Anda di halaman 1dari 17

AGAMA KATOLIK kelas XI Semester 1

Bagian Pertama

ARTI DAN MAKNA GEREJA

Gereja adalah tempat tinggal ALLAH. Tempat Allah itu bisa berupa gedung / rumah / kemah dan bisa
berupa umat ALLAH atau Institusi.

1. Gereja sebagai GEDUNG (g)*

Sejarah gereja sebagai gedung

a. Kemah Suci itu merupakan "tempat kudus" ("miqdash"), suatu tempat yang dikhususkan bagi Tuhan
untuk tinggal di antara dan bertemu dengan umat-Nya (Keluaran 25:22; 29:45-46; Bilangan 5:3; Yehezkiel
43:7,9). Kemuliaan ("shekina") Allah ada di atas Kemah Suci siang malam. Ketika kemuliaan Allah naik,
Israel harus pindah. Allah menuntun mereka dengan cara ini selama mereka ada di padang gurun
(Keluaran 40:36-38; Bilangan 9:15-16).

b. Kemah Suci merupakan "tempat hukum Allah" (Keluaran 38:21), yaitu berisi Kesepuluh Hukum
(Keluaran 25:10). Kesepuluh Hukum itu selalu mengingatkan mereka akan kekudusan Allah dan tuntutan-
tuntutan-Nya. Hubungan kita dengan Allah tidak pernah dapat dipisahkan dari ketaatan kepada hukum-
Nya.

c. Di Kemah Suci inilah Allah menyediakan pengampunan dosa melalui korban darah (Keluaran 29:10-
14). Dengan demikian korban darah ini menunjuk kepada korban nyawa Kristus di kayu salib karena dosa
umat manusia (lihat Ibrani 8:1-2; 9:11-14).

d. Kemah Suci menunjuk ke sorga, yaitu ke tempat kudus sorgawi di mana Kristus, imam besar abadi
kita, hidup selama-lamanya untuk berdoa bagi kita (Ibrani 9:11-12,24-28).

e. Kemah Suci menunjuk kepada penebusan Allah yang terakhir ketika langit baru dan bumi baru akan
datang, yaitu ketika "kemah Allah (harafiah: Kemah Suci) ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam
bersama-sama dengan mereka" (Wahyu 21:3).

* g dan G hanya menuruti buku, Pa Verdy tidak terlalu terpaku pada ciri kapital ini. G atau g, sama saja,
pengertian tergantung konteks kalimat. Saya ke gereja (gedung), saya mau bicara dengan pihak gereja
(institusi). Sebagai gereja kita mesti bersatu (umat Allah).

2. Gereja sebagai umat Allah (G)


Gereja sebagai umat Allah / Persekutuan terbuka berarti :

v Persekutuan semua orang di seluruh dunia yang percaya akan Yesus Kristus itu Putra Allah dan satu-
satunya Penyelamat kita.

v Himpunan yang didalamnya terdapat Umat Allah, Tubuh Kristus dan Bait Roh Kudus ( bdk 1 Kor 10:32,
11:17-22, 15:9 ).

v Himpunan orang-orang yang digerakan untuk berkumpul oleh Firman Allah, yakni berhimpun bersama
untuk membentuk Umat Allah dan yang diberi santapan dengan Tubuh Kristus menjadi Tubuh Kristus.

Dasar Kitab suci

a. I Korintus 6:19 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di
dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
(Komuni Kudus)

b. Yohanes 14:20 Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di
dalam Aku dan Aku di dalam kamu (Komuni Kudus)

c. Yohanes 15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat
berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak
berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.

d. Matius 18:20 Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di
tengah-tengah mereka."

Gereja sebagai Umat Allah memiliki ciri khasnya yakni:

a. Umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari Allah sendiri. Umat Allah adalah bangsa
terpilih, bangsa terpanggil.

b. Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Allah dan untuk misi tertentu, yaitu menyelamatkan dunia.

c. Hubungan antara Allah dan umatNya dimeteraikan oleh suatu perjanjian. Umat harus menaati
perintah-perintah Allah dan Allah akan selalu menepati janji-janjiNya.

d. Umat Allah selalu dalam perjalanan melewati padang pasir menuju Tanah Terjanji.

Konsekuensi dari Gereja yang Mengumat

a. Konsekuensi bagi Pimpinan Gereja (Hierarki)


ü Menyadari fungsi pimpinan sebagai fungsi pelayanan. Pimpinan bukan di atas umat, tetapi di tengah
umat.

