Anda di halaman 1dari 26

MATERI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

KELAS XI

K.D. 1 : ARTI DAN MAKNA GEREJA

KOMPETENSI DASAR
1.1. Bersyukur pada Allah yang menganugerahkan Gereja
sebagai umat Allah dan persekutuan yang terbuka.
2.1. Bertanggungjawab sebagai anggota Gereja yang merupakan
umat Allah dan persekutuan yang terbuka.
3.1. Memahami Gereja sebagai umat Allah dan persekutuan
yang terbuka.
4.1. Melakukan aktifitas (menuliskan refleksi/doa/puisi/ membuat
kliping berita dan gambar/ melakukan wawancara dengan
tokoh-tokoh umat) tentang Gereja sebagai umat Allah dan
persekutuan yang terbuka.

A. GEREJA SEBAGAI UMAT ALLAH


Kata “Gereja” berasal dari kata Portugis igreja yang berasal
dari kata Yunani ekklesia dan dalam kata Latin disebut ecclesia.
Kata Yunani ekklesia (= mereka yang dipanggil, kaum, golongan).
Ekklesia juga berarti kumpulan atau pertemuan, rapat. Kata
‘Gereja’ digunakan baik untuk gedung-gedung ibadat maupun
untuk umat Kristen setempat (jemaat, umat) dan umat seluruhnya.
Konsili Vatikan II memilih istilah biblis umat Allah untuk menyebut
para pengikut Yesus Kristus, yaitu mereka semua para anggota
Gereja yang telah dibaptis. Umat Katolik bersekutu sepenuhnya
dengan Gereja Kristus melalui rahmat, sakramen-sakramen,
pengakuan iman, serta persekutuan dengan para uskup gereja
yang bersatu dengan Paus. Istilah umat Allah itu kemudian
diperkenalkan sebagai paham yang baru dalam Gereja,
menggantikan paham yang sudah lebih dulu dianut Gereja.
Paham baru Gereja sebagai Umat Allah itu mulai diperkenalkan
sejak Konsili Vatikan II (1962-1965).
Gereja sebagai Umat Allah adalah paguyuban orang-orang
yang beriman, yang telah dipilih oleh Allah. Sebagai anak-anak
Allah semuanya mempunyai martabat yang sama dalam
pembaptisan. Karena itu tidak ada Umat kelas VIP, semua anak
Allah. Awam, Imam, Biarawan-Biarawati, para tokoh Umat
semuanya berjalan bersama berjiarah menuju Bapa. Semuanya
ikut ambil bagian dalam pembangunan jemaat, solider dan saling
memperhatikan.

Menggali Pemahaman tentang Arti dan Makna Gereja dalam


Hidup Sehari-Hari
Apabila kita bertanya pada orang-orang Katolik maupun yang
tidak Katolik tentang apa makna Gereja, maka kurang lebih
jawaban-jawaban yang diperoleh adalah:
 Gereja adalah gedung. Gereja adalah rumah Allah, tempat
beribadat, misa, atau merayakan ekaristi Umat Katolik atau
Umat kristiani pada umumnya.
 Gereja adalah ibadat; Gereja adalah lembaga rohani yang
menyalurkan kebutuhan manusia dalam relasinya dengan Allah
lewat ibadat-ibadat. Atau, Gereja adalah lembaga yang
mengatur dan menyelenggarakan ibadat-ibadat. Gereja adalah
persekutuan Umat yang beribadat.
 Gereja adalah ajaran; Gereja adalah lembaga untuk
mempertahankan dan mempropagandakan seperangkat ajaran
yang biasanya dirangkum dalam sebuah buku yang disebut
Katekismus. Untuk bisa menjadi anggota Gereja, si calon harus
mengetahui sejumlah ajaran/doktrin/dogma. Menjadi anggota
Gereja berarti menerima sejumlah “kebenaran”.
 Gereja adalah organisasi/lembaga sejagat/internasional;
Gereja adalah organisasi dengan pemimpin tertinggi di Roma
dengan cabang-cabangnya sampai ke pelosok-pelosok
seantero jagat. Garis komando dan koordinasi diatur dengan
rapi dan teliti. Ada pimpinan; Paus, Uskup-Uskup, Pastor-
Pastor, Biarawan dan Umat.
 Gereja adalah Umat pilihan; Gereja adalah kumpulan orang
yang dipilih dan dikhususkan Allah untuk diselamatkan. Tanpa
menjadi anggota Gereja maka tidak akan diselamatkan masuk
surga.
 Gereja adalah badan sosial; Gereja adalah Lembaga yang
menyelenggarakan sekolah-sekolah, rumah sakit-rumah sakit
dan macam-macam usaha untuk menolong orang miskin.
B. GEREJA SEBAGAI PERSEKUTUAN YANG TERBUKA
Perubahan cara pandang Gereja dari model institusi piramidal
menjadi model persekutuan umat:
Gambar 1: Gereja Umat Allah Model Institusi Piramidal
Sebelum Konsili Vatikan II Gereja mempunyai model/bentuk
institusional, hierarkis piramidal:
 Para hierarki (Paus, Uskup, dan para imam/pastor) menguasai
Umat.
 Organisasi (lahiriah) yang berstruktur piramidal, tertata rapi.
 Mereka memiliki kuasa untuk menentukan segala sesuatu bagi
seluruh Gereja.
 Sedangkan Umat hanya mengikuti saja hasil keputusan
hierarki.
Model ini cenderung “imam sentris” atau “hierarki sentris”
artinya hierarki pusat gerak Gereja. Semua apa kata Romo.
Sehingga, Gereja model piramidal cenderung mementingkan
aturan, lebih statis dan sarat dengan aturan. Gereja sering merasa
sebagai satu-satunya penjamin kebenaran dan
keselamatan bahkan bersikap triumfalistik (memegahkan diri).

