Anda di halaman 1dari 15

Ringkasan ini merupakan bahan untuk penilaian akhir semester

BAB VI
GEREJA SEBAGAI PAGUYUBAN ORANG BERIMAN
A. GEREJA SEBAGAI PAGUYUBAN
Kata gereja mempunyai dua maknya yaitu pertama, gereja sebagai tempat orang kristiani
beribadat, dan kedua adalah Gereja merupakan persekutuan orang yang percaya kepada Yesus
Kristus. Istilah Gereja (Igreja  Portugis) berasal kata dari kata ‘ekklesia’ (Yunani) yang berarti
pertemuan rakyat yang bersifat religius. Di dalam Gereja Allah mengumpulkan bangsaNya dari
segala ujung bumi. Dari sinilah maka pengertian Gereja sebagai persekutuan umat beriman di
seluruh dunia yang terdiri dari jemaat-jemaat setempat dan menjadi nyata sebagai pertemuan
liturgis, terutama sebagai pertemuan ekaristi (KGK752)
Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak persekutuan/kelompok/perkumpulan tetapi tidak semua
disebut komunio. Suatu kelompok disebut komunio apabila terjadi komunikasi dan interaksi yang
berlangsung terus menerus. Masing-masing saling memperhatikan, saling memiliki, saling
memberi, saling mendukung, saling menasehati, saling mengingatkan, saling mengembangkan,
saling melayani, dan saling berusaha agar kebersamaan tersebut terus menerus terjaga
keutuhannya demi kebahagiaan bersama.
Model komunio ini dapat dilihat dalam kehidupan Jamaat Kristen Perdana (Kis 2:41-47).
Perekutuan (komunio) ini terbentuk karena pengalaman yang sama yaitu sebagi murid-murid
Yesus dan orang-orang yang percaya kepadaNya.
Persekutuan (komunio) Jemaat Kristen Perdana berbeda dengan persekutuan yang ada di sekitar
mereka. Perbedaan tersebut tampak dalam pola hidup mereka yaitu
 Bertekun dalam pengajaran para rasul
 Berkumpul untuk berdoa dan memecahkan roti
 Segala kepunyaan (harta benda) mereka adalah milik bersama
 Satu sama lain saling melayani dan berkurban
 Satu dalam iman akan Yesus Kristus
Jemaat Kristen Perdana ini merupakan cikal bakal Gereja yang hingga kini memiliki berbagai
unsur keanggotaan Gereja.
Gereja memiliki banyak anggota tetapi satu tubuh. Kesatuan tubuh tidak mengapus perbedaan
anggota dan tugas. Oleh sebab itu bila ada satu anggota yang menderita semua anggota ikut
menderita atau bila satu anggota dihormati semua anggota ikut bergembira. Meskipun mereka
satu tubuh tetapi di dalam setiap anggota itu memiliki peran dan tugas masing-masing yang
saling terkait dan saling mendukung satu dengan yang lain dalam karya pewartaan.
Anggota Gereja dengan berbagai tugas dan peran masing-masing antara lain
a. Kaum Klerus/tertahbis
Beranggotakan orang-orang yang ditahbiskan menurut Gereja Katolik. Mereka ini terdiri dari
 Episkopat (uskup)
 Presbiterat (imam)
 Diakonat (diakon)
Tugas mereka adalah pelayanan rohani dan menguduskan Gereja melalui perayaan sakramen
b. Kaum hidup bakti
Beranggotakan para biarawan/biarawati. Para biarawan-biarawati hidup dengan menghayati
tiga nasehat Injil (disebut tiga kaul suci/prasetia hidup bakti), hidup dalam persaudaraan yang
tergabung di dalam komunitas, tarekat, kongregasi, ordo tertentu.
Ketiga nasehat Injil yang menjadi ciri dari hidup bakti para biarawan-biarawati adalah wadat,
taat, sederhana/miskin.
Wadat artinya selama menjadi bagian dari hidup bakti maka para biarawan-biarawati tidak
menikah.
Taat artinya mereka taat pada atasan/pimpinan, taat pada regula/konstitusi mereka dan
terutama taat pada kehendak Allah.
Sederhana/miskin maksudnya seluruh hidup mereka mendasari pada semangat hidup miskin,
harta benda yang mereka pergunakan dalam karya bukan menjadi milik pribadi tetapi menjadi
milik bersama sebagai sarana dalam tugas pelayanan
Mereka membaktikan diri untuk mewartakan khabar gembira didalam pelayanan kesehatan,
pendidikan, rumah retret, panti asuhan dll.
Kaum hidup bakti ini misalnya kelompok Bruder (Br.), Suster (Sr.), Frater (Fr.)
Imam yang tergabung dalam suatu kongregasi/ordo juga disebut sebagai biarawan karena
mereka mengikrarkan tiga nasehat Injil tersebut. Kelompok imam ini misalnya SJ, MSF, SCY,
CSSr, OSC, dll
c. Kaum awam
Mengemban tugas perutusan dalam Gereja dan dunia sesuai kehendak Allah yakni mengelola
tata dunia dengannilai Kristiani. Dianara kaum awam ada yang menikah ada yang tidak
menikah (selibat).

HIERARKI DALAM GEREJA KATOLIK


Hierarki dan Awam

Gereja dipahami sebagai persekutuan orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Orang menjadi
anggota Gereja apabila ia telah dibaptis. Anggota pesekutuan Gereja sungguh-sungguh sederajat
martabatnya, sederajat pula kegiatan umum dalam membangun Tubuh Kristus (LG 31). Meskipun
semua anggota Gereja martabatnya sederajat tetapi terkait fungsinya berbeda-beda
 ada fungsi khusus dalam Gereja yang diemban oleh hierarki,
 ada corak hidup khusus yang dijalani biarawan/wati,
 ada fungsi dan corak hidup keduniaan yang menjadi medan khas para awam.
Tetapi yang pokok adalah iman yang sama akan Allah dalam Kristus oleh Roh Kudus.
A. Hierarki dalam Gereja Katolik
Kata hirarki berasal dari bahasa Yunani “hierarchy” yang berarti jabatan (hieros) suci (archos).
Artinya adalah yang termasuk dalam hierarki adalah mereka yang mempunyai jabatan karena
mendapat penyucian melalui tahbisan. Mereka sering disebut sebagai kuasa tahbisan. Karena itu
orang yang termasuk hieraki disebut sebagai para tertahbis.
