Anda di halaman 1dari 7

TUGAS AGAMA MENGENAI PAHAM

DALAM GEREJA KATOLIK


D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
Adelin Pasaribu
Lidya Panggabean
Zeti Sitorus
Rona uli Manurung
Teresia
Lustri Manurung
Lasmaria sinaga
Bunga Pakpahan

Tugas Makalah Untuk Mata Pelajaran Agama


Tahun Pelajaran 2023/2024
DAFTAR ISI

Sifat Katolik atau umum artinya

Pengertian Gereja Katolik

Ada 3 paham dalam Gereja Katolik yaitu :

- 1.Gereja yang Kudus


- 2. Gereja Katolik
- 3. Gereja yang Apostolik

Mendalami Artian Kudus


Kekudusan Gereja dibicarakan dalam Konsili Vatikan II
Gereja yang kudus.
Gereja itu kudus karena sumber dari mana ia berasal
.Memperjuangkan Kekudusan Gereja
Kekudusan tidak datang dari Gereja, tetapi dari Allah
Hubungan antara para anggotanya juga terajut dalam satu iman, harapan,
dan kasih.
3 PAHAM DALAM GEREJA KATOLIK

a.Sifat Katolik atau umum artinya


Gereja mewartakan seluruh injil Kristus. Gereja terbuka bagi segala bangsa dan
kebudayaan, tempat dan waktu dengan tidak ada pembedaan berdasarkan kelas sosial, status,
jenis kelamin, dan lain-lain. Apostolik yang rtinya, Gereja bertumpu atau berlandaskan pada iman
dan ajaran para rasul.

b.Pengertian Gereja Katolik


Kekontinuitan: Gereja Katolik mengklaim keberlanjutan apostolik yang
berarti bahwa gereja ini berasal dari para rasul Yesus Kristus. Mereka meyakini
bahwa Yesus mendirikan Gereja melalui para rasul dan bahwa ajaran dan praktik
gerejawi telah berlanjut tanpa gangguan sejak saat itu.

Universalitas (Katolik): Gereja Katolik adalah gereja universal yang membuka


pintu bagi semua orang dari berbagai budaya, ras, dan bangsa. Gereja ini
mengajarkan ajaran dan nilai-nilai Kristiani kepada seluruh dunia.

Kepemimpinan Paus: Gereja Katolik memiliki seorang pemimpin tertinggi yang


disebut Paus. Paus dianggap sebagai penerus Petrus, salah satu rasul Yesus, dan
memiliki otoritas pengajaran dan pemerintahan atas seluruh Gereja Katolik.

Tradisi: Gereja Katolik menghormati dan memelihara tradisi-tradisi gerejawi yang


kuno, termasuk misa, doa, liturgi, dan sakramen. Tradisi ini dianggap sebagai
bagian penting dari kehidupan beragama Katolik.

Ajaran Moral: Gereja Katolik memiliki ajaran moral yang ketat dan mengajarkan
etika Kristen yang berlandaskan pada pandangan mengenai kebenaran dan
kebaikan yang ditemukan dalam Kitab Suci dan ajaran gerejawi.

Sakramen: Gereja Katolik meyakini tujuh sakramen yang merupakan tanda-tanda


rahmat dan berkat Allah. Sakramen-sakramen ini termasuk baptisan, konfirmasi,
ekaristi, pengakuan dosa, pernikahan, ordo suci, dan sakramen pengurapan orang
sakit.

Ibadah kepada Maria dan Para Kudus: Gereja Katolik menghormati Maria, ibu
Yesus, dan mengakui pentingnya peran para kudus dalam doa dan kehidupan
beragama.

Kemuridan: Gereja Katolik mengajarkan doktrin mengenai kehidupan setelah


kematian, termasuk surga, neraka, dan purgatorium.

Ada 3 paham dalam Gereja Katolik yaitu :

1.Gereja yang Kudus


Gereja menjadi Kudus karena Yesus Kristus adalah Kudus. Yesus telah mengasihi
GerejaNya dan menyerahkan diri bagi Gereja untuk menguduskannya sehingga umat
dipersatukan dengan Yesus menjadi Kudus. Pengudusan manusia di dalam Kristus merupakan
tujuan semua karya di dalam Gereja.
Gereja yang kudus berarti Gereja menjadi perwujudan kehendak Allah yang Mahakudus
untuk sekarang juga mau bersatu dengan manusia dan mempersatukan manusia dalam
kekudusanNya (bdk LG 8,39,41 dan 48).

