Anda di halaman 1dari 3

Materi Penyuluhan

Pokbin: Orang Muda Katolik

SIFAT-SIFAT GEREJA

Gereja Yang Satu


"Allah telah berkenan menghimpun orang-orang yang beriman akan Kristus menjadi Umat Allah (lih.
1Ptr 2:5-10)", dan membuat mereka menjadi satu Tubuh (lih. 1Kor 12:12). "Pola dan prinsip terluhur
misteri kesatuan Gereja ialah kesatuan Allah yang tunggal dalam tiga pribadi, Bapa, Putra dan Roh
Kudus"
Landasan Hukum Gereja yang Satu dapat kita lihat dalam Katekismus Gereja Katolik no. 811.
Hanya iman dapat mengakui bahwa Gereja menerima sifat-sifat ini dari asal ilahinya. Namun akibat-
akibatnya dalam sejarah merupakan tanda yang juga jelas mengesankan akal budi manusia.
Gereja itu satu menurut asalnya. "Pola dan prinsip terluhur misteri itu ialah kesatuan Allah
tunggal dalam tiga Pribadi, Bapa, Putra, dan Roh Kudus".
Gereja itu satu menurut Pendiri-Nya. "Sebab Putra sendiri yang menjelma ... telah
mendamaikan semua orang dengan Allah, dan mengembalikan kesatuan semua orang dalam satu
bangsa dan satu tubuh" (GS 78,3).
Gereja itu satu menurut jiwanya. "Roh Kudus, yang tinggal di hati umat beriman, dan
memenuhi serta membimbing seluruh Gereja, menciptakan persekutuan umat beriman yang
mengagumkan itu, dan sedemikian erat menghimpun mereka sekalian dalam Kristus, sehingga
menjadi prinsip kesatuan Gereja". Dengan demikian, kesatuan termasuk dalam hakikat Gereja:
"Sungguh keajaiban yang penuh rahasia! Satu adalah Bapa segala sesuatu, juga satu adalah Logos
segala sesuatu, dan Roh Kudus adalah satu dan sama di mana-mana, dan juga ada hanya satu Bunda
Perawan; aku mencintainya, dan menamakan dia Gereja.
Gereja yang satu ini memiliki kemajemukan yang disebabkan oleh perbedaan anugerah-
anugerah Allah, di lain pihak oleh keanekaan orang yang menerimanya. Dalam kesatuan Umat Allah
berhimpunlah perbedaan bangsa dan budaya. Di antara anggota-anggota Gereja ada keanekaragaman
anugerah, tugas, syarat-syarat hidup dan cara hidup. Kekayaan yang luar biasa akan perbedaan tidak
menghalang-halangi kesatuan Gereja, tetapi dosa dan akibat akibatnya membebani dan mengancam
anugerah kesatuan ini secara terus-menerus.
Manakah ikatan-ikatan kesatuan? Terutama cinta, "ikatan kesempurnaan" (Kol 3:14). Tetapi
kesatuan Gereja penziarah juga diamankan oleh ikatan persekutuan yang tampak berikut ini:
- pengakuan iman yang satu dan sama, yang diwariskan oleh para Rasul;
- perayaan ibadat bersama, terutama Sakramen-sakramen;
- suksesi apostolik, yang oleh Sakramen Tahbisan menegakkan kesepakatan sebagai saudara-saudari
dalam keluarga Allah. (KGK 815)

Gereja Yang Kudus


Kekudusan Gereja dibicarakan dalam Konsili Vatikan II, konstitusi Lumen Gentium pada bab V.
Kekudusan Gereja bukanlah suatu sifat yang seragam, yang sama bentuknya untuk semua, melainkan
semua mengambil bagian dalam satu kesucian Gereja, yang berasal dari Kristus, yang
mengikutsertakan Gereja dalam gerakan-Nya kepada Bapa oleh Roh Kudus.
Pada taraf misteri ilahi Gereja sudah suci : "Di dunia ini gereja sudah ditandai oleh kesucian yang
sungguhnya, meskipun tidak sempurna" (LG 48). Ketidaksempurnaan ini menyangkut pelaksanaan
insani, sama seperti kesatuannya. Dalam hal kesucian pun yang pokok bukanlah bentuk
pelaksanaannya, melainkan sikap dasarnya.
"Kudus" sebetulnya berarti yang dikhususkan bagi Tuhan. Jadi yang pertama-tama
menyangkut seluruh bidang sakral atau keagamaan. Yang suci bukan hanya tempat, waktu, barang
yang dikhususkan bagi Tuhan, atau orang. Malahan sebenarnya harus dikatakan bahwa "yang kudus"

Page 1 of 3
Materi Penyuluhan
Pokbin: Orang Muda Katolik

adalah Tuhan sendiri. Semua yang lain, barang maupun orang, disebut "kudus" karena termasuk
lingkup kehidupan Tuhan.
Kudus pertama-tama bukanlah termasuk kategori moral yang menyangkut kelakuan manusia,
melainkan kategori teologal (ilahi), yang menentukan hubungan dengan Allah. Ini bukan berarti
kelakuan moral tidak penting, karena apa yang di khususkan bagi Tuhan, harus "sempurna" (Im 1:3,
Rm 6:19, 22).
"Gereja itu suci dan sekaligus harus dibersihkan, serta terus menerus menjalankan pertobatan dan
pembaruan "(LG 8). Kesucian Gereja adalah kesucian perjuangan, terus menerus.