Gambar 2: Gereja Umat Allah Model Persekutuan Umat


Setelah Konsili Vatikan II, ada keterbukaan dan pembaruan
cara pandang pada Gereja sebagai persekutuan Umat.
 Gereja tidak lagi “hierarki sentris” melainkan Kristosentris”
artinya Kristuslah pusat hidup Gereja. Sedangkan kaum
hierarki, Awam, dan Biarawan-Biarawati sama-sama
mengambil bagian dalam tugas Kristus dengan cara yang
berbeda-beda sesuai dengan talenta dan kemampuannya
masing-masing.
 Gereja lebih bersikap terbuka dan rela berdialog untuk semua
orang. Gereja meyakini bahwa di luar Gereja pun terdapat
keselamatan.
 Adanya paham Gereja sebagai Umat Allah yang memberikan
penekanan pada kolegialitas episkopal (keputusan dalam
kebersamaan).
 Adanya pembaharuan (aggionarmento) yang mendorong Umat
untuk terlibat dan berpartisipasi serta bekerjasama dengan
para klerus (Romo dan Uskup).
 Kepemimpinan Gereja; Didasarkan pada spiritualitas Yesus
yang melayani para murid-Nya, maka konsekuensi yang
dihadapi oleh Gereja sebagai Umat Allah adalah: hierarki yang
ada dalam Gereja bertindak sebagai pelayan bagi
Umat dengan cara mau memperhatikan dan mendengarkan
Umat. Selain itu keterlibatan Umat untuk mau aktif dan
bertanggung jawab atas perkembangan Gereja juga menjadi
hal yang penting. Maka, hierarki dan Umat/awam diharapkan
dapat menjalin kerja sama sebagai partner kerja dalam karya
penyelamatan Allah di dunia

Gereja sebagai persekutuan yang terbuka artinya semua


warga gereja diajak menyadari pentingnya keterbukaan. Bukan
hanya keterbukaan dengan sesama dalam iman dan keyakinan
melainkan keterbukaan bagi agama lain. Artinya, kita membuka
berbagai kemungkinan kerjasama yang baik dengan semua pihak.
Kita perlu melakukan dialog unuk saling mengenal dan
memperkaya.
Kaum hierarki dan biarawan-biarawati memiliki martabat yang
sama dengan kaum awam yaitu sebagai Umat Allah dengan
fungsi atau peranan yang berbeda. Dengan kata lain yang
membedakan hierarki dan awam adalah fungsinya, dan bukan
hakikatnya.
Gereja sebagai persekutuan yang terbuka harus selalu siap
untuk berdialog dengan agama dan budaya manapun. Gereja
perlu membangun kerjasama yang lebih intensif dengan siapa
saja yang berkehendak baik. Bentuk kegiatan yang menjadi
contoh dan tanda bahwa Gereja adalah persekutuan yang
terbuka:
a. Gereja terbuka terhadap masalah-masalah kemiskinan,
inkulturasi dan dialog antar agama.
b. Lahirnya semboyan pelayanan Gereja kepada kaum
miskin: “preferential option for the poor”
c. Kegiatan APP (Aksi Puasa Pembangunan) yang merupakan
wujud gereja untuk memberi perhatian kepada orang kecil,
lemah, miskin, tersingkir dan difabel.
d. Di sekolah, kita mempunyai tradisi mengumpulkan dana “Lima
Roti dua Ikan” yang merupakan wujud keterlibatan kita
membantu sesama kita yang miskin. Juga uang sosial yang
kita kumpulkan setiap bulan digunakan untuk membantu teman
kita yang sakit, berduka atau karyawan sekolah yang
membutuhkan bantuan.

Hierarki Gereja Katolik


Kata “Hierarki” berasal dari bahasa Yunani hierarchy yang
berarti “asal usul suci atau tata susunan”. Menurut ajaran resmi
Gereja Katolik, susunan, struktur hierarki sekaligus merupakan
hakikat kehidupannya juga. Maka dari itu dalam himpunan yang
tersusun secara hierarkis yaitu para Rasul telah berusaha
mengangkat para pengganti mereka. Struktur Hierarkis Gereja
yang sekarang terdiri dari dewan para Uskup dengan Paus
sebagai kepalanya, dan para Imam serta Diakon sebagai
pembantu Uskup. Para Uskup pengganti para Rasul yang
dipimpin oleh Paus pengganti Petrus bertugas melayani,
menggembalakan jemaat (bdk. Yoh 21: 15-19) bersama para
pembantu mereka, yakni para Imam dan Diakon. Sebagai wakil
Kristus, mereka memimpin kawanan yang mereka gembalakan
(pimpin), sebagai guru dalam ajaran, Imam dalam ibadat suci, dan
pelayan dalam bimbingan.

Uskup
Pada dasarnya Paus adalah seorang Uskup. Paus adalah
pemimpin/kepala Dewan Uskup. Seorang Uskup selalu berkarya
dalam persekutuan dengan para Uskup lain dan mengakui Paus
sebagai kepala. Karya seorang Uskup adalah “menjadi asas dan
dasar kelihatan bagi kesatuan dalam Gereja-Nya (LG 23). Tugas
pokok Uskup di tempatnya sendiri adalah pemersatu. Tugas
hierarki yang pertama dan utama adalah mempersatukan dan
mempertemukan umat. Tugas ini dapat disebut tugas
kepemimpinan dari para Uskup “dalam arti sesungguhnya disebut
pembesar umat yang mereka bimbing”

Para Imam: adalah Wakil Uskup


Di setiap jemaat setempat dalam arti tertentu, mereka
menghadirkan Uskup. “Para Imam dipanggil melayani umat Allah
sebagai pembantu arif bagi badan Uskup, sebagai penolong dan
organ mereka “(LG 28). Tugas konkret para Imam sama seperti
Uskup. Mereka ditahbiskan pertama-tama untuk mewartakan Injil
(lih. PO 4) dan menggembalakan umat.

Diakon: pelayan, hierarki tingkat yang lebih rendah


Ditumpangi tangan bukan untuk Imamat tetapi untuk pelayanan
(LG 29). Mereka ini juga pembantu Uskup, tetapi tidak mewakili.
Para Diakon adalah pembantu Usk-up dengan tugas terbatas.
Dengan kata lain Diakon adalah pembantu khusus Uskup,
sedangkan Imam adalah pembantu umum Uskup.

Kardinal:
Kardinal bukan jabaran hierarkis dan tidak termasuk struktur
hierarkis. Kardinal adalah penasehat dan membantu Paus dalam
tugas reksa harian seluruh Gereja. Mereka membentuk suatu
dewan Kardinal. Jumlah dewan yang berhak memilih Paus
dibatasi 120 orang di bawah usia 80 tahun. Seorang Kardinal
dipilih oleh Paus secara bebas.