ü Harus peka untuk melihat dan mendengar karisma dan karunia-karunia yang bertumbuh di kalangan
umat.

b. Konsekuensi bagi setiap Anggota Umat

Ø Menyadari dan menghayati persatuannya dengan umat lain. Orang tak dapat menghayati kehidupan
imannya secara individu saja.

Ø Aktif dalam kehidupan mengumat, menggunakan segala karisma, karunia dan fungsi yang
dipercayakan kepadanya untuk kepentingan dan misi Gereja di tengah masyarakat. Semua bertanggung
jawab dalam hidup dan misi Gereja.

c. Konsekuensi bagi Hubungan Awam dan Hierarki

Ø Paham Gereja sebagai Umat Allah jelas membawa konsekuensi dalam hubungan antara hierarki dan
kaum awam. Kaum awam bukan lagi pelengkap penyerta, melainkan partner hierarki.

Ø Awam dan hierarki memiliki martabat yang sama, hanya berbeda dalam hal fungsi.

3. Gereja Sebagai INSTITUSI

Gereja adalah organisasi resmi, berbadan hukum dan dilindungi oleh hukum Negara dan internasional.
Gereja adalah organisasi dari Allah sendiri, sekaligus merupakan warisan budaya dan peradaban
manusia. Ketika Yesus memilih ke dua belas rasul dan mengangkat Petrus sebagai pemimpin untuk
menggembalakan kawanan-Nya, saat itulah gereja sebetulnya menjadi sebuah Institusi.

Institusi Gereja adalah hirarki, dari paus – para uskup – para imam/ diakon. Berikut adalah ciri gereja
sebagai Institusi, sekaligus pembeda gereja sebagai umat Allah.

Model Gereja

1. Institusional

a. Orgnasisasi (lahiriah) yang berstruktur pyramidal tertata rapi.

b. Ada kepemimpinan yakni dari para tertahbis atau hierarki hampir identik dengan Gereja itu sendiri.
Suatu institusi, apalagi institusi besar seperti Gereja Katolik, tentu membutuhkan kepemimpinan yang
kuat.

c. Hukum dan peraturan digunakan untuk menata dan menjaga kelangsungan suatu institusi. Suatu
institusi, apalagi yang berskala besar, tentu saja membutuhkan hukum dan peraturan yang jelas.
2. Gereja Umat Allah

a. Hidup persaudaraan karena iman dan harapan yang sama. Persaudaraan ini adalah persaudaraan
kasih.

b. Semua umat ikut aktif dalam hidup menggereja.

c. Hukum dan peraturan memang perlu, tetapi dibutuhkan pula peranan hati nurani dan tanggung
jawab pribadi.

d. Sikap miskin, sederhana dan terbuka. Rela berdialog dengan pihak mana saja, sebab Gereja yakin
bahwa di luar Gereja Katolik terdapat pula kebenaran dan keselamatan.

e. Terbuka bagi peran kharisma / karunia-karunia

Bagian Kedua

HIERARKI DAN AWAM

1. Hierarki dalam Gereja Katolik

a. Kata hierarki berasal dari bahasa Yunani “hierarchy”yang berarti jabatan (hieros) suci (archos). Jadi
mereka yang masuk dalam jajaran hierarki adalah mereka yang disucikan melalui tahbisan.

b. Gereja St. Ignatius dari Antiokhia yang mengenal sebutan

Penilik (episkopos)

Penatua (prebyteros)

Pelayan (diakonos).

Struktur inilah yang selanjutnya menjadi struktur hierarki Gereja yang menjadi Uskup, Imam, dan
diakon.

c. Tugas Khusus Hierarki

• Menjalankan tugas pemeliharaan iman umat : melayani sakramen-sakramen, mengajar agama, dll.

• Menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman : mempersatukan umat, memberi


petunjuk, nasehat dan teladan

2. Awam
a. Secara Teologis : Awam adalah umat Allah yang tidak tertahbis : Umat biasa dan biarawan/ wati tak
tertahbis (suster, frater/ bruder). Secara Etimologis : Awam adalah umat Allah selain imam dan
biarawan/wati.

b. Tugas Awam

Menjalankan tugas kerasulan :

Internal membangun hidup iman jemaat :

misalnya : menjadi katekis / guru agama, aktif dalam kegiatan lingkungan dan organisasi gereja di paroki

Eksternal, membangun tata Dunia. Gereja menjadi tanda keselamatan dunia. Awam diutus terlibat
dalam masyarakat, dalam karya sosial atau politik.

