Anda di halaman 1dari 4

BAB I

MENGENAL GEREJA

Asal Kata Gereja

• Kata Gereja berasal dari bahasa portugis “igreja”. Kata Igreja sendiri merupakan ejaan
portugis yang diambil dari kata latin “ecclesia” yang berasal dari bahasa Yunani “Ekklesia”
yang berarti dipanggil keluar (ek=keluar; dan kaleo=memanggil).

• Kata ekklesia dalam KS diartikan sebagai kumpulan itu datang dari Allah bukan dari manusia.
Umat Allah dipilih oleh Allah sendiri,melalui iman akan Yesus Kristus.

• Pilihan dan panggilan itu berasal dari Allah, karya keselamatan, dan umat Allah digambarkan
sebagai peziarah yang selalu dalam perjalanan menuju perjalanan menuju tanah terjanji
”keselamatan pada akhir zaman.’’(KEJ.17:7)

A. Pengertian Gereja

• Jika ditulis dengan huruf kecil “gereja“ berarti bangunan tempat beribadat, sedangkan jika
ditulis dengan huruf besar “Gereja“ dimaksudkan lebih kepada perkumpulan orang.

• Gereja adalah suatu persekutuan orang-orang yang percaya kepada Kristus, dimana mereka
saling menyapa, menerima dengan penuh rasa persaudaraan, keakraban dan suasana yang
sederhana.

• Ciri Gereja yang nampak :Perkumpulan, persaudaraan, keakrban, sederhana, saling


menerima dan menyapa, merasakan Tuhan hadir melakui Roh-Nya.

B. Makna Gereja

1. Gereja sebagai umat Allah

Pengertian umat Allah mempunyai ciri khas, sebagai berikut :

• Umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari Allah sendiri.

• Umat Allah dipanggil dan dipilih oleh Allah untuk misi tertentu yaitu menyelamatkan dunia.

• Hubungan antara Allah dan umat-Nya dimateraikan oleh suatu perjanjian.

• Umat Allah selalu dalam perjalanan, melewati padang pasir, menuju tanah terjanji.

Konsekuensi dari gereja yang mengumat

a. Konsekuensi bagi pimpinan Gereja (hirarki)

▪ Menyadari fungsi pimpinan sebagai fungsi penyelamat pelayanan. Pimpinan bukan di atas
umat tapi di tengah umat

▪ Peka untuk melihat dan mendengar kharisma dan karunia-karunia yang tumbuh dikalangan
umat.
b. Konsekuensi bagi setiap umat anggota

▪ Menyadari dan menghayati persatuannya dengan umat lain.

▪ Aktif dalam kehidupan mengumat, menggunakan segala kharisma, karunia dan fungsi yang
dipercayakan kepadanya untuk kepentingan dan misi gereja ditengah masyarakat.

c. Konsekuensi bagi hubungan awam dan hirarki

▪ Kaum awam bukan lagi pelengkap penyerta atau pelengkap penderita melainkan patner
hirarki.

▪ Awam dan hirarki memiliki martabat yang sama hanya berbeda fungsi.

• Gereja pada pokoknya adalah persekutuan orang-orang yang dipanggil dan tersentuh oleh
Allah, umat terpilih dari Allah.

• Sebutan Umat Allah menekankan dua hal penting, pertama: Gereja bukanlah pertama-tama
organisasi manusiawi, melainkan perwujudan karya Allah yang konkret. Kedua: Gereja itu
bukan hanya awam atau hierarki saja, melainkan seluruhnya sebagai umat Allah.

2. Gereja Sebagai Persekutuan

✓ Gereja adalah persekutuan umat Allah untuk membangun Kerajaan Allah di bumi ini.

✓ Semua anggota mempunyai martabat yang sama, namun dari segi fungsinya dapat berbeda.

✓ Gereja menjadi utusan Kristus untuk menampakan dan menyalurkan cinta kasih Allah
kepada semua orang dan segala bangsa.

