Anda di halaman 1dari 45

Pengertian gama

I. GEREJA SEBAGAI UMAT ALLAH

Pemahaman tentang arti dan makna Gereja dalam hidup sehari-hari:

Gereja adalah gedung, Gereja adalah rumah Allah, tempat beribadat, misa, atau
merayakan ekaristi Umat Katolik atau Umat kristiani pada umumnya.

Gereja adalah ibadat; Gereja adalah lembaga rohani yang menyalurkan kebutuhan
manusia dalam relasinya dengan Allah lewat ibadat-ibadat. Atau, Gereja adalah lembaga
yang mengatur dan menyelenggarakan ibadat-ibadat. Gereja adalah persekutuan Umat
yang beribadat.

Gereja adalah ajaran; Gereja adalah lembaga untuk mempertahankan dan


mempropagandakan seperangkat ajaran yang biasanya dirangkum dalam sebuah buku
yang disebut Katekismus. Untuk bisa menjadi anggota Gereja, si calon harus mengetahui
sejumlah ajaran/doktrin/dogma. Menjadi anggota Gereja berarti menerima sejumlah
kebenaran.

Gereja adalah organisasi/lembaga sejagat/internasional; Gereja adalah organisasi


dengan pemimpin tertinggi di Roma dengan cabang-cabangnya sampai ke pelosok-
pelosok seantero jagat. Garis komando dan koordinasi diatur dengan rapi dan teliti. Ada
pimpinan; Paus, Uskup-Uskup, Pastor-Pastor, Biarawan dan Umat.

Gereja adalah Umat pilihan; Gereja adalah kumpulan orang yang dipilih dan
dikhususkan Allah untuk diselamatkan. Tanpa menjadi anggota Gereja maka tidak akan
diselamatkan masuk surga.

Gereja adalah badan sosial; Gereja adalah Lembaga yang menyelenggarakan sekolah-
sekolah, rumah sakit-rumah sakit dan macam-macam usaha untuk menolong orang
miskin.

Pemahaman umum tentang Gereja

Kata Gereja, berasal dari bahasa Portugis, igreja yang diambil dari kata bahasaYunani
ekklesia , berarti kumpulan, pertemuan, rapat. Paus Fransiskus menjelaskan ekklesia
sebagai pertemuan akbar orang-orang yang dipanggil:Allah memanggil kita semua
untuk menjadi keluarga-Nya.

Gereja, adalah kasih Allah yang diaktualisasikan dalam mencintai diri-Nya dan orang
lain, semua orang, tanpa membeda-bedakan.

Gereja adalah keluarga yang kita cintai dan mencintai kita.


Gereja menjadi nyata ketika karunia Roh Kudus memenuhi hati para Rasul dan
membakar semangat mereka untuk pergi ke luar dan memulai perjalanan mereka untuk
mewartakan Injil, menyebarkan kasih Allah.

Ciri-ciri Gereja sebagai Umat Allah yang tampak dalam cerita tersebut adalah kesatuan
dalam persaudaraan sejati.

Makna Gereja sebagai Umat Allah menurut Ajaran Kitab Suci

Hidup mengUmat pada dasarnya merupakan hakikat Gereja itu sendiri, sebab hakikat
Gereja adalah persaudaraan cinta kasih seperti yang dicerminkan oleh hidup Umat
Perdana (lih. Kis 2: 41-47).

Dalam hidup mengUmat banyak karisma dan rupa-rupa karunia dapat dilihat, diterima,
dan digunakan untuk kekayaan seluruh Gereja. Hidup Gereja yang terlalu menampilkan
segi organisatoris dan struktural dapat mematikan banyak karisma dan karunia yang
muncul dari bawah (1Kor 12: 7-10).

Dalam hidup mengUmat, semua orang yang merasa menghayati martabat yang sama
akan bertanggung jawab secara aktif dalam fungsinya masing-masing untuk membangun
Gereja dan memberi kesaksian kepada dunia (Ef 4: 11-13; 1Kor 12: 12-18; 26-27).

Ajaran Gereja tentang Makna Gereja sebagai Umat Allah

a. Hakikat Gereja sebagai Umat Allah

Umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari Allah sendiri. Umat Allah adalah
bangsa terpilih, bangsa terpanggil.

Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Allah untuk misi tertentu, yaitu menyelamatkan
dunia.

Hubungan antara Allah dan Umat-Nya dimeteraikan oleh suatu perjanjian. Umat harus
menaati perintah-perintah Allah dan Allah akan selalu menepati janji-janji- Nya.

Umat Allah selalu dalam perjalanan, melewati padang pasir, menuju Tanah Terjanji.
Artinya kita sebagai Gereja, Umat Allah sedang berziarah menuju di dunia menuju rumah
Bapa di surga.

b. Dasar Gereja sebagai Umat Allah

Hakikat Gereja sendiri adalah persaudaraan cinta kasih, sebagaimana jelas tampak dalam
praktek hidup Gereja Perdana (bdk. Kis. 2: 41-47; 4: 32-37)
Adanya aneka macam karisma dan karunia yang tumbuh di kalangan Umat yang
semestinya dipelihara dan dikembangkan untuk pelayanan dalam jemaat (bdk. 1Kor. 12:
7-10)

Seluruh anggota Gereja memiliki martabat yang sama sebagai satu anggota Umat Allah
meskipun di antara mereka terdapat fungsi yang berbeda-beda (bdk. 1Kor. 12: 12-18)

c. Konsekuensi Gereja sebagai Umat Allah

Konsekuensi untuk Umat (awam); Umat harus menyadari kesatuannya dengan Umat
yang lain (menghayati iman dalam kebersamaan); Umat aktif ambil bagian dalam
kegiatan-kegiatan hidup menggereja di lingkungan/wilayahnya dengan segala karisma
dan karunia yang dimilikinya.

Konsekuensi untuk hierarki; Hierarki mesti menyadari bahwa tugas kepemimpinan yang
diembannya adalah tugas pelayanan. Mereka berada di tengah-tengah Umat sebagai
pelayan. Hierarki semestinya memberi ruang dan tempat bagi Umat untuk berperan aktif
ikut dalam membangun Gereja dengan karisma dan karunia yang mereka miliki.

Konsekuensi dalam hubungan Hierarki-Umat; Hierarki harus memandang Umat sebagai


partner kerja dalam membangun Gereja, bukan sebagai pelengkap penderita yang seolah-
olah tidak berperan apa-apa. Hierarki juga harus memperlakukan seluruh anggota Gereja
sebagai satu Umat Allah yang memiliki martabat yang sama meskipun menjalankan
fungsi yang berbeda-beda.

II. GEREJA SEBAGAI PERSEKUTUAN TERBUKA

a. Pemahaman tentang perubahan cara pandang terhadap Gereja

Sebelum Konsili Vatikan II Gereja mempunyai model/bentuk institusional, hierarkis


piramidal

Para hierarki (Paus, Uskup, dan para tahbisan) menguasai Umat.

Organisasi (lahiriah) yang berstruktur piramidal, tertata rapi.

Mereka memiliki kuasa untuk menentukan segala sesuatu bagi seluruh Gereja.
Sedangkan Umat hanya mengikuti saja hasil keputusan hierarki.

Model ini cenderung imamsentris atau hierarki sentris artinya hierarki pusat gerak
Gereja.

Gereja model piramidal cenderung mementingkan aturan, lebih statis dan sarat dengan
aturan.
Gereja sering merasa sebagai satu-satunya penjamin kebenaran dan keselamatan bahkan
bersikap triumfalistik (memegahkan diri

Setelah Konsili Vatikan II, ada keterbukaan dan pembaharuan cara pandang pada Gereja
sebagai persekutuan Umat.

Gereja tidak lagi hierarki sentris melainkan Kristosentris artinya Kristuslah pusat
hidup Gereja. Sedangkan kaum hierarki, Awam, dan Biarawan-Biarawati sama-sama
mengambil bagian dalam tugas Kristus dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan
talenta dan kemampuannya masing-masing.

Gereja lebih bersikap terbuka dan rela berdialog untuk semua orang. Gereja meyakini
bahwa di luar Gereja pun terdapat keselamatan.

Adanya paham Gereja sebagai Umat Allah yang memberikan penekanan pada
kolegialitas episkopal (keputusan dalam kebersamaan).

Adanya pembaharuan (aggionarmento) yang mendorong Umat untuk terlibat dan


berpartisipasi serta bekerjasama dengan para klerus.

Kepemimpinan Gereja; Didasarkan pada spiritualitas Yesus yang melayani para murid-
Nya, maka konsekuensi yang dihadapi oleh Gereja sebagai Umat Allah adalah: hierarki
yang ada dalam Gereja bertindak sebagai pelayan bagi Umat dengan cara mau
memperhatikan dan mendengarkan Umat. Selain itu keterlibatan Umat untuk mau aktif
dan bertanggung jawab atas perkembangan Gereja juga menjadi hal yang penting. Maka,
hierarki dan Umat/awam diharapkan dapat menjalin kerja sama sebagai partner kerja
dalam karya penyelamatan Allah di dunia.

Gerakan pembaruan yang terjadi dalam Gereja nampak dalam:

Umat punya hak dan wewenang yang sama (tetapi tetap ada batasnya), khususnya ikut
menentukan gerak kegiatan liturgi di Paroki melalui wadah Dewan Paroki.

Gerakan pembaruan ini tidak hanya menyangkut kepemimpinan Gereja saja melainkan
lebih dari itu menjangkau masalah-masalah dunia.

Susunan Kepengurusan Dewan Paroki bukan lagi Piramdal , melainkan lebih merupakan
kaitan yang saling bekerjasama dan saling melengkapi . Intinya Gereja mengundang
orang beriman untuk berkomunikasi terlibat dan diubah.

Makna Gereja sebagai Persekutuan yang terbuka menurut ajaran Gereja

Gereja diutus oleh Kristus untuk memperlihatkan dan menyalurkan cinta kasih Allah
kepada semua orang dan segala bangsa.
Sama seperti Yesus, Gereja harus memasuki golongan-golongan manusia apa saja,
termasuk keadaan sosial, budaya untuk mewartakan dan melaksanakan karya
keselamatan Allah bagi semua orang.

Makna Gereja sebagai Persekutuan yang terbuka dalam terang Kitab Suci

Kitab Suci (Kis 4:32-37) di atas memberikan gambaran yang ideal terhadap
komunitas/persekutuan Umat Perdana. Cara hidup Umat Perdana tersebut tetap relevan
bagi kita hingga sekarang. Kebersamaan dan menganggap semua adalah milik bersama
mengungkapkan persahabatan yang ideal pada waktu itu. Yang pokok ialah bahwa semua
anggota jemaat dicukupi kebutuhannya dan tidak seorang pun menyimpan kekayaan bagi
dirinya sendiri sementara yang lain berkekurangan.

Mungkin saja kita tidak dapat menirunya secara harafiah, sebab situasi sosial-ekonomi
kita sudah sangat berbeda. Namun, semangat dasarnya dapat kita tiru, yaitu kepekaan
terhadap situasi sosial-ekonomis sesama saudara dalam persekutuan Umat. Kebersamaan
kita dalam hidup menggereja tidak boleh terbatas pada hal-hal rohani seperti doa,
perayaan ibadah, kegiatan-kegiatan pembinaan iman, tetapi harus juga menyentuh
kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan budaya seperti yang sekarang digalakkan dalam
Komunitas Basis Gereja.