3. Hubungan Awam dan Hierarki sebagai Patner Kerja

Awam dan Hierarki memiliki kedudukan yang sama dengan tugas yang berbeda.

Karena itu hubungan yang ideal adalah hubungan KESALINGAN – Kerja sama

Bagian Ketiga

SIFAT-SIFAT GEREJA

1. Gereja yang SATU

a. Satu Tuhan (kesatuan iman – Ef 4: 3 – 6)

b. Satu pimpinan - tahta kepausan

c. Persatuan umat Katolik Semesta dlm wujud persaudaraan dan tata sakramen. Memperjuangkan
Gereja yang Satu, misalnya

a. Aktif dalam kegiatan gereja

b. Setia dan taat pada persekutuan.

c. Terbuka dan menghormati perbedaan.

2. Gereja yang KUDUS

a. Berasal dari Allah yang adalah kudus


b. Menuju kepada Allah yang adalah kudus

c. Jiwa gereja adalah Roh Kudus

d. Ajaran dan praktek ritual sakramennya kudus

e. Anggotanya kudus karena dibasuh oleh pembabtisan (Yoh 17:11)

Memperjuangkan Gereja yang Kudus

a. Saling mengampuni

b. Saling mendokan

c. Aktif dalam kegiatan liturgi gereja

d. Hidup menurut Kristus

e. Memperjuangkan Gereja yang Kudus

3. Gereja yang KATOLIK

a. Katolik = terbuka pada semua umat manusia dan pelbagai macam cara dan persoalan hidup
mereka.

b. Gereja memiliki misi untuk mewartakan injil kepada seluruh makhluk di seluruh dunia

Memperjuangkan Gereja yang Katolik

a. Menghormati kemajumukan budaya, adat-istiadat, agama dan bangsa.

b. Memperjuangkan keadilan bagi semua orang.

c. Ikut terlibat aktif dalam kehidupan masyarakat.

4. Gereja yang APOSTOLIK

a. Dibangun atas dasar para nabi dan para rasul. Gejera merupakan warisan dari para Rasul (ef. 20,
why 21:14)

b. Roh Kudus yang diam di dalamnya tetap menjaga tradisi, ajaran serta pedoman-pedoman dari para
rasul (2 Tim 1: 13 – 14)

c. Menjalankan dan melanjutkan tugas-tugas para Rasul.

d. Ia TETAP diajarkan dan dibimbing oleh para Rasul hingga saat ini.

Memperjuangkan Gereja yang Apostolik

a. Rajin merenung dan mengamalkan ajaran Kitab Suci.


b. Aktif dalam karya pelayanan gereja.

c. Setia dan loyal kepada hierarki sebagai penggati para rasul

Bagian Keempat

TUGAS-TUGAS GEREJA

I. Gereja yang Menguduskan (liturgia)

Arti Kata :

Kata “liturgi” berasal dari bahasa Yunani leitourgia, terbentuk dari akar kata ergon yang berarti “karya,
kerja atau bakti. Gereja Katolik lalu mengambil istilah liturgi untuk mengartikan kultus/ ibadat. Ibadat ini
kemudian berpuncak pada EKARISTI, dimana gereja mengalami persatuan dengan Kristus.

Liturgi merupakan tugas gereja ketika menjalankan fungsi imamatnya. Imamat dalam gereja ada dua
jenis, yakni imamat umum yang diterima oleh semua orang yang dibabtis, dan imamat khusus yang
diterima oleh mereka yang ditahbiskan.

Ibadat atau liturgi disebut sebagai doa resmi gereja, karena di dalamnya ada kesatuan Gereja dengan
Kristus. Liturgi adalah karya Kristus, Imam Agung serta Tubuh-nya, yaitu Gereja. Liturgi menjadi wahana
utama untuk (1) mengantar umat Kristiani ke dalam persatuan pribadi dengan Kristus (Sacrosanctum
Consilium, Art.7). Itu sebabnya maka liturgi sekaligus (2) menguduskan umat.

A. Doa:

Arti : Doa berarti berdialog atau berkomunikasi dengan ALlah, sebagai ungkapan iman pribadi atau
bersama-sama.