Gereja yang kudus itu dipandang sebagai tanda Gereja yang benar. Bahkan sebelum
rumusan Syahadat dikenal, orang telah menyebut Gereja sebagai ‘yang kudus”. Hal itu
menentukan sikap terhadap para pendosa.

Secara obyektif sifat “kudus” berarti bahwa dalam Gereja adalah sarana keselamatan dan
rahmat Tuhan di dunia serta merupakan tanda rahmat yang kudus, yang akan menang secara
definitif pada akhir jaman.

2. Gereja Katolik
Kata katolik berarti mau merangkul semuanya. Gereja diutus oleh Kristus ke seluruh
dunia. Setiap Gereja lokal bersama dengan uskup berusaha menterjemahkan keberadaan Tuhan
Yesus Kristus sesuai dengan situasi dan kehidupan konkret masyarakat. Wajah Gereja bukanlah
semua harus sama dengan Gereja yang ada di Vatikan, melainkan beraneka ragam dan berbeda-
beda. Adapun yang sama adalah isinya atau esensinya.

3. Gereja yang Apostolik


Gereja Katolik didirikan atas dasar para rasul memiliki tiga (3) macam arti:
1. Ia tetap dibangun atas dasar para rasul dan para nabi.
2. Dengan bantuan Roh Kudus yang tinggal di dalamnya ia menjaga ajaran, warisan iman, serta
pedoman-pedoman sehat para rasul dan meneruskannya.
3. Ia tetap diajarkan, dikuduskan, dan dibimbing oleh para rasul sampai pada saat kedatangannya
kembali Kristus. Mereka yang menggantikan para rasul adalah dewan uskup yang dibantu oleh
para imam.

Mendalami Artian Kudus


Secara subyektif sifat “kudus” berarti bahwa Gereja tak akan kehabisan tanda dan orang
kudus (bdk. Ibr 2:1), jadi menyangkut kekudusan subyeknya.
Ajaran ini dipahami bersama dengan ajaran iman bahwa para pendosa itupun anggota
Gereja sehingga Gereja tak hanya ada pendosa tetapi adalah pendosa sejauh warganya dan
pemukanya memang para pendosa yang masih berdosa dan akan berdosa. Itulah mengapa Gereja
harus senantiasa menguduskan diri dengan memperbarui terus menerus (UR 4:6)
Lalu sifat “kudus” juga berarti bahwa Gereja yang dinodai oleh dosa itu tak akan sebegitu
dirusak oleh dosa sampai Roh Kudus sama sekali meninggalkan Gereja atau tak kelihatan lagi
(Mat 16:18). Sebab, Gereja dijamin Tuhan untuk tak sampai kehilangan rahmatNya kendati
berdosa. Dan Roh Kudus itu sendirilah yang akan menjadi jiwa Gereja, sehingga kekudusan
tidak tergantung pada anggota Gereja melainkan pada Roh Kudus yang menjadi sumber
kekudusan Gereja. Itulah mengapa St. Paulus berkata “atau tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu
adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan
bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (1 Kor 6:19).
Kekudusan Gereja dibicarakan dalam Konsili Vatikan II
Kekudusan Gereja dibicarakan dalam Konsili Vatikan II, konstitusi Lumen Gentium pada
bab V. Kekudusan Gereja bukanlah suatu sifat yang seragam, yang sama bentuknya untuk
semua, mealinkan semua mengambil bagian dalam satu kesucian Gereja, yang berasal dari
Kristus, yang mengikutsertakan Gereja dalam gerakan-Nya kepada Bapa oleh Roh Kudus.
Pada taraf misteri ilahi Gereja sudah suci : "Didunia ini gereja sudah ditandai oleh
kesucian yang sungguhnya, meskipun tidak sempurna" (LG 48). Ketidaksempurnaan ini
menyangkut pelaksanaan insani, sama seperti kesatuannya. Dalam hal kesucian pun yang pokok
bukanlah bentuk pelaksanaannya, melainkan sikap dasarnya.
"Suci" sebetulnya berarti yang dikhususkan bagi Tuhan. Jadi yang pertama-tama
menyangkut seluruh bidang sakral atau keagamaan. Yang suci bukan hanya tempat, waktu,
barang yang dikhususkan bagi Tuhan, atau orang. Malahan sebenarnya harus dikatakan bahwa
"yang kudus)" adalah Tuhan sendiri. Semua yang lain, barang maupun orang, disebut "kudus"
karena termasuk lingkup kehidupan Tuhan.
Kudus pertama-tama bukanlah termasuk kategori moral yang menyangkut kelakukan
manusia, melainkan kategori teologal (ilahi), yang menetukan hubungan dengan Allah.ini bukan
berarti kelakuan moral tidak penting. karena apa yang di khususkan bagi Tuhan, harus
"sempurna" (Im 1:3, Rm 6:19, 22).
"Gereja itu suci dan sekaligus harus dibersihkan, serta terus menerus menjalankan
pertobatan dan pembaruan "(LG 8). Dimana kesucian Gereja adalah kesucian
perjuangan, terus menerus.

