Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

ARTI DAN
MAKNA GEREJA
Ilustrasi Kisah
Ada seorang turis dari Eropa yang sedang
mencari-cari gereja di suatu kota kecil pada
hari minggu. Ia ingin sekali mengikuti misa
kudus pada hari itu. Ia sudah mencarinya di
berbagai sudut kota, namun ia belum juga
menemukannya. Ia berpikir bahwa di kota
yang seluruh penduduknya adalah Katolik itu,
ia seharusnya akan cukup mudah untuk
menemukan sebuah gereja.
Setelah lelah seharian mencarinya, akhirnya ia bertanya kepada
seorang anak yang kebetulan dijumpainya di jalan. Maka, ia pun
bertanya, “Nak, tahukah kamu dimanakah gereja yang terdekat di
daerah sini?”
Anak itu pun menjawab, “Gereja?Oh....iya, ada Pak. Kalau malam
ini, ada di rumah Pak Paijo. Lalu, besok malam, ada di rumah
Tante Painem. Tapi, kalau lusa, saya tidak tahu karena belum
ditentukan.”
Turis itu pun terbengong-bengong mendengar jawaban anak itu.
Ia berpikir kenapa gereja dapat berpindah-pindah setiap harinya.
Tetapi, karena hari sudah mulai malam, ia tidak mau menanyakan
hal itu lebih lanjut kepada si anak itu. Turis itu hanya meminta
ditunjukkan gereja yang ada di rumah Pak Paijo itu. Anak itu
menyanggupinya.
Ketika mereka tiba di sana, banyak orang telah berkumpul. Semua
orang terlihat sangat sederhana dan rumah Pak Paijo juga
sangat sederhana. Namun, meskipun demikian, suasananya
sangat akrab. Turis itu disalami dan diterima dengan penuh rasa
persaudaraan. Upacara ibadat pun sagat meriah dan sungguh
menyapa dengan penuh keakraban. Yang pasti, itu sangat
mengesankan bagi si turis.
Secara tiba-tiba pula, Turis itu merasa bahwa ini sungguh suatu
Gereja. Gereja yang dia cari selama ini sebenarnya hanyalah
gedung/bangunan fisik semata saja. Pengalaman itu telah
membuatnya menemukan suatu Gereja yang hidup. Di dalam
Gereja seperti ini, ia merasa Tuhan sungguh hadir. Ia juga
sungguh merasakan Roh Tuhan berhembus di dalam
persekutuan itu.
1. PENGERTIAN GEREJA
Kata “Gereja” dalam bahasa Indonesia berasal dari kata
Portugis “igreja” yang berasal dari kata Yunani “ekklesia”
dan dalam kata Latin disebut “ecclesia”.
Kata Yunani ekklesia (= mereka yang dipanggil, kaum,
golongan). Ekklesia juga berarti kumpulan atau pertemuan,
rapat.
Namun, Gereja atau ekklesia bukan sembarang kumpulan,
melainkan kelompok orang yang sangat khusus.
Untuk menonjolkan kekhususan dipakailah kata asing.
Kadang-kadang dipakai kata jemaat atau Umat.
Kata ‘Gereja’ digunakan baik untuk gedung-gedung ibadat maupun
untuk Umat Kristen setempat (jemaat, Umat) dan Umat seluruhnya
atas dasar Pembaptisan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
istilah Gereja memiliki 2 arti:
1). Gereja adalah suatu tempat (gedung,
bangunan)
2). Gereja adalah persekutuan orang-orang
yang mengimani Kristus sebagai Tuhan dan
Penebus, yang dipersatukan dalam satu
baptisan yang sama, dan dengan sehati serta
sebudi, melakukan tindakan seturut dengan
tindakan Yesus Kristus sendiri (bdk. 1 Kor
12:27).
Konsili Vatikan II memilih istilah biblis Umat Allah untuk
menyebut para pengikut Yesus Kristus, yaitu mereka
semua para anggota Gereja yang telah dibaptis.
Umat Katolik bersekutu sepenuhnya dengan Gereja
Kristus melalui rahmat, sakramen-sakramen,
pengakuan iman, serta persekutuan dengan para uskup
gereja yang bersatu dengan Paus. Namun demikian,
Umat Katolik yang hidup dalam keadaan dosa berat