Mengapa kita Berdoa

a. Menjadi kuat : Lukas 22:40 Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: "Berdoalah supaya
kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan

b. Mendapat keselamatan : Matius 24:20 Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan
jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat.

c. Keberhasilan : Matius 7:7. "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan
mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

d. Persatuan dengan Allah : Kisah Para Rasul 22:17 Sesudah aku kembali di Yerusalem dan ketika aku
sedang berdoa di dalam Bait Allah, rohku diliputi oleh kuasa ilahi.

Doa yang Baik

a. Dengan hati yang bersih : Yohanes 15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di
dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

b. Penuh Iman dan Percaya : Markus 11:24 Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu
minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.

c. Untuk kebaikan diri dan sesama : Yakobus 4:3 Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima
apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk
memuaskan hawa nafsumu.

d. Hati yang tulus dan bersih : I Timotius 2:8 Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang
laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan.

e. Tidak putus asa dalam berharap : Lukas 18.2, kisah serang janda yang terus menerus meminta
kepada hakim untuk membela perkaranya. Kisah Abraham dan Sarai, Elisabeth dan Zakaria yang doanya
terkabul ketika sudah tua.

Fungsi Doa :

1. Mengkomunikasikan diri dengan kepada Allah


2. Mempersatukan diri dengan Allah.

3. Mengungkapkan cinta, kepercayaan dan harapan kepada Allah agar dapat melihat hidup dengan
mata iman.

4. Mengangkat setiap harya sebagai doa yang hidup, yakni karya yang bersifat merasul dan
menyelamatkan.

Syarat Doa yang baik

1. Didoakan dengan hati.

2. Berakar pada pengalaman hidup.

3. Berdoa dengan tulus (Jika engkau berdoa, masuklah kamarmu…Matius 6:5-6)

4. Berdoa dengan cara sederhana dan jujur. (“… doamu janganlah bertele-tele…. Matius 6:7)

Jenis Doa

Bapa Kami adalah doa singkat yang sempurna. Di dalamnya mencakup jenis-jenis doa berikut :

Doa iman

Bapa kami yang ada di surga

Doa Pujian / Kemuliaan :

Dimuliakanlah nama-Mu.

Doa Pengharapan

Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga.

Doa Permohonan.

Berilah kami rejeki pada hari ini.

Doa Tobat.

Dan ampunilah kesalah kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.

Doa permohonan / harapan.

Dan janganlah masukan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
B. Sakramen:

Pengertian :

a. Asal kata : Sakramen berasal dari kata 'mysterion' (Yunani), yang dijabarkan dengan kata
'mysterium' dan 'sacramentum' (Latin). Sacramentum dipakai untuk menjelaskan tanda yang kelihatan
dari kenyataan keselamatan yang tak kelihatan yang disebut sebagai 'mysterium'.

b. Kitab Suci : Dasar pengertian sakramen sebagai misteri/ 'mysterium' kasih Allah, yang
diterjemahkan sebagai "rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad... tetapi yang sekarang dinyatakan
kepada orang-orang kudus-Nya" (Kol 1: 26, Rom 16:25). Rahasia/ 'misteri' keselamatan ini tak lain dan
tak bukan adalah Kristus (Kol 2:2; 4:3; Ef 3:3) yang hadir di tengah-tengah kita (Kol 1:27).

c. Katekismus : mengutip perkataan St. Leo Agung :, "apa yang tampak pada Penebus kita, sudah
dialihkan ke dalam misteri-misteri-Nya"/ sakramen-sakramen-Nya.

Jadi Sakramen adalah: Tanda yang kelihatan untuk rahmat Allah yang tidak kelihatan; sebagai sarana
keselamatan, untuk menguduskan, membangun tubuh Kristus dan akhirnya mempersembahkan ibadah
kepada Allah (Sacrosanctum Consilium Art 59).

Terdapat 7 sakramen yang dibagi dalam tiga kelompok :

1. Sakramen Inisiasi (inisiasi : acara diterima dalam suatu kelompok)

b. Babtis.

c. Ekaristi.

d. Krisma.

2. Sakramen Penyembuhan.

b. Tobat

c. Minyak Suci.

3. Sakramen Persekutuan.

b. Imamat.

c. Perkawinan.