Menghayati Gereja sebagai Persekutuan umat yang terbuka

Yesus adalah pusat Gereja, tanpa Yesus, kita (Gereja) tidak bisa berjalan sebagaimana
mestinya.

Gereja harus keluar dari diri sendiri menuju keberadaannya. Memang jika keluar, ada
berbagai masalah, namun lebih baik daripada Gereja yang menutup diri, seperti Gereja
yang sakit.

TANGGUNG JAWAB BERSAMA MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN

Pengantar
Cuaca Ekstreem yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini merupakan sebuah gejala
Alam yang berkaitan dengan isu Pemanasan Global (Global Warming) yang sedang terjadi pada
bumi kita dan dan berbagai peristiwa Bencana yang terjadi di setiap Negara/daerah merupakan
dampak yang bisa kita rasakan secara langsung dari adanya Global Warming tersebut. Dalam
menyikapi hal-hal tersebut maka mulailah gencar di adakan seminar-seminar mengenai
pentingnya menjaga lingkungan hidup sebagai langkah konkrit dari upaya menjaga keutuhan
ciptaan.
Di Maluku khususnya, keutuhan ciptaan menjadi topic hangat setelah terjadinya beberapa
bencana yang terjadi seperti Tsunami di Aceh dan Nias. Sepertinya telah menjadi kebiasaan kita
di Indonesia bahwa nanti saat telah terjadi bencana, barulah ramai-ramai berbicara tentang
menjaga lingkungan hidupnya. Mulai dari konflik yang terjadi tidak hanya berdampak pada
kerusakan bangunan dan korban jiwa tetapi juga berdampak pada kerusakan lingkungan yang
cukup Fatal dilanjutkan lagi Proses pembangunan kembali yang terjadi di Maluku pasca Konflik
(kerusuhan). Khusus tentang dampak pembangunan terhadap kerusakan lingkungan di Maluku,
terdapat daftar panjang kasus-kasus perusakan lingkungan yang terjadi. Salah satu contohnya
adalah Proyek pembangunan perumahan yang mengabaikan AMDAL sehingga terjadi
pencemaran Lumpur pada Hutan Bakau yang terletak tidak jauh dari lokasi pembangunan, kasus
penebangan hutan liar (Ilegalloging) di daerah Seram Maluku Tengah dan banyak kasus
perusakkan lingkungan lainnya.
Dalam tulisan ini penulis hendak mengantar kita kedalam sebuah pemahaman tentang tanggung
jawab kita untuk menjaga Keutuhan Ciptaan. Dengan mengambil konteks pada situasi di Maluku
semoga saja bermanfaat untuk menumbuhkan kesadaran kita akan pentingnya menjaga dan
melestarikan Keutuhan Ciptaan.

Apa Itu Keutuhan Ciptaan?


Untuk menggambarkan tentang Keutuhan Ciptaan, dapat di gambarkan dengan sebuah gelang
rantai yang dimana masing-masing mata rantai memiliki nilai dan fungsi yang sama sehingga
saling kait-mengkait dan menjadi satu gelang rantai, jika satu mata rantai rusak dan terlepas
maka tidak ada lagi keutuhan, dan akibatnya tidak bisa lagi disebut dengang gelang rantai karena
terputus. Allah sang khalik (pencipta) menciptakan kita agar mahkluknya dan saling miliki
hubungan ketergangungan dan itulah Keutuhan sebagai CiptaanNya nampak.
Melestarikan keutuhan ciptaan merupakan bagian dari proyek Kerajaan Allah, yang telah dimulai
oleh Allah sejak dunia diciptakan. Kita manusia dipanggil untuk ikut serta melestarikan keutuhan
ciptaan tersebut. Proyek itu dapat dimulai dari diri kita masing-masing dengan melakukan
perkara-perkara kecil yang bermakna besar : mencintai bumi dan langit, menghargai tanah dan
air dan segala makhluk yang hidup di dalamnya.
Tiga Point Penting yang perlu di Interpretasikan dan di Refleksikan (Program, Teologi, Iman)
Bukan hal yang mudah untuk mengembalikkan Lingkungan yang rusak itu untuk kembali pulih,
membutuhkan proses dan waktu yang lama. Untuk itu perlu tindakan yang cepat dan tepat dalam
pelaksanaan program rehabilitasi lingkungan. Perlu perhatian yang serius dari Pihak Lembaga
keagamaan dan pemerintah secara baik. Tentunya tidak hanya bersifat teoritis dalam seminar,
lokakarya, khotbah/ceramah semata. Tetapi perlu juga tindakan aktif dan partisipatif dari dua
belah pihak. Menurut saya sangat perlu interpretasi yang baik terhadap tiga point yaitu :
1. Interpretasi Terhadap Program (Interpretasi Program); Artinya setiap program perencanaan
untuk penanggulangan masalah lingkungan tersebut harus di artikan secara baik agar di pahami
sehingga dalam pelaksanaan program dapat dilakukan secara konsisten. Dengan interpretasi
Program yang baik dan jelas oleh pemerintah maka masyarakat akan semakin paham terhadap
program yang sementari di jalankan khusunya dalam upaya penanggulangan kerusakan
lingkungan
2. Interpretasi Terhadap Teologi (Interpretasi Teologi ); Teologi yang dirancangkan sehubungan
dengan keutuhan ciptaan juga perlu di artikan secara baik tidak hanya dalam khotbah tetapi
teologi di interpretasikan dalam sikap hidup yang sadar akan lingkungan tempat teologi itu
tumbuh dan berkembang. Praktisnya berteologi untuk keutuhan ciptaan.
3. Interpretasi Terhadap Iman (Intepretasi Iman); Iman yang kita miliki juga harus perlu
interpretasi juga secara baik. Tujuannya adalah agar kita sadar akan apa yang kita Imani. Kita
meng-Imani tentang pentingnya sebuah kehidupan bersama sebagai keutuhan ciptaan Sang
Khalik. Iman harus di interpretasikan sebagai sesuatu yang terus berproses dan berlanjut karena
Iman kita seharusnya tidak pernah Amin. Pendeknya, ketika kita mengimani bahwa kehidupan
kita bersama sebagai ciptaan di bumi ciptaanNya masing adalah mata rantai yang saling kait-
mengait dan menjadi gelang rantai yang utuh sebagai sebuah Keutuhan Ciptaan, maka kita
bertanggung jawab menjaga keutuhan ciptaan itu.

Tujuan dari interpretasi Program, Teologi, dan iman adalah sebagai langkah awal dari refleksi
terhadap tiga poin tersebut .
1. Refleksi Program : setelah kita menginterpretasikan program pembangunan, maka perlu di
refleksikan kembali program tersebut, ketika kita merefleksikan kembali program-program
pembangunan maka diharapkan dapat melihat efek dari proyek pembangunan yang dilakukan,
yaitu dampak pada kerusakan lingkungan sekitar proyek pembangunan
2. Refleksi Teologi. Setiap proses kehidupan yang kita jalani adalah aktualisasi dari teologi kita
sesederhana apapun. refleksi yang baik terhadap teologi kita/pemahaman kita tentang pentingnya
melestarikan Keutuhan Ciptaan, terlihat dari sikap hidup kita. Setiap masyarakat memiliki
Kearifan Lokal yang menekankan pada pemeliharaan Lingkungan hidup, Kearifan Lokal itulah
yang merupakan hasil refleksi teologis yang secara sederhana telah diaktualisasikan dalam
kehidupan orang-orang tua kita yang mewariskannya untuk di lanjutkan. Landasan yang dipakai
oleh mereka tentunya adalah Alkitab (kitab suci)
3. Refleksi Iman. Kita mengimani bahwa Allah adalah yang menciptakan Bumi dan isinya. Dan
kemudian dengan iman itu kita melaksanakan tugas dan tanggung jawab menjaga keutuhan
ciptaan.

PERANAN TIGA ELEMEN PENTING (PEMERINTAH, GEREJA, SEKOLAH) DALAM


UPAYA MELESTARIKAN KEUTUHAN CIPTAAN.
Ketiga elemen masyarakat yaitu Pemerintah, Gereja, dan Sekolah, memiliki peran penting dalam
melestarikan Keutuhan ciptaan ketiga elemen ini dapat bekerjasama dalam menumbuhkan
kesadaran pada masyarakat tentang pentingnya melestarikan keutuhan ciptaan. Ketiga elemen
dalam masyatakat ini masing-masing memiliki tugas dan fungsi yang saling mendukung untuk
menjalankan misi melestarikan keutuhan ciptaan itu.
Pemerintah : memiliki fungsi control dalam setiap proyek pembangunan yang dilakukan karena
proyek pembangunan yang dilakukan tentunya mendapatkan legitimasi dari pihak pemerintah.
Tidak hanya dalam proses pembangunan. Tetapi tindakan perusakkan lingkungan yang terjadi
juga menjadi tugas pemerintah untuk memproses lewat hukum yang ada. Secara konkrit di
Maluku telah di canangkan program One Man One Tree hal ini merupakan bukti perhatian
pemerintah terhadap persoalan lingkungan.
Gereja : sebagai lembaga keagamaan yang menjalankan fungsi pembinaan bagi umat untuk
menumbuhkan kesadaran melestarikan keutuhan ciptaan. Tindakan praktis gereja tidak hanya
lewat khotbah ataupun ceramah tetapi dilakukan lewat tindakan nyata gereja dalam menjaga
kelestarian keutuhan ciptaan. Konkretnya, apa yang dapat gereja lakukan untuk mewujudkan
Keutuhan Ciptaan?
Selama ini gereja hanya berkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan kebaktian atau kegiatan lain yang
melayani manusia. Sudah saatnya gereja menyadari bahwa gereja memiliki tugas panggilan
menjaga keutuhan ciptaan atau kelestarian lingkungan hidup, misalnya dengan membuat
program-program sebagai berikut:
a. Pembinaan tentang kesadaran ekologis. Pembinaan ini merupakan upaya gereja untuk
mengingatkan anggotanya bahwa alam adalah ciptaan Allah yang harus dihargai dengan
memelihara dan melestarikannya. Misalnya dalam PA atau pembinaan khusus dan tema-tema
kebaktian.
b. Perayaan lingkungan hidup dalam liturgi. Misalnya membuat ibadah khusus untuk merayakan
hari lingkungan hidup. Dalam ibadah, ada baiknya kita melakukan penyesalan dosa terhadap
alam semesta karena ulah manusia yang telah merusak alam. Penting juga untuk menciptakan
dan menyanyikan lagu-lagu rohani yang bertemakan alam.
c. Menyuarakan suara kenabian terhadap kerusakan lingkungan hidup.
Gereja perlu menyuarakan kritik atau memberikan masukan-masukan bagi masyarakat ataupun
pemerintah terkait dengan upaya melestarikan lingkungan hidup.
d. Menata lingkungan gereja dengan memperhatikan keseimbangan ekologis. Misalnya jangan
habiskan tanah untuk mendirikan bangunan tapi berikan ruang untuk tanam-tanaman. Kita bisa
membangun lingkungan gereja yang hijau dan asri.
e. Gerakan penanaman pohon bagi seluruh warga gereja : Hal ini dapat dilakukan oleh GPM
yaitu misalnya setiap anak yang akan di baptis/di sidi harus menanamkan sebuah pohon selain
sebagai simbol pertumbuhan tetapi juga menunjang perogram penghijauan oleh pemerintah.
f. Mengajak anggota jemaat membudayakan gaya hidup yang ramah dan dekat dengan alam,
misalnya dengan memisahkan sampah plastik, membuat lingkungan sekitar rumah menjadi hijau
dengan tanam-tanaman.
g. Membangun kerjasama dengan lembaga atau kelompok pecinta alam, misalnya GPM dengan
kelompok pecinta alam di Maluku, untuk memperjuangkan pembangunan yang berwawasan
ekologis.
Sekolah : Sebagai lembaga pendidikan dalam setiap kurikulum pembelajrannya juga memiliki
fungsi yang sama yaitu mendidik siswanya dengan pola pendidikan yang berbasis pada
kesadaran akan keutuhan lingkungan. Hal ini dapat di aktualisasikan lewat kurikulum-kurikulum
yang di terapkan di sekolah. Sekolah sebagai salah satu ruang pendidikan dan pembelajaran,
tentu untuk melakukan upaya sadar dan penyadaran menjadi manusia seutuhnya, yang berakhlak
mulia/beradab dan berbudaya, manusia yang berarti/berguna atau bermakna. Proses penyadaran
tersebut memerlukan prakondisi lingkungan yang kondusif bagi kesehatan baik secara lahiriah
maupun batiniah.
Secara lahiriah berarti adanya sanitasi lingkungan yaitu usaha kesehatan masyarakat yang
menitik beratkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi
derajat kesehatan. Sarana sanitasi antara lain ; ventilasi, suhu, kelembaban, kepadatan hunian,
penerangan alami, konstruksi bangunan, sarangan pembuangan, sarana pembuangan kotoran
manusia dan penyediaan air bersih. Dan secara batiniah dapat diukur dengan aspek perilaku
peduli lingkungan sehingga diperoleh suasana kenyamanan dalam melakukan proses pendidikan
dan pembelajaran.