Gereja yang kudus.


Gereja menjadi Kudus karena Yesus Kristus adalah Kudus. Yesus telah mengasihi
GerejaNya dan menyerahkan diri bagi Gereja untuk menguduskannya sehingga umat
dipersatukan dengan Yesus menjadi Kudus. Pengudusan manusia di dalam Kristus merupakan
tujuan semua karya di dalam Gereja.
Dalam hal kekudusan yang pokok bukan bentuk pelaksanaannya, melainkan sikap
dasarnya. Kudus berarti “yang dikhususkan bagi Tuhan”.Jadi, pertama-tama “kudus” (suci) itu
menyangkut seluruh bidang keagamaan. Yang “Kudus” bukan hanya orang, tempat, atau barang
yang dikhususkan bagi Tuhan, tetapi lingkup kehidupan Tuhan. Semua yang lain, orang, waktu,
atau tempat disebut kudus karena masuk lingkup kehidupan Tuhan. Yang kudus itu adalah Allah.
Gereja menerima kekudusan sebagai anugerah dari Allah dalam Kristus oleh iman. Kekudusan
tidak datang dari Gereja, tetapi dari Allah yang mempersatukan Gereja dengan Kristus dalam
Roh Kudus. Jadi, kekudusan Gereja tidak terutama diartikan secara moral, tetapi secara
teologikal, menyangkut keberadaan dalam lingkup hidup Allah.
Perjanjian Baru melihat proses pengudusan manusia sebagai pengudusan oleh Roh Kudus
(1 Ptr 1:2). Dikuduskan karena terpanggil (Roma 1:7). Dari pihak manusia, kekudusan
(kesucian) hanya berarti tanggapan atas karya Allah itu, terutama dengan sikap iman dan
pengharapan. Sikap iman dinyatakan dalam segala perbuatan dan kegiatan kehidupan yang serba
biasa. Kesucian bukan soal bentuk kehidupan (seperti biarawati), melainkan sikap yang
dinyatakan dalam hidup sehari-hari. Kekudusan itu terungkap dengan aneka cara pada setiap
orang. Kehidupan Gereja bukanlah suatu sifat yang seragam, yang sama bentuknya untuk semua,
melainkan semua mengambil bagian dalam satu kekudusan Gereja yang berasal dari Kristus.
Kesucian ini adalah kekudusan yang harus diperjuangkan terus menerus.
Singkatnya: Gereja itu kudus karena sumber dari mana ia berasal, karena tujuan ke mana
ia diarahkan, dan karena unsur-unsur Illahi yang otentik yang ada di dalamnya adalah kudus.
1. Sumber dari mana Gereja berasal adalah kudus. Gereja didirikan oleh Kristus. Gereja
menerima kekudusannya dari Kristus dan doa-Nya: “Ya Bapa yang kudus….
Kuduskanlah mereka dalam kebenaran….” (Yoh 17:11).
2. Tujuan dan arah Gereja adalah kudus. Gereja bertujuan untuk kemuliaan Allah dan
penyelamatan umat manusia.
3. Jiwa Gereja adalah kudus, sebab jiwa Gereja adalah Roh Kudus sendiri.
4. Unsur-unsur Illahi yang berada di dalam Gereja adalah kudus, misalnya ajaran-ajaran
dan sakramen-sakramennya.
5. Anggotanya adalah kudus, karena ditandai oleh Kristus melalui pembaptisan dan
diserahkan kepada Kristus serta dipersatukan melalui iman, harapan, dan cinta yang kudus.
Semuanya ini tidak berarti bahwa anggotanya selalu kudus (suci), namun ada juga yang
mencapai tingkat kekudusan yang heroik. Kita semua dipanggil untuk kekudusan (kesucian).
Penerapan sifat gereja yang kudus dalam kehidupan sehari hari :