Dalam Tiap Sakramen selalu ada Materi : suatu benda atau tindakan. Dan Forma : rumusan kata-kata
yang diucapkan.
1. Babtis :

a. Makna : - Menghapus dosa dan dosa asal.

- Secara resmi diterima / dilantik sebagai anak Allah.

- Secara resmi/ sah diterima sebagai anggota gereja.

b. Materi : Air

c. Forma : Aku membabtis engkau dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus.

d. Pemberi : Imam dan umat yang telah dibabtis dalam situasi darurat.

2. Tobat :

a. Makna : - Pemulihan hubungan pribadi dengan gereja / sesama.

- Pemulihan hubungan pribadi dengan Tuhan.

- Penyembuhan luka batin karena perasaan bersalah / berdosa.

c. Materi : berkat dan tanda salib dari Imam.

d. Forma : Atas nama Allah dan Gereja aku melepaskan Engkau dari dosamu, pergilah dalam damai,
dan jangan berbuat dosa lagi.

e. Pemberi : Imam yang diberi wewenang oleh Uskup.

3. Ekaristi

a. Makna : - Persatuan dengan Yesus Kristus

- Pengampunan dosa.

- Persekutuan dengan semua jemaat Allah.

- Puncak perayaan iman.

- Merayakan kembali pengurbanan Kristus di Salib.

b. Materi : Roti murni dan Anggur tak beragi.

c. Forma : - Ambillah dan makanlah, inilah tubuhku.

- Ambillah dan minumlah, inilah darahku, darah perjanjian baru dan kekal yang tumpahkan bagimu
dan bagi semua orang untuk pengampunan dosa.

- Lakukanlah ini sebagai peringatan akan daku.


d. Pemberi : Imam.

4. Krisma :

a. Makna : - Gereja mengakui pribadi telah dewasa dalam iman.

- Siap menerima tugas-tugas gereja, dan menggunakan karunia-karunia Roh Kudus sebagai imam,
nabi dan raja.

- Menerima Roh Kudus untuk tugas perutusan

b. Materi : Minyak Krisma (minyak zaitun murni).

c. Forma : Terimalah Roh Kudus.

d. Pemberi : Uskup atau bersama pastor yang diberi wewenang oleh uskup.

5. Perkawinan

a. Makna :

- Arti perkawinan katolik menurut KHK1983 kan.1055 §1 adalah perjanjian (foedus) antara seorang
laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk kebersamaan hidup. Latar belakang definisi ini
adalah dokumen Konsili Vatikan II, Gaudium et Spes §48). GS dan KHK tidak lagi mengartikan perkawinan
sebagai kontrak. Bertujuan untuk : a) Bonum vitae – kebaikan hidup bersama pasangan. b) Bonum prolis
– terbuka terhadap kelahiran anak dan kebaikan hidup mereka. c) Bonum Coniugum: membentuk
kebersamaan hidup.

b. Sifatnya : Monogami, sacramental dan tak terceraikan.

c. Forma : Janji perkawinan.

d. Materi : Ucapan janji dengan meletakan tangan di atas Kitab Suci dan Stola Imam.

e. Pemberi : Suami + Istri di hadapan saksi dan Imam.

6. Imamat :

a. Arti : Imamat berasal dari nama kitab ketiga kitab Taurat : Kejadian –Keluaran– Imamat – Bilangan –
Ulangan. Dalam bahasa Ibrani, imamat adalah wagyra = Ia memanggil (Imamat 1:1). Isi pokok kitab ini
adalah perintah Allah kepada Musa di gunung Sinai untuk umat Israel, yaitu tentang kesucian Tuhan, dan
bagaimana manusia harus hidup dan beribat agar dapat memelihara hubungan yang baik dengan Tuhan.

b. Makna : Sakramen imamat diberikan kepada seorang diakon untuk resmi menjadi imam, pemimpin
dan gembala umat yang tugas utamanya adalah menjaga kekudusan kawanannya dan menjaga kesatuan
Gereja.

c. Materi : Urapan minyak tahbisan dan penumpangan tangan Uskup.


d. Forma : Doa pentahbisan.

7. Minyak suci : diberikan kepada orang sakit.

a. Makna :

- Persatuan dengan penderitaan kristus yang dapat memberikan kelegahan.

- Menerima kekuatan untuk menghadapi situasi selanjutnya dari sakit (sembuh atau tidak)

b. Materi : Minyak pengurapan.

c. Forma : Doa pengurapan.

d. Pemberi : Imam / Diakon.