Derajat kesehatan berkaitan erat dengan hubungan timbal balik antara pembangunan ekologi,
sosial dan ekonomi. Untuk itu perlu dikembangkan parameter, metode analisis dan sistem
monitoring dampak kesekatan akibat pencemaran air. Penyediaan air bersih, sarana dan sarangan
pembuangan air limbah merupakan sarana prasarana penting yang memerlukan standar
kesehatan untuk menghindari pencemaran, penyakit dan bahan beracun/berbahaya.
Oleh karena itu, sanitasi di lingkungan sekolah perlu dipantau dan dikendalikan sedemikian rupa
sesuai dengan manajemen pengelolaan yang memadai yaitu dengan teknologi pengelolaan air
limbah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dan untuk melakukan pemantauan atau pengendalian dampak kegiatan, produk dan jasa aspek-
aspek lingkungan dalam penerapan manajemen lingkungan hidup di sekolah, maka paling tidak
ada 2 (dua) sistem manajemen lingkungan hidup yang perlu diperhatikan dengan seksama yaitu
manajemen strategi pengelolaan lingkungan hidup dan manajemen personalianya.
Hal diatas merupakan standar bagi sekolah yang ingin menaikkan tarafnya sebagai sekolah
bertaraf internasional. Dan standarisasi tersebut berguna untuk menunjang program pemerintah
dalam upaya menjaga keutuhan ciptaan yang menjadi perhatian dunia saat ini.

Kesimpulan
Dalam kehidupan bersama sebagai ciptaan terdapat tanggung jawab untuk menjaga keutuhan
ciptaan. Harus diakui bahwa telah terjadi dekadensi moral dan pemikiran atau cara pendang
terhadap lingkungan. Hal yang nyata dalam kehidupan sehubungan dengan dekadensi tersebut
adalah kasus pencemaran lingkungan, penebangan liar dan barbagai contoh kasus lainnya. Dan
dampak dari tindakan yang tidak bertanggung jawab para pencemar lingkungan. Seharusnya kita
tidak perlu terkejut bahkan jadi Paranoid (ketakutan) dengan isu Global Warming yang terjadi.
Karena hal tersebut merupakan dampak dari ulah manusia sendiri yang tidak bertanggung jawab
atas bumi tempat dia tinggal. Pada mulanya Allah Menciptakan bumi dengan segala isinya
dengan fungsi saling melengkapi dan menopang. Hal ini tergambar dalam Kejadian 2: 21-23;
berbicara tentang keutuhan ciptaan tidak terbatas pada manusia semata tetapi mencakup semua
ciptaan yang ada. Dan dalam keutuhan ciptaan itu tercipta suatu hubungan saling menopang
didalamnya. Gereja sebagai lembaga keagamaan juga memiliki tugas dan tanggung jawab
bersama elemen-elemen masyarakat yang lain dalam menjaga lingkungan hidup. Dan penting
bagi gereja untuk dapat bekerjasama secara aktif dengan elemen-elemen dalam masyarakat
tersebut (sekolah, pemerintah). Dengan pemahaman yang benar terhadap pentingnya keutuhan
ciptaan maka proses pemulihan bagi bumi ini akan dapat dilaksanakan dan semoga saja belum
terlambat bagi kita untuk memperbaikinya.

Makalah Manusia dan Tanggung Jawab

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya manusia dan tanggung jawab itu berada dalam satu naungan atau
berdampingan. Tanggung Jawab adalah suatu kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung Jawab juga berati berbuat
sebagai wujudan atas perbuatannya. Setiap manusia memiliki tanggung jawab masing-masing.
Diantaranya tanggung jawab seorang pelajar atau mahasiswa akan belajar, tanggung jawab
seorang dosen kepada mahasiswa atau mahasiswinya, tanggung jawab seorang presiden kepada
negara dan rakyatnya, tanggung jawab seorang ayah kepada istri dan anak-anaknya, dan
tanggung jawab manusia kepada Tuhan yang telah Menciptakan kita.
Selain tanggung jawab, dalam diri manusia juga terdapat pengabdian. Pengabdian dapat
diartikan sebagai pilihan hidup seseorang apakah ingin mengabdi kepada orangtua, kepada
agama dan Tuhan ataupun kepada bangsa dan negara dimana pengabdian akan mengandung
unsur pengorbanan dan kewajiban untuk melakukannya yang biasanya akan dihargai dan
tergantung dari apa yang diabdikannya. Sebagai contoh, bila orang tua mengabdi untuk
mengasuh anak-anaknya berkemungkinan besar nanti anak-anaknya akan berbakti juga kepada
kedua orangtuanya, biarawan/wati yang mengabdi kepada agama dan Tuhannya nantinya akan
dibalas amalannya di surga, ataupun pengabdian seorang pegawai negeri pada bangsa dan
negaranya biasanya akan diberi semacam penghargaan/tanda jasa dari negara yang bersangkutan.

B. RUMUSAN PEMBAHASAN

1. Apakah pengertian dari Manusia itu ?

2. Apakah pengertian dari Tanggung Jawab itu ?

3. Apakah macam-macam dari Tanggung Jawab ?

4. Apakah pengertian dari Pengadian dan Pengorbanan ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Tujuan dari pembahasan materi ini adalah untuk mengetahui lebih jelas tentang tanggung
jawab yang dialami oleh manusia dan bentuk-bentuk dari tanggung jawab yang dialami manusia.
Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh tanggung jawab terhadap manusia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANUSIA

Manusia adalah makhluk yang paling mulia disisi Allah SWT. Manusia memiliki keunikan
yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang rohaniah,
ghaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena
pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.

Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari kata
manu (Sansekerta), mens (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang
mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau
sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
B. PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB

Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah keadaan wajib menanggung
segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah
berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan
jawab dan menanggung akibatnya.

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai wujudan
kesadaran akan kewajibannya. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung
jawab.Disebut demikian karena manusia, selain merupakan makhluk individual dan makhluk
sosial, juga merupakan makhluk Iuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk
bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks sosial,
individual ataupun teologis.

Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial.Ia tidak dapat hidup sendirian
dengan perangkat nilai-nilai sclera sendiri. Nilai-nilai yang diperankan seseorang dalam jaminan
sosial harus dipertanggungjawabkan sehingga tidak mengganggu konsensus nilai yang telah
disetujui bersama. Masalah tanggung jawab dalam konteks individual berkaitan dengan konteks
teologis.Manusia sebagai makhluk individual artinya manusia harus bertanggung jawab terhadap
dirinya (seimbangan jasmani dan rohani) dan harus bertanggung jawab terhadap Tuhannya
(sebagai penciptanya). Tanggung jawab manusia terhadap dirinya akan lebih kuat intensitasnya
apabila ia mentiliki kesadaran yang mendalam. Tanggung jawab manusia terhadap dirinya juga
muncul sebagai akibat keyakinannya terhadap suatu nilai.

Demikian pula tanggung jawab manusia terhadap Tuhannya, manusia sadar akan keyakinan
dan ajaran-Nya. Oleh karena itu manusia harus menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya agar manusia dijauhkan dari perbuatan keji dan munkar.

Tanggung jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah keberanian.Orang yang


bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala yang menjadi
tanggung jawabnya. Ia jujur terhadap dirinya dan jujur terhadap orang lain, tidak pengecut dan
mandiri. Dengan rasa tanggung jawab, orang yang bersangkutan akan berusaha melalui seluruh
potensi dirinya. Selain itu juga orang yang bertanggung jawab adalah orang yang mau berkorban
demi kepentingan orang lain.

Tanggung jawab juga berkaitan dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan
terhadap seseorang. Kewajiban merupakan bandingan terhadap hak dan dapat juga tidak
mengacu kepada hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap
kewajibannya. Kewajiban dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

1. Kewajiban Terbatas

Kewajiban ini tanggung jawab diberlakukan kepada setiap orang. Contohnya undang-undang
larangan membunuh, mencuri yang disampingnya dapat diadakan hukuman-hukuman.
2. Kewajiban tidak Terbatas

Kewajiban ini tanggung jawabnya diberlakukan kepada semua orang. Tanggung jawab terhadap
kewajiban ini nilainya lebih tinggi, sebab dijalankan oleh suara hati, seperti keadilan dan
kebajikan.

Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan, karena orang tersebut dapat
menunaikan kewajibannya. Kebahagiaan tersebut dapat dirasakan oleh dirinya atau orang lain.
Sebaliknya, jika orang yang tidak bertanggung jawab akan menghadapi kesulitan karena ia tidak
mengikuti aturan, norma, atau nilai-nilai yang berlaku. Problema utama yang dirasakan pada
zaman sekarang sehubungan dengan masalah tanggung jawab adalah berkaratnya atau rusaknya
perasaan moral dan rasa hormat diri terhadap pertanggungjawaban.

Orang yang bertanggung jawab itu akan mencoba untuk berbuat adil. Tetapi adakalanya orang
yang bertanggung jawab tidak dianggap adil karena runtuhnya nilai-nilai yang dipegangnya dan
runtuhnya keimanan terhadap Tuhan. Orang yang demikian tentu akan mempertanggung
jawabkan segala sesuatunya kepada Tuhan. Karena hanya Tuhan lah yang bisa memberikan
hukuman atau cobaan kepada manusia agar manusia mau mempertanggung jawabkan atas segala
perbuatannya.

C. MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB

Manusia itu berjuang memenuhi keperluannya sendiri atau untuk keperluan pihak lain.
Untuk itu ia akan menghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan
alam. Dalam usahanya itu manusia menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan
yaitu kekuasaan Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan
manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini, dikenal jenis-jenis atau macam-macam
dari tanggung jawab.