Gereja Yang Katolik


Di mana ada uskup, di situ ada jemaat, seperti di mana ada Kristus di situ ada Gereja Katolik. Yang di
maksud ialah dalam perayaan Ekaristi, yang dipimpin oleh uskup, hadir bukanlah jemaat setempat
tetapi seluruh Gereja. "Gereja katolik yang satu dan tunggal berada dalam gereja-gereja setempat dan
terhimpun daripadanya (LG 23)".
Gereja selalu "lengkap", penuh. Tidak ada Gereja setengah-setengah atau sebagian. Gereja
setempat, baik keuskupan maupun paroki bukanlah "cabang" Gereja Universal. Setiap Gereja
setempat, bahkan setiap perkumpulan orang beriman yang sah, merupakan seluruh Gereja. Gereja
tidak dapat dipotong-potong menjadi "Gereja-Gereja bagian".
Kata "Katolik" selanjutnya juga dipakai untuk menyebut Gereja yang benar, Gereja universal
yang dilawankan dengan sekte-sekte. Dengan demikian kata "katolik" mendapat arti yang lain :"gereja
disebut Katolik, karena tersebar di seluruh muka buni dan juga karena mengajarkan secara
menyeluruh dan lengkap segala ajaran iman tertuju kepada sesama manusia, yang mau disembuhkan
secara menyeluruh pula" (St. Sirilius dari yerusalem).
Sejak itu kata "Katolik" tidak hanya mempunyai arti geografis, tersebar ke seluruh dunia,
tetapi juga "menyeluruh", dalam arti "lengkap", berkaitan dengan ajarannya, serta "terbuka" dalam arti
tertuju kepada siapa saja. Pada abad ke 5 masih ditambahkan bahwa gereja tidak hanya untuk segala
bangsa, tetapi juga untuk segala Zaman.
Pada zaman reformasi kata "Katolik" muncul lagi untuk menunjuk pada Gereja yang tersebar
di mana-mana, dibedakan dengan Gereja-gereja Protestan. Sejak itu pula kata "Katolik" secara khusus
dimaksudkan umat kristen yang mengakui Paus sebagai pemimpin Gereja Universal, tetapi dalam
syahadat kata "Katolik" masih mempunyai arti asli "universal" atau "umum". Ternyata universal pun
mempunyai dua arti, yang kuantitatif dan kualitatif.

Gereja Yang Apostolik


"Apostolik" atau rasuli berarti bahwa Gereja berasal dari para rasul dan tetap berpegang teguh pada
kesaksian iman mereka itu. Kesadaran bahwa Gereja "dibangun atas dasar para rasul dan pra nabi,
dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru", sudah ada sejak zaman Gereja perdana sendiri (bdk Ef
2:20, Bdk Why 21:14), tetapi sebagai sifat khusus keapostolikan baru disebut akhir abad ke-4. Dalam
perjanjian Baru kata "rasul" tidak hanya dipakai untuk ke duabelas rasul yang namanya disebut dalam
Injil (lih Mat 10:1-4)
Hubungan historis itu tidak boleh dilihat sebagai macam "estafet", yang di dalamnya ajaran
benar bagaikan sebuah tongkat dari rasul-rasul tertentu diteruskan sampai kepada para uskup
sekarang. yang disebut "Apostolik" bukanlah para uskup, melainkan Gereja. Sifat apostolik berarti
bahwa Gereja sekarang mengaku diri sama dengan gereja Perdana, yakni Gereja para rasul. di mana
hubungan historis ini jangan dilihat sebagai pergantian orang, melainkan sebagai kelangsungan iman
dan pengakuan.

Page 2 of 3
Materi Penyuluhan
Pokbin: Orang Muda Katolik

Sifat apostolik tidak berarti bahwa Gereja hanya mengulang-ulangi apa yang sejak dulu kala
sudah diajarkan dan dilakukan di dalam gereja, keapostolikan berarti bahwa dalam perkembangan
hidup, tergerak Roh Kudus, Gereja senantiasa berpegang pada Gereja para rasul sebagai norma
imannya. Bukan mengulangi, tetapi merumuskan dan mengungkapkan kembali apa yang menjadi inti
hidup iman. karena seluruh Gereja bersifat apostolik, maka seluruh Gereja dan setiap anggotanya,
perlu mengetahui apa yang menjadi dasar hidupnya.
Sifat Apostolik (yang betul-betul dihayati secara nyata) harus mencegah Gereja dari segala
rutinisme yang bersifat ikut-ikutan. Keapostolikan berarti bahwa seluruh Gereja dan setiap
anggotanya tidak hanya bertanggung jawab atas ajaran gereja, tetapi juga atas pelayanannya. Sifat
keapostolikan Gereja tidak pernah "selesai", tetapi selalu merupakan tuntutan dan tantangan. gereja,
yang oleh Kristus dikehendaki satu, kudus, Katolik, apostolik, senantiasa harus mengembangkan dan
menemukan kembali kesatuan, kekatolikan, keapostolikan, dan terutama kekudusannya. Sifat-sifat
Gereja diimani, berarti harus dihayati, oleh Gereja seluruhnya dan oleh masing-masing anggotanya.

Mengetahui Sidikalang, Januari


2022
Pastor Paroki Penyuluh Agama Katolik

RP. Mandius Siringoringo, O.Carm Selviana A. Sipayung, S.Ag

Page 3 of 3

Anda mungkin juga menyukai