Namun, pada umumnya hierarki diartikan sebagai tata susunan. Hieraki sebagai pejabat umat
beriman kristiani dipanggil untuk menghadirkan Kristus yang tidak kelihatan sebagai tubuhNya,
yaitu Gereja. Dalam tingkatan hierarki tertahbis (hierarchia ordinis), hierarki Gereja terdiri dari
Uskup, Imam, dan Diakon (KHK 330-572). Menurut tata susunan yuridiksi (hierarchia
yurisdictionis), yuriksi ada pada Paus dan para Uskup yang disebut kolegialitas. Kekhasan hierarki
terletak pada hubungan khusus mereka dengan Kristus sebagai gembala umat.
1. Sejarah hierarki
Struktur hierarki bukanlah suatu yang ditambahkan atau dikembangkan dalam sejarah Gereja.
Menurut ajaran Konsili Vatikan II, struktur itu dikehendaki Tuhan dan akhirnya berasal dari
Kristus sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam sejarah hierarki di bawah ini:
a. Zaman Para Rasul
Awal perkembangan hirarki berasal dari kelompok kedua belas murid Yesus. Kelompok inilah
yang pertama-tama disebut rasul. Rasul (apostolos) artinya utusan. Akan tetapi setelah
kebangkitan Kristus, sebutan rasul tidak hanya untuk kelompok kedua belas, melainkan juga
utusan-utusan selain kelompok kedua belas tersebut. Bahkan akhirnya, semua “utusan
jemaat” (2Kor8:22) dan semua “utusan Kristus” (2Kor 5:20) disebut rasul. Lama-kelamaan,
kelompok rasul lebih luas dari pada kelompok kedua belas rasul. Sesuai dengan namanya,
rasul diutus untuk mewartakan iman dan memberi kesaksian tentang kebangkitan Kristus.
b. Zaman sesudah Para Rasul
Setelah kedua belas rasul meninggal, muncul aneka sebutan, seperti “penatua-penatua” (Kis
15:2), dan “rasul-rasul”, “nabi-nabi”, pemberita-pemberita Injil”, gembala-gembala”, “pengajar”
(Ef 4:11), “episkopos” (Kis 20:28), dan “diakonos” (1Tim 4:14). 
Dari sebutan tersebut banyak yang tidak jelas arti dan maksudnya. Namun pada akhir
perkembangannya, ada struktur dari Gereja St. Ignatius dari Antiokhia yang mengenal
sebutan “penilik” (episkopos), “penatua” (prebyteros), dan “pelayan” (diakonos). Struktur
inilah yang selanjutnya menjadi struktur hirarki Gereja yang menjadi Uskup, Imam, dan
diakon. Dari struktur ini yang penting, bukan kepemimpinan Gereja yang terbagi dari aneka
fungsi dan peran, melainkan bahwa tugas pewartaan para rasul lama-kelamaan menjadi
tugas kepemimpinan jemaat.
2. Dasar kepemimpinan (hirarki) Gereja
Berdasarkan sejarah tersebut, maka kepemimpinan Gereja diserahkan kepada hierarki. Konsili
mengajarkan bahwa “atas penetapan Ilahi, para uskup menggantikan para rasul sebagai
penggembala Gereja” (lih LG 20). “Konsili suci ini mengajarkan dan mengatakan bahwa Yesus
Kristus, Gembala kekal mendirikan Gereja kudus dengan mengutus para rasul seperti
Yesusdiutus oleh Bapa (lih Yoh 20:21).  Pengganti para rasul adalah para uskup, dikehendaki
Yesus menjadi gembala dalam gerejaNya sampai akhir Zaman (lih. LG 18).
Pernyataan tersebut dimaksudkan bahwa dari hidup dan kegiatan Yesus timbullah kelompok
orang yang kemudian berkembang menjadi Gereja, seperti yang dikenal sekarang. Proses
perkembangan pokok itu terjadi dalam umat perdanan (Gereja Perdana), yakni Gereja yang
mengarang Kitab Suci Perjanjian Baru. Jadi dalam kurun waktu antara kebangkitan Yesus dan
awal abad kedua (zaman Ignatius dari Antiokia) secara prinsip terbentuklah hierarki Gereja.
Hierarki Gereja tersebut dikenal hingga sekarang. Wujud Gereja perdana beserta struktur
kepemimpinannya menjadi patokan bagi perkembangan Gereja selanjutnya.
3. Struktur kepemimpinan (hirarki) dalam Gereja
Secara struktural kepemimpinan dalam Gereja sekarang dapat diurutkan sebagai berikut:
a. Uskup
Ketika Kristus mengangkat kedua belas rasul, Yesus membentuk mereka menjadi semacam
dewan atau badan tetap. Sebagai ketua dewan, Yesus mengangkat Petrus yang dipilih dari
antara para rasul.
Pada akhir masa Gereja perdana, sudah diterima cukup umum bahwa para uskup adalah
pengganti para rasul. Maka para uskup disebut sebagai Dewan Para Uskup dengan Paus
sebagai Kepalanya.
Meskipun uskup diterima sebagai pengganti para rasul tetapi bukan berarti bahwa uskup
hanya terdiri dari dua belas orang. Bukan rasul satu persatu diganti orang lain, tetapi
kalangan para rasul sebagai pemimpin Gereja diganti oleh para uskup.
Tugas Dewan Para Uskup adalah pengganti Para Rasul (LG 20). Yang menjadi pimpinan
Gereja adalah Dewan Para Uskup. Seseorang menjadi Uskup karena diterima ke dalam
dewan ini. “Seseorang menjadi anggota Dewan Para Uskup dengan menerima tahbisan
sacramental dan berdasarkan persekutuan hirarkis dengan kepala maupun para anggota
Dewan” (LG 22). Sebagai lambang kolegial ini, tahbisan Uskup selalu dilakukan paling
sedikit tiga uskup, sebab tahbisan Uskup berarti bahwa seorang anggota baru diterima ke
dalam dewan Uskup” (LG 11). Uskup pertama-tama adalah pemimpin Gereja setempat.
Namun dalam persekutuan Gereja-gereja setempat hiduplah Gereja universal. Dalam
persekutuan dengan para uskup, uskup setempat menjadi pemimpin Gereja Universal. Maka
uskup merupakan pemimipin Gereja setempat sekaligus pemimpin Gereja Universal.
Konsili Vatikan II menegaskan “adapun dewan atau badan para uskupp hanyalah
berwibawa, bila bersatu dengan imam agung di Roma pengganti Petrus sebagai kepala dan
selama kekuasaan primatnya terhadap semua, baik para gembala maupun kaum beriman,
tetap berlaku seutuhnya.” Sebab Imam Agung di Roma berdasarkan tugasnya, yakni
sebagai wakil Kristus dan gembala Gereja semesta mempunyai kuasa penuh, tertinggi, dan
universal terhadap gereja, dan kuasa itu selalu dapat dijalankan dengan bebas (LG 22).