1. Tanggung Jawab manusia terhadap diri sendiri

Menurut sifatnya manusia adalah makhluk bermoral. Akan tetapi manusia juga seorang pribadi,
dan sebagai makhluk pribadi manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, angan-
angan untuk berbuat ataupun bertindak, sudah barang tentu apabila perbuatan dan tindakan
tersebut dihadapan orang banyak, bisa jadi mengundang kekeliruan dan juga kesalahan. Untuk
itulah agar maanusia itu dalam mengisi kehidupannya memperoleh makna, maka atas diri
manusia perlu diberi Tanggung Jawab.

2. Tanggung Jawab kepada keluarga

Masyarakat kecil ialah keluarga. Keluarga adalah suami-istri, ayah-ibu dan anak-anak, dan juga
orang-orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung
jawab kepada keluarganya. Tanggung Jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi
Tanggung Jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.

3. Tanggung Jawab kepada masyarakat


Satu kenyataan pula, bahwa manusia adalah makhluk sosial. Manusia merupakan anggota
masyarakat. Karena itu, dalam berpikir, bertingkah laku, berbicara, dan sebagainya manusia
terikat oleh masyarakat. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.

Secara kodrati dari sejak lahir sampai manusia mati, memerlukan bantuan orang lain. Terlebih
lagi pada zaman yang sudah semakin maju ini. Secara langsung maupun tidak langsung manusia
membutuhkan hasil karya dan jasa orang lain untuk memenuhi segala kebutuhan hidup. Dalam
kondisi inilah manusia membutuhkan dan kerjasama dengan orang lain.

Kekuatan pada manusia pada hakikatnya tidak terletak pada kemampuan fisik ataupun
kemampuan jiwanya saja, namun juaga terletak pada kemampuan manusia bekerjasama dengan
manusia lain. Karena dengan manusia lain, mereka dapat menciptakan kebudayaan yang dapat
membedakan manusia dengan makhluk hidup lain. Yang menyadarkan manusia ada tingkat
mutu, martabat dan harkat, sebagai manusia yang hidup pada zaman sekarang dan akan datang.

Dalam semua ini nampak bahwa dalam mempertahankan hidup dan mengejar kehidupan yang
lebih baik, manusia mustahil dapat mutlak berdiri sendiri tanpa bantuan atau kerjasama dengan
orang lain. Kenyataan ini menimbulkan kesadaran bahwa segala yang dicapai dan kebahagiaan
yang dirasakan oleh manusia pada dasarnya berkat bantuan atau kerjasama dengan orang lain
didalam masyarakat. Kesadaran demikian melahirkan kesadaran bahwa setiap manusia
terpanggil hatinya untuk melakukan apa yang terbaik bagi orang lain dan masyarakat. Boleh jadi
inilah Tanggung Jawab manusia yang utama dalam hidup kaitannya dengan masyarakat.

4. Tanggung Jawab kepada Bangsa/Negara

Satu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individual adalah warga nagara suatu negara.
Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat olah norma-norma atau
ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semau sendiri. Bila
perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada negara.

5. Tanggung Jawab kepada Tuhan

Manusia ada tidak dengan sendirimya, tetapi merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai
ciptaan Tuhan manusia dapat mengembangkan diri sendiri dengan sarana-sarana pada dirinya
yaitu pikiran, perasaan, seluruh anggota tubuhnya, dan alam sekitarnya.

Dalam mengembangkan dirinya manusia bertingkah laku dan berbuat. Sudah tentu dalam
perbuatannya manusia membuat banyak kesalahan baik yangdisengaja maupun tidak. Sebagai
hamba Tuhan, manusia harus bertanggung jawab atas segala perbuatan yang saalah itu atau
dengan istilah agama atas segala dosanya.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia bersembahyang sesuai dengan perintah Tuhan. Apabila
tidak bersembahyang, maka manusia itu harus mempertanggung jawabkan kelalaiannya itu
diakhirat kelak.
Manusia hidup dalam perjuangan, begitu firman Tuhan. Tetapi bila manusia tidak bekerja keras
untuk kelangsungan hidupnya, maka segala akibatnya harus dipikul sendiri, penderitaan akibat
kelalaian adalah tanggung jawabnya. Meskipun manusia menutupi perbuatannya yang salah
dengan segala jalan sesuai dengan kondisi dan kemampuannya, misalnya dengan hartanya,
kekuasaannya, atau kekuatannya (ancaman), namun manusia tak dapat lepas dari tanggung
jawabnya kepada Tuhan.

D. PENGERTIAN PENGABDIAN DAN PENGORBANAN

Wujud dari tanggung jawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan
pengorbanan adalah suatu perbuatan yang baik untuk kepentingan manusia itu sendiri.

A. Pengabdian

Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebaga
perwujudan, kesetiaan antara lain kepada raja, cinta, kasih sayang, hormat, atau suatu ikatan dan
semua dilakukan dengan ikhlas.

Timbulnya pengabdian itu pada hakikatnya ada rasa tanggung jawab. Apabila kita bekerja keras
dari pagi sampai sore dibeberapa tempat untuk memenuhu kebutuhan rumah tangga kita, itu
berarti mengabdi kepada keluarga, karena kasih sayang kita pada keluarga. Lain halnya jika
keluarga kita membantu teman, karena ada kessulitan, mungkin sampai berhari-hari ikut
menyelesaikannya sampai tuntas, itu bukan pengabdian, tetapi hanya bantuan saja.

Macam-macam pengabdian :

a. Pengabdian kepada keluarga

Pada hakikatnya manusia hidup berkeluarga. Hidup berkeluarga ini didasarkan cinta dan kasih
sayang. Kasih sayang ini mengandung pengertian pengabdian dan pengorbanan. Tidak ada kasih
sayang tanpa pengabdian. Bila ada kasih sayang tidak disertai pengabdian. Berarti kasih sayang
itu palsu atau semu. Pengabdian kepada keluarga ini dapat berupa pengabdian kepada istri dan
anak-anak, istri kepada suami dan anak-anaknya, anak-anak kepada orang tuanya.

b. Pengabdian kepada masyarakat

Manusia dalah anggota masyarakat, ia tidak dapat hidup tanpa orang lain, karena tiap-tiap orang
lain saling membutuhkan. Bila seseorang yang hidup di masyarakat tidak mau memesyarakatkan
diri dan selalu mengasingkan diri, maka apabila mempunyai kesulitan yang luar biasa, ia akan
ditertawakan oleh masyarakat, cepat atau lambat ia akan menyadai dan menyerah kepada
masyarakat lingkungannya.

Oleh karena itu, demi masyarakat, anggota mayarakat harus mau mengabdikan diri kepada
masyarakat. Ia harus mempunyai rasa tanggung jawab kepada masyarakat. Oleh karena nama
baik tempat ia tinggal, membawa nama baiknya pula. Bila remaja masyarakat kampungnya
terkenal dengan remaja berandal suka berkelahi, mengganggu orang, atau merampas hak orang
lain, maka bagaimanapun juga ia akan merasa malu.

c. Pengabdian kepada Negara

Manusia pada hakikatnya adalah bagian dari suatu bangsa atau warga negara suatu negara.
Karena itu seseorang wajib mencintai bangsa dan negaranya. Mencintai ini biasanya diwujudkan
dalam bentuk pengabdian. Tidak ada arti cinta tanpa pengabdian.

d. Pengabdian kepada Tuhan

Manusia tidak ada sendirinya, tetapi merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan
manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada
Tuhan, dan itu merupakan perwujudan tanggung jawabnya kapada Tuhan Yanag Maha Esa.
Selain itu juga manusia harus menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya.

B. Pengorbanan

Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga
pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan
yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih.

Pengorbanan dalam arti pemberian sebagai tanda kebaktian tanpa pamrih dapat dirasakan bila
kita membaca tau mendengarkan ceramah di masjid. Dari kisah para tokoh atau nabi, manusia
memperoleh tauladan yang baik, sebagaimana mestinya wajib berkorban bagi orang yang
mampu atau orang memiliki harta yang lebih.

Wajib korban ini telah dikisah pada jaman Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah SWT
untuk mengorbankan putra tunggalnya yang bernama Ismail. Walaupun Nabi Ibrahim sangat
sayang pada putranya tersebut, akan tetapi perintah Allah SWT untuk mengorbankan putranya
tetap dipatuhi dan dilaksanakan. Allah SWT menguji kesetiaan dan besarnya pengorbanan Nabi
Ibrahim. Nabi Ibrahim sampai hati melihat pisaunya menancap dan dipotongkan keleher
putranya yaitu Ismail, tetapi ia sudah bertekad setia menjalankan perintah Allah SWT. Kemudian
terbukti, bahwa putranya yang mau dikorbankan kepada Allah SWT sudah berganti biri-biri.

Pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim kepada Allah SWT lebih tinggi kadarnya
daripada pengorbanan Nabi Ibrahim sekarang yang ditiru oleh umat islam yang menjalankan
ibadah haji di Tanah Suci maupun umat islam di wilayah lain dengan mengorbankan ternak
seperti kambing dan sapi untuk keperluan fakir miskin pada hari raya Idul Qurban atau pada hari
raya Idul Adha.

Perbedaan antara pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian
tentu ada pengorbanan. Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat
berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengorbanan
diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja
diperlukan dan dilakukan.

Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan, sedangkan pengorbanan lebih banyak
menunjuk kepada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya, dan
waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan, akan tetapi pengorbanan belum tentu
menuntut pengabdian.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada dasarnya Tanggung Jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah suatu keberanian.
Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala hal
yang telah dilakukan atau diperbuat menjadi tanggung jawabnya. Ia jujur terhadap dirinya dan
jujur terhadap orang lain, adil, bijaksana, tidak pengecut dan mandiri. Dengan rasa tanggung
jawab, orang yang bersangkutan akan selalu berusaha memenuhi kewajibannya melalui seluruh
potensi dirinya. Orang yang bertanggung jawab adalah orang mau berkorban untuk kepentingan
orang lain ataupun orang banyak.

Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan, sebab ia dapat menunaikan
kewajibannya dengan baik. Kebahagiaan tersebut dapat dirasakan oleh dirinya sendiri ataupun
oleh orang lain/banyak. Sebaliknya orang yang tidak bertanggung jawab akan menghadapai
kesulitan, sebab ia tidak melaksanakan kewajibannya dengan baik dan tentunya tidak mengikuti
aturan, norma serta nilai-nilai yang berlaku. Selain itu wujud dari tanggung jawab juga berupa
pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan pengorbanan adalah suatu perbuatan yang baik
untuk kepentingan manusia itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA :

Ali, M. Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta.

Hartono, Drs., dkk., ILMU BUDAYA DASAR: Untuk Pegangan Mahasiswa, PT. Bina Ilmu,
Surabaya, 1991.

Suyadi M.P. Drs., Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar, Depdikbud U.T. 1984-1985.

