Anda di halaman 1dari 8

KLIPING

SIFAT-SIFAT GEREJA

MAPEL DOKTRIN

TAHUN 2022-2023

DI SUSUN OLEH :

FLORA FLAFIANI J.
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal ini yang berjudul “Gereja dan
Bergereja” dengan baik. Saya berharap proposal ini bisa menambah wawasan pembaca
tentang apa itu gereja yang mungkin selama ini jika kita mendengar kata gereja yang ada
dalam pikiran kita ialah hanya sebuah gedung yang sering digunakan untuk beribadah.
Melalui proposal ini, saya telah memaparkan tentang arti gereja yang sesungguhnya dan juga
bagaimana cara bergereja yang berkenan dihadapan Tuhan.
Dalam penulisan proposal ini saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu, saya berharap kritik dan
saran-saran yang membangun dari semua pihak atau pembaca, agar suatu saat proposal ini
boleh disempurnakan.
DAFTAR ISI

Kata pengatar ;………………………………………………………………………i


Dafatar isi :………………………………………………………………………ii

PEMBAHASAN

1.1. Gereja yang berisfat satu :………………………………………………………..1


1.2. Gereja yang kudus :……………………………………………………......2
1.3. Gereja yang katolik :…………………………………………………....…...3
1.4. Gereja yang Apostolik :…………………………………………………………4

PENUTUP
2.1. Kesimpulan :…………………………………………………………………....
2.2. Daftar pustaka :……………………………………………………………………
A. Gereja bersifat Satu

Gereja Katolik (KGK) menjelaskan bahwa Gereja itu satu, karena tiga alasan.
Pertama, Gereja itu satu menurut asalnya, yang adalah Tritunggal Mahakudus, kesatuan Allah
tunggal dalam tiga Pribadi – Bapa, Putra dan Roh Kudus. Kedua, Gereja itu satu menurut
pendiri-Nya, Yesus Kristus, yang telah mendamaikan semua orang dengan Allah melalui
darah-Nya di salib. Ketiga, Gereja itu satu menurut jiwanya, yakni Roh Kudus, yang tinggal
di hati umat beriman, yang menciptakan persekutuan umat beriman, dan yang memenuhi
serta membimbing seluruh Gereja (KGK art.813).
“Kesatuan” Gereja juga kelihatan nyata. Sebagai orang-orang Katolik, kita
dipersatukan dalam pengakuan iman yang satu dan sama, dalam perayaan ibadat bersama
terutama sakramen-sakramen, dan struktur hierarkis berdasarkan suksesi apostolik yang
dilestarikan dan diwariskan melalui Sakramen Tahbisan Suci. Sebagai contoh, kita ikut ambil
bagian dalam Misa di Surabaya, Larantuka, Alexandria, San Francisco, Moscow, Mexico
City, Etiopia atau di manapun, Misanya sama; bacaan-bacaan, tata perayaan, doa-doa, dan
lain sebagainya terkecuali bahasa yang dipergunakan dapat berbeda – dirayakan oleh orang-
orang percaya yang sama-sama beriman Katolik, dan dipersembahkan oleh Imam yang
dipersatukan dengan Uskupnya, yang dipersatukan dengan Bapa Suci, Paus, penerus tahta St.
Petrus.
Gereja yang satu memiliki kemajemukan yang luar biasa. Umat beriman menjadi
saksi iman dalam panggilan hidup yang berbeda-beda dan beraneka bakat serta talenta, tetapi
saling bekerjasama untuk meneruskan misi Tuhan kita. Keanekaragaman budaya dan tradisi
memperkaya Gereja kita dalam ungkapan iman yang satu. Pada intinya, cinta kasih haruslah
merasuki Gereja, sebab melalui cinta kasihlah para anggotanya saling dipersatukan dalam
kebersamaan dan saling bekerjasama dalam persatuan yang harmonis.
B . Gereja yang kudus