hanya memiliki persekutuan yang tak sempurna
dengan Gereja. Orang-orang Kristen lainnya yang telah
dibaptis meskipun tidak sepenuhnya berada dalam
persekutuan dengan Gereja Katolik, memiliki semacam
persekutuan dengan Gereja melalui rahmat
Pembaptisan.
Oleh sebab itu, Gereja memiliki 2 makna, yakni:
• Gereja sebagai Umat Allah
• Gereja sebagai Persekutuan yang Terbuka
TUGAS
KATOLIK:
1). Tuliskan syahadat iman Katolik (Pendek dan
Panjang)!
2). Tuliskan 7 sakramen dalam Gereja Katolik
(secara berurutan)!
3). Tuliskan arti dan makna Sakramen Baptis
dalam Gereja Katolik!
TUGAS
KRISTEN:
1). Tuliskan makna Gereja dalam Pandangan
Agama Kristen!
2). Tuliskan sakramen-sakramen dalam Gereja
Kristen (secara berurutan)!
3). Tuliskan arti dan makna Sakramen Baptis
dalam Gereja Kristen!
TUGAS
ISLAM:
1). Jelaskan pengertian Mushola dan Masjid?
2). Apa sebutan nama untuk seluruh pengikut
Nabi Muhammad SAW dalam agama Islam?
3). Jelaskan syarat-syarat masuk agama Islam?
4). Tuliskan kalimat syahadat dalam agama Islam
dan jelaskan artinya?
TUGAS
Buddha:
1). Jelaskan pengertian Vihara?
2). Apa sebutan nama untuk seluruh pengikut
Buddha (agama Budha)?
3). Jelaskan syarat-syarat menjadi pengikut
Buddha (masuk agama Budha)?
4). Agama Budha adalah Agama Damai dengan
Ajaran Welas Asih yang Universal. Jelaskan
maksud dari kalimat tersebut?
2. Gereja sebagai Umat Allah
Istilah “Umat Allah” sudah digunakan dalam Perjanjian
Lama, yang dimunculkan dan dihidupkan kembali
oleh Konsili Vatikan II. Gereja sebagai Umat Allah
dimunculkan kembali, mungkin karena sudah terlalu
lama Gereja menjadi terlalu hierarkis, didominasi
oleh kaum rohaniawi dan awam yang adalah
mayoritas dalam Gereja agak terdesak ke pinggir.
Dengan paham Gereja sebagai Umat Allah, diakui
kembali kesamaan martabat dan peranan semua
anggota Gereja. Semua anggota Gereja memiliki
martabat yang sama, hanya berbeda dalam hal
fungsi.
Hakikat Gereja sebagai Umat Allah
1. Umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari
Allah sendiri. Umat Allah adalah bangsa terpilih, bangsa
terpanggil.
2. Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Allah untuk misi
tertentu, yaitu menyelamatkan dunia.
3. Hubungan antara Allah dan Umat-Nya dimeteraikan oleh
suatu perjanjian. Umat harus menaati perintah-perintah
Allah dan Allah akan selalu menepati janji-janji- Nya.
4. Umat Allah selalu dalam perjalanan, melewati padang
pasir, menuju Tanah Terjanji. Artinya kita sebagai Gereja,
Umat Allah sedang berziarah menuju di dunia menuju
rumah Bapa di surga.
Dasar Gereja sebagai Umat Allah
• 1. Hakikat Gereja sendiri adalah persaudaraan
cinta kasih, sebagaimana jelas tampak dalam praktek
hidup Gereja Perdana (bdk. Kis. 2: 41-47; 4: 32-37)
• 2. Adanya aneka macam karisma dan karunia
yang tumbuh di kalangan Umat yang semestinya
dipelihara dan dikembangkan untuk pelayanan dalam
jemaat (bdk. 1Kor. 12: 7-10)
• 3. Seluruh anggota Gereja memiliki martabat
yang sama sebagai satu anggota Umat Allah
meskipun di antara mereka terdapat fungsi yang
berbeda-beda (bdk. 1Kor. 12: 12-18)
Konsekuensi Gereja sebagai Umat
Allah
1. Konsekuensi untuk Umat (awam);
Umat harus menyadari kesatuannya
dengan Umat yang lain (menghayati iman
dalam kebersamaan); Umat aktif ambil
bagian dalam kegiatan-kegiatan hidup
menggereja di lingkungan/wilayahnya
dengan segala karisma dan karunia yang
dimilikinya.
Konsekuensi Gereja sebagai Umat Allah