Widyo Nugroho, Achmad Muchji. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Universitas Gunadarma

About these ads


Keesaan

On Fire
Berbagi Semangat, Berbagi Kasih

Senin, 02 Juni 2014

Keesaan Gereja

BAB I
PENDAHULUAN

Gereja merupakan satu kesatuan Tubuh Kristus. Definisi tentang gereja yang
sangat ditekankan dalam Perjanjian Baru bukan berhubungan dengan sebuah
lembaga, organisasi melainkan berhubungan dengan pribadi-pribadi umat Tuhan
yang telah dipanggil keluar dari kegelapan menuju terang Tuhan yang ajaib. (1
Ptr.2:9; 1 Kor.3:16; 6:19-20; 12:12-20). Keesaan Gereja mendapatkan tempat yang
utama dalam hati setiap umat Tuhan. Namun sejarah Gereja mencatat bahwa
Gereja (umat Tuhan) mengalami perpechan yang terus berkepanjangan semenjak
perpecahan pertama yang terjadi pada tahun 1054 antara Gereja Timur dan Barat.

Perpecahan Gereja pada umumnya tidak dikehendaki oleh para tokoh Gereja,
karena hal itu juga tidak sesuai dengan kehendak Allah. Mereka tetap berusaha
untuk mempersatukan Gereja dalam suatu lembaga Oikumene. Pada abad XIX dan
XX upaya pemersatuan itu semakin menyala-nyala. Namun demikian, dalam
perkembangan selanjutnya kegerakan oikumene khususnya di Indonesia mengalami
sedikit kegoncangan. Persekutuan Gereja-gereja Indonesia mgnalami perpecahan
dengan terbentuknya Persekutuan Gereja-gereja Pantekosta Indonesia dan
Persekutuan Gereja-gereja Injili Indonesia, dll.

Apabila kita kembali kepada esensi Gereja, maka keesaan Gereja merupakan
suatu pengharapan yang seharusnya terjadi. Tetapi apakah hal tersebut akan benar-
benar terjadi? Bagaimanakah pelaksanaan keesaan Gereja saat ini? Hal ini menjadi
pertanyaan yang masih dicari jawabannya.

BAB II

DESKRIPSI KEESAAN GEREJA

A. Pengertian Keesaan
Kata keesaan berasal dari kata esa yang berarti tunggal;satu 1[1] sedangkan
kata keesaan berarti sifat yang satu (tidak dua) 2[2] Jadi kata keesaan berarti sifat
satu, tunggal, kesatuan dan tidak dapat dipisahkan.

B. Pengertian Gereja

Kata Gereja dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Portugis, namun kata
asal itu juga diambil dari kata Yunani kuriake yang aslinya berarti milik Tuhan 3[3]
Sedangkan Abineno mengungkapkan bahwa Gereja adalah umat Allah, yang
dipanggil keluar dari kegelapan kepada terangnya yang ajaib untuk memberitakan
perbuatan-perbuatanNya yang besar4[4] Jadi Gereja merupakan suatu umat yang
dipanggil keluar dari kegelapan ke dalam terangnya Tuhan dan menjadi umat milik
kesayangan Tuhan.

C. Dasar Alkitabiah Keesaan Gereja

Keesaan Gereja merupakan sesuatu hal yang Alkitabiah. Rasul Paulus mencatat
tentang pengertian keesaan yang diwujudkan dalam kata kesatuan ( Menurut
Rasul Paulus, keesaan memiliki dua pengertian yaitu: 1. kesatuan Roh dan 2.
keseatuan kepercayaan. Kesatuan Roh merupakan suatu tanggung jawab rohani
orang-orang percaya untuk terus menerus dipelihara dalam kehidupan berjemaat,
sedangkan kesatuan kepercayaan merupakan suatu sasaran kedepan yang akan
dicapai setelah setiap jemaat memelihara kesatuan Roh.

Rasul Paulus pun mengungkapkan bahwa Gereja sebagai satu kesatuan tubuh
Kristus. Kristus merupakan kepala Gereja dan Gereja merupakan tubuhNya. Ajaran
yang ditekankan oleh kiasan tubuh Kristus adalah: masyarakat Kristen sebagai satu

1[1] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai


Pustaka,2002,hlm.278

2[2] Ibid,

3[3] Martin B. Dainton, Gereja Milik Siapa?, Jakarta:YKBVK/OMF,1994,hlm. 10.

4[4] J.L. Ch. Abineno, Garis-garis Besar Hukum Gereja, Jakarta:BPK Gunung
Mulia,1995.hlm.2.
organisasi atau badan yang di dalamnya semua mereka mempunyai peranan,
bersekutu dan wajib mengindahkan serta mampertahankan persekutuan itu 5[5]
Jadi Gereja diharapkan merupakan satu kesatuan organisme yang tidak dapat
terpisah.

Keesaan Gereja juga didasari oleh pandangan bahwa Allah Yang Esa memilih
satu umat kesayangan untuk menebus mereka dari dosa. Jemaat adalah satu umat
dan satu Allah, umat kepunyaanNya sendiri (1 Ptr.2:9) 6[6] Oleh karena Allah itu
satu maka satu pulalah umatNya atau gerejaNya.

BAB III

TERWUJUDNYA KEESAAN GEREJA DALAM PERSPEKTIF THEOLOGIS

A. Penghalang Keesaan Gereja

Berbagai perpecahan yang terjadi dalam Gereja merupakan penghalang terjadinya


keesaan Gereja. Terjaadinya perpecahan atau schisma itu disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu:

1. Kebenaran yang prinsipil

Gereja bertumbuh dan berkembang dengan mendasarkan pertumbuhan itu sesuai


dengan kebenaran yang tertuang dalam Alkitab. Pandangan dan penafsiran secara
manusiawi yang dipimpin oleh Roh dapat menghasilkan suatu prinsip kehidupan
yang sangat prinsipil dan tidak dapat diganggu gugat. Para reformator memang
mula-mula tidak mau mendirikan Gereja-gereja lain, tetapi hanya membaharui

5[5] Martin B. Dainton, Op.cit., hlm.71.

6[6] Ibid., hlm.73.


Dereja yang ada, tetapi karena kebenaran yang mereka pertahankan, perpecahan
tidak dapat dielakkan7[7]
Kebenaran yang prinsipil pada satu pihak tidak dapat diterima oleh pihak lainnya.
Kedua belah pihak mempertahankan kebenaran yang mereka percayai, oleh karena
itu terjadilah ketidaksesuaian dalam memahami kebenaran. Dengan demikian
perpecahan atau schisma dapat terjadi walaupun itu pada awalnya tidaklah
dikehendaki.

2. Polarisasi dan Pertentangan

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam diri kita sebagai manusia memiliki sisi
manusiawi yang negative dimana dapat memunculkan suatu polarisasi dan
pertentangan. Polarisasi ini dapat disebabkan oleh karena:
2.1. Mementingkan diri sendiri, mempertahankan prestise sendiri.

2.2. Tidak menyepakati siapa yang berwenang dalam menentukan keputusan terakhir
apabila timbul suatu perselisihan.

2.3. Ketidakpuasan terhadap Organisasi.

2.4. Perbedaan bangsa, suku, bahasa, tradisi, kelompok.

Polaarisasi dan pertentangan tidak sesuai dengan kehendak Alah, bahkan dapat
mendukakan Roh Allah (Ef. 4:30), dan juga membuat Gereja menjadi mati (Ef.5:14)

B. Wujud Keesaan Gereja dalam Perspektif Theologis

Apabila kita menilik perkembangan Gereja masa kini, sudah banyak terbentuk
berbagai aliran dan denominasi Gereja. Padahal Tuhan Yesus juga pernah
menyatakan bahwa Dialah yang akan membangun GerejaNya (Mat.16:18). Tentunya
Karya Kristus bukanlah mewujudkan berbagai aliran dalam Agama Kristen.
Keberadaan Gereja masa kini adalah karena perspektif manusia dalam memahami

7[7] J.L. Ch. Abineno, Oikumene dan Gerakan Oikumene, Jakarta:BPK Gunung
Mulia,1984,hlm.11.
kehendak Allah. Oleh karena itu, untuk mewujudkan keesaan Gereja sebagai satu
kesatuan umat Tuhan, amatlah sukar bila tidak melihat dari perspektif Theologis.

Kata Perspektif dalam Kamus Inggris-Indonesia berarti 1.perspektiv; 2.


pemandangan8[8] Sedang kata Theologis berasal dari kata Theologia yang secara
etimologis merupakan gabungan dari dua kata Yunani: (Theos)yang artinya
Allah dan (logos) yang artinya: perkataan, ekspresi rasional, uraian atau buah
pikiran.9[9] Jadi kata theologis adalah suatu yang bersifat keAllahan berdasar pada
pemikiran yang rasional. Jadi perspektif Theologis berarti suatu pemandangan yang
dilihat dari kerangka berfikir tentang keallahan.

Adapun Keesaan Gereja dalam Perspektif Theologis dapat terwujud dalam:

1. Kesatuan Dalam Kristus.

Berdasarkan suatu pandangan Alkitabiah bahwea Kristuslah yang akan


membangun Gerejanya, maka terwujudnya keesaan Gereja adalah berada dalam
suatu kerangka kesatuan di dalam Kristus. Kesatuan dalam Kristus adalah
pemberian Allah. Karena itu kesatuan dalam Kriostus didak bisa rusak atau musnah
dimana dan bagaimanapun anggota-anggota Gereja berkumpul. Sebab yang
menghubungkan (= mempersatukan) Gereja-gereja di berbagai tempat itu bukan
pertama-tama organisasinya atau pmpinannya atau tata ibadahnya, tetapi Roh
yang satu, Tuhan Yang satu, Bapa yang satu, Harapan yang satu, Iman yng satu dn
Babtisan yang satu (Ef.4:3-6)10[10]

8[8] John Echols dan Hassan Shadly, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta:PT.


Gramedia,2000,hlm.426.

9[9] Johanes Budi Supeno, Diktat Pembimbing Theologia Sistematika, Salatiga:STT


Salatiga, 2006, hlm 1.

10[10] J.L. Ch. Abineno,Op.cit., hlm.13.


Prioritaas utama untuk meweujudkan kesatuan Gereja adalah kembali
berpijak dari Kristus sebagai kepala dan pendiri Gereja.

Tuhan Yesus memikiki konsep kesatuan Jemaat atau gerejaNya dalam doaNya
(Yoh.17:17-13). Kesatuan itu adalah suatu kesatuan yang sama antar Bapa dengan
Anak. Kesatuan ini adalah kesatuan dalam distansi: kesatuan yang menyatakan
diriNya dalam ketaatan antara Anak kepada Bapa 11[11] Jadi karya Allah sebagai
anu\gerahNya bagi keesaan Gereja memiliki beberapa tahap:

1.1. Firman harus diberitakan

1.2. Allah menguduskan

1.3. Allah memberi kemuliaan dan kuasa untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan.

2. Gerakan Oikumene

Anugerah Allah yang menyatukan harus dibarengi dengan tindakan


GerejaNya untuk menanggapi anugerah Allah ini. Satu kesatuan Roh yang
disampaikan Rasul Paulus merupakan suatu tanggungjawab kita untuk
memeliharanya., oleh karena itu, berdasarkan pandangan bahwa Allah
menghendaki persatuan umatNya, maka para tokoh reformator berusaha
menyatukan kembali Gereja-gereja yang terpecah dalam suatu wadah Oikumene.
Oikumene berasal dari kata Yunani yang mengandung arti dunia yang
didiami12[12] (Luk.2:1;Kis.17:6;Mat.24:14) Gerakan Oikumene dikerjakan sebagai
salah satu wujud yang Alkitabiah menuju keesaan Gereja. Gerakan Oikumene ialah
gerakan yang bukan saja berusaha untuk menghubungkan (=mempersatukan)
kembali gereja-gereja Tuhan yang terpecah-pecah pada waktu itu, tetapi yang juga
membantu Gereja-gereja yang terpecah-pecah itu untuk menampakkan kesatuan
mereka dalam hidup dan pelayanan mereka agar kesaksian mereka dapat dipercaya

11[11] Ibid, hlm 17.