Penegasan itu didasarkan bahwa Kristus mengangkat Petrus sebagai ketua para rasul.
Yesus mengangkat Santo Petrus menjadi ketua para rasul lainnya. Dalam diri Petrus, Yesus
menetapkan adanya asas dan dasar kesatuan iman serta persekutuan yang tetap dan
kelihatan (bdk. LG 18)
Petrus diangkat menjadi pemimpin para rasul. Paus yang adalah pengganti Petrus juga
pemimpin para uskup. Menurut kesaksian tradisi, Petrus adalah uskup Roma yang pertama.
Karena itu, Roma dipandang sebagai pusat dan pedoman seluruh Gereja. Menurt keyakinan
tradisi, Uskup Roma itu pengganti Petrus, bukan hanya sebagai uskup lokal melainkan
terutama dalam fungsinya sebagai ketua Dewan Pimpinan Gereja. Paus adalah uskup
Roma, dan sebagai Uskup Roma, ia adalah pengganti Petrus dengan tugas dan kuasa
seperti Petrus. Tugas dan kuasa Petrus, menurut Perjanjian Baru, begitu istimewa (Mat
16:16-19; Yoh 21:15-19), Ia diakui sebagai pemimpin Gereja. “Para rasul menghimpun
Gereja semesta, yang oleh Tuhan didirikan dalam diri mereka dan di atas rasul Petrus, ketua
mereka, sedangkan Yesus Kristus sendiri sebagai batu sendinya” (LG 19). Fungsi dan
kedudukan Petrus sebagai pemimpin Gereja diakui pula sebagai unsure prinsip hirarki, yang
akhirnya berasal dari Kristus sendiri. Itulah tugas dan wewenang Paus, pengganti Petrus.
Pada dasarnya Paus adalah seorang Uskup. Seorang uskup selalu berkarya dalam
persekutuan dengan para Uskup lain dan mengakui paus sebagai kepala. Karya seorang
uskup adalah “menjadi asas dan dasar kelihatan bagi kesatuan dalam GerejaNya (LG 23).
Tugas pokok uskup di tempatnya sendiri adalah pemersatu. Tugas hirarki yang pertama dan
utama adalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas ini dapat disebut tugas
kepemimpinan dan para uskup “dalam arti sesungguhnya disebut pembesar umat yang
mereka bimbing” (LG 27) Tugas pemersatu ini selanjutnya dibagi menjadi tugas khusus
menurut tiga bidang kehidupan gereja, yaitu pewartaan, perayaan, dan pelayanan, di mana
dimungkinkan komunikasi iman dalam Gereja. Dan dalam bidang-bidang itulah para Uskup
dan Paus menjalankan tugas kepemimpinannya. Pewartaan Injil menjadi tugas terpenting
(LG 25). Tugas penting selanjutnya adalah perayaan, “mempersembahkan ibadat agama
Kristen kepada Allah yang Mahaagung dan mengaturnya menurut perintah Tuhan dan
hukum Gereja” (LG 26). Selanjutnya adalah pelayanan, “membimbing Gereja-gereja yang
dipecayakan kepada mereka sebagai wakil dan utusan Kristus, denan petunjuk-petunjuk,
nasihat-nasihat, dan teladan hidup merka, tetapi juga dengan kewibawaan dan kuasa suci”
(LG 27).  Dalam ketiga bidang keidupan menggereja, Uskup bertindak sebagai pemersatu,
yang mempertemukan orang dalam komunikasi iman.
b. Imam
Seseorang menjadi imam apabila ia menerima tahbisah imamat. Dalam melaksanakan
tugasnya imam membantu Uskup. Maka para imam merupakan pembantu uskup. “Para
Imam dipanggil melayani umat Allah sebagai pembantu arif bagi badan Uskup, sebagai
penolong dan organ mereka “(LG 28).Tugas konkret para imam sama seperti uskup.
Mereka ditahbiskan pertama-tama untuk mewartakan Injil (lih. PO 4) dan
menggembalakan umat (lih. PO).
c. Diakon = pelayan
Diakon merupakan pribadi yang menerima tahbisan diakon, sebagai tahapan awal sebelum
menerima tahbisan imamat. Ia ditumpangi tangan bukan untuk imamat tetapi untuk
pelayanan (LG 29). Mereka ini juga pembantu Uskup, tetapi tidak mewakili uskup. Para
diakon adalah pembantu Uskup dengan tugas terbatas. Dengan kata lain diakon adalah
pembantu khusus uskup, sedangkan imam adalah pembantu umum Uskup. 
4. Kardinal
Seorang Kardinal merupakan seorang uskup yang diberi tugas dan wewenang memilih Paus.
Kardinal bukan jabatan hirarkis dan tidak termasuk struktur hirarkis. Kardinal dipilih dari uskup-
uskup di seluruh dunia. Kardinal adalah penasehat Paus dan membantu Paus dalam tugas reksa
harian seluruh Gereja. Mereka membentuk suatu dewan Kardinal. Jumlah dewan yang berhak
memilih Paus dibatasi 120 orang yang di bawah usia 80 tahun. Seorang Kardinal dipilih oleh Paus
secara bebas.
5. Fungsi Khusus Hierarki
Seluruh umat Allah mengambil bagian di dalam tugas Kristus sebagai nabi (mengajar), imam
(menguduskan), dan raja (menggembalakan). Pada kenyataannya umat tidak seragam, maka
Gereja mengenal pembagian tugas tiap komponen umat (hirarki, biarawan/wati, dan awam). Untuk
menjalankan tugas dengan cara yang berbeda. Berdasarkan keterangan yang telah diungkapkan di
atas, fungsi khusus hirarki adalah:
 Menjalankan tugas gerejani, yakni tugas-tugas yang langsung menyangkut kehidupan beriman
Gereja, seprti: pelayanan sakramen-sakramen, mengajar, dan sebagainya.
 Menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman. Hirarki mempersatukan umat
dalam iman dengan petunjuk, nasihat, dan teladan.