Minyak suci tidak hanya diberikan untuk orang yang menjelang ajal melainkan kepada siapa saja yang
ingin mendapat kekuatan ketika sedang sakit, misalnya: menjelang operasi, menjelang persalinan,
asalkan sakramen tersebut tidak diobralkan, misalnya untuk sakit luka lecet, untuk sakit pilek dan batuk,
dll. Kategori sakit berat adalah situasi di mana hanya pertolongan Allah semata yang kita harapkan,
sedangkan medis bisa saja gagal.

C. Sakramentalia

Sakramentalia adalah berkat suci yang diberikan Tuhan melalui gerejanya pada orang atau barang /
benda yang kemudian menjadi suci yang di dalamnya menjadi tanda berkat Allah. Dalam Kisah Para
Rasul 19:12 diceritakan kekuatan benda / barang yang telah dikuduskan tersebut : “Bahkan orang
membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan meletakkannya atas orang-orang
sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat.”

Berikut jenis sakramentalia :

- Pemberkatan orang, benda/ barang, alat rohani : pemberkatan ibu hamil, anak-anak, orang yang
berulang tahun, berkat menghadapi ujian, motor / mobil baru, rumah, patung, Rosario, kitab suci, dll.

- Pemberkata dalam arti tahbisan rendah : pemberkatan untuk orang atau benda untuk keperluan
liturgis. Misalnya, pemberkatan / tahbisan lector akolit, katekis, prodiakon, kapel, gereja, lonceng gereja,
altar, minyak suci, air babtis, dll.

D. Devosi
Devosi (latin : devotion = penghormatan) adalah bentuk-bentuk penghormatan atau kebaktian khusus
kepada rahasia kehidupan Yesus, misalnya devosi (penghormatan) kepada Hati Kudus Yesus, devosi
kepada Allah yang maha Rahim, jalan salib, Devosi kepada Sakramen Maha Kudus. Atau devosi kepada
orang-orang kudus, misalnya devosi kepada Bunda Maria, kepada santa-santo pelindung.

II. Gereja yang Mewartakan Kabar Gembira (Kerygma).

Latar belakang:

Kristus adalah Allah yang hadir di muka bumi untuk memulihkan cinta-Nya yang telah lama diabaikan
oleh manusia. Kristus sekaligus menunjukan sifat Allah yang maha cinta melebihi sifat maha adil-Nya.
Begitu banyak perbuatan kasih yang dibuat Yesus. Yesus memperkenalkan kembali nilai-nilai utama: cinta
kasih, keadilan, kesederhanaan untuk berbagi, kedamaian, kesetaraan manusia, kejujuran, kebenaran.
Namun akhirnya dia mati dengan cara manusia. Hanya 33 tahun Yesus hidup sebagai manusia, namun
sejarah manusia tetap berjalan. Maka nilai-nilai itu harus tetap diperkenalkan kepada dunia. Manusia
harus diselamatkan dan disatukan kembali kepada penciptanya. Maka Yesus telah memilih 12 orang, plus
Paulus untuk melanjutkan misi-Nya, menjaga kawanan kerajaan Allah. Matius 28:16-20, “…. Pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu…”

Tugas mengajar inilah yang kita terima dari Kristus sendiri.

Dua pola Kerygma

a. Kerygma verbal / lewat kata-kata.

Misalnya : - Kotbah/ homily : oleh para Imam untuk membawa perikop Kitab Suci ke dalam hidup umat,
atau menerangi hidup umat dengan perikop Kitab Suci. – Pelajaran agama, Katekese umat, dialog tidak
formal dengan teman atau orang lain tentang Kristus. Memperkenalkan ajaran Kristus lewat internet,
pendalaman kitab suci di dalam keluarga atau lingkungan.

b. Kerygma lewat kesaksian hidup (martyria)

Memberi kesaksian yang positif sebagai anggota gereja, umat Allah. Menjadi garam dan terang dunia.
Misalnya, lewat kegiatan politisi yang dapat menjadi panutan, politisi yang jujur, orang Kristen yang
membela hidup orang miskin seperti Rm. Mangun Wijaya di kali code Jogyakarta. Dari sikap mereka ini,
orang diajarkan- tentang kasih Allah.

Pelaku Kerygma
1. Magisterium.

