Anda di halaman 1dari 6

Nama : Holyvia Sari Friska Purba

NIM : 18.01.1660

Tingkat/Jurusan : III-B/Teologi

Mata Kuliah : Dogmatika II

Dosen : Pardomuan Munthe, M.Th

EKKLESIOLOGI
a. Aspek Gereja: Lembaga, persekutuan dan umat Allah
b. Pembangunan Jemaat bersifat Ekstensif dan pembangunan jemaat bersifat
Intensif
c. Pelayanan Gereja yang Apostolat dan Pelayanan Gereja yang Ibadat
d. Doktrin Gereja yang kelihatan dan yang tidak kelihatan

I. Pendahuluan
Eklesiologi ialah mengenai ajaran tentang Gereja. Ekklesiologi adalah cabang teologi
yang secara sistematis mempelajari asal-usul hakikat, ciri-ciri khusus, dan perutusan
gereja. Apa saja yang ada terkandung dalam eklesiologi?ialah memiliki aspek yaitu
lembaga, persekutuan, dan umat Allah, pembangunan jemaat bersifat Ekstensif dan
pembangunan jemaat bersifat Intensi, Pelayanan gereja yang Apostolat dan pelayanan
gereja yang Ibadat, doktrin gereja yang kelihatan dan yang tidak kelihatan

II. Pembahasan
2.1. Pengertian Ekklesiologi
Ekklesiologi berasal dari kata Ecclesiologi yang berarti ajaran tentang gereja.1
Secara harafiah ekkelsiologi berarti pemahaman tentang gereja. 2 Ekklesiologi adalah
cabang teologi yang secara sistematis mempelajari asal-usul, hakikat, ciri-ciri khusus,
dan peraturan gereja.3 Ekklesiologi tetap merupakan teologi yang mau mempelajari
hidup beriman secara sistematis dan metodis. 4 Ekklesiologia ialah Ajaran tentang

1
Henk Ten Napel, Kamus Teologi Inggris Indonesia, (Jakarta: BPK GM, 1996), 120.
2
Christian De Jonge & Jans Aritonang, Apa dan Bagaiman Gereja?, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 1.
3
Gerald O’ Collins & Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, (Yogyakarta: Kanasius, 1996), 1.
4
B.S. Mardiatmadja, Ekklesiologi, (Yogyakarta: Kanasius, 1991), 18.
Gereja, Yunaninya “Ekklesia”.5 Ekklesiologi adalah cabang teologi yang secara
sistematis mempelajari asal-usul hakikat, ciri-ciri khusus, dan perutusan gereja. 6

2.2. Aspek Gereja: Lembaga, persekutuan dan umat Allah


a. Lembaga
Ditinjau dari sudut sosiologis Gereja tidak berbeda dengan lembaga-lembaga
lain yang terdapat di dunia dimana Gereja mempunyai anggota-anggota,
peraturan, pengurus, susunan tertentu, kegiatan-kegiatan atau pelayanan-
pelayanan tetapi tidak sama dengan lembaga-lembaga itu. Gereja lebih daripada
itu, ia mempunyai hakekat yang lain dimana Gereja berada dalam dunia ini, tetapi
ia tidak berasal dari dunia ini (Yoh. 17:11).7

b. Persekutuan
Persekutuan dapat diartikan sebagai suatu tugas panggilan yang masih harus
diperjuangkan. Persekutuan dengan Kristus merupakan dasar kita saling
mengasihi karena Allah telah mengasihi kita. Persekutuan merupakan persekutuan
kasih, saling mengasihi antara satu dengan yang lainnya. Dapat dikatakan bahwa
di dalam persekutuan orang kudus itu mereka saling bergantungan. 8 Kata
persekutuan (communion) disini kiranya harus dipandang sama dengan kata
koinonia di dalam Alkitab. Jika demikian ungkapan "persekutuan orang Kudus"
harus ditafsirkan sebagai persekutuan di dalam Kristus oleh Roh Kudus.9

c. Umat Allah
Pengertian eklesiologi "umat Allah" sebagai titik tolak teologi tentang Gereja
cocok untuk mengungkapkan segi sosial Gereja. Yang dimaksud adalah bahwa
sarana karya keselamatan Allah ialah umat seluruhnya dan setiap pribadi justru
sebagai umat.10 Dapat dikatakan bahwa umat Allah adalah perhimpunan orang-
orang yang telah ditebus, dan tidak lagi terhalangi dalam hubungan mereka
dengan Allah. Dengan kata lain, mereka (manusia) pada kenyataannya adalah

5
G.C. Van Niftrik & B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK-GM, 2014), 354.
6
Gerald O’Collins & Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 64.
7
J. L. Ch. Abineno, Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM, ), 191-192.
8
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 381.
9
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 381.
10
Nico Syukur. Teologi Sistematika II, (Yogyakarta:Kanisius, 2004), 207-208.
umat yang diperdamaikan dengan Allah: menjadi Israel yang sejati melalui
pekerjaan Yesus Kristus.11

2.3. Pembangunan Jemaat bersifat Ekstensif dan pembangunan jemaat bersifat


Intensif

a. Pembangunan Jemaat bersifat Ekstensif


Dapat dikatakan bahwa ada dua pendorong yang mendorong Gereja untuk
memasyurkan Injil yaitu perintah Kristus yang datang dari luar Gereja, dan
dorongan dari pada Gereja sendiri. Gereja akan semakin kaya justru karena
geraknya keluar, dalam gerak keluar itu tampaklah bahwa Allah mengasihi dunia,
bahwa Allah telah mendamaikan dunia dengan diriNya sendiri (2 Kor 5:19).
Sehingga dalam hal ini Gereja tidak boleh hanya menjadi penonton saja, ia
dipanggil untuk turut serta dalam pelaksanaan kehendak Allah itu. Maka Gereja
harus mau turut campur tangan di dalam kehidupan orang lain.
Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ke dalam itu pertama-tama harus
menjadikan Gereja berakar benar-benar kepada Kristus, sehingga Gereja menjadi
kuat sentosa.Sebab hanya Kristuslah yang menjadi alas Gereja.Maka
pembangunan Gereja harus menjadikan Gereja benar-benar berakar kepada
Kristus.Berakar kepada Kristus berarti bahwa Gereja harus menerima Kristus serta
hidup dan tetap berjalan di dalam Kristus.12

b. Pembangunan Jemaat bersifat Intensif


Hal ini, menunjukkan bahwa pembangunan ke dalam itu pertama-tama harus
menjadikan Gereja berakar benar-benar kepada Kristus, sehingga Gereja menjadi
kuat sentosa. Sebab hanya Kristuslah yang menjadi alas Gereja. Maka
pembangunan Gereja harus menerima Kristus (Kol. 2:6, Ef. 4:20-21) serta hidup
dan tetap berjalan di dalam Kristus. Gereja harus tumbuh ke dalam yaitu
bertambah-tambah di dalam kedewasaan, yaitu kedewasaan iman dan
pengetahuan tentang Kristus. Pembangunan gereja harus benar-benar berakar
kepada Kristus yang berarti menerima Kristus dan berjalan bersama Kristus.
Dengan berpegang teguh kepada Injil yang telah diterima, tanpa dikurangi

11
Donald Guthrie, Teologia Perjanjian Baru 3, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 78.
12
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 384-385.
maupun ditambah, sehingga gereja tidak akan diombang-ambingkan oleh rupa-
rupa pengajaran.13

2.4. Pelayanan Gereja yang Apostolat dan Pelayanan Gereja yang Ibadat

a. Pelayanan Gereja yang Apostolat


Apostolat berasal dari kata Yunani yaitu apostolos yang berarti utusan.Utusan
adalah orang yang diutus untuk melakukan tugas.Apostolate berarti jabatan atau
tugas seorang Rasul.14 Hal ini sesuai dengan karya penyelamatan Kristus, yang
merupakan isi apostolat. Ia datang ke dunia bukan saja untuk memberitakan Injil
dengan perkataan tetapi juga dengan perbuatan. 15 Jemaat dibangun atas dasar para
rasul dan nabi-nabi (Ef. 2:20). Jemaat dibangun atas berita yang mereka layankan.
Paulus setia menjaga agar berita yang dilayankan sesuai dengan rasul lainnya
(Gal.2:2). Sifat kerasulan jemaat berarti setia mempertahankan kepercayaan iman
yang dilayankan oleh para Rasul.16

b. Pelayanan Gereja yang Ibadat

Dalam gereja kita berada dalam persatuan yang vital baik dengan Kristus dan
satu sama lain. Panggilan-panggilan untuk komunitas dengan keterlibatan yang
mendalam dan komitmen yang mutual dalam hal waktu, tenaga dan harta milik. 17
Ibadah adalah hormat kepada Allah (Kel. 20:1-6) yang dinyatakan dalam gerak
isyarat dan perkataan tepat, pantas, tetapi juga dituntut oleh para nabi, dalam sikap
perbuatan dan hidup (Am. 5:21-24).Berdoa dan bernyanyi merupakan bagian dari
ibadah di Bait Allah (1 Taw. 16:4-6). 18 Dalam praktiknya ibadah jemaat tidak
hanya diselenggarakan pada hari Minggu saja, ibadah hari Minggu memang
sentral, tetapi pertemuan antara Allah dan jemaat bukan hanya berlangsung pada
hari itu saja. Pertemuan itu juga berlangsung pada hari-hari kerja. Karena itu
ibadah jemaat tidak tertutup tetapi terbuka. Dalam pelayanan gereja yang ibadat,
jemaat harus turut mengambil bagian dalam ibadah, jemaat bukan saja secara

13
Ibid, 384-385
14
Henk Ten Napel, Kamus Telogi Inggris Indonesia, 37
15
J.L.Ch.Abineno, Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM), 180.
16
Martin D. Bainton, Gereja dan Bergereja, 76-77.
17
J.I. Packer, Satu Iman, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 155.
18
W. R. F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 145
reseptif tetapi juga secara aktif. Untuk itu maka tata ibadah harus mempunyai
antara lain bentuk pemberitaan firman, doa syafaat, nyanyian jemaat, serta
pengajaran (katakese).19
2.5. Doktrin Gereja yang kelihatan dan yang tidak kelihatan
a. Doktrin Gereja yang Kelihatan
Di dalam dunia, Gereja menjadi kelihatan dalam semua jemaat lokal yang
bertemu dan melakukan bersama hal-hal yang menurut Alkitab harus dikerjakan
oleh Gereja. Kristus adalah kepala Gereja. Setiap orang yang secara pribadi
dipersatukan dengan Kristus melalui iman adalah termaksuk ke dalam Tubuh itu
dan oleh Roh dipersatukan dengan orang percaya lainnya.20

b. Doktrin Gereja yang Tidak Kelihatan


Gereja yang tidak kelihatan, yaitu semua orang yang dipanggil Yesus untuk
datang kepada-Nya. Kita tidak dapat mengetahuinya secara pasti, karena ada pada
satu sisi, gereja tidaklah tampak mata. Kita tidak dapat mengamat-amati kondisi
hati seseorang apakah ia seorang percaya yang sejati. 21 Gereja yang tidak
kelihatan adalah gereja yang ada di dalam iman. 22 Gereja yang tidak kelihatan
adalah suatu realitas rohani. Kata “rohani” bukanlah lawan “badani” atau “yang
kelihatan”, melainkan harus dihubungkan dengan Roh Kudus. Roh itulah yang
membuat Gereja menjadi Gereja Kristus, “tubuh Kristus”, artinya benar-benar
membuat Gereja.23 Gereja yang tidak nampak adalah Gereja sebagimana yang
dilihat oleh Tuhan, sebuah Gereja yang hanya terdiri dari orang percaya.24

III.Kesimpulan
Kesimpulan dari pemaparan diatas ialah disimpulkan bahwa Ekklesiologi
adalah cabang teologi yang secara sistematis mempelajari asal-usul, hakikat, ciri-ciri
khusus, dan peraturan gereja. Ekklesiologi tetap merupakan teologi yang mau
mempelajari hidup beriman secara sistematis dan metodis. Eklesiologi juga memiliki

19
Ibid,213-216.
20
J.I. Packer, Satu Iman, 149.
21
Jonar Situmorang, Ekklesiologi, 9
22
R. Soedarmo, Iktisiar Dogmatika, 222
23
G.C. van Niftrik & B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, 355
24
Louis Berkhof, Teologi Sistematika Volume 5 : Doktrin Gereja, 24
aspek mengenai gereja, dan memiliki doktrin gereja yang kelihatan dan tidak
kelihatan.
IV. Daftar Pustaka
B.J. Boland & G.C. van Niftrik , Dogmatika Masa Kini.
B.J. Boland, G.C. Van Niftrik , Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK-GM, 2014.
Berkhof, Louis, Teologi Sistematika Volume 5 : Doktrin Gereja.
Browning, W. R. F., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2004.
Ch. Abineno, J. L., Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2007
D. Bainton, Martin, Gereja dan Bergereja.
Edward G. Farrugia, Gerald O’ Collins , Kamus Teologi, Yogyakarta: Kanasius, 1996.
Guthrie, Donald, Teologia Perjanjian Baru 3, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2015.
Jans Aritonang, Christian De Jonge , Apa dan Bagaiman Gereja?, Jakarta: BPK-GM,
2016.
Mardiatmadja, B.S., Ekklesiologi, Yogyakarta: Kanasius, 1991.
Packer, J.I., Satu Iman, Jakarta: BPK-GM, 2011.
Packer, J.I., Satu Iman.
Situmorang, Jonar, Ekklesiologi.
Soedarmo, R., Iktisiar Dogmatika.
Syukur, Nico. Teologi Sistematika II, Yogyakarta:Kanisius, 2004.
Ten Napel, Henk, Kamus Telogi Inggris Indonesia.
Ten Napel, Henk, Kamus Teologi Inggris Indonesia, Jakarta: BPK GM, 1996.

Anda mungkin juga menyukai