6. Corak Kepemimpinan dalam Gereja
a. Kepemimpinan merupakan panggilan
Kepemimpinan dalam Gereja merupakan suatu panggilan khusus di mana campur tangan
Tuhan merupakan unsur yang dominan.Kepemimpinan Gereja tidak diangkat oleh manusia
berdasarkan bakat, kecakapan, atau prestasi tertentu.Kepemimpinan dalam Gereja tidak
diperoleh oleh kekuatan manusia sendiri.“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang
memilih kamu.” Kepemimpinan dalam mayarakat dapat diperjuangkan oleh manusia, tetapi
kepemimpinan dalam Gereja tidaklah demikian
b. Kepemimpinan bersifat mengabdi dan melayani
Kepemimpinan dalam Gereja bersifat mengabdi dan melayani dalam arti semurni-murninya,
walaupun ia sunggunh mempunyai wewenang yang berasal dari Kristus sendiri. Kepemimpinan
gerejani adalah kepemimpinan melayani, bukan untuk dilayani
c. Kepemimpinan untuk menjadi yang terakhir, bukan yang pertama.
Kepemimpinan untuk mencuci kaki sesama saudara. Ia adalah pelayan. (Paus dikatakan
sebagai “Servus Servorum Dei”=hamba dari hamba-hamba Allah). Kepemimpinan dalam
masyarakat diangkat untuk memerintah dalam arti sesungguhnya. Ia memiliki kedudukan yang
“pertama”. Kepemimpinan dalam masyarakat merupakan suatu “pangkat”, tidaklah demikian
dalam Gereja.
d. Kepemimpinan hirarki berasal dari Tuhan,
Kepemimpinan hirarki berasal dari Tuhan, maka tidak dapat dihapuskan oleh manusia.
Kepemimpinan dalam masyarakat dapat diturunkan oleh manusia, karena ia memang diangkat
dan diteguhkan oleh manusia.

B. Hubungan Awam dan Hirarki sebagai Patner Kerja


Sesuai dengan ajaran Konsili vatikan II, rohaniwan (hirarki) dan awam memiliki martabat yang
sama, hanya berbeda fungsi. Semua fungsi sama luhurnya, asal dilaksanakan dengan motivasi
yang baik, demi Kerajaan Allah.
1. Pengertian Awam
Yang dimaksud dengan kaum awam adalah semua orang beriman Kristiani yang tidak termasuk
golongan yang menerima tahbisan suci dan status kebiarawanan yang diakui dalam Gereja
(lih. LG 31).
Definisi awam dalam praktek dan dalam dokumen-dokumen Gereja ternyata mempunyai 2
macam:
 Definisi teologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan. Jadi, awam meliputi
biarawan/wati seperti suster dan bruder yang tidak menerima tahbisan suci.
 Definisi tipologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan dan juga bukan
biarawan/wati. Maka dari itu awam tidak mencakup para suster dan bruder Definisi ini dikutip
dari Lumen Gentium yang rupanya menggunakan definisi tipologis. Dan untuk selanjutnya
istila “awam” yang digunakan adalah sesuai dengan penegrtian tipologis di atas
2. Peranan Awam
Peranan Awam sering disitilahkan sebagai Kerasulan Awam yang tugasnya dibedakan sebagai
Kerasulan internal dan eksternal.Kerasulan internal atau kerasulan “di dalam Gereja” adalah
kerasulan membangun jemaat.Kerasulan ini lebih diperani oleh jajaran hirarkis, walaupun awam
dituntut juga untuk mengambil bagian di dalamnya.Kerasulan eksternal atau kerasulan “dalam
tata dunia” lebih diperani oleh para awam.Namun harus disadari bahwa kerasulan dalam Gereja
bermuara pula ke dunia. Gereja tidak hadir di dunia ini untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dunia.
Gereja hadir untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini. Berikut akan diuraikan peranan
awam dalam kerasulan eksternal dan interna
a. Kerasulan dalam tata Dunia (eksternal)
Berdasarkan panggilan khasnya, awam bertugas mencari Kerajaan Allah dengan
mengusahakan hal-hal duniawi dan mengaturnya sesuai dengan kehendak Allah. Mereka
hidup dalam dunia, yakni dalam semua dan tiap jabatan serta kegiatan dunia. Mereka
dipanggil Allah agar sambil menjalankan tugas khasnya dan dibimbing oleh semangat Injil.
Mereka dapat menguduskan dunia dari dalam laksana ragi (lih. LG 31)
Kaum awam dapat menjalankan kerasulannya dengan kegiatan penginjilan dan pengudusan
manusia serta meresapkan dan memantapkan semangat Injil ke dalam “tata dunia”
sedemikian rupa sehingga kegiatan mereka sungguh-sungguh memberikan kesaksian
tentang karya Kristus dan melayani keselamatan manusia Dengan kata lain “tata dunia”
adalah medan bakti khas kaum aam. Hidup keluarga dan masyarakat yang bergumul dalam
bidang-bidang ipoleksosbudhamkamnas hendaknya menjadi medan bakti mereka.
Cukup lama, bahkan samapai sekarang ini, masih banyak di antara kita yang melihat
kerasulan dalam tata dunia bukan sebagai kegiatan kerasulan. Mereka menyangka bahwa
kerasulan hanya berurusan dengan hal-hal rohani yang sacral, kudus, serba keagamaan,
dan yang menyangkut kegiatan-kegiatan dalam lingkup Gereja. Dengan paham gereja
sebagai “Tanda dan Sarana Keselamatan Dunia” yang dimunculkan oleh gaudium et Spest,
di mana otonomi dunia dan sifatnya yang secular diakui, maka dunia dan lingkungannya
mulai diterima sebagai patner dialog dapat saling memperkaya diri. Orang mulai menyadari
bahwa menjalankan tugas-tugas duniawi tidak hanya berdasrkan alas an kewargaan dalam
masyarakat atau Negara saja, tetapi juga karena dorongan iman dan tugas kerasulan kita,
asalkan dengan motivasi yang baik. Iman tidak hanya menghubungkan kita dengan Tuhan,
tetapi sekaligus juga menghubungkan kita dengan sesame kita di dunia ini
b. Kerasulan dalam Gereja (internal)
Karena Gereja itu Umat Allah, maka Gereja harus sungguh-sungguh menjadi Umat Allah. Ia
hendaknya mengkonsolidasi diri untuk benar-benar menjadi Umat Allah itu. Ini adalah tugas
membangun gereja. Tugas ini dapat disebut kerasulan internal. Tugas ini pada dasrnya
dipercayakan kepada golongan hirarkis (kerasulan hirarkis), tetapi awam dituntut pula untuk
ambil bagian di dalamnya. Keterlibatan awam dalam tugas membangun gereja ini bukanlah
karena menjadi perpanjangan tangan dari hirarki atau ditugaskan hirarki, tetapi karena
pembabtisan ia mendapat tugas itu dari Kristus. Awam hendaknya berpartisipasi dalam tri
tugas gereja.
 Dalam tugas nabiah (pewarta sabda), seorang awam dapat
mengajar agama, sebagai katekis, memimpin kegiatan pendalaman Kitab Suci atau
pendalaman iman, dsb.