Fungsi Khusus Hierarki


Seluruh umat Allah mengambil bagian di dalam tugas Kristus
sebagai nabi (mengajar), Imam (menguduskan), dan Raja
(menggembalakan). Pada kenyataannya umat tidak seragam,
maka Gereja mengenal pembagian tugas tiap komponen umat
(hierarki, biarawan/biarawati, dan Awam). Menjalankan tugas
dengan cara yang berbeda. Berdasarkan keterangan yang telah
diungkapkan di atas, fungsi khusus hierarki adalah:
 Menjalankan tugas Gerejani, yakni tugas-tugas yang langsung
dan eksplistis menyangkut kehidupan beriman Gereja, seperti:
pelayanan sakramen-sakramen, mengajar, dan sebagainya.
 Menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman.
Hierarki mem-persatukan umat dalam iman dengan petunjuk,
nasihat, dan teladan.

Corak Kepemimpinan dalam Gereja


 Kepemimpinan dalam Gereja merupakan suatu panggilan
khusus di mana campur tangan Tuhan merupakan unsur yang
dominan. Kepemimpinan Gereja tidak diangkat oleh manusia
berdasarkan bakat, kecakapan, atau prestasi tertentu.
Kepemimpinan dalam Gereja tidak diperoleh oleh kekuatan
manusia sendiri. “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah
yang memilih kamu.” Kepemimpinan dalam masyarakat dapat
diperjuangkan oleh manusia, tetapi kepemimpinan dalam
Gereja tidaklah demikian.
 Kepemimpinan dalam Gereja bersifat mengabdi dan melayani
dalam arti semurni-murninya, walaupun ia sungguh mempunyai
wewenang yang berasal dari Kristus sendiri.
 Kepemimpinan gerejani adalah kepemimpinan melayani, bukan
untuk dilayani, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Yesus
sendiri. Maka Paus disebut sebagai “Servus Servorum
Dei”=hamba dari hamba-hamba Allah.
 Kepemimpinan hierarki berasal dari Tuhan, maka tidak dapat
dihapuskan oleh manusia. Kepemimpinan dalam masyarakat
dapat diturunkan oleh manusia, karena ia memang diangkat
dan diteguhkan oleh manusia.

Cara Hidup Jemaat Perdana


(Kis 4: 32-37; bdk.1 Kor 12: 12 - 27)
32 Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati
dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu
dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu
adalah kepunyaan mereka bersama.
33 Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian
tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup
dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.
34 Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara
mereka, karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah,
menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa
35 dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-
bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.
36 Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut
Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus.
37 Ia menjual ladang miliknya, lalu membawa uangnya itu dan
meletakkannya di depan kaki rasul-rasul

Makna Kutipan Kitab Suci Kisah Para Rasul


 Kitab Suci (Kis 4:32-37) di atas memberikan gambaran yang
ideal terhadap komunitas/persekutuan Umat Perdana. Cara
hidup Umat Perdana tersebut tetap relevan bagi kita hingga
sekarang. Kebersamaan dan menganggap semua adalah milik
bersama mengungkapkan persahabatan yang ideal pada waktu
itu. Yang pokok ialah bahwa semua anggota jemaat dicukupi
kebutuhannya dan tidak seorang pun menyimpan kekayaan
bagi dirinya sendiri sementara yang lain berkekurangan.
 Mungkin saja kita tidak dapat menirunya secara harafiah,
sebab situasi sosial-ekonomi kita sudah sangat berbeda.
Namun, semangat dasarnya dapat kita tiru, yaitu kepekaan
terhadap situasi sosial-ekonomis sesama saudara dalam
persekutuan Umat. Kebersamaan kita dalam hidup menggereja
tidak boleh terbatas pada hal-hal rohani seperti doa, perayaan
ibadah, kegiatan-kegiatan pembinaan iman, tetapi harus juga
menyentuh kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan budaya
seperti yang sekarang digalakkan dalam Komunitas Basis
Gereja

Hakikat Gereja sebagai Umat Allah


1. Umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari Allah
sendiri. Umat Allah adalah bangsa terpilih, bangsa terpanggil.
2. Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Allah untuk misi tertentu,
yaitu menyelamatkan dunia.
3. Hubungan antara Allah dan Umat-Nya dimeteraikan oleh suatu
perjanjian. Umat harus menaati perintah-perintah Allah dan
Allah akan selalu menepati janji-janji-Nya.
4. Umat Allah selalu dalam perjalanan, melewati padang pasir,
menuju Tanah Terjanji. Artinya kita sebagai Gereja, Umat Allah
sedang berziarah menuju di dunia menuju rumah Bapa di
surga.
Dasar dan Konsekuensi Gereja sebagai Umat Allah
1. Hakikat Gereja sendiri adalah persaudaraan cinta kasih,
sebagaimana jelas tampak dalam praktek hidup Gereja
Perdana (bdk. Kis. 2: 41-47; 4: 32-37).
2. Adanya aneka macam karisma dan karunia yang tumbuh di
kalangan Umat yang semestinya dipelihara dan dikembangkan
untuk pelayanan dalam jemaat (bdk. 1Kor. 12: 7-10).
3. Seluruh anggota Gereja memiliki martabat yang sama sebagai
satu anggota Umat Allah meskipun di antara mereka terdapat
fungsi yang berbeda-beda (bdk. 1Kor.12: 12-18)

Konsekuensi Gereja sebagai Umat Allah


1. Konsekuensi untuk Umat (awam); Umat harus menyadari
kesatuannya dengan Umat yang lain (menghayati iman dalam
kebersamaan); Umat aktif ambil bagian dalam kegiatan-
kegiatan hidup menggereja di lingkungan/wilayahnya dengan
segala karisma dan karunia yang dimilikinya.
2. Konsekuensi untuk hierarki; Hierarki mesti menyadari bahwa
tugas kepemimpinan yang diembannya adalah tugas
pelayanan. Mereka berada di tengah-tengah Umat sebagai
pelayan. Hierarki semestinya memberi ruang dan tempat bagi
Umat untuk berperan aktif ikut dalam membangun Gereja
dengan karisma dan karunia yang mereka miliki.
3. Konsekuensi dalam hubungan Hierarki-Umat; Hierarki harus
memandang Umat sebagai partner kerja dalam membangun
Gereja, bukan sebagai pelengkap penderita yang seolah-olah
tidak berperan apa-apa. Hierarki juga harus memperlakukan
seluruh anggota Gereja sebagai satu Umat Allah yang memiliki
martabat yang sama meskipun menjalankan fungsi yang
berbeda-beda.