Gereja katolik memiliki kelompok tertahbis (hirarki) yang memiliki wewenang mengajar. Mereka
punya kuasa untuk mengajarkan iman dan kesusilaan. Semua umat kini boleh saja menafsir kitab suci,
namun hanya merekalah yang dapat mengajarkan, atau mengesahkan bahwa ajaran iman seseorang
(awam) dapat diterima. Magister – pengajar/ doctor. Magisterium : wewenang mengajar.

2. Pewarta Sabda.

Para pewarta adalah termasuk kaum awam. Mereka diberikan mandat dan kemampuan oleh
magisterium untuk mengajar. Mereka adalah:

a. Para pengkotbah dalam ibadat-ibadat ,

b. Para katekis, umat dengan pelbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang mau terlibat
sebagai penggerak umat dan masyarakat untuk mengenal Kristus dan atau hidup menurut ajaran Kristus.

c. Guru Agama : mereka yang diakui oleh pemerintah dan gereja, memiliki pengetahuan yang baik
tentang iman Katolik dan Kitab Suci, serta tradisi gereja.

Maka inilah hal yang harus dimiliki oleh para kerygmator / Pewarta :

1. Karena tugas mereka adalah mengajar / memperkenalkan iman dan kitab suci, maka mereka harus
memiliki iman dan mengenal baik tentang Kitab Suci.

2. Mereka harus mengenal siapa yang akan menerima pewartaan, dekat dan merasakan senasip
dengan mereka.

III. Gereja yang Menjadi Saksi Kristus (Martyria).

Menjadi saksi Kristus berarti menyampaikan atau menunjukan apa yang dialami dan diketahui tenang
Yesus Kristus kepada orang lain. Penyampaian ini bisa melalui kata-kata (kerygma), sikap atau tindakan
nyata.

Banyak sekali martir dalam sejarah gereja, mereka yang mati karena mempertahankan imannya pada
Kristus. Misalnya, Stefanus martir pertama, yang dibunuh di luar tembok Yerusalem setelah berkotbah
tentang Yesus. St. Ursula, Putri Inggris tewas dibunuh oleh kelompok pemberontak di hutan Prancis,
karena mempertahankan iman dan keperawanannya. St. Petrus mati dibunuh di kota Roma dengan cara
disalibkan terbalik. Uskup Oscar Romero dari El-Savador – Amerika Selatan, tewas ditembak karena
perjuangannya menentang tindakan represif para tentara terhadap rakyat, demikian pula Uskup Don
Helder Camara di Brasil. Banyak lagi orang yang tewas karena mereka adalah pengikut Kristus.

Ada dua jenis Martir :


1. Martir Putih : Mereka yang dengan tegas dan tegar bersaksi tentang kristus, meskipun menerima
banyak penderitaan, namun mereka tidak sampai mengurbankan nyawa.

2. Martir Merah : mereka yang wafat karena bersaksi tentang Kristus atau karena tetap setiap pada
imannya.

IV. Gereja yang Melayani (Diakonia)

Latar Belakang.

Ciri cinta kasih gereja tampak sangat nyata dalam sikap utamanya yakni melayani. Inilah salah satu pesan
utama Yesus Kristus setelah Ekaristi pada malam perjamuan terakhir. Yesus menanggalkan jubah tuan-
Nya, lalu mengikatkan kain lenan pada pinggangnya seperti yang dilakukan para pelayanan. Lalau
mulailah dia melakukan pekerjaan para hamba : mencuci kaki murid-muridnya. Tentu saja murid
tersentak kaget, Petrus dengan terang menolak. Tapi Yesus bilang kalau dia tidak mau dicuci kakinya
maka tidak pantas menjadi murid-Nya, sebab semua murid-Nya harus melakukan hal serupa kepada
sesamanya. (Yohanes 13: 1 – 20) Kisah penuh emosional ini sungguh menyentuh hati para Rasul, maka
mereka semua bekerja sungguh-sungguh dalam pelayanan, menjadi hamba di antara para hamba. (Lukas
17:10) bahkan bersedia mati untuk itu. Mereka semua, kecuali Yohanes, memang akhirnya jadi martir
demi Kristus.