saling memberi kesaksian untuk hidup sebagai putra putri Allah:


- Dengan perbuatan yang kongkret : bela rasa, mengabarkan kabar gembira (tentang )
- menjaga kekudussan gereja dengan menjaga kekudusan dalam diri (hati nurani).dan dapat
menjadi contoh teladan yang baik bagi orang-orang disekitar kita.

- Memperkenalkan Hidup Heroic (bersifat pahlawan) untuk mencapai kekudusan:


- Memberikan jasa tanpa pamrih
-Membantu sesama manusia tanpa membeda-bedakan.

Merenungkan dan mendalami Kitab Suci, khususnya ajaran dan hidup Yesus yang
merupakan pedoman dan arah hidup kita:

- Rajin berdoa dan Rajin Kegereja.

- Merefleksikan pengalaman diri sendiri

- Membaca Kitab Suci.

Gereja itu kudus karena sumber dari mana ia berasal


Gereja itu kudus karena sumber dari mana ia berasal, karena tujuan ke mana ia diarahkan,
dan karena unsure-unsur Ilahi yang otentik di dalamnya adalah kudus.
Sumber dari mana gereja berasal adalah kudus. Gereja didirikan oleh Kristus. Gereja menerima
kekudusannya dari Kristus atas doa-doaNya (lih Yoh 17:11).
Tujuan dan arah Gereja dalah kudus. Gereja bertujuan untuk kemuliaan Allah dan penyelamatan
umat manusia
Jiwa Gereja adalah kudus, sebab jiwa gereja adalah Roh Kudus sendiri
Unsur-unsur Ilahi yang otentik di dalam Gereja adalah kudus, seperti ajaran-ajaran dan
sakramen-sakramen
Anggotanya adalah kudus, karena ditandai oleh Kristus melalui pembabtisan dan diserhakan
kepada Kristus serta dipersatukan dalam iman, harapan, dan cinta yang kudus. Semua itu tidak
berarti bahwa anggotanya selalu kudus (suci), namun ada juga yang mencapai kekudusan heroik.
Semua dipanggil untuk kekudusan.
.Memperjuangkan Kekudusan Gereja
Kekudusan Gereja dijelaskan dalam Konstitusi Lumen Gentium. Dikatakan bahwa “Kita
mengimani bahwa Gereja tidak akan kehilangan kesuciannya, sebab, Kristus Putra Allah, yang
bersama dengan Bapa dan Roh Kudus dipuji bahwa hanya Dialah kudus, mengasihi Gereja
sebagai MempelaiNya” (LG 9). Gereja itu kudus karena kristus, Kepala gereja, membuatnya
(anggotanya yang tetap berdosa) kudus.
Kekudusan juga terungkap dengan “aneka cara pada masing-masing orang”. Kekudusan
Gereja bukanlah suatu sifat yang seragam, yang sama bentuknya untuk semua, melainkan semua
mengambil bagian dalam satu kesucian Gereja, yang berasal dari Kristus, yang mengikut
sertakan Gereja dalam GerakanNya kepada Bapa ole Roh Kudus. Pada taraf misteri Ilahi, Gereja
sudah suci: “Di dunia ini, Gereja sudah ditandai oleh kesucian yang sesungguhnya, meskipun
belum sempurna” (LG 48). Ketidaksempurnaan ini menyangkut pelaksanaan insani, sama seperti
kesatuannya
Dalam hal kekudusan yang pokok bukan bentuk pelaksanaannya, melainkan sikap
dasarnya. Kudus diartikan sebagai “yang dikuduskan Tuhan”. Jadi, pertama-tama “kudus” itu
menyangkut seluruh bidang sacral dan keagamaan. Yang suci bukan hanya tempat, waktu,
barang yang dikuduskan Tuhan atau orang, tetapi yang kudus itu Tuhan sendiri. Semua yang
lain, barang maupun orang yang disebut “kudus” karena termasuk lingkup kehidupan Tuhan.
Kekudusan tidak datang dari Gereja, tetapi dari Allah
Kekudusan tidak datang dari Gereja, tetapi dari Allah yang mempersatukan Gereja
dengan Kristus dalam Roh Kudus. Gereja disebut kudus karena Kristus sebagai kepala
menguduskan anggotaNya. Jadi, kekudusan Gereja tidak terutama diartikan secara moral, tetapi
secara teologial, meyangkut keberadaan dalam lingkup hidup Allah. Anggota Gereja adalah
“orang kudus” yang dipanggil untuk hidup secara kudus di tengah-tengah dunia yang tidak
mengindahkan Yang Mahakudus. Gereja adalah milik Allah (1Ptr 2:9) dan karenanya kehendak
Ilahi harus ditaati di dalam Gereja dan oleh anggotanya.
Usaha yang dapat diperjuangkan menyangkut kekudusan anggota-anggota Gereja, misalnya:
saling memberi kesaksian untuk hidup sebagai putra-putri Allah
memperkenalkan anggota-anggota Gereja yang sudah hidup secara heroic untuk mencapai
kekudusan
merenungkan dan mendalami Kitab Suci, khususnya ajaran dan hidup Yesus, yang merupakan
pedoman dan arah hidup kita, dsb