Soal PTS

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan uraian yang


jelas dan benar! Kerjakan dengan sekuat tenaga.

1. Sebutkan ciri-ciri Gereja sebagai Umat Allah?


2. Apa yang memungkinkan Gereja sebagai umat Allah dapat
berkembang sehingga mencapai situasi seperti sekarang ini?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Gereja sebagai
persekutuan yang terbuka!
4. Jelaskan posisi kaum Hierarki dan biarawan-biarawati dalam
pengertian Gereja sebagai persekutuan yang terbuka!
5. Sebut dan jelaskan tuntutan yang senantiasa harus dipenuhi
Gereja sebagai persekutuan yang terbuka!
6. Sebutkan berbagai bentuk kegiatan yang menjadi contoh dan
tanda bahwa Gereja adalah persekutuan yang terbuka!
7. Berdasarkan kutipan dari Kisah Para Rasul (Kis.4: 32-37)
menganai cara hidup Jemaat Perdana, jawablah pertanyaan
berikut:
a. Apa saja yang menarik dari cara hidup Umat Perdana yang
dikisahkan di atas?
b. Gambaran Gereja model apa yang terungkap dari kisah
tersebut?
c. Apakah cara hidup Umat Perdana itu dapat kita tiru secara
harafiah? Mengapa?
Bagian Kedua
HIERARKI DAN AWAM

1. Hierarki dalam Gereja Katolik


Kata hierarki berasal dari bahasa Yunani “hierarchy”yang
berarti jabatan (hieros) suci (archos). Jadi mereka yang masuk
dalam jajaran hierarki adalah mereka yang disucikan melalui
tahbisan. Gereja St. Ignatius dari Antiokhia yang mengenal
sebutan:
 Penilik (episkopos)
 Penatua (prebyteros)
 Pelayan (diakonos).
Struktur inilah yang selanjutnya menjadi struktur hierarki Gereja
yang menjadi Uskup, Imam, dan diakon. Tugas Khusus
Hierarki:
 Menjalankan tugas pemeliharaan iman umat: melayani
sakramen-sakramen, mengajar agama, dll.
 Menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman:
mempersatukan umat, memberi petunjuk, nasehat dan
teladan.

2. Awam
Secara Teologis: Awam adalah umat Allah yang tidak
tertahbis yaitu: Umat biasa dan biarawan/ wati tak tertahbis
(suster, frater/ bruder).
Secara Etimologis: Awam adalah umat Allah selain imam dan
biarawan/wati.
Tugas Awam
Menjalankan tugas kerasulan:
 Internal, membangun hidup iman jemaat: misalnya:
menjadi katekis / guru agama, aktif dalam kegiatan
lingkungan dan organisasi gereja di paroki.
 Eksternal, membangun tata Dunia. Gereja menjadi tanda
keselamatan dunia. Awam diutus terlibat dalam masyarakat,
dalam karya sosial atau politik.
Hubungan Awam dan Hierarki sebagai Partner Kerja
Awam dan Hierarki memiliki kedudukan yang sama dengan
tugas yang berbeda. Karena itu hubungan yang ideal adalah
hubungan KESALINGAN – Kerja sama

Bagian Ketiga
SIFAT-SIFAT GEREJA

1. Gereja yang SATU


 Satu Tuhan (kesatuan iman – Ef 4: 3 – 6)
 Satu pimpinan – tahta kepausan.
 Persatuan umat Katolik Semesta dlm wujud persaudaraan
dan tata sakramen. Memperjuangkan Gereja yang Satu,
misalnya. Aktif dalam kegiatan gereja, Setia dan taat pada
persekutuan; Terbuka dan menghormati perbedaan.

2. Gereja yang KUDUS


 Berasal dari Allah yang adalah kudus.
 Menuju kepada Allah yang adalah kudus
 Jiwa gereja adalah Roh Kudus
 Ajaran dan praktek ritual sakramennya kudus
 Anggotanya kudus karena dibasuh oleh pembabtisan (Yoh
17:11)
Bagaimana memperjuangkan Gereja yang Kudus
a. Saling mengampuni
b. Saling mendokan
c. Aktif dalam kegiatan liturgi gereja
d. Hidup menurut Kristus
e. Memperjuangkan Gereja yang Kudus.

3. Gereja yang KATOLIK


 Katolik = terbuka pada semua umat manusia dan pelbagai
macam cara dan persoalan hidup mereka.
 Gereja memiliki misi untuk mewartakan injil kepada seluruh
makhluk di seluruh dunia
Bagaimana memperjuangkan Gereja yang Katolik
a. Menghormati kemajumukan budaya, adat-istiadat, agama
dan bangsa.
b. Memperjuangkan keadilan bagi semua orang.
c. Ikut terlibat aktif dalam kehidupan masyarakat.

4. Gereja yang APOSTOLIK


a. Dibangun atas dasar para nabi dan para rasul. Gejera
merupakan warisan dari para Rasul (ef. 20, why 21:14).
b. Roh Kudus yang diam di dalamnya tetap menjaga tradisi,
ajaran serta pedoman-pedoman dari para rasul (2 Tim 1: 13
– 14).
c. Menjalankan dan melanjutkan tugas-tugas para Rasul.
d. Ia TETAP diajarkan dan dibimbing oleh para Rasul hingga
saat ini.
Bagaimana memperjuangkan Gereja yang Apostolik
a. Rajin merenung dan mengamalkan ajaran Kitab Suci.
b. Aktif dalam karya pelayanan gereja.
c. Setia dan loyal kepada hierarki sebagai penggati para rasul