Dalam Gereja ada Diakon yang punya tugas khusus untuk melayani. Namun semua umat dituntut
untuk memiliki sikap melayani dalam pelbagai macam cara hidup mereka. Misalnya:

A. Di bidang Transformatif : kebudayaan dan pendidikan.

Gereja berusaha terus membangun peradaban manusia (trans – melewati dan form – bentuk), melewati
jaman sambil terus memperkenalkan nilai-nilai kerajaan Allah. Jalan paling ampuh adalah lewat budaya
dan pendidikan. Maka muncullah sekolah-sekolah Katolik, bukan untuk mengkatolikan tapi untuk
membangun manusia yang beradap – memiliki cinta kasih dan rasionalitas baik. Di Indonesia banyak
sekali pemikir dan budayawan Katolik yang berpengaruh. Misalnya, Rm. Drost SJ, Rm. Mangunwijaya
(sastrawan, budayawan dan pendidik), Rm. Sinduanta (wartawan, budayawan), Rm. Mudjisutrisno
(budayawan dan pendidik), dan masih banyak yang lainnya. Di negeri ini Institusi Pendidikan Katolik
selalu menjadi patokan kemajuan pendidikan Indonesia.

B. Di bidang Karikatif : kesejahteraan. (Charitas – kasih ; care – merawat)

Bidang ini meliputi pelayanan di bidang kesehatan, misalnya mendirikan rumah sakit atau klinik, atau
lembaga-lembaga sosial ekonomi seperti koperasi Credit Union (CU). Misalnya, CU Melania di Bandung
yang sudah beromset ratusan miliaran, tidak saja melayani umat gereja tapi terbuka kepada siapa saja
yang mau ikut. Atau karya karikatif terhadap orang-orang jompo. Di bidang ini kita kenal Mather Teresa
dari Kalkuta, St. Damianus, dokter perawat kusta di kep. Molokai.

C. Di bidang Reformatif : bidang politik dan hukum (reform : membentuk kembali)

Peran gereja adalah menjaga tata dunia ini agar menyerupai dunia Kerajaan Allah yang penuh
kasih, damai, sejahtera, adil, jujur dan benar. Tanpa kekerasan. Karena itu gereja mengutus para imam
dan terutama para awam untuk menjadi garam dan terang dunia di dunia Politik dan Hukum. Mengapa
kedua bidang ini, sebab politik dan hukumlah yang menguasai suatu bangsa.

Pada bidang ini kita kenal Rm. Magnis Suseno (Penulis dan Pengajar Etika Politik), kini ada Ignatius
Jonan di Kabinet Kerja Jokowi yang memajukan system Kreta Api Indonesia.

Beginilah cara dan ciri pelayan Gereja:

a. Bersikap sebagai pelayan.

Mereka tidak protes, mereka melakukan apapun HARUS (sanggup atau tidak, ikhlas atau terpaksa)
dilakukan, siap untuk diperlakukan sebagai hamba yang tidak berguna yang hanya siap melaksanakan
semua tugas. (Lukas 17:10)

b. Tetap Setia pada Kristus.

Melihat beratnya ciri pertama di atas, maka sangat penting untuk kita dekat dan bersatu pada Kristus
sumber kekuatan. Dari-Nya kita akan mendapat penghiburan dan kekuatan untuk melaksanakan tugas
yang sering melampui kemampuan kita sebagai manusia. Tuhan pun tahu, tugas para murid-Nya ini
berat, maka Dia berjanji untuk berserta kita SELALU sampai akir zaman (Matius 28:20)

c. Sasaran utamanya terutama adalah kaum miskin – Option for the Poor.

Keadilan jangan berpihak kepada siapapun termasuk yang miskin, tapi pelayanan harus tetap
mengutamakan kaum miskin, terpinggir dan tidak beruntung hidupnya. Pelayanan itu bukan saja karikatif
– rumah sakit murah, memberi makan, tapi juga memberikan pendidikan agar mereka dapat mandiri dan
juga mereformasi system politik agar membela hidup mereka.

d. Rendah Hati.

Ini adalah ciri utama pelayan. Seumur hidupnya dia harus tetap melihat dirinya sebagai pelayan (ciri
nomor a di atas). Pelayan boleh bangga, bersyukur dan kagum pada hasil kerjanya, tapi tidak boleh
sombong. Untuk setiap hasil yang baik atau tidak, dia bersyukur sebab telah ikut ambil bagian dalam
karya Allah. (Roma 15:17. Jadi dalam Kristus aku boleh bermegah tentang pelayananku bagi Allah).

Sekian. Selamat Belajar. Sukses dari Tuhan menyertaimu.

Anda mungkin juga menyukai