 Dalam tugas imamiah (menguduskan), seorang awam dapat
Memimpin doa dalam pertemuan umat, Memimpin koor atau nyanyian dalam
ibadah, Membagi komuni sebagi prodiakon, Menjadi pelayan putra Altar, dsb
 Dalam tugas nabiah (pewarta sabda), seorang awam dapat:
Menjadi angota dewan paroki, Menjadi ketua seksi, ketua lingkungan atau wilayah, dsb
c. Hubungan Awam dan Hirarki
Mengenai hubungan antara awam dan hiraki, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1)   Gereja sebagai Umat Allah
Keyakinan bahwa semua anggota warga Gereja memiliki martabat yang sama, hanya
berbeda fungsi dapat menjamin hubungan yang wajar antara semua komponen Gereja.
Tidak boleh ada klaim bahwa komponen-komponen tertentu lebih bermartabat dalam
Gereja Kristus dan menyepelekan komponen yang lainnya. Keyakinan ini harus
diimplementasikan secara konsekuen daam hidup dan karya semua anggota Gereja.
2)   Setiap Komponen Gereja memiliki Fungsi yang khas
Setiap komponen Gereja memiliki fungs yang khas. Hirarki yang bertugas memimpin
(melayani) dan mempersatuakan Umat Allah. Biarawan/wati dengan kaul-kaulnya
mengarahkan Umat Allah pada dunia yang akan dating (eskatologis). Para awam
bertugas merasul dalam tata dunia. Mereka menjadi rasul dalam keluarga-keluarga dan
dalam masyarakat di bidang ipoleksosobudhamkamnas. Jika setiap komponen gereja
menjalankan fungsinya msing-masing dengan baik, maka adanya kerja sama yang baik
pasti terjamin.
3)   Kerja sama
Walaupun tiap komponen memiliki fungsinya masing-masing, namun untuk bidang-
bidang tertentu, terlebih dalam kerasulan internal yaitu membangun hidup menggereja,
masih dibutuhkan partisipasi dan kerja sama dari semua komponen.Dalam hal ini
hendaknya hirarki tampil sebagai pelayan yang memimpin dan mempersatukan.
Pimpinan tertahbis, yaitu dewan diakon, dewan presbyter, dan dewan uskup tidak
berfungsi untuk mengumpulkan kekuasaan ke dalam tangan mereka, melainkan untuk
menyatukan rupa-rupa tipe, jenis, dan fungsi pelayanan (charisma( yang ada.Hirarki
berperan untuk memelihara keseimbangan dan persaudaraan di antara sekian banyak
tugas pelayanan. Para pemimpin tertahbis memperhatikan serta memelihara
keseluruhan visi, misi, dan reksa pastoral. Karena itu, tidak mengherankan bahwa di
antara mereka termasuk dalam dewan hirarki ini ada yang bertanggungjawab untuk
memelihara ajaran yang benar dan memimpin perayaan sakramen-sakramen.
B. CIRI GEREJA SEBAGAI PAGUYUBAN
Kehidupan jemaaat Kristen Perdana (Kis 2:41-47) sebagai persekutuan masih diperjuangkan
Gereja hingga saat ini. Gereja Katolik masih senantiasa bertekun dalam pengjaran para rasul
dengan memlihara dan tetap berpegang pada tradisi Gereja Perdana. Gereja Katolik saat ini
senantiasa mengajak umat untuk membentuk persekutuan baik di lingkup paroki maupun
lingkungan. Gereja tetap memperhatikan anggotanya dalam berbagai karya social untuk
memperhatikan kehidupan jemaatnya. Melalui sakramen-sakramen, Gereja memperhatikan
kekudusan jemaatnya agar selalu memuji dan memuliakan Allah.
Dalam doa Syahadat para rasul kita mengenal ciri Gereja Katolik. Ciri tersebut adalah
1. Gereja yang satu
Kesatuan gereja tampak dalam
 Satu Injil
 Satu baptisan
 Satu jabatan yang dikaruniakan kepada Petrus dan kedua belas rasul
Menurut Katekismus Gerja Katolik (KGK) kesatuan Gereja karena tiga alasan
 Gereja satu menurut asalnya yang adalah Tritunggal Mahakudus kesatuan Allah
tunggal dalam tiga pribadi Bapa, Putera, dan Roh Kudus
 Gereja satu menurut pendirinya yaitu Yesus Kristus yang telah mendamaikan
semua orang dengan Allah melalui darahNya di kayu salib
 Gereja satu menurut jiwanya yaitu roh Kudus yang tinggal di hati umat beriman
yang meniptakan pesekutuan umat beriman dan yang memenhui serta
membimbing Gereja
Kesatuan Gereja peziarahan juga tampak dalam
 Pengakuan iman yang satu dan sama yang diwariskan oleh para rasul
 Perayaan ibadat bersama terutama dalam sakramen-sakramen
 Suksesi apostolic yang oleh sakramen Tahbisan menegakkan kesepakatan
sebagai saudara dalam keluarga Allah
2. Gereja yang kudus
 Gereja merupakan perwujudan kehendak Allah yang mahakudus untuk bersatu
dengan manusia dan mempersatukan manusia dalam kekudusanNya.
 Gereja disebut kudus karena bersumber dari yang kudus. Gereja didikrikan oleh
Yesus sehingga Gereja menerima kekudusan Yesus atas doa-doaNya
 Gereja disebut kudus karena tujuannya mengarah ke kudusan yaitu Gereja
bertujuan untuk memuliakan Allah dan menyelamatkan umat manusia
 Gereja disebut kudus karena jiwa Gereja adalah kudus, yaitu jiwa Gereja adalah
Roh Kudus
 Gereja disebut kudus karena unsure-unsur otentik di dalamnya adalah kudus
seperti sakramen-sakramen dan ajaran-ajaran
 Gereja disebut kudus karena aggotanya kudus, yaitu ditandai oleh Yesus dengan
pembaptisan dan diserahkan kepda Yesus serta dipersatukan dalam iman, harapan
dan cinta yang kudus. Semua anggota Gereja diarahkan kepada kekudusan
3. Gereja yang katolik
 Katolik memiliki arti umum, universal. Gereja yang Katolik berarti diperuntukkan
kepada semua manusia dari segala bangsa, tempat, dan zaman.