12[12]Ibid, hlm.7.
orang.13[13] Jadi Okumene menjadi salah satu wadah untuk menyatukan Gereja-
gereja.

Meskipun pada kenyataannya terjadi perpecahan dalam tubuh oikumene,

gerakan oikumene tetap relevan bagi perwujudan keesaan Gereja, dengan

memperhatikan apa yang menjadi factor penghambat nya. Oleh karena itu dalam

Lima Dokumen Keesaan Gereja dibuat suatu kesepakatan bersama untuk

mewujudkan kesatuan Gereja. Beberapa pendekatan yang digunakan untuk maksud

persatuan itu, antara lain:

2.1. Identitas masing-masing Gereja tetap dihormati

2.2. Sejarah masing-masing Gereja tetap dihormati

2.3. Tugas panggilan masing-masing Gereja tetap dihormati

2.4. Kewenangan untuk mengatur kehidupan masing-masing Gereja tetap dihormati.

2.5. Pengembangan theologi, daya dan dana dalam rangka tugas panggilan masing-

masing gereja tetap dihormati.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

13[13] Ibid.,hlm.10.
Keesaan Gereja merupakan suatu pengharapan yang dapat saja terjadi.
Tuhan Yesus pun berdoa untuk terciptanya suatu kesatuan umatNya. Keesaan
GerejaNya terwujud dalam beberapa hal:
1. Kesatuan dapat terjadi di dalam Kristus, yaitu ketika orang-orang percaya hidup
dalam ketaatan dengan Allah melalui pelaksanaan Firman Tuhan, dan juga melalui
kehidupan yang meneladani Kristus

2. Keesaan Gereja harus diwujudkan secara bersama oleh umat Tuhan, yang bersatu
bukan atas dasar keseragaman dalam lembaga, organisasi, ataupun liturgy,
melainkan dalam kesatuan pelayanan untuk mempermuliakan nama Tuhan,
menjangkau jiwa bagi kemuliaanNya

B. Saran-saran

Kesatuan Gereja harus diwujudkan dengan kerjasama yang baik antara


berbagai pihak dalam tubuh Kristus. Walaupun banyak perbedaan di dalamnya,
biarlah perbedaan itu menjadi suatu hal yang mempersatukan. Demikian pula para
pemimpin Gereja harus memiliki kerinduan yang sama untuk bersatu dalam Kristus,
yakni penyerahan total akan kehendak Allah dalam hidup dan pelayanannya.
Kepustakaan

Martin B. Dainton, Gereja Milik Siapa?, Jakarta:YKBVK/OMF,1994.

John Echols dan Hassan Shadly, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta:PT. Gramedia,2000

Johanes Budi Supeno, Diktat Pembimbing Theologia Sistematika, Salatiga:STT Salatiga,


2006,

J.L. Ch. Abineno, Oikumene dan Gerakan Oikumene, Jakarta:BPK Gunung Mulia,1984.

J.L. Ch. Abineno, Garis-garis Besar Hukum Gereja, Jakarta:BPK Gunung Mulia,1995.

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka,2002.

.com

Hakekat

HAKIKAT GEREJA
Posted on Juni 13, 2012 by PM Tangke

Pemahaman Bersama Iman KristenTetang Gereja (PGI)

1. Roh Kudus menghimpun umat-Nya dari segala bangsa, suku, kaum, dan bahasa, ke dalam
suatu persekutuan yaitu gereja, di mana Kristus adalah Tuhan dan Kepala (Ef. 4:3-16; Why. 7:9).
Roh Kudus juga telah memberi kuasa kepada gereja dan mengutusnya ke dalam dunia untuk
menjadi saksi, memberitakan Injil Kerajaan Allah, kepada segala makhluk di semua tempat dan
sepanjang zaman (Kis. 1:8; Mrk. 16:15; Mat. 28:19-20). Dengan demikian gereja tidak hidup
untuk dirinya sendiri. Sama seperti Kristus telah meninggalkan kemuliaan-Nya di surga,
mengosongkan diri, dan menjadi manusia (Yoh. 1:14; Flp. 2:6-8), dan tergerak hati-Nya oleh
sebab belas kasihan kepada semua orang yang sakit, lelah dan telantar seperti domba tanpa
gembala, demikian pulalah gereja dipanggil untuk selalu menyangkal diri dan mengur-bankan
kepentingannya sendiri, agar semua orang yang menderita karena pelbagai penyakit dan
kelemahan yang merindukan kelepasan, dan mengalami pembebasan dan penyelamatan Allah
dalam Yesus Kristus (Mat. 9:35-38; Luk. 4:18-19). Dengan demikian, gereja dan warganya akan
dapat menghayati dengan sungguh-sungguh makna dari baptisan dan perjamuan kudus yang
senantiasa dilayankan bersama-sama dengan pemberitaan Firman Allah di tengah-tengah ibadat
gereja sebagai tanda keberadaan dan kekudusannya.

2. Gereja ada di tengah-tengah dunia ini sebagai arak-arakan umat Allah (Kej. 12:3; Mzm.
84:8; Yes. 2:2-3; Ibr. 12:1; Kis. 1:8; 2Kor. 2:14), yang terus bergerak menuju kepenuhan hidup di
dalam Kerajaan Allah (Flp. 3:12-14). Ia dituntut untuk selalu terbuka kepada dunia ini, agar
dunia ini terbuka kepada undangan Allah untuk turut serta di dalam arak-arakan orang percaya
menuju pemenuhan janji Allah akan Kerajaan-Nya di dalam Yesus Kristus (1Ptr. 2:9-10; 3:15-
16). Dengan senantiasa menguji setiap roh, apakah roh itu berasal dari Roh Allah (1Yoh. 4:1).
Gereja dipanggil untuk membina hubungan dan kerja sama dengan pemerintah dan semua pihak
di dalam masyarakat untuk mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera bagi semua orang,
dalam rangka mewujudkan dan mendirikan tanda-tanda Kerajaan Allah menuju ke
kesempurnaannya di dalam Yesus Kristus.

3. Gereja ditempatkan oleh Tuhan sendiri untuk melak-sanakan tugas panggilannya dalam
konteks sosial politik, ekonomi, dan budaya tertentu. Demikianlah halnya, gereja-gereja di
Indonesia dipanggil dan ditempatkan oleh Tuhan sendiri untuk melaksanakan tugas panggilannya
di tengah bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang diyakini sebagai anugerah dari
Tuhan. Kehadiran gereja-gereja di Indonesia dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
merupakan tanda pengutusan Tuhan sendiri agar gereja-gereja secara aktif mengambil bagian
dalam mewujudkan keadilan dan keutuhan ciptaan di Indonesia. Di samping itu, gereja
terpanggil secara aktif dan kreatif mengambil bagian dalam usaha mencegah segala hal yang
merongrong dan merendahkan harkat dan martabat manusia Indonesia serta segala hal yang
merusak lingkungan alam Indonesia. Tugas panggilan itu dilaksanakan melalui berbagai upaya
pencegahan sekali-gus upaya pembelaan dan penegakan hukum/ keadilan bagi seluruh rakyat
dan tanah tumpah darah Indonesia.

4. Gereja mengakui bahwa negara adalah alat dalam tangan Tuhan yang bertujuan untuk
menyejahterakan manusia dan memelihara ciptaan Allah. Oleh karena itu gereja dan negara
harus bahu membahu dalam mengusahakan penegakan keadilan dan mengusahakan
kesejahteraan se-luruh rakyat serta keutuhan ciptaan. Akan tetapi sebagai lembaga keagamaan
yang otonom, gereja mengemban fungsi dan otoritas yang bebas dari pengaruh negara, dan
sebaliknya gereja tidak berhak untuk mengatur kehidupan negara oleh karena negara mempunyai
fungsi tersendiri dalam menjalankan panggilannya di dunia (Rm. 13:16-17; 1Ptr. 2:13-14).
Dengan demikian gereja dan negara harus membina hubungan yang kondusif dan bukan
hubungan subordinatif di mana yang satu menguasai yang lain. Gereja dan negara masing-
masing mempunyai tugas panggilannya yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab
untuk kebaikan seluruh manusia bahkan seluruh ciptaan. Gereja mempunyai kewajiban untuk
menaati hukum negara, sebaliknya negara berkewajiban mengayomi dan melindungi seluruh rak-
yatnya, termasuk gereja agar leluasa dalam menjalankan fungsi dan panggilannya masing-
masing (1Ptr. 2:16).

5. Dalam hidup dan pelaksanaan tugas panggilannya, gereja yang terdiri dari orang-orang
berdosa yang telah dibenar-kan oleh anugerah Allah berdasarkan iman kepada Yesus Kristus
(Rm. 3:28), selalu memerlukan pertobatan dan pembaruan yang terus-menerus. Untuk itu ia
senantiasa memerlukan kehadiran, pernyataan, bimbingan, peme-liharaan dan teguran Roh
Kudus yang terus-menerus membarui, membangun dan mempersatu-kannya serta yang
memberinya kuasa untuk menjadi saksi.

6. Allah menjadikan gereja itu sebagai suatu persekutuan yang mengaku satu tubuh, satu Roh
dalam ikatan damai sejahtera, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah
dan Bapa dari semua (Ef. 4:4-6). Dengan demikian gereja itu esa. Keesaan gereja bukanlah
keesaan menurut dunia, melainkan keesaan seperti Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Yoh.
17:21-22). Maka keesaan itu tidak didasarkan pada kekuasaan duniawi, melainkan pada
persekutuan dan kasih. Sebagai persekutuan kasih, gereja adalah keluarga dan kawan sekerja
Allah (Ef. 2:19; 1Kor. 3:9) yang dituntut untuk hidup di dalam kasih, sehati sepikir, dalam satu
tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri melainkan selalu berbuat untuk kepentingan
orang lain juga, dan anggota yang satu mendukung anggota yang lain lebih utama daripada
dirinya sendiri (Flp. 2:1-4). Kristus menghendaki keesaan seperti itu (Ef. 4:3) yang merupakan
suatu kesaksian kepada dunia ini agar dunia percaya bahwa sesungguhnya Yesus Kristus telah
diutus oleh Allah (Yoh. 17:12-23) dan bahwa gereja telah beroleh mandat dari Yesus Kristus
untuk memberitakan pendamaian dan penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus bagi dunia ini.

7. Persekutuan ini dikuduskan dalam kebenaran (Yoh. 17:17-19). Dengan demikian gereja itu
kudus. Pengudusan itu dilakukan oleh Kristus yang telah menguduskan diri-Nya bagi gereja
(Yoh. 17:19) dan menguduskan gereja itu sebagai umat kepunyaan-Nya (Tit. 2:14; 1Ptr. 2:9).
Persekutuan yang dikuduskan itu diutus-Nya ke dalam dunia. Maka gereja itu ada di dunia tapi
bukan dari dunia (Yoh. 17:14-18).

