Anda di halaman 1dari 14

GEREJA SEBAGAI

UMAT ALLAH
1. arti Gereja sebagai umat Allah (LG 4, 7, 9)
2. ciri-ciri Gereja sebagai umat Allah (LG 4,7, &9)
3. arti Gereja menurut Kitab Suci (Kis 2:41-47)
4. Konsekuensi Gereja sebagai Umat Allah dalam hidup menggerreja
dewasa ini
5. Refleksi singkat tentang Gereja sebagai Umat Allah.
Arti Gereja
1. Gereja berasal dari kata Portugis = igreja, Kata Yunani = ekklesia dan kata Latin =
ecclesia , Ekklesia = mereka yang di panggil, kaumatau golongan, atau kumpulan
atau pertemuan, rapat.
2. Konsili Vatikan II menyebut Umat Allah untuk menyebut para pengikut Yesus Kristus,
yaitu mereka semua para anggota Gereja yang telah di baptis. Umat Katolik
bersekutu sepenuhnya dengan Gereja Kristus melalui rahmat, sakramen2, pengakuan
iman serta persekutuan denngan para Uskup yang bersatu dengan Paus.
3. Gereja sebagai umat Allah berarti terpilih dari Allah,. Hal ini menekankan pada 2 hal
penting yaitu Gereja bukanlah organisasi manusiawi merupakan perwujudan karya
Allah yang konkrit tekanan pada pilihan dan kasih Allah; Gereja bukan hanya kaum
awam atau hierarkhi saja melainkan keseluruhannya sebagai umat Allah.
4. Gereja adalah persekutuan semua orang yang yang dari dalam hatinya tersentuh
oleh Allah (bdk Kis 2; 37; 16: 14), Umat Allah adalah Persekutuan orang-orang yang
di panggil Allah.
Ciri – ciri Gereja sebagai umat Allah
1.Umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari Allah sendiri
2. Umat Allah di panggil dan di pilih oleh Allah untuk misi tertentu yaitu
menyelamatkan dunia
3. Hubungan antara Allah dan umat-Nya dimateraikan oleh suatu
perjanjian
4. Umat Allah selalu dalam perjalanan, melewati padang pasir menuku
tanah terjanji, umat Allah sedang berziarah menuju rumah Bapa di Surga (
Karya keselamatan dan peziarahannya)
Dasar dan konsekuensi pengembangan
Gereja sebagai umat Allah.

a. Hakikat Gereja sendiri adalah persaudaraan cinta kasih, tercermin dalam hidup jemaat
perdana.

b. Dalam hidup menjemaat adanya aneka macam kharisma dan karunia yang tumbuh dikalangan
umat yang semestinya di pelihara dan di kembangkan untuk pelayanan dalam jemaat (bdk
1Kor. 12:7-10)

c. Seluruh anggota Gereja memiliki martabat yang sama sebagai satu anggota umat Allah
meskipun di antara mereka terdapat fungsi yang berbeda-beda. (Bdk. 1Kor. 12:12-18)
KONSEKUENSI GEREJA SEBAGAI UMAT ALLAH :

1. Bagi pimpinan Gereja (hierarkhi) : menyadari fungsi pemimpin sebagai fungsi pelayanan.
Pemimpin bukan di atas umat, tetapi di tengah umat. Pemimpin harus peka untuk melihat dan
mendengar kharisma dan karunia-karunia yang tumbuh di dikalangan umat.

2. Bagi setiap anggota umat (Awam) : Menyadari dan menghayati persatuannya dengan umat lain.
Orang tidak mungkin mengnghayati kehidupan imannya secara individu saja. Aktif dalam
kehidupan menjemaat, menggunakan segala kharisma, karunia dan fungsi yang di percayakan
kepadanya untuk kepentingan dan misi Gereja di tengah masyarakat. Semua bertanggung jawab
dalam hidup dan misi Gereja.

3. Konsekuensi bagi hubungan awam dan hierarkhi : Hierarki harus memandang umat sebagai
partner kerja dalam membangun Gereja. Kaum awam bukan lagi sebagai pelengkap, penyerta
penderita seolah-olah tidak berperan apa-apa. Hierarki juga hrus memperlakukan seluruh anggota
Gereja sebagai satu umat Allah yang memiliki martabat yang sama meskipun menjalankan fungsi
yang berbeda.
ARTI GEREJA UMAT ALLAH MENURUT KITAB SUCI

Kis. 2: 41-47

a. Umat perdana saling memperhatikan satu sama lain dengan saling berbagi rezeki

b. Umat perdana selalu berkumpul untuk berdoa bersama dan saling menguatkan

1Kor. 12: 12- 18

a. Dalam hidup mengumat banyak kharisma dan rupa-rupa karunia dapat di lihat, diterima dan di
gunakan untuk kekayaan Gereja.

b. Hidup Gereja ynang terlalu menampilkan segi organisatoris dan struktural dapat mematikan
banyak kharisma dan karunia yang muncul dari bawah.
GEREJA SEBAGAI PERSEKUTUAN
TERBUKA
• Arti Gereja sebagai Persekutuan terbuka menurut ajaran Konsili Vatikan II (KV
II)

• Paham Gereja sebagai persekutuan yang terbuka dari Kitab Suci (Kis. 4 :32- 37)
(cara hidup jemaat perdana)

• Konsekuensi Gereja sebagai Persekutuan Terbuka dalam hidup menggereja


dewasa ini.