2. Konsekuensi untuk hierarki;


Hierarki mesti menyadari bahwa tugas
kepemimpinan yang diembannya adalah
tugas pelayanan. Mereka berada di tengah-
tengah Umat sebagai pelayan. Hierarki
semestinya memberi ruang dan tempat
bagi Umat untuk berperan aktif ikut dalam
membangun Gereja dengan karisma dan
karunia yang mereka miliki.
Konsekuensi Gereja sebagai Umat Allah

2. Konsekuensi dalam hubungan Hierarki-Umat;


Hierarki harus memandang Umat sebagai partner
kerja dalam membangun Gereja, bukan sebagai
pelengkap penderita yang seolah-olah tidak
berperan apa-apa. Hierarki juga harus
memperlakukan seluruh anggota Gereja sebagai
satu Umat Allah yang memiliki martabat yang sama
meskipun menjalankan fungsi yang berbeda-beda.
Dengan kata lain awam dan hierarki
memiliki martabat yang sama, hanya berbeda
dalam hal fungsi.
3. Gereja sebagai Persekutuan
yang Terbuka
3.1 Gagasan Dasar
Umat katolik hidup di tengah dunia bersama
sesama manusia lainnya yang bermacam-
ragam latarbelakang suku-bangsa, agama,
serta keyakinannya. Dalam sejarah
panjangnya, Gereja Katolik pernah “menutup
diri” dengan ajaran bahwa di luar Gereja
(Katolik) tidak ada keselamatan (extra
ecllesiam nula salus).
Ajaran ini membuat Gereja (Katolik) menutup
pintu dialog dengan agama dan kepercayaan
serta masyarakat lain pada umumnya. Sejarah
Gereja berubah ketika Konsili Vatikan II (1962-
1965), membuka pintu-pintu dialog, serta
memperbarui diri untuk hidup bersama
dengan sesama manusia ciptaan Tuhan dari
berbagai latarbelakang agama dan budaya.
Meski pintu dialog sudah dibuka lebar-lebar
oleh para bapa Gereja kita, di tengah
masyarakat kita masih menjumpai banyak
Umat Katolik yang hidup secara eksklusif,
tertutup.
Pada pokok bahasan ini akan kita pelajari secara
khusus tentang Gereja sebagai persekutuan
yang terbuka. Gereja hadir di dunia dengan
persekutuan yang terbuka artinya, Gereja
hadir di dunia bukan untuk dirinya sendiri,
Gereja hadir untuk dunia, kegembiraan dan
harapan serta kabar sukacita sehingga
menjadi tanda keselamatan bagi dunia.
Gereja sebagai persekutuan terbuka,
memperlihatkan kesiapan Gereja untuk
berdialog dengan agama dan budaya
manapun, dan memiliki partisipasi aktif untuk
membangun masyarakat yang adil, damai, dan
3.1 Gambaran Gereja sebelum Konsili Vatikan II
(Gereja mempunyai model/bentuk institusional,
hierarkis piramidal )

• - Para hierarki (Paus, Uskup, dan para


tahbisan) menguasai Umat.
• - Organisasi (lahiriah) yang berstruktur
piramidal, tertata rapi.
• - Mereka memiliki kuasa untuk menentukan
segala sesuatu bagi seluruh Gereja. Sedangkan
Umat hanya mengikuti saja hasil keputusan
hierarki.
• - Model ini cenderung “imamsentris” atau
“hierarki sentris” artinya hierarki pusat gerak
Gereja.
• - Gereja model piramidal cenderung
mementingkan aturan, lebih statis dan sarat
dengan aturan.
• - Gereja sering merasa sebagai satu-satunya
penjamin kebenaran dan keselamatan bahkan
bersikap triumfalistik (memegahkan diri).
3.2 Gambaran Gereja Setelah Konsili Vatikan II
(ada keterbukaan dan pembaharuan cara pandang
pada Gereja sebagai persekutuan Umat)
• - Gereja tidak lagi “hierarki sentris” melainkan
Kristosentris” artinya Kristuslah pusat hidup Gereja.
Sedangkan kaum hierarki, Awam, dan Biarawan-
Biarawati sama-sama mengambil bagian dalam tugas
Kristus dengan cara yang berbeda-beda sesuai
dengan talenta dan kemampuannya masing-masing.
• - Gereja lebih bersikap terbuka dan rela berdialog
untuk semua orang. Gereja meyakini bahwa di luar
Gereja pun terdapat keselamatan.
• - Adanya paham Gereja sebagai Umat Allah yang
memberikan penekanan pada kolegialitas episkopal
(keputusan dalam kebersamaan).
• - Adanya pembaharuan (aggionarmento) yang
mendorong Umat untuk terlibat dan berpartisipasi serta
bekerjasama dengan para klerus.
• - Kepemimpinan Gereja; Didasarkan pada spiritualitas
Yesus yang melayani para murid-Nya, maka konsekuensi
yang dihadapi oleh Gereja sebagai Umat Allah adalah:
hierarki yang ada dalam Gereja bertindak sebagai
pelayan bagi Umat dengan cara mau memperhatikan dan
mendengarkan Umat. Selain itu keterlibatan Umat untuk
mau aktif dan bertanggung jawab atas perkembangan
Gereja juga menjadi hal yang penting. Maka, hierarki dan
Umat/awam diharapkan dapat menjalin kerja sama
sebagai partner kerja dalam karya penyelamatan Allah di
dunia.
3.3 Gerakan pembaruan yang terjadi dalam Gereja
(Pasca Konsili Vatikan II)
• - Umat punya hak dan wewenang yang sama (tetapi
tetap ada batasnya), khususnya ikut menentukan
gerak kegiatan liturgi di Paroki melalui wadah Dewan
Paroki.
• - Gerakan pembaruan ini tidak hanya menyangkut
kepemimpinan Gereja saja melainkan lebih dari itu
menjangkau masalah-masalah dunia.
• - Susunan Kepengurusan Dewan Paroki bukan lagi
Piramdal , melainkan lebih merupakan kaitan yang
saling bekerjasama dan saling melengkapi . Intinya
Gereja mengundang orang beriman untuk
berkomunikasi terlibat dan diubah.

Anda mungkin juga menyukai