8. Persekutuan ini mencakup semua orang percaya dari segala tempat dan sepanjang zaman,
dan mencakup segala suku, bangsa, kaum, dan bahasa, dan dari pelbagai lapisan sosial yang
dipersekutukan ke dalam tubuh Kristus yaitu gereja. Dengan demikian gereja itu am (katolik).
Sebagai persekutuan yang am, gereja tidak mengenal perbedaan-perbedaan maupun pembatasan-
pembatasan menurut kaidah-kaidah dunia ini (Gal. 3:28; 1Kor. 11:7-12; Why. 7:9). Persekutuan
baru ini mencakupi bahasa, suku, kaum, dan bahasa, orang tua, pemuda/remaja, anak-anak, laki-
laki dan perempuan, penguasa dan rakyat jelata, yang kaya dan yang miskin; yang cacat dan
yang sehat, yang bodoh dan yang pandai, semuanya diberi tempat oleh Allah dalam persekutuan
baru itu, semuanya dipanggil dan dilengkapi untuk menjadi saksi Injil Kerajaan Allah dalam
Yesus Kristus di tengah-tengah dunia.

9. Persekutuan ini bertekun dalam dan dibangun di atas pengajaran para rasul tentang Injil
Yesus Kristus (Kis. 2:42; 2:20). Dengan demikian gereja itu rasuli. Persekutuan yang rasuli itu
terpanggil untuk memelihara ajaran para rasul itu (2Tes. 3:6; 1Tim. 1:3) dan dengan senantiasa
memerhatikan tanda-tanda zaman dan mene-ruskannya kepada semua orang percaya di segala
tempat dan di sepanjang zaman (Flp. 1:6; Kol. 1:25).

10. Oleh karena itu gereja dan orang-orang percaya laki-laki dan perempuan di segala tempat dan
sepanjang zaman terpanggil untuk mewujudkan keesaaan, kekudusan, dan keaman (kekatolikan),
dan kerasulannya, baik dalam kehadiran gereja secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-
sama dalam pengamalan tugas panggilannya sehari-hari. Dengan demikian semua bentuk
kehadiran gereja itu untuk menjadi saksi Yesus Kristus ke ujung bumi adalah ungkapan dari
gereja yang esa, kudus, am, dan rasuli.

Taggung jawab

Kamis, 21 Mei 2015


MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB

makalah mata kuliah ilmu budaya dasar


(softskill)
manusia & Tanggung Jawab (MATERI 9)
Disusun Oleh :

Nama : Dian Kusumawati


NPM : 12114985
Kelas : 1KA38
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Bapak Sendy Eka Nanda

SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
ATA 2014 / 2015

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT. Berkat limpahan karunia-Nya


kami selaku penyusun makalah dapat menyelesaikan tugas
Makalah Ilmu Budaya Dasar tentang Manusia dan Tanggung
Jawab.

Makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih dalam mengenai


Manusia dan Tanggung Jawab, serta dalam rangka pemenuhan
nilai mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.

Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi wawasan


kepada khalayak umum dan untuk intropeksi bagi kami selaku
penyusun. Semoga makalah ini dapat menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca.

Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih


memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi sempurnanya makalah ini. Karena kebenaran hanya datang
dari Allah SWT.
Bekasi, 11 Mei 2015

Penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar ...................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................... ii


BAB 1 Pendahuluan .............................................................. 1

1.1 Latar Belakang ...................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................1
1.3 Tujuan .....................................................................1

BAB 2 Pembahasan ............................................................... 2

2.1 Manusia dan Tanggung Jawab ...............................2

A. Pengertian Tanggung Jawab ......................... 2

B. macam-macam Tanggung Jawab .................. 2

C. Pengabdian dan Pengorbanan ........................ 3

BAB 3 Kesimpulan ................................................................. 4

3.1 Kesimpulan .............................................................. 4

Soal & Jawaban ............................................................. 4

Daftar Pustaka ............................................................... 5


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita semua adalah manusia biasa yang kadang kala lalai pada tanggung jawab.
Kami tidak menginginkan kelalaian itu terus terjadi, itulah yang mendorong kami
membuat makalah ini, sebab hubungan manusia dan tanggung jawab sangatlah
erat. Kami berharap pembaca dapat menggunakan penderitaan sebagai pengaruh
positif dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian tanggung jawab?
2. Macam-macam tanggung jawab?
3. Pengabdian dan pengorbanan?

1.3 Tujuan
Kami membuat makalah ini agar pembaca dapat memahami dan menghayati
kenyataan-kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia dengan berbagai macam
tanggung jawab, pengaruh serta sebab yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manusia dan Tanggung Jawab

A. Pengertian Tanggung Jawab


Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut
kamus umum bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung,memikul jawab,
menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung
akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tangung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Seorang mahasiswa mempunyai kewajiban belajar. Bila belajar, maka hal itu
berarti ia telah memenuhi kewajibannya. Berarti pula ia telah bertanggung jawab
atas kewajibannya. Sudah tentu bagaimana kegiatan belajar si mahasiswa, itulah
kadar pertanggungjawabannya. Bila pada ujian ia mendapat nilai A, B atau C itulah
kadar pertanggung-jawabannya.
Bila si mahasiswa malas belajar, dan ia sadar akan hal itu. Tetapi ia tetap
tidak mau Belajar dengan alasan capek, segan dan lain-lain. Padahal ia menghadapi
ujian.Ini berarti bahwa si mahasiswa tidak memenuhi kewajibannya, berarti pula ia
tidak bertanggung jawab.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa
bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu,
dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau
pengorbanannya.Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung
jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan,penyuluhan, keteladanan, dan
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

B. Macam-macam Tanggung Jawab


1) Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk
memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai
manusia pribadi.
Contoh : Manusia mencari makan, tidak lain adalah karena tanggung jawab
terhadap dirinya sendiri agar dapat melangsungan hidupnya.
2) Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil, tiap anggota keluarga wajib
bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama
baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan,
pendidikan dan kehidupan.
Contoh : Seorang ayah rela bekerja membanting tulang demi memenuhi tanggung
jawabnya sebagai kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
3) Tanggung jawab terhadap masyarakat
Pada hakikatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Karena
kedudukkannya sebagai makhluk sosial, sehingga membutuhkan manusia lain,
maka ia harus berkomunikasi terhadap manusia lain tersebut. Sehingga dengan
demikian manusia ini adalah anggota masyarakat yang tentunya mempunyai
tanggung jawab seperti anggota masyarakat lain. Wajarlah apabila tingkah laku dan
perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
4) Tanggung jawab terhadap bangsa / negara
Suatu kenyataan lagi, bahwa setiap manusia, setiap individu adalah warga
negara suatu negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia
terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang telah dibuat oleh suatu negara.
Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah,
maka ia harus bertanggung jawab kepada negara.
Contoh : Seseorang korup, kalau perbuatan tersebut diketahui ia harus berurusan
dengan pihak kepolisian dan pengadilan.
5) Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan
untuk mengisi kehidupan, manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap
Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukuman-hukuman Tuhan
yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama.
Contoh: Seorang muslim menjalankan ibadah sholat karena merupakan tanggung
jawabnya, jika dia mengerjakan maka ia akan mendapatkan hukuman berupa dosa.

C. Pengabdian dan Pengorbanan


Wujud tanggung jawab berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian
dan pengorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu sendiri.
1. Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik berupa pikiran, pendapat sebagai
perwujudan kesetiaan atau suatu kesetiaan yang dilakukan dengan ikhlas.
2. Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban yang berarti persembahan, sehingga
pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian
pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan tidak
mengandung pamrih.

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang berani mengambil resiko atas
tindakan atau perkataan yang telah dibuatnya. Orang yang bertanggung jawab
akan terbiasa untuk jujur. Budayakanlah tanggung jawab dalam kehidupan
bermasyarakat, berkeluarga ataupun kehidupan lainnya.

Keutuhncptaam\\

Pambudidaya Amrih Bisa Memayu Hayuning Bawana. Pambudidaya bisa berarti Pambudi yang
berdaya guna. Terminologi pambudidaya sebenarnya berasal dari kata mbudidaya (bhs. jawa)
yang berarti mengusahakan, merawat, memberdayakan dan membuat semakin berkembang.
Memayu hayuning bawana berarti mencintai, mengelola, alam semesta. Bahasa kerennya:
nresnani, ngopeni lan nggemateni!

Rabu, 04 Maret 2015


Materi Religiositas Kelas XII Bab 7: Keutuhan Ciptaan

KEUTUHAN CIPTAAN
A. Kompetensi Dasar

Memahami bahwa keutuhan ciptaan merupakan tanggung jawab manusia


sebagaimana dikehendaki Tuhan.

B. Indikator pencapaian hasil belajar

Pada akhir pembelajaran peserta didik-siswi dapat:

1. Menjelaskan pengertian keutuhan ciptaan.

2. Mengidentifikasi contoh ketamakan manusia yang mengakibatkan kerusakan alam


ciptaan.

3. Memberi contoh gerakan-gerakan melestarikan keutuhan ciptaan.

4. Mendeskripsikan hasil yang diperoleh dari gerakan melestarikan keutuhan ciptaan.

5. Memaknai firman Tuhan yang ditemukan tentang keutuhan ciptaan.

6. Merancang kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar bersama


masyarakat setempat.

7. Mengevaluasi kegiatan

C. Landasan Pemikiran

Orang membutuhkan air, makanan, udara, sumber energi, dan sebagainya


untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Orang memperoleh semuanya ini dari
sumber alam. Di sini, mengolah sumber alam tidak boleh dilakukan dengan
seenaknya, orang harus tetap menjaga keseimbangan ekologis, yaitu keserasian
alam dan makhluk lainnya agar menjadi seimbang dan harmonis. Tetapi, banyak
keindahan alam telah rusak karena orang mengejar kebutuhan dan memuaskan
keinginan.

Masalah lingkungan hidup yang cukup memprihatinkan, antara lain:

1. Penebangan hutan secara sembarangan dan berlebihan, tanpa memperhatikan


pentingnya reboisasi

2. Pencemaran industri tenaga nuklir, yang berupa sampah radioaktif, seperti yang
disimpan jutaan tahun di Sellafiled di Cumbria maupun kebocoran
proyek tenaga nuklir yang terjadi di Chernobyl Rusia, pada tahun 1985, yang
menyebabkan munculnya awan radioakatif di atas Eropa Utara sehingga banyak
wilayah tidak dapat dihuni.

3. Penggunaan pupuk jenis pestisida yang menyebabkan tanah menjadi tidak


produktif.

4. Parahnya polusi udara karena asap mobil, sepeda motor, dan pabrik, yang dapat
menimbulkan penyakit.

5. Parahnya kondisi tanah karena pembuangan sampah yang seenaknya, peladangan


berpindah-pindah, dan pembangunan rumah yang tidak mengindahkan kaidah
lingkungan.