• Perbedaan paham dan cirikhas dari gambaran model Gereja Institusional


hierarkis piramidal dengan gambaran model Gereja sebagai persekutuan umat
Allah

• Menjelaskan keanggotaan Gereja beserta peraan dan fungsinya masing-masing


menurut ajaran Gereja (Konsili Vatikan II )
ARTI GEREJA PERSEKUTUAN TERBUKA
MENURUT KONSILI VATIKAN II

• Gereja adalah persekutuan umat Allah, Dalam persekutuan umat itu,


semua anggota mempunyai martabat sama, memiliki fungsi yang
berbeda-beda serta semakin terbuka dan terlibat mewarnai dunia.
• Gereja hadir dan berada untuk dunia, “Kegembiraan dan harapan, duka
dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin
dan siapa saja yang menderita; merupakan kegembiraan dan harapan ,
duka dan kecemasan murid-murid Kristus.
• Persekutuan murid-murid Kristus terdiri atas orang-orang yang di
persatukan dalam Kristus, di bimbing oleh Roh Kudus dalam peziarahan
menuju Allah Bapa. (bdk. Gaudium et Spes art. 1)
PAHAM GEREJA PERSEKUTUAN
TERBUKA, KITAB SUCI (Kis. 4:32-37)
• Memberikan gambaran ideal tentang suasana dan cara sebuah
persekutuan umat perdana. Cara hidup umat perdana memberikan kita
buah kesadaran bahwa kebersamaan dalam persekutuan itu penting.
Hal-hal yang terlihat :
• Segala sesuatu milik bersama, hidup dalam persaudaraan kasih, saling
memberi dan menerima sesuai kebutuhan, terbuka untuk semua orang, ;
semangat dan keteladanan inilah yang dapat kita contoh, yaitu kepekaan
terhadap situasi soaial ekonomi sesama saudara dalam persekutuan
umat.
• Persekutuan umat Allah harus terbuka dan menyentuh relung jiwa setiap
anggotanya.
• Makna Gereja sebagai Persekutuan terbuka; Gereja merupakan
persekutuan umat Kristus yang sedang berziarah di bumi dan
mewartakan keselamatan kepada semua orang.
Cara-cara yang di tempuh Gereja untuk
menunjukkan keterbukaannya :
1. Berdialog dengan agama lain. Gereja setelah Konsili Vatikan II
sungguh menyadari bahwa di luar agama Katolik terdapat [pula
benih-benih kebenaran dan keselamatan. Untuk itu di butuhkan dialog
untuk saling mengenal, menghargai dan memperkaya diri dan
sesama.
2. Kerja sama atau dialog. Gereja hendaknya membangun dialog dan
kerja sama yang lebih intensif dan mendalam dengan para pengikut
agama lain.. Sasaran yang hendak di raih adalah pembangunan
manuisia dan peningkatan martabat manusia. Berpartisipasi secara
aktif dan bekerja sama dengan siapa saja dalam membangun
masyarakat yang adil, damai dan sejahtera.
• Model-model yang di kembangkan dalam kepemimpinan Gereja dan
pembangunan persekutuan oleh anggota dan para pemimpinnya :
• Perubahan cara pandang tentang model Gereja. (Institusional Piramidal)
• Para hierarki (Paus, Uskup dan para tabhisan), menguasai umat
• Organisasi yang berstruktur piramidal, tertata rapi, hierarki identik dengan Gereja
• Hierarki berkuasa menentukn segala seuatu bagi seluru Gereja sedangkan kaum
awam/ umat tinggal mengikuti.
• Cenderung “Pastor sentris”, Hierarki/ Pastor
menjadi pusat semua gerak Gereja.
Lebih memntingkan aturan, dan merasa sebagai
satu-satunya penjamin kebenaran dan bersikap memegahkan diri.
Model Persekutuan umat yang terbuka. (sesudah Konsili Vatikan II)

-. Gereja lebih “Kristosentris”, artinya Kristus adalah pusat hidup Gereja., sedangkan kaum hierarki dan awam serta biarawan/i.
Sama-sama mengambil bagian dalam tugas Kristus dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan talenta dan kemampuannya
masing-masing.

-. Gereja lebih bersikap terbuka dan rela berdialog dengan semua orang ; Gereja meyakini bahwa di luaar Gereja ada keselamatan.

-. Adanya paham Gereja sebagai umat Allah yang menekankan pada Kolegial Episkopal (keputusan dalam kebersamaan)

-. Adanya pembaharuan (Aggionarmento) yang mendorong umat untuk terlibat dan berpartisipasi serta bekerjasama dengan para
Klerus.

-. Kepemimpinan Gereja ; didasarkan pada spiritualitas Yesus yang

melayani para muridnya.

-.
Cuplikan Video Matius 26 : 47 - 56

Anda mungkin juga menyukai