Gereja katolik meyakini diri kudus bukan karena tiap anggotanya sudah kudus tetapi
lebih-lebih karena dipanggil kepada kekudusan oleh Tuhan, “Hendaklah kamu sempurna
sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya”(Mat 5:48).Perlu diperhatikan juga bahwa
kategori kudus yang dimaksud terutama bukan dalam arti- moral tetapi teologi, bukan soal
baik atau buruknya tingkah laku melainkan hubungannya dengan Allah. Ini tidak berarti
hidup yang sesuai dengan kaidah moral tidak penting. Namun kedekatan dengan yang Ilahi
itu lebih penting, sebagaimana dinyatakan, “kamu telah memperoleh urapan dari Yang Kudus
(1Yoh 2:20),yakni dari Roh Allah sendiri (Kis10:38). Diharapkan dari diri seorang yang telah
terpanggil kepada kekudusan seperti itu juga menanggapinya dalam kehidupan sehari-hari
yang sesuai dengan kaidah-kaidah moral.
Perjanjian Baru melihat proses pengudusan manusia sebagai pengudusan oleh Roh
Kudus (1Ptr 1: 2). Dikuduskan karena terpanggil (Rm 1:7). Dari pihak manusia, kekudusan
(kesucian) hanya berarti tanggapan atas karya Allah, terutama dengan sikap iman dan
pengharapan. Sikap iman dinyatakan dalam segala perbuatan dan kegiatan kehidupan yang
serba biasa. Kesucian bukan soal bentuk kehidupan (seperti menjadi biarawan), melainkan
sikap yang dinyatakan dalam hidup sehari-hari.
Tuhan kita Sendiri adalah sumber dari segala kekudusan: “Sebab hanya satulah
Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam tubuh-Nya, yakni
Gereja” (Konstitusi Dogmatis tentang Gereja,). Kristus menguduskan Gereja, dan pada
gilirannya, melalui Dia dan bersama Dia, Gereja adalah agen pengudusan-Nya. Melalui
pelayanan Gereja dan kuasa Roh Kudus, Tuhan kita mencurahkan berlimpah rahmat,
teristimewa melalui sakramen-sakramen.
C. Gereja yang katolik
Katolik makna aslinya berarti universal atau umum. Arti universal dapat dilihat
secara kwantitatif dan kualitatif. Gereja itu katolik karena Gereja dapat hidup di tengah segala
bangsa dan memperoleh warganya dari semua bangsa. Gereja sebagai sakramen Roh Kudus
mempunyai pengaruh dan daya pengudus yang tidak terbatas pada anggota Gereja saja,
melainkan juga terarah kepada seluruh dunia. Dengan sifat katolik ini dimaksudkan bahwa
Gereja mampu mengatasi keterbatasannya sendiri untuk berkiprah ke seluruh penjuru dunia.
Gereja itu katolik karena ajarannya dapat diwartakan kepada segala bangsa dan segala
harta kekayaan bangsa-bangsa dapat ditampungnya sejauh itu baik dan luhur. Gereja terbuka
terhadap semua kemampuan, kekayaan, dan adat-istiadat yang luhur tanpa kehilangan jati
dirinya. Sebenarnya, Gereja bukan saja dapat menerima dan merangkum segala sesuatu,
tetapi Gereja dapat menjiwai seluruh dunia dengan semangatnya. Oleh sebab itu, yang katolik
bukan saja Gereja universal, melainkan juga setiap anggotanya, sebab dalam setiap jemaat
hadirlah seluruh Gereja. Setiap jemaat adalah Gereja yang lengkap, bukan sekedar “cabang”
Gereja universal. Gereja setempat merupakan seluruh Gereja yang bersifat katolik Gereja
bersifat katolik berarti terbuka bagi dunia, tidak terbatas pada tempat tertentu, bangsa dan
kebudayaan tertentu, waktu atau golongan masyarakat tertentu. Kekatolikan Gereja tampak
dalam: Rahmat dan keselamatan yang ditawarkannya.
Iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum, dapat diterima dan dihayati oleh siapa
pun juga. Kekatolikan Gereja tidak berarti bahwa Gereja meleburkan diri ke dalam dunia.
Dalam keterbukaan itu, Gereja tetap mempertahankan identitas dirinya. Kekatolikan justru
terbukti dengan kenyataan bahwa identitas Gereja tidak tergantung pada bentuk lahiriah
tertentu, melainkan merupakan suatu identitas yang dinamis, yang selalu dan dimana-mana
dapat mempertahankan diri, bagaimanapun juga bentuk pelaksanaannya. Kekatolikan Gereja
bersumber dari firman Tuhan sendiri.
D. Gereja Apostolik

Gereja yang apostolik berarti Gereja yang berasal dari para Rasul dan tetap erpegang
teguh pada kesaksian iman mereka, yang mengalami secara dekat peristiwa Yesus. Kesadaran
bahwa Gereja dibangun atas dasar para Rasul dengan Yesus Kristus sebagai batu penjuru
sudah ada sejak zaman Gereja Perdana. Hubungan historis antara Gereja para Rasul dan
Gereja sekarang tidak boleh dilihat sebagai semacam “estafet”, yang di dalamnya ajaran yang
benar bagaikan sebuah tongkat dari Rasul-Rasul tertentu diteruskan sampai kepada para
uskup sekarang. Yang disebut apostolik bukanlah para Uskup, melainkan Gereja. Hubungan
historis itu pertama-tama menyangkut seluruh Gereja dalam segala bidang dan pelayanannya.
Gereja bersifat apostolik berarti Gereja sekarang mengaku diri sama dengan Gereja Perdana,
yakni Gereja para Rasul. Hubungan historis itu jangan dilihat sebagai pergantian orang,
melainkan sebagai kelangsungan iman dan pengakuan.
Gereja yang apostolik tidak berarti bahwa Gereja terpaku pada Gereja Perdana. Gereja tetap
berkembang di bawah bimbingan Roh Kudus dan tetap berpegang pada Gereja para Rasul
sebagai norma imannya. Hidup Gereja tidak boleh bersifat rutin, tetapi harus dinamis. Gereja
disebut apostolik karena Gereja berhubungan dengan para rasul yang diutus oleh Kristus.
Hubungan itu tampak dalam: Legitimasi fungsi dan kuasa hierarki dari para Rasul. Fungsi
dan kuasa hierarki diwariskan dari para rasul. Ajaran-ajaran Gereja diturunkan dan berasal
dari kesaksian para rasul.Ibadat dan struktur Gereja pada dasarnya berasal dari para rasul.
Gereja sekarang sama dengan Gereja para rasul. Bahkan identitas Gereja sekarang
mempunyai kesatuan dan kesamaan fundamental dengan Gereja para rasul.
KESIMPULAN
Gereja yang satu, Gereja yang Katolik,kudus dan apostolik merupakan ciri-ciri atau
sifat Gereja. Melalui empat ciri itu Gereja menyatakan bahwa yang insani dan yang ilahi
bersatu di dalam diri Gereja. Empat ciri ini saling berkaitan antara satu dengan yang lain.
Gereja tidak berdiri dari dirinya sendiri, melainkan berkat karunia Roh Kudus, Kristus
menjadikan Gereja.

DAFTAR PUSTAKA
https://katekese.com/bab-ii-sifat-sifat-gereja/

Anda mungkin juga menyukai