 Gereja bersifat Katolik karena terbuka bagi dunia, tidak terbatas pada tempat
tertentu, bangsa dan kebudayaan tertentu, waktu dan masyarakat tertentu
Kekatolikan Gereja tampak dalam
 Rahmat dan keselamatan yang diwartakan
 Iman dan ajaran Gereja bersifat umum (dapat diterima dan dihayati siapapun)
 Gereja terbukan untuk menampung dan memajukan segala kemampuan,
kekayaan,dan adat istiadat bangsa-bangsa
4. Gereja yang apostolik
Apostolik artinya rasul. Berarti gereja yang apostolic maksudnya adalah Gereja yang
berasal dari para rasul dan berpegang teguh pada kesaksian para rasul.
Kesadaran bahwa Gereja dibangun atas dasar para rasul dan Kristus sebagai batu penjuru
sudah ada sejak zaman Gereja Perdana.
Dengan demikian Gereja yang apostolic berarti Gereja yang mengakui diri sama dengan
Gereja Perdana yaitu Gereja Para Rasul
Gereja yang apostilik karena berhubungan dengan para rasul yang diutus Yesus.
Hubungan itu tampak dalam
 fungsi dan kekuasaan hirarki dari para rasul,
 ajaran-ajaran Gereja diturunkan dan berasal dari kesaksian para rasul,
 Ibadat dan struktur Gereja pada dasarnya berasal dari para rasul

Sifat-sifat Gereja tersebut perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Usaha yang dapat
dilakukan untuk mewujudkan sifat-sifat Gereja dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
a. Untuk mewujudkan kesatuan Gereja dapat dilakukan dengan
 Aktif dalala persekutuan Gereja
 Setia dan taat ada persekutuan umat termasuk hierarki
 Lebih jujur dan terbuka satu dengan yang lain,
 Lebih memprlihatkan kesamaan daripada perbedaan
 Mengadakan berbagai kegiatan social maupuan perbadatan bersama
b. Untuk mewujudkan kekudusan Gereja dapat dilakukan dengan
 Saling memberikan kesaksian sebagai putra-putri Allah
 Memperkenalkan anggota Gereja yang telah hidup secara heroic untuk mencapai
kekudusan
 Merenungkan dan mendalami Kitab suci khusunya ajaran dan hidup Yesus sebagai
pedoman dan arah hidup kita
c. Untuk mewujudkan kekatolikan Gerja dapat dilakukan dengan
 Bersikap terbuka dan menhormatikebudayaan, adat-istiadat bahkan agama bngsa
manapun
 Bekerjasama dengan pihak manapun yang berkehendak baik dalam mewujudkan
nilai-nilai luhur
 Memprakarsai dan memperjuangkan suatu kehdupan di dunia yang baik untuk
seluruh umat
d. Untuk mewujudkan Gereja Katolik yang apostolic dapat dilakukan dengan
 Mempelajari Injil yang merupakan iman Gereja para Rasul
 Menafsirkan dan mengevaluasi situasi konkrit dengan didasarkan atas iman Gereja
para Rasul
 Setia dan loyal kepada hierarki sebagai pengganti para rasul

C. BENTUK-BENTUK PELAYANAN GEREJA SEBAGAI PAGUYUBAN


Hingga saat ini cara hidup Gereja Katolik masih berkiblat pada cara hidup jemaat Kristen Perdana
(Kis 2: 41-47). Ada lima tugas Gereja yang diperjuangkan.
1. Pengudusan (liturgia)
merupakan segala bentuk peribadatan kepada Tuhan yang dilakukan umat baik secara
personal maupun komunal, baik berupa sakramen maupun bukan sakramen
contohnya ekaristi, ibadat sabda, doa novena, rosario
2. Persekutuan (koinonia)
merupakan segala bentuk usaha untuk semakin mewujudkan dan mengukuhkan persaudaraan
murid-murid Kristus dengan saling membantu, saling berbagi, dan memenuhi kebutuhan
bersama.
Contohnya kegiatan retret, rekoleksi, kelompok legio maria, merriage encounter, wanita katolik,
karyawan muda katolik, PMKRI
3. Pelayanan (diakonia)
merupakan bentuk pelayanan kepada semua orang yang membutuhkan bantuan
contohnya poliklinik, rumah sakit, dana social, yayasan yatim piatu, panti asuhan, panti jompo,
pendidikan, putra putrid Altar, Prodiakon, ketua lingkungan, ketua wilayah
4. Pewartaan (kerygma)
merupakan segala bentuk pewartaan, pengajaran iman, dan komunikasi iman untuk saling
mengukuhkan, bergagi pengalaman iman, dan saling meluruskan iman.
Contohnya pelajaran agama, pelajaran calon baptis, pelajaran calon penerima komuni
pertama, pelajaran calon penerima sakramen penguatan, pelajaran persiapan pernikahan,
katekese, kotbah, kelompok PIR, PIA, OMK,
5. Kesaksian (martyria)
kesaksian hidup dapat dilakukan dengan cara hidup yang benar dan juga dapat dilakukan
dengan kamatian.
Contohnya cara hidup yang benar (misalnya kesaksian hidup yang dilakukan ibu Suzana tidak
menaikkan harga dagangannya di tengah krisis karena virus corona), rela mempertaruhkan diri
bahkan sampai mati karena iman seperti para martir msial Stepanus, Tarsisius, Petrus dll.

BAB VII
A. GEREJA SEBAGAI TANDA DAN SARANA PENYELEMATAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia selamat berarti terhindar dari bahaya, malapetaka,
bencana, tidak mendapat gangguan atau kerusakan. Setiap manusia dalam hidupnya ingin
terhindar dari bahaya, malapetaka, bencana, tidak mendapat gangguan atau kerusakan atau
ingin mendapat keselamatan, karena dengan selamat ia dapat melanjutkan kehidupan.
Dalam pendangan hidup orang Kristiani selamat dapat diartikan diampuni dosa – dosanya.
Dengan selamat dari dosa maka orang beriman mempunyai harapan untuk tinggal bersama Allah
di Surga dalam kehidupan kekal.
Dari pemahaman tersebut dapat diartikan bahwa keselamatan yang diharapkan terjadi pada saat
ini (saat manusia hidup di dunia) dan masa yang akan datang (saat kehidupan kekal setelah
kematian). Keselamatan pada masa sekarang dialami bila orang patuh pada norma, tata tertib,
aturan yang berlaku di masyarakat. Keselamatan juga dapat terjadi bila orang mampu mengubah
perilaku hidup yang buruk menjadi perilaku baik. Sedangkan kesalamatan kekal akan dialami bila
orang terbebas dari dosa, atau dosanya diampuni. Pengampunan dosa memerlukan usaha dari
manusia dan belas kasih Allah.