Bagian Keempat
TUGAS-TUGAS GEREJA

1. Gereja yang Menguduskan (liturgia)


Arti Kata :
Kata “liturgi” berasal dari bahasa
Yunani leitourgia, terbentuk dari akar kata ergon yang berarti
“karya, kerja atau bakti. Gereja Katolik lalu mengambil istilah
liturgi untuk mengartikan kultus/ ibadat. Ibadat ini kemudian
berpuncak pada EKARISTI, dimana gereja mengalami
persatuan dengan Kristus.
Liturgi merupakan tugas gereja ketika menjalankan fungsi
imamatnya. Imamat dalam gereja ada dua jenis, yakni imamat
umum yang diterima oleh semua orang yang dibabtis,
dan imamat khusus yang diterima oleh mereka yang
ditahbiskan.
Ibadat atau liturgi disebut sebagai doa resmi gereja, karena
di dalamnya ada kesatuan Gereja dengan Kristus. Liturgi
adalah karya Kristus, Imam Agung serta Tubuh-nya, yaitu
Gereja. Liturgi menjadi wahana utama untuk (1) mengantar
umat Kristiani ke dalam persatuan pribadi dengan
Kristus (Sacrosanctum Consilium, Art.7). Itu sebabnya maka
liturgi sekaligus (2) menguduskan umat.

A. Doa:
Arti : Doa berarti berdialog atau berkomunikasi dengan
ALlah, sebagai ungkapan iman pribadi atau bersama-sama.
Mengapa kita Berdoa
a. Menjadi kuat : Lukas 22:40 Setelah tiba di tempat itu Ia
berkata kepada mereka: "Berdoalah supaya kamu jangan
jatuh ke dalam pencobaan
b. Mendapat keselamatan : Matius 24:20 Berdoalah,
supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada
musim dingin dan jangan pada hari Sabat.
c. Keberhasilan : Matius 7:7. "Mintalah, maka akan
diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
d. Persatuan dengan Allah : Kisah Para Rasul 22:17
Sesudah aku kembali di Yerusalem dan ketika aku sedang
berdoa di dalam Bait Allah, rohku diliputi oleh kuasa ilahi.

Doa yang Baik


a. Dengan hati yang bersih : Yohanes 15:7 Jikalau kamu
tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu,
mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan
menerimanya.
b. Penuh Iman dan Percaya : Markus 11:24 Karena itu Aku
berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan,
percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu
akan diberikan kepadamu.
c. Untuk kebaikan diri dan sesama : Yakobus 4:3 Atau
kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa,
karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu
hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.
d. Hati yang tulus dan bersih : I Timotius 2:8 Oleh karena itu
aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa
dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan
tanpa perselisihan.
e. Tidak putus asa dalam berharap : Lukas 18.2, kisah
serang janda yang terus menerus meminta kepada hakim
untuk membela perkaranya. Kisah Abraham dan Sarai,
Elisabeth dan Zakaria yang doanya terkabul ketika sudah
tua.
Fungsi Doa :
1. Mengkomunikasikan diri dengan kepada Allah
2. Mempersatukan diri dengan Allah.
3. Mengungkapkan cinta, kepercayaan dan harapan kepada
Allah agar dapat melihat hidup dengan mata iman.
4. Mengangkat setiap harya sebagai doa yang hidup, yakni
karya yang bersifat merasul dan menyelamatkan.
Syarat Doa yang baik
1. Didoakan dengan hati.
2. Berakar pada pengalaman hidup.
3. Berdoa dengan tulus (Jika engkau berdoa, masuklah
kamarmu…Matius 6:5-6)
4. Berdoa dengan cara sederhana dan jujur. (“… doamu
janganlah bertele-tele…. Matius 6:7)

Jenis Doa
Bapa Kami adalah doa singkat yang sempurna. Di dalamnya
mencakup jenis-jenis doa berikut :
a. Doa iman: Bapa kami yang ada di surga
b. Doa Pujian / Kemuliaan : Dimuliakanlah nama-Mu.
c. Doa Pengharapan: Datanglah kerajaan-Mu, jadilah
kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga.
d. Doa Permohonan. Berilah kami rejeki pada hari ini.
e. Doa Tobat. Dan ampunilah kesalah kami, seperti kami
pun mengampuni yang bersalah kepada kami.
f. Doa permohonan / harapan: Dan janganlah masukan
kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari
yang jahat.

B. Sakramen:
Pengertian :
a. Asal kata : Sakramen berasal dari kata 'mysterion'
(Yunani), yang dijabarkan dengan kata 'mysterium' dan
'sacramentum' (Latin). Sacramentum dipakai untuk
menjelaskan tanda yang kelihatan dari kenyataan
keselamatan yang tak kelihatan yang disebut sebagai
'mysterium'.
b. Kitab Suci : Dasar pengertian sakramen sebagai misteri/
'mysterium' kasih Allah, yang diterjemahkan sebagai
"rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad... tetapi yang
sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya" (Kol
1: 26, Rom 16:25). Rahasia/ 'misteri' keselamatan ini tak
lain dan tak bukan adalah Kristus (Kol 2:2; 4:3; Ef
3:3) yang hadir di tengah-tengah kita (Kol 1:27).
c. Katekismus : mengutip perkataan St. Leo Agung :, "apa
yang tampak pada Penebus kita, sudah dialihkan ke dalam
misteri-misteri-Nya"/ sakramen-sakramen-Nya.
Jadi Sakramen adalah: Tanda yang kelihatan untuk rahmat
Allah yang tidak kelihatan; sebagai sarana keselamatan,
untuk menguduskan, membangun tubuh Kristus dan
akhirnya mempersembahkan ibadah kepada Allah
(Sacrosanctum Consilium Art 59).

Terdapat 7 sakramen yang dibagi dalam tiga kelompok :


1. Sakramen Inisiasi (inisiasi: acara diterima ke suatu kelompok)
a. Babtis.
b. Ekaristi.
c. Krisma.
2. Sakramen Penyembuhan.
a. Tobat
b. Pengurapan Orang Sakit.
3. Sakramen Persekutuan.
a. Imamat.
b. Perkawinan.
Dalam Tiap Sakramen selalu ada Materi : suatu benda atau
tindakan. Dan Forma : rumusan kata-kata yang diucapkan.

1. Babtis :
a. Makna :
 Menghapus dosa dan dosa asal.
 Secara resmi diterima / dilantik sebagai anak Allah.
 Secara resmi/ sah diterima sebagai anggota gereja.
b. Materi : Air
c. Forma/rumusan: Aku membabtis engkau dalam nama Bapa,
Putera dan Roh Kudus.
d. Pemberi : Imam dan umat yang telah dibabtis dalam situasi
darurat.

