan dosa-
dosa yang telah dilakukan, pencobaan yang mereka hadapi dan bagaimana mereka bebas dari
pencobaan itu.

c.Lembaga-lembaga
Lembaga adalah berkenaan dengan level jemaat. Orang yang tetap berkelakuan sesuai hidup
baru, hadir secara teratur dalam pertemuan kelas akan otomatis menjadi anggota jemaat
setelah tiga bulan.
Disadur dari:
Joel Comiskey, Cell-based Ministry: A Positive Factor For Church Growth in Latin America,
Fuller Theological Seminari, 1997

Anda mungkin juga menyukai