Cara orang katolik memandang tentang keselamatan adalah bahwa keselamatan diperuntukan
bagi semua orang, baik orang berdosa maupun orang baik. Bagi orang berdosa keselamatan
terjadi apabila mau bertobat, sedangkan bagi orang yang baik diperintahkan untuk berbuat
kebaikan.
Keselamatan adalah anugerah Tuhan, namun perlu diupayakan oleh manusia dengan cara
berbuat kebaikan (bukan untuk mengumpulkan pahala/berkat/rahmat). Hal itu dilakukan sebagai
pertanggungjawaban manusia atas anugerah yang telah diberikan Allah kepada kita.
Sebagai orang beriman sumber keselamatan adalah Tuhan. Sejak awal penciptaan Allah
menjanjikan keselamatan kepda manusia, karena itu manusia pertama tinggal di tempat yang
disediakan Allah (taman Eden). Sumber keselamatan adalah Allah selama manusia patuh, taat
melaksanakan kehendak Allah (manusia pertama harus keluar dari taman Eden dan
mengupayakan sediri kebutuhan hidupnya karena mengingkari kehendak Allah).
Keselamatan datang dari Allah, ‘… dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di
dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia
yang olehNya kita apat diselamatkan ‘ (Kis. 4:12)
PAHAM KESELAMATAN MENURUT GEREJA
• Keselamatan diartikan sebagai mendapat pertolongan dan terhindar dari bahaya. (Mat 14: 30
– 31).
• Keselamatan diartikan sebagai sembuh dari penyakit dan penderitaan (Luk 8 : 35 – 36).
• Keselamatan diartikan sebagai bebas dari kematian. ( Yak 5:20).
• Keselamatan diartikan sebagai beriman (Mat 9: 22).
• Keselamatan diartikan sebagai kasih karunia Tuhan. (Kis 15: 11; bdk. Ef 2: 5 – 8)
• Keselamatan diartikan sebagai kesejahteraan lahir dan batin, baik di dunia maupun akhirat.
(Kis 2:21)
Dari berbagai cerita dari Kitab Suci tersebut maka dapat disimpulkan bahwa paham keselamatan
menurut Gereja adalah :
• Sikap beriman kepada Yesus Kristus karena Dia adalah jalan menuju sumber kehidupan, yaitu
Allah, Bapa-Nya. Melalui sabda dan tindakanNya, Yesus telah membebaskan kta dari dosa
dengan segala akibatnya (sakit, penderitaan, penindasan dsb).
• Berkat Yesus, keselamatan itu sudah menjadi nyata di dunia ini dan menjadi sempurna di
surga kelak.
B. GEREJA SEBAGAI TANDA DAN SARANA PENYELAMATAN.
Allah merupakan pribadi yang tidak dapat diselami oleh manusia, secara fisik manusia tidak dapat
melihat kehadiran Allah. Maka kehadiran Allah ditafsirkan melalui tanda-tanda. Penyelamatan
Allah kepada manusia ditarsirkan dari tanda dan sarana yang ada di dunia. Bagi orang Kristiani,
Gereja merupakan tanda dan sarana bagi Allah untuk menyelamatkan manusia
Gereja hadir di dunia melaksanakan tugas perutusan yang telah diterima oleh para Rasul dari
Yesus Kristus. Tugas tersebut untuk meneruskan/melanjutkan karya Yesus dalam mewartakan
Kerajaan Allah. Kerajaan Allah dipahami sebagai situasi manusia mengalami damai, sejahtera,
tentetam, pengampunan, persaudaraan dll. Orang yang hidupnya mengalami siuasi tersebut dapat
disebut mengalami keselamatan. Karena itu Gereja berperan untuk membawa manusia semakin
dekat dan setia dengan Yesus. Yesus yang menderita sengsara, wafat di kayu salib dan bangkit,
tidak akan datang lagi secara fisik. Oleh sebab itu Gereja harus hadir di tengah masyarakat
untuk menampakkan wajah dan kehadiran Yesus.
Gereja menjadi sarana bagi umat untuk menjalin komunikasi dengan Allah. Dalam komunikasi
tersebut dipergunakan simbul-simbul/tanda. Tanda/simbul dalam berkomunikasi dengan Allah
tersebut disebut SAKRAMEN
Sakramen berasal dari bahasa Latin SACRAMENTUM yang berarti tanda dan sarana keselamatan
dari Allah bagi manusia. Dalam gereja Katolik dikenal tujuh sakramen yaitu
1. Baptis
2. Ekaristi (komuni pertama)
3. Penguatan
4. Tobat (rekonsiliasi)
5. Pengurapan orang sakit (minyak suci)
6. Perkawinan
7. Imamat
MAKNA GEREJA SEBAGAI TANDA DAN SARANA PENYELAMATAN
Melalui sakramen : tanda dan sarana yang kelihatan, yang diadakan Yesus untuk menyatakan dan
menyampaikan rahmat. Sakramen menjadi tanda dan sarana kehadiran Allah yang
menyelamatkan.
Yesus disebut sebagai sakramen Allah dan sakramen utama
 Yesus disebut sebagai Sakramen Allah karena tindakan dan sabda Yesus menunjukan
bahwa Yesus adalah tanda dan sarana kehadiran Allah
 Yesus disebut sebagai Sakramen Utama karena Yesus merupakan tanda kehadiran Allah
yang utama.
Gereja di sebut sebagai sakramen Yesus Kristus dan sakramen dasar
 Gereja disebut sebagai sakramen Yesus Kristus karena Gereja sebagai tanda dan sarana
kehadiran Yesus yang menyelamatkan.
 Gereja disebut sebagai sakramen dasar karena di dalam Gereja, Yesus Kristus meletakan
dasar peneyelamatan umat manusia, yakni persatuan manusia dengan Allah dan kesatuan
seluruh umat manusia.

BAB VIII
SAKRAMEN – SAKRAMEN GEREJA
Sakramen dimengerti sebagai tanda dan sarana keselamatan dari Allah bagi manusia. Dalam
Gereja Katolik dikenal 7 (tujuh) sakramen. Sakramen tersebut adalah
1. Baptis
Pembaptisan adalah sakramen pertama dan mendasar dalam inisiasi Kristiani. Sakramen ini
dilakukan dengan cara menyelamkan si penerima ke dalam air atau dengan mencurahkan (tidak
sekedar memercikkan) air ke atas kepala si penerima dengan disertai ucapan "dalam nama Allah
Bapa dan Allah Putra dan Roh Kudus " (Matius 28:19). Pelayan sakramen ini biasanya seorang
uskup atau imam, atau (dalam Gereja Latin, namun tidak demikian halnya dalam Gereja Timur)
seorang diakon.