2. Tobat:
a. Makna:
 Pemulihan hubungan pribadi dengan gereja / sesama.
 Pemulihan hubungan pribadi dengan Tuhan.
 Penyembuhan luka batin karena perasaan bersalah /
berdosa.
b. Materi: berkat dan tanda salib dari Imam.
c. Forma : Atas nama Allah dan Gereja aku melepaskan
Engkau dari dosamu, pergilah dalam damai, dan jangan
berbuat dosa lagi.
d. Pemberi : Imam yang diberi wewenang oleh Uskup.

3. Ekaristi
a. Makna:
 Persatuan dengan Yesus Kristus
 Pengampunan dosa.
 Persekutuan dengan semua jemaat Allah.
 Puncak perayaan iman.
 Merayakan kembali pengurbanan Kristus di Salib.
b. Materi : Roti murni dan Anggur tak beragi.
c. Forma :
 Ambillah dan makanlah, inilah tubuhku.
 Ambillah dan minumlah, inilah darahku, darah perjanjian
baru dan kekal yang tumpahkan bagimu dan bagi
semua orang untuk pengampunan dosa.
 Lakukanlah ini sebagai peringatan akan daku.
d. Pemberi : Imam.

4. Krisma :
a. Makna:
 Gereja mengakui pribadi telah dewasa dalam iman.
 Siap menerima tugas-tugas gereja, dan menggunakan
karunia-karunia Roh Kudus sebagai imam, nabi dan
raja.
 Menerima Roh Kudus untuk tugas perutusan
b. Materi : Minyak Krisma (minyak zaitun murni).
c. Forma : Terimalah Roh Kudus.
d. Pemberi : Uskup atau bersama pastor yang diberi
wewenang oleh Uskup.

5. Perkawinan
a. Makna :
- Arti perkawinan katolik menurut KHK1983 kan.1055 §1
adalah perjanjian (foedus) antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan untuk membentuk kebersamaan
hidup. Latar belakang definisi ini adalah dokumen Konsili
Vatikan II, Gaudium et Spes §48). GS dan KHK tidak lagi
mengartikan perkawinan sebagai kontrak. Bertujuan
untuk :
a) Bonum vitae – kebaikan hidup bersama pasangan.
b) Bonum prolis – terbuka terhadap kelahiran anak dan
kebaikan hidup mereka.
c) Bonum Coniugum: membentuk kebersamaan hidup.
b. Sifatnya : Monogami, sacramental dan tak terceraikan.
c. Forma : Janji perkawinan.
d. Materi : Ucapan janji dengan meletakan tangan di atas Kitab
Suci dan Stola Imam.
e. Pemberi : Suami + Istri di hadapan saksi dan Imam.

6. Imamat :
a. Arti : Imamat berasal dari nama kitab ketiga kitab
Taurat: Kejadian –Keluaran– Imamat – Bilangan – Ulangan.
Dalam bahasa Ibrani, imamat adalah wagyra = Ia
memanggil (Imamat 1:1). Isi pokok kitab ini adalah perintah
Allah kepada Musa di gunung Sinai untuk umat Israel, yaitu
tentang kesucian Tuhan, dan bagaimana manusia harus
hidup dan beribat agar dapat memelihara hubungan yang
baik dengan Tuhan.
b. Makna : Sakramen imamat diberikan kepada seorang
diakon untuk resmi menjadi imam, pemimpin dan gembala
umat yang tugas utamanya adalah menjaga kekudusan
kawanannya dan menjaga kesatuan Gereja.
c. Materi : Urapan minyak tahbisan dan penumpangan tangan
Uskup.
d. Forma : Doa pentahbisan.

7. Pengurapan Orang Sakit : diberikan kepada orang sakit.


a. Makna :
 Persatuan dengan penderitaan kristus yang dapat
memberikan kelegahan.
 Menerima kekuatan untuk menghadapi situasi
selanjutnya dari sakit (sembuh atau tidak)
b. Materi : Minyak pengurapan.
c. Forma : Doa pengurapan.
d. Pemberi : Imam / Diakon.

Minyak suci tidak hanya diberikan untuk orang yang


menjelang ajal melainkan kepada siapa saja yang ingin mendapat
kekuatan ketika sedang sakit, misalnya: menjelang operasi,
menjelang persalinan, asalkan sakramen tersebut tidak
diobralkan, misalnya untuk sakit luka lecet, untuk sakit pilek dan
batuk, dll. Kategori sakit berat adalah situasi di mana hanya
pertolongan Allah semata yang kita harapkan, sedangkan medis
bisa saja gagal.

C. Sakramentalia
Sakramentalia adalah berkat suci yang diberikan Tuhan
melalui gerejanya pada orang atau barang / benda yang kemudian
menjadi suci yang di dalamnya menjadi tanda berkat Allah. Dalam
Kisah Para Rasul 19:12 diceritakan kekuatan benda / barang
yang telah dikuduskan tersebut : “Bahkan orang membawa sapu
tangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan
meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit
mereka dan keluarlah roh-roh jahat.”
Berikut jenis sakramentalia :
 Pemberkatan orang, benda/ barang, alat rohani :
pemberkatan ibu hamil, anak-anak, orang yang berulang
tahun, berkat menghadapi ujian, motor / mobil baru, rumah,
patung, Rosario, kitab suci, dll.
 Pemberkata dalam arti tahbisan rendah : pemberkatan
untuk orang atau benda untuk keperluan liturgis. Misalnya,
pemberkatan / tahbisan lector akolit, katekis, prodiakon,
kapel, gereja, lonceng gereja, altar, minyak suci, air babtis,
dll.
D. Devosi
Devosi (latin : devotion = penghormatan) adalah bentuk-bentuk
penghormatan atau kebaktian khusus kepada rahasia
kehidupan Yesus, misalnya devosi (penghormatan) kepada
Hati Kudus Yesus, devosi kepada Allah yang maha Rahim,
jalan salib, Devosi kepada Sakramen Maha Kudus. Atau devosi
kepada orang-orang kudus, misalnya devosi kepada Bunda
Maria, kepada santa-santo pelindung.

II. Gereja yang Mewartakan Kabar Gembira (Kerygma).


Latar belakang:
Kristus adalah Allah yang hadir di muka bumi untuk
memulihkan cinta-Nya yang telah lama diabaikan oleh
manusia. Kristus sekaligus menunjukan sifat Allah yang maha
cinta melebihi sifat maha adil-Nya. Begitu banyak perbuatan
kasih yang dibuat Yesus. Yesus memperkenalkan
kembali nilai-nilai utama: cinta kasih, keadilan,
kesederhanaan untuk berbagi, kedamaian, kesetaraan
manusia, kejujuran, kebenaran. Namun akhirnya dia mati
dengan cara manusia. Hanya 33 tahun Yesus hidup sebagai
manusia, namun sejarah manusia tetap berjalan. Maka nilai-
nilai itu harus tetap diperkenalkan kepada dunia. Manusia
harus diselamatkan dan disatukan kembali kepada
penciptanya. Maka Yesus telah memilih 12 orang, plus Paulus
untuk melanjutkan misi-Nya, menjaga kawanan kerajaan Allah.
Matius 28:16-20, “…. Pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu…”
Tugas mengajar inilah yang kita terima dari Kristus sendiri.

Dua pola Kerygma


a. Kerygma verbal / lewat kata-kata.
Misalnya : - Kotbah/ homily : oleh para Imam untuk
membawa perikop Kitab Suci ke dalam hidup umat, atau
menerangi hidup umat dengan perikop Kitab Suci. –
Pelajaran agama, Katekese umat, dialog tidak formal
dengan teman atau orang lain tentang Kristus.
Memperkenalkan ajaran Kristus lewat internet, pendalaman
kitab suci di dalam keluarga atau lingkungan.
b. Kerygma lewat kesaksian hidup (martyria)
Memberi kesaksian yang positif sebagai anggota gereja,
umat Allah. Menjadi garam dan terang dunia. Misalnya,
lewat kegiatan politisi yang dapat menjadi panutan, politisi
yang jujur, orang Kristen yang membela hidup orang miskin
seperti Rm. Mangun Wijaya di kali code Jogyakarta. Dari
sikap mereka ini, orang diajarkan- tentang kasih Allah.

Pelaku Kerygma
1. Magisterium.
Gereja katolik memiliki kelompok tertahbis (hirarki) yang
memiliki wewenang mengajar. Mereka punya kuasa untuk
mengajarkan iman dan kesusilaan. Semua umat kini boleh saja
menafsir kitab suci, namun hanya merekalah yang dapat
mengajarkan, atau mengesahkan bahwa ajaran iman
seseorang (awam) dapat diterima. Magister – pengajar/ doctor.
Magisterium : wewenang mengajar.
2. Pewarta Sabda.
Para pewarta adalah termasuk kaum awam. Mereka diberikan
mandat dan kemampuan oleh magisterium untuk
mengajar. Mereka adalah:
a. Para pengkotbah dalam ibadat-ibadat ,
b. Para katekis, umat dengan pelbagai latar belakang
pendidikan dan pekerjaan yang mau terlibat sebagai
penggerak umat dan masyarakat untuk mengenal Kristus
dan atau hidup menurut ajaran Kristus.
c. Guru Agama : mereka yang diakui oleh pemerintah dan
gereja, memiliki pengetahuan yang baik tentang iman
Katolik dan Kitab Suci, serta tradisi gereja.

Maka inilah hal yang harus dimiliki oleh para kerygmator /


Pewarta :
1. Karena tugas mereka adalah mengajar / memperkenalkan
iman dan kitab suci, maka mereka harus memiliki iman dan
mengenal baik tentang Kitab Suci.
2. Mereka harus mengenal siapa yang akan menerima
pewartaan, dekat dan merasakan senasip dengan mereka.

III. Gereja yang Menjadi Saksi Kristus (Martyria).


Menjadi saksi Kristus berarti menyampaikan atau menunjukan
apa yang dialami dan diketahui tenang Yesus Kristus kepada
orang lain. Penyampaian ini bisa melalui kata-kata (kerygma),
sikap atau tindakan nyata.
Banyak sekali martir dalam sejarah gereja, mereka yang mati
karena mempertahankan imannya pada Kristus. Misalnya,
Stefanus martir pertama, yang dibunuh di luar tembok
Yerusalem setelah berkotbah tentang Yesus. St. Ursula, Putri
Inggris tewas dibunuh oleh kelompok pemberontak di hutan
Prancis, karena mempertahankan iman dan
keperawanannya. St. Petrus mati dibunuh di kota Roma
dengan cara disalibkan terbalik. Uskup Oscar Romero dari El-
Savador – Amerika Selatan, tewas ditembak karena
perjuangannya menentang tindakan represif para tentara
terhadap rakyat, demikian pula Uskup Don Helder Camara di
Brasil. Banyak lagi orang yang tewas karena mereka adalah
pengikut Kristus.
Ada dua jenis Martir :
1. Martir Putih : Mereka yang dengan tegas dan tegar bersaksi
tentang kristus, meskipun menerima banyak penderitaan,
namun mereka tidak sampai mengurbankan nyawa.
2. Martir Merah : mereka yang wafat karena bersaksi tentang
Kristus atau karena tetap setiap pada imannya.

IV. Gereja yang Melayani (Diakonia)


Latar Belakang.
Ciri cinta kasih gereja tampak sangat nyata dalam sikap
utamanya yakni melayani. Inilah salah satu pesan utama Yesus
Kristus setelah Ekaristi pada malam perjamuan terakhir. Yesus
menanggalkan jubah tuan-Nya, lalu mengikatkan kain lenan
pada pinggangnya seperti yang dilakukan para pelayanan.
Lalau mulailah dia melakukan pekerjaan para hamba : mencuci
kaki murid-muridnya. Tentu saja murid tersentak kaget, Petrus
dengan terang menolak. Tapi Yesus bilang kalau dia tidak mau
dicuci kakinya maka tidak pantas menjadi murid-Nya,
sebab semua murid-Nya harus melakukan hal serupa
kepada sesamanya. (Yohanes 13: 1 – 20) Kisah penuh
emosional ini sungguh menyentuh hati para Rasul, maka
mereka semua bekerja sungguh-sungguh dalam pelayanan,
menjadi hamba di antara para hamba. (Lukas 17:10) bahkan
bersedia mati untuk itu. Mereka semua, kecuali Yohanes,
memang akhirnya jadi martir demi Kristus.
Dalam Gereja ada Diakon yang punya tugas khusus untuk
melayani. Namun semua umat dituntut untuk memiliki sikap
melayani dalam pelbagai macam cara hidup mereka. Misalnya:
A. Di bidang Transformatif : kebudayaan dan pendidikan.
Gereja berusaha terus membangun peradaban manusia (trans –
melewati dan form – bentuk), melewati jaman sambil terus
memperkenalkan nilai-nilai kerajaan Allah. Jalan paling ampuh
adalah lewat budaya dan pendidikan. Maka muncullah sekolah-
sekolah Katolik, bukan untuk mengkatolikan tapi untuk
membangun manusia yang beradap – memiliki cinta kasih dan
rasionalitas baik. Di Indonesia banyak sekali pemikir dan
budayawan Katolik yang berpengaruh. Misalnya, Rm. Drost
SJ, Rm. Mangunwijaya (sastrawan, budayawan dan
pendidik), Rm. Sinduanta (wartawan, budayawan), Rm.
Mudjisutrisno (budayawan dan pendidik), dan masih banyak
yang lainnya. Di negeri ini Institusi Pendidikan Katolik selalu
menjadi patokan kemajuan pendidikan Indonesia.
B. Di bidang Karikatif : kesejahteraan. (Charitas – kasih ;
care – merawat)
Bidang ini meliputi pelayanan di bidang kesehatan, misalnya
mendirikan rumah sakit atau klinik, atau lembaga-lembaga sosial
ekonomi seperti koperasi Credit Union (CU). Misalnya, CU
Melania di Bandung yang sudah beromset ratusan miliaran, tidak
saja melayani umat gereja tapi terbuka kepada siapa saja yang
mau ikut. Atau karya karikatif terhadap orang-orang jompo. Di
bidang ini kita kenal Mather Teresa dari Kalkuta, St. Damianus,
dokter perawat kusta di kep. Molokai.
C. Di bidang Reformatif : bidang politik dan hukum (reform
: membentuk kembali)
Peran gereja adalah menjaga tata dunia ini agar
menyerupai dunia Kerajaan Allah yang penuh kasih, damai,
sejahtera, adil, jujur dan benar. Tanpa kekerasan. Karena itu
gereja mengutus para imam dan terutama para awam untuk
menjadi garam dan terang dunia di dunia Politik dan Hukum.
Mengapa kedua bidang ini, sebab politik dan hukumlah yang
menguasai suatu bangsa.
Pada bidang ini kita kenal Rm. Magnis Suseno (Penulis dan
Pengajar Etika Politik), ada Ignatius Jonan di Kabinet Kerja
Jokowi yang memajukan system Kreta Api Indonesia, dan
beberapa mentri di kabinet sekarang ini.

Beginilah cara dan ciri pelayan Gereja:


a. Bersikap sebagai pelayan.
Mereka tidak protes, mereka melakukan apapun HARUS
(sanggup atau tidak, ikhlas atau terpaksa) dilakukan, siap
untuk diperlakukan sebagai hamba yang tidak berguna yang
hanya siap melaksanakan semua tugas. (Lukas 17:10)
b. Tetap Setia pada Kristus.
Melihat beratnya ciri pertama di atas, maka sangat penting
untuk kita dekat dan bersatu pada Kristus sumber kekuatan.
Dari-Nya kita akan mendapat penghiburan dan kekuatan
untuk melaksanakan tugas yang sering melampui
kemampuan kita sebagai manusia. Tuhan pun tahu, tugas
para murid-Nya ini berat, maka Dia berjanji untuk berserta
kita SELALU sampai akir zaman (Matius 28:20)
c. Sasaran utamanya terutama adalah kaum miskin –
Option for the Poor.
Keadilan jangan berpihak kepada siapapun termasuk yang
miskin, tapi pelayanan harus tetap mengutamakan kaum
miskin, terpinggir dan tidak beruntung hidupnya. Pelayanan
itu bukan saja karikatif – rumah sakit murah, memberi
makan, tapi juga memberikan pendidikan agar mereka dapat
mandiri dan juga mereformasi system politik agar membela
hidup mereka.
d. Rendah Hati.
Ini adalah ciri utama pelayan. Seumur hidupnya dia harus
tetap melihat dirinya sebagai pelayan (ciri nomor a di
atas). Pelayan boleh bangga, bersyukur dan kagum pada
hasil kerjanya, tapi tidak boleh sombong. Untuk setiap hasil
yang baik atau tidak, dia bersyukur sebab telah ikut ambil
bagian dalam karya Allah. (Roma 15:17. Jadi dalam Kristus
aku boleh bermegah tentang pelayananku bagi Allah).

Perhatikan perbedaan berikut.

Pekerja Pelayan
Orientasinya adalah uang Oritentasinya Berkat
Bahagia jika jabatan / gaji Bahagia jika dirinya makin
naik. berarti untuk orang lain.
Kerja berdasarkan jam Siap sedia kapan pun
kerja. dibutuhkan.
Kemajuan perusahan / Kebahagiaan orang lain
usaha berarti berarti kemuliaan Tuhan
kesejahteraan pekerjanya. dan kebagiaan batin
pribadi.
Saya harus mendekati Saya mendekati mendekati
orang lain sebab saya orang lain sebab mereka
membutuhkan mereka. membutuhkan saya.
Saya harus mendapatkan Mereka harus
apa yang mereka punya. mendapatkan apa yang
saya punya.
Harus selektif memilih Semua orang patut
patner atau sasaran pendapat pelayanan,
pelanggan. Jauhi yang terutama yang tidak
tidak berdaya / miskin. berdaya / miskin

SOAL PAS (Uraian)


1. Bagaimana hubungan antara Hierarki Gereja dan Kaum
Awam?
2. Bagaimana Gereja menguduskan umatnya?
3. Bagaimaa Gereja memberikan Kesaksian di tengah
majemuknya agama dan kepercayaan?
4. Bagaimana Gereja mengalami Tuhan yang hadir di tengah-
tengah kita melalui Sakramen-sakramenNya?

Anda mungkin juga menyukai