✓ Gereja hadir dan berada untuk dunia (kegembiraan dan harapan, duka

✓ dan kecemasan orang-orang jaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang
menderita merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan murid-murid Kristus)

C. MODEL – MODEL GEREJA

1. Gereja Institusional Piramidal

Perubahan Cara Pandang Tentang Gereja

✓ Sebelum Konsili Vatikan II, gereja dipahami sebagai bentuk piramidal.

✓ Model piramidal yang berkuasa menentukan segala sesuatu bagi Gereja adalah hierarki.

✓ Model ini lebih cenderung “pastor sentris” atau hierarki sentris”

✓ (Extra eclesiam nulla salus, artinya : Di luar Gereja tidak ada keselamatan)
• Setelah Kon. Vat. II, Gereja dipahami bukan lagi “hierarki sentris” tetapi diubah menjadi
“Kristosentris” artinya : Kristuslah pusat hidup Gereja. Sebelum Konsisli Vatikan II, sikap
Gereja agak tertutup : Gereja merasa sebagai satu-satunya penjamin kebenaran dan
keselamatan

Yang Sangat Menonjol dari Gereja Institusional

✓ Organisasi yang berstruktur piramidal : tertata rapi. Dan sikap agak tertutup.

✓ Kepemimpinan tertahbis atau Hierarki : lembaga yang membutuhkan kepemimpinan yang


kuat seperti Gereja Katolik

✓ Hukum dan peraturan : untuk menata dan menjaga kelangsungan suatu lembaga terutama
yang berskala besar membutuhkan hukum dan peraturan yang jelas

2. Gereja Sebagai Persekutuan Umat Terbuka

✓ Hidup persaudaraan karena iman dan harapan yang sama, persaudaraan kasih

✓ Keikutsertaan semua umat dalam hidup menggereja

✓ Sikap miskin, sederhana, dan terbuka : rela berdialog dengan pihak mana pun, sebab Gereja
yakin bahwa di luar Gereja Katolik terdapat pula kebenaran dan keselamatan.

Cara Gereja Untuk Menunjukan Keterbukaannya

✓ Gereja harus selalu siap berdialog dengan agama dan budaya manapun. (partisipatif).

✓ Kerja sama atau dialog karya(membangun kerjasama dengan agama-agama lain:


perdamaian, bencana kelaparan , perang dll.

KEANGGOTAAN DALAM GEREJA SEBAGAI PERSEKUTUAN UMAT ALLAH

✓ Dalam persekutuan sebagai umat Allah, semua anggota mempunyai martabat yang
sama, namun dari segi fungsinya dapat berbeda.

Golongan Hierarki

• Orang –orang yang dithabiskan untuk tugas kegembalaannya.

• Menjadi pemimpin persatuan umat, sebagai tanda dari otoritras Kristus sebagai gembala
umat.

• Tugasnya :

Menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi umat beriman, bertugas


mempersatukan umat.

Biarawan - Biarawati
• Biarawan-biarawati adalah anggota umat yang mengucapkan kaul kemiskinan, ketaatan, dan
selibat.

• Dengan menghayati kaul-kaul kebiaraan, para biarawan/I menjadi tanda bahwa :kekayaan,
kekuasaan, dan hidup berkeluarga walaupun sangat bernilai, tetapi tidaklah absolut dan
abadi

Kaum Awam

• Adalah semua orang yang beriman kristen yang tidak masuk dalam golongan tertabis dan
biarawan/i

• Mereka adalah orang-orang yang dalam pembaptisan menjadi anggota Gereja dan dengan
caranya sendiri mengambil bagian dalam tugas Kristus sebagai imam, nabi, dan raja

• Bagi kaum awam ciri keduniaan adalah kas dan khusus, mereka mengemban tugas kerasulan
tata dunia, baik dalam keluarga, masyarakat dan Gereja.

Anda mungkin juga menyukai