4.Sifat Gereja
Melalui suksesi apostolik, Gereja percaya bahwa dirinya merupakan kelanjutan
dari komunitas Kristiani yang didirikan oleh Yesus dengan mentahbiskan Santo Petrus.
Ini merupakan sebuah pandangan yang juga dianut oleh banyak sejarawan.
Gereja menetapkan doktrin-doktrinnya melalui berbagai konsili ekumenis, meneladani
para rasul pertama dalam Konsili Yerusalem.
Atas dasar janji-janji Yesus pada rasul-rasulNya yang tertera dalam Injil.

Gereja percaya bahwa dia dituntun oleh Roh Kudus dan oleh karena itu
terlindungi dari terjadinya kesalahan doktrin.
Keyakinan-keyakinan Katolik didasarkan atas deposit iman (mencakup baik Kitab Suci
maupun Tradisi Suci) yang diwarisi dari zaman Rasul-Rasul, dan yang diinterpretasi
oleh Otoritas pengajaran Gereja.
Keyakinan-keyakinan tersebut terangkum dalam Kredo Nicea, dan secara resmi dirinci
dalam Katekismus Gereja Katolik.
Peribadatan Katolik yang formal, yang disebut liturgi, diatur oleh otoritas Gereja.
Ekaristi, salah satu dari tujuh sakramen Gereja dan bagian penting dari setiap Misa
Katolik atau Liturgi Suci Katolik Timur, adalah pusat dari peribadatan Katolik.

A.4 sifat mendasar yang harus diketahui umat Katolik


Gereja Katolik memiliki 4 sifat mendasar yang harus diketahui umat.
Sifat tersebut diantaranya Satu, Kudus, Umum dan Apostolik.
Sifat satu artinya Gereja mengarahkan tujuannya hanya pada satu tujuan, yaitu Kerajaan
Allah. Selain itu, Gereja hanya mengakui satu Allah, satu Pengantara Yesus Kristus, dan satu
Roh Kudus, di mana ketiganya adalah satu, Tritunggal Mahakudus.

B. Hubungan antara para anggotanya juga terajut dalam satu iman, harapan,
dan kasih.
Sifatnya Kudus artinya datang dari Allah dan dikuduskan bagi Allah. Gereja dipilih dari
tengah dunia dan menjadi milik Allah. Yesus Kristus selalu setia dan tetap hadir di dalam Gereja.

Kekudusan Gereja merupakan partisipasi atau pengambilan bagian dalam kekudusan Kristus
karena imannya.

Kekudusan bukanlah hasil prestasi manusia, karena kekudusan adalah buah Roh Kudus dan
anugerah-Nya.

Anda mungkin juga menyukai