6. Penambahan areal tanah yang tidak produktif.

7. Peningkatan erosi tanah akibat gundulnya bukit dan gunung.

8. Pendangkalan sungai yang mengakibatkan terjadinya banjir.

9. Pengurangan air di permukaan dan di dalam tanah, bahkan air semakin kotor.

10. Pencemaran laut sehingga menipisnya karang dan ikan-ikan.

11. Pemukiman hidup semakin padat dan tidak sehat.

12. Penipisan lapisan ozon.

Sekarang ini, masalah lingkungan hidup menjadi begitu luas, sehingga


menuntut keterlibatan bersama. Keterlibatan ini berlangsung lama dan terjadi di
tingkat lokal, nasional, dan dunia, yang bertujuan untuk memulihkan dan menjaga
keutuhan ciptaan. Gerakan-gerakan ini, misalnya Kelompok Pecinta Alam, Walhi,
Green Peace, lahir karena keprihatinan terhadap situasi dan kondisi dunia yang
rusak akibat ulah manusia yang kurang bertanggung jawab. Gerakan gerakan ini
mengajak banyak orang memperjuangkan kelestarian keutuhan ciptaan, baik di
antara manusia dan alam sekitar maupun di antara manusia itu sendiri. Dampak
gerakan yang dapat dirasakan, misalnya orang menjadi lebih selektif membeli
produk yang ramah lingkungan, sektor industri memperhatikan Amdal (analisis
mengenai dampak lingkungan), menghasilkan sisa (sampah) produk yang dapat di
daur ulang, pemanfaatan lahan tidur, pembangunan marga satwa, diterapkan
undang-undang tentang lingkungan hidup.

Bagi kaum beriman, realitas alam semesta dengan aneka macam potensi
sumber dayanya, yang dikaitkan dengan Tuhan sebagai dasar dan sumber dinamika
penciptaan dan keselamatan, harus dimanfaatkan dan ditanggapi dengan sikap
penuh syukur dan tanggung jawab. Melalui pewartaan, dakwah, dan usaha-usaha
konsientisasi atau penyadaran lain, agama dan kepercayaan diharapkan
bergandengan tangan memecahkan masalah pencemaran alam dan lingkungan
hidup, berusaha menjaga keutuhan dan kelestarian alam ciptaan sehingga
lingkaran setan (vivious circle) kejahatan dan dosa, karena pencemaran alam
ciptaan, dapat dialihkan menjadi lingkaran kebajikan atau rahmat (virtuous circle).
Dalam dunia yang harmonis tercapailah keselamatan manusia seutuhnya, baik
sekarang maupun masa datang.

Dengan demikian, usaha pembangunan masyarakat dan pembaruan


kebudayaan yang dilakukan oleh setiap orang hendaknya mengindahkan empat
orientasi pola kehidupan, yaitu Tuhan, masyarakat, dunia material, dan dirinya
sendiri, yang terwujud dalam empat tugas pokok, yaitu membuka diri terhadap
yang Transenden, membangun solidaritas dengan sesama, mengolah dan
memelihara alam semesta, dan membangun diri sendiri. Sejak semula Tuhan telah
merencanakan agar orang sehati sejiwa membarui dan menyempurnakan terus-
menerus alam semesta, sehingga keutuhan ciptaan dapat terjaga. Di sini,
dibutuhkan kesadaran dalam diri orang untuk mengolah dan memelihara alam
semesta, serta mempunyai sikap solider dengan sesama, misalnya peduli,
menghormati, menghargai. Orang menciptakan kebaikan bagi sesamanya (bonum
commune), agar orang merasa senang, kerasan, dan bahagia hidup di alam
semesta yang utuh dan tidak tercabik-cabik.

Kenyataan yang terjadi pada diri peserta didik-siswi adalah sikap dan
tanggung jawabnya terhadap alam sangat memprihatinkan, misalnya membuang
sampah tidak pada tempatnya, mengotori dinding dengan coretan, tidak menutup
kran air selesai menggunakannya, mengambil bunga edelweis di gunung
seenaknya. Mereka kurang menyadari, dan bahkan cenderung menganggap remeh
akibat perbuatan mereka yang dapat membahayakan kelestarian alam seutuhnya.
Celakanya, mereka melakukan hal itu tanpa merasa bersalah. Misalnya, meski di
kelas sudah ada tempat sampah, mereka membuang sampah seenaknya,
membiarkan sampah berceceran, dan mau memungut serta me-masukkannya ke
tempat sampah kalau ada guru yang meminta atau ada lomba kebersihan kelas.
Mereka kurang menyadari akibat yang ditimbulkan oleh kecerobohan itu, karena
akan memperberat kerja petugas kebersihan atau mempengaruhi kenyamanan
belajar di kelas, bahkan dapat menimbulkan penyakit. Perbuatan-perbuatan seperti
itu tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga di luar sekolah.

Berikut ini disajikan beberapa pandangan dari berbagai agama dan kepercayaan
tentang keutuhan ciptaan. Anda juga dapat membaca sumber-sumber lain yang
sesuai dengan tema untuk memperluas wawasan dan pengetahuan Anda.

1. Agama Islam

Kehidupan makhluk Tuhan saling berkaitan. Bila terjadi gangguan terhadap salah
satu, maka makhluk lain yang berada dalam lingkungan hidup tersebut ikut
terganggu pula. Tuhan menciptakan segala se-suatu dalam keseimbangan dan
keserasian, yang harus dipelihara agar tidak mengakibatkan kerusakan. Agama
(Islam) menegaskan pula bahwa manusia ditugaskan Tuhan menjadi khalifah di
bumi ini. Kekhalifahan ini mempunyai tiga unsur yang saling terkait, dan ditambah
unsur keempat yang berada di luar, namun sangat menentukan arti kekhalifahan
dalam pandangan Alquran. Ketiga unsur yang pertama adalah.

a. Manusia, yang dalam hal ini dinamai khalifah

b.Alam raya, yang dimaksud adalah bumi

c. Hubungan antara manusia dengan alam dan segala isinya, termasuk dengan
manusia (istikhlaf atau tugas-tugas kekhalifahan).

2. Agama Hindu

Manusia bukanlah sebuah pulau tetapi bagian dari kosmos yang maha luas. Ini
merupakan prisip fundamental Weda. Secara natural, hal ini mempunyai implikasi
tanggung jawab kepada sahabat manusia dan ke seluruh dunia beserta isinya.
Dalam Shanti Mantra yang diucapkan setiap hari dan mantra-mantra yang lain, doa-
doa pemujaan ke hadapan-Nya bukan hanya bagi diri sendiri dan umat manusia
tetapi juga untuk binatang dan tumbuh-tumbuhan: "Mudah-mudahan
keberuntungan diterima oleh makhluk-makhluk berkaki dua maupun berkaki
empat."

3. Agama Katolik

Tuhan mengaruniakan bumi kepada manusia agar dikelola dengan baik dan
penuh tanggung jawab, serta sesuai dengan tujuan yang dikehendaki

Tuhan. Kenyataannya, sekarang ini banyak orang prihatin terhadap kelestarian


alam dan seisinya, yang terancam kerusakan dan kepunahan. Oleh karena itu,
manusia wajib menghormati struktur kodrati dan moral yang ada, menyadari bahwa
masing-masing ciptaan berperan secara khas demi keseimbangan alam pada
umurnnya, dan sebagainya.

4. Agama Kristen

a. Manusia sebagai bagian dari lingkungan

Kitab Kejadian mengisahkan bahwa manusia mempunyai hubungan yang erat


dengan alam. Manusia diciptakan dari debu dan tanah sehingga tidak boleh
melupakan asal usul dirinya, yaitu tanah. Di samping itu, manusia diciptakan pula
sebagai gambar dan rupa Allah dan rekan sekerja Allah. Allah menempatkan
manusia sebagai "sekutu Allah", "rekan sekerja Allah", dalam memelihara dunia
ciptaan-Nya, yang

1) diciptakan baik adanya

2) diciptakan sebagai sarana mewujudkan rencana keselamatan-Nya

3) diciptakan sebagai tempat, di mana manusia dapat mencukupi kebutuhan

hidupnya.

b. Manusia sebagai Penatalayan Allah

Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa manusia mempunyai tugas khusus dari
Allah, yaitu mengusahakan dan memelihara Taman Eden. Dengan kata lain,
manusia ditempatkan Allah di taman tersebut untuk menjadi pelayan-Nya. Tugas
untuk memelihara tidak berakhir dengan diusirnya manusia dari taman itu. Selain
itu, tanggung jawab untuk menguasai alam dan segala isinya, yang telah diberikan
Allah, bukan berarti bahwa orang boleh berbuat semaunya. Kalau itu yang terjadi,
maka orang telah menyalahgunakan kekuasaan tersebut dan merusak kepercayaan
Allah kepadanya.

5. Agama Budha

Alam ini adalah keseimbangan yang secara alamiah terbentuk. Karenanya,


setiap tindakan yang menyebabkan ketergangguan atas keseimbangan tersebut
akan membawa kerugian bagi semua penghuninya.

Melalui materi pokok ini, mereka diajak untuk makin menyadari bahwa Tuhan
menghendaki dirinya terlibat dalam merawat, mengelola, dan melestarikan ciptaan-
Nya demi kebahagiaan seluruh umat manusia.

Latihan

I. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan uraian yang jelas !

1. Jelaskan pengertian keutuhan diciptakan!

2. Sebutkan contoh ketamakan manusia yang mengakibatkan kerusakan alam


ciptaan!

3. Sebutkan contoh gerakan gerakan melestarikan keutuhan ciptaan!


4. Jelaskan hasil yang diperoleh dari gerakan melestarikan keutuhan ciptaan!

5. Jelaskan makna firman Tuhan yang ditemukan tentang keutuhan kehidupan!

6. Menurut agama Krsten manusia diciptakan sebagai gambar dan rupa Allah dan
rekan sekerja Allah. Tunjukkan 3 bukti yang mendukung pernyaaan tersebut !
7. Sebutkan 3 unsur kekhalifahan manusia dalam pandangan Al-Quran !

8. Jelaskan prinsip fundamental Weda !

9. Sebutkan gerakan masyarakat pencinta keutuhan ciptaan alam !

10.Bagaimana penilaian atau tanggapan Anda alas pelaksanaan kerja bakti


membersih
lingkungan dan sekitarnya; bersama masyarakat setempat!

Diposkan oleh Yoseph Suyatmin Pambudi di 17.02


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentarPosting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Yoseph Suyatmin Pambudi

Welcome to My Blog

Salam Jumpa Saudaraku Semua.

Terima kasih Anda telah berkunjung di blog saya. Melalui berbagai tulisan di
blog ini, saya ingin berbagi cerita, ide, gagasan. Saya berharap, ini menjadi
kesempatan baik untuk belajar mengungkapkan ide, gagasan atau apapun
melalui tulisan.

Pun pula bisa menjadi kesempatan untuk saling berbagi dengan Anda
semua.Tujuan utama blog ini saya buat adalah untuk membantu para peserta
didik yang dipercayakan kepada kami untuk mendapatkan informasi,
bahan/materi yang mereka pelajari terutama pada Mapel Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti. Semoga para siswa dapat memanfaatkan media ini
dengan baik.

Selamat membaca dan berbagi melalui blog ini. Berkah Dalem

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

2016 (3)

2015 (13)

o Desember (1)

o November (3)

o September (2)

o Agustus (1)

o Mei (1)

o Maret (4)

Materi Religiositas Kelas XII Bab 10: Keluarga Har...

Materi Religiositas Kelas XII Bab 9: Keluarga Harm...

Materi Religiositas Kelas XII Bab 8: Persiapan Hid...

Materi Religiositas Kelas XII Bab 7: Keutuhan Cipt...

o Februari (1)

2014 (17)

Template Picture Window. Gambar template oleh sndrk. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai