Anda di halaman 1dari 9

S

Gereja
Yang Satu
dan Kudus
Gereja yang satu Gereja yang satu: Gereja yang tampak
sebagai perwujudan kehendak tunggal
Yesus Kristus untuk dalam Roh Kudus
tetap hadir kini di tengah manusia untuk
menyelamatkan (LG 8)
Kesatuan Gereja pertama-tama dinyatakan
dalam kesatuan iman (lih. Ef 4:3-6) yang
mungkin dirumuskan dan diungkapkan
secara berbeda-beda. Kessatuan juga
dalam satu Injil, satu babtisan, dan satu
jabatan yang dikaruniakan kepda Petrus
dan kedua belas rasul. Kesatuan yang
hakiki dan konkret diungkapkan oleh
Paulus dalam model “tubuh”: Tubuh itu
dibentuk dengan babtis dan
diaktualisasikan dengan Prayaan
Pemecahan Roti (1Kor 10:17).
Singkat kata,
Gereja yang satu
itu terungkap
dalam:
Kesatuan iman para anggotanya: kesatuan iman ini bukan kesatuan yang statis, tetapi
kesatuan yang dinamis. Iman adala prinsip kesatuan batiniah Gereja.
Kesatuan dalam pimpinannya (hierarkis): hierarki mempunyai tugas untuk mempersatukan
umat. Hierarki sering dilihat sebagai prinsip kesatuan lahiriah dari Gereja.
Kesatuan dalam kebaktian dan kehidupan sacramental: kebaktian dan sakramen-sakramen
merupakan ekspresi simbolis kesatuan Gereja itu (Ef 4:3-6)
Memperjuangkan
Kesatuan Gereja
Kesatuan Gereja pertama-tama harus diwujudkan dalam persekutuan konkret antara umat beriman yang hidup
bersama dalam satu Negara atau daerah yang sama. Tuntutan zaman dan tantangan masyarakat merupakan
dorongan kuat untuk menggalang kesatuan iman dalam menghadapi tugas bersama. Kesatuan Gereja terarah
kepada kesatuan yang jauh melampaui batas-batas Gereja dan terarah kepada semua orang yang “berseru kepada
Tuhan dengan hati yang murni”
Semangat kesatuan harus dipupuk dan diperjuangkan oleh setiap umat Kristen sendiri. Usaha yang dapat
digalakkan untuk memperkuat persatuan “ke dalam” misalnya:
•aktif dalam kehidupan Gereja,
•setia dan taat pada persekutuan umat termasuk hierarki, dsb.
Sedangkan untuk menggalakkan persatuan “antar-Gereja” misalnya
•lebih bersifat jujur dan terbuka satu sama lain, lebih melihatkan kesamaan daripada perbedaan,
•mengadakan berbagai kegiatan sosial maupun peribadatan bersama, dsb.
Gereja Kristus yang Kudus
Gereja yang kudus berarti Gereja menjadi perwujudan kehendak Allah yang
Mahakudus untuk sekarang juga mau bersatu dengan manusia dan
mempersatukan manusia dalam kekudusanNya (bdk LG 8,39,41 dan 48).
Gereja yang kudus itu dipandang sebagai tanda Gereja yang benar. Bahkan
sebelum rumusan Syahadat dikenal, orang telah menyebut Gereja sebagai
‘yang kudus”. Hal itu menentukan sikap terhadap para pendosa.

Secara obyektif sifat “kudus” berarti bahwa dalam Gereja adalah sarana keselamatan
dan rahmat Tuhan di dunia serta merupakan tanda rahmat yang kudus, yang akan
menang secara definitif pada akhir jaman.
Secara subyektif sifat “kudus” berarti bahwa Gereja tak akan kehabisan tanda dan
orang kudus (bdk. Ibr 2:1), jadi menyangkut kekudusan subyeknya.
Lalu sifat “kudus” juga berarti bahwa Gereja yang dinodai oleh dosa itu tak akan sebegitu dirusak oleh
dosa sampai Roh Kudus sama sekali meninggalkan Gereja atau tak kelihatan lagi (Mat 16:18).
Sebab, Gereja dijamin Tuhan untuk tak sampai kehilangan rahmatNya kendati berdosa.
• Gereja itu kudus karena sumber dari mana ia berasal, karena tujuan ke
mana ia diarahkan, dan karena unsure-unsur Ilahi yang otentik di dalamnya
adalah kudus.
• Sumber dari mana gereja berasal adalah kudus. Gereja didirikan oleh
Kristus. Gereja menerima kekudusannya dari Kristus atas doa-doaNya (lih
Yoh 17:11).
• Tujuan dan arah Gereja dalah kudus. Gereja bertujuan untuk kemuliaan
Allah dan penyelamatan umat manusia
• Jiwa Gereja adalah kudus, sebab jiwa gereja adalah Roh Kudus sendiri
• Unsur-unsur Ilahi yang otentik di dalam Gereja adalah kudus, seperti ajaran-
ajaran dan sakramen-sakramen
• Anggotanya adalah kudus, karena ditandai oleh Kristus melalui pembabtisan
dan diserhakan kepada Kristus serta dipersatukan dalam iman, harapan,
dan cinta yang kudus. Semua itu tidak berarti bahwa anggotanya selalu
kudus (suci), namun ada juga yang mencapai kekudusan heroik. Semua
dipanggil untuk kekudusan.
Memperjuangkan
Kekudusan
Gereja
Kekudusan juga terungkap dengan “aneka cara pada masing-masing orang”. Kekudusan Gereja
bukanlah suatu sifat yang seragam, yang sama bentuknya untuk semua, melainkan semua mengambil
bagian dalam satu kesucian Gereja, yang berasal dari Kristus, yang mengikut sertakan Gereja dalam
GerakanNya kepada Bapa ole Roh Kudus
Kekudusan tidak datang dari Gereja, tetapi dari Allah yang mempersatukan Gereja dengan Kristus dalam Roh
Kudus. Gereja disebut kudus karena Kristus sebagai kepala menguduskan anggotaNya. Jadi, kekudusan Gereja
tidak terutama diartikan secara moral, tetapi secara teologial, meyangkut keberadaan dalam lingkup hidup Allah.
Anggota Gereja adalah “orang kudus” yang dipanggil untuk hidup secara kudus di tengah-tengah dunia yang tidak
mengindahkan Yang Mahakudus. Gereja adalah milik Allah (1Ptr 2:9) dan karenanya kehendak Ilahi harus ditaati di
dalam Gereja dan oleh anggotanya.
Usaha yang diperjuangkan
Saling memberi kesaksian untuk hidup
sebagai putra – putri Allah

Memperkenalkan anggota - anggota gereja


yang sudah hidup secara heroic untuk
mencapai kekudusan

Merenungkan dan mendalami kitab suci


khususnya ajaran dan hidup Yesus

Menjadikan yesus sebagai pedoman dan


arah hidup kita

Anda mungkin juga menyukai