Lambang yang digunakan dalam sakramen baptis adalah
a. Air
Dalam kehidupan sehari-hari orang banyak menggunakan air untuk sarana kebersihan,
misalnya mencuci (mencuci badan, mobil, motor, piring, gelas dll). Maka air dalam
pembaptisan melambangkan pembersihan dari dosa-dosa.
Lambang tersebut digenapkan dalam diri Yesus bahwa air dan darah yang dicurahkan Yesus
dalam penderitaan hingga wafatNya di kayu salib sebagai penebusan dosa.
b. Lilin
Lilin menyala memberi terang dan tubuh lilin habis terbakar demi memberi terang di sekitarnya.
Lilin juga menjadi lambang cahaya Kristus sebagai penerang dalam kehidupan. Seluruh hidup
Yesus dicurahkan kepada keselamatan manusia hingga seluruh tubuhnya pun hancur karena
pederitaan dan warat di kayu salib demi penebusan dosa manusia, demi keselamatan
manusia.
c. Kain putih
Melambangkan orang yang dibaptis “mengenakan Kristus” artinya setelah pembaptisan orang
yang dibaptis mengandalkan Kristus dalam hidupnya.
Pembaptisan membebaskan penerimanya dari dosa asal serta semua dosa pribadi dan dari
hukuman akibat dosa-dosa tersebut, orang yang dibaptis mengambil bagian dalam kehidupan
Tritunggal Allah melalui "rahmat yang menguduskan" (rahmat pembenaran yang mempersatukan
pribadi bersangkutan dengan Kristus dan Gereja-Nya).
Pembaptisan juga membuat penerimanya mengambil bagian dalam imamat Kristus dan
merupakan landasan komuni (persekutuan) antar semua orang Kristen.
Pembaptisan menganugerahkan kebajikan-kebajikan "teologis" (iman, harapan dan kasih) dan
karunia-karunia Roh Kudus. Sakramen ini menandai penerimanya dengan suatu meterai rohani
yang berarti orang tersebut secara permanen telah menjadi milik Kristus.
Pembaptisan mempunyai dua makna
a. Diikutkan dalam kebangkitan Kristus dan diangkat menjadi putra-putri Allah.
b. Menjadi anggota Gereja keluarga Allah yang tampak di dunia.
2. Ekaristi (komuni pertama)
Dalam peristiwa perjamuan malam terakhir (Luk 22:19) disebutkan “ Lalu Ia mengambil roti,
mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya:
"Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."”
Ekaristi berasal dari bahasa Yunani eucharistien yang berarti puji syukur dan kebembiraan.
Karena itu kita memahami ekaristi sebagai
a. Syukur dan pujian kepada Bapa
b. Kenangan akan kurban Kristus dan tubuhNya
c. Kehadiran Kristus oleh kekuatan perkataan dan Roh-Nya
Ekaristi adalah sakramen (yang kedua dalam inisiasi Kristiani) dengan baptisan umat Katolik
mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus serta turut serta dalam pengorbanan diri-
Nya. Aspek pertama dari sakramen ini (yakni mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus
Kristus) disebut pula Komuni Suci.
Roti (yang harus terbuat dari gandum, dan yang tidak diberi ragi dalam ritus Latin, Armenia dan
Ethiopia, namun diberi ragi dalam kebanyakan Ritus Timur) dan anggur (yang harus terbuat dari
buah anggur) yang digunakan dalam ritus Ekaristi, dalam iman Katolik, ditransformasi dalam
segala hal kecuali wujudnya yang kelihatan menjadi Tubuh dan Darah Kristus, perubahan ini
disebut transubstansiasi.
Hanya uskup atau imam yang dapat menjadi pelayan Sakramen Ekaristi, dengan bertindak
selaku pribadi Kristus sendiri. Diakon serta imam biasanya adalah pelayan Komuni Suci, umat
awam dapat diberi wewenang dalam lingkup terbatas sebagai pelayan luar biasa Komuni Suci.
Ekaristi dipandang sebagai "sumber dan puncak" kehidupan Kristiani, tindakan pengudusan yang
paling istimewa oleh Allah terhadap umat beriman dan tindakan penyembahan yang paling
istimewa oleh umat beriman terhadap Allah, serta sebagai suatu titik dimana umat beriman
terhubung dengan liturgi di surga.
3. Penguatan
Hubungan tak terpisahkan Antara Yesus dengan Roh Kudus (Kis 2:11)
Sakramen penguatan diterimakan kepada orang yang telah dibaptis sebagai tanda bahwa dia
telah dewasa dan memantapkan secara iman. Dalam kehipupan sehari-hari, orang dewasa
memiliki ciri antara lain bertanggung jawab, mampu membedakan yang baik dan buruk, mandiri,
keputusan yang diambil berdasarkan tanggung jawab, mampu mengendalikan diri, tidak mudah
terbawa arus dll.
Sakramen penguatan merupakan sakramen yang memberi Roh Kudus supaya mengkarkan kita
lebih kuat dalam pesekutuan anak-anak Allah, menggabungkan kita lebih erat dengan Kristus,
memprkuat hubungan kita dengan Gereja, mengambil bagian lebih banyak dalam perutusan, dan
membantu kita member kesaksian iman Kristen dengan perkataan dan perbuatan (KGK1316)
Karena penerima sakramen penguatan sebagai pernyataan kedewasaan iman maka syarat orang
dapat menerima sakramen penguatan adalah
a. Sudah dibaptis dan menerima komuni
b. Berusia minimal 12 tahun
c. Mengikuti pelajaran persiapan penguatan selama kurang lebih satu tahun
Ritus pokok dalam penerimaan sakramen penguatan adalah pengurapan minyak suci (minyak
krisma) yang diberikan oleh uskup serta uskup menumpangkan tangan sebagai tanda perutusan.
Rahmat dari sakramen penguatan adalah pencurahan Roh Kudus, yang memberikan kekuatan
dalam melaksanakan tugas mewartakan Kerajaan Allah.
Makna sakramen penguatan adalah
a. Menjadikan kita sungguh anak Allah
b. Menyatukan kita lebih teguh dalam Kristus
c. Menambah karunia Roh Kudus
d. Mengikat kita lebih sempurna pada Gereja
Konsekuensi menerima sakramen penguatan adalah bertanggung jawab menjadi saksi Kristus
baik di dalam Gereja, dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, maupun di lingkungan masyarakat
luas
4. Tobat (rekonsiliasi)
Yesus mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa (Mark 2:5) dan Yesus memberi mandat
kepada para Rasul untuk menyatakan ada atau tidaknya dosa seseorang (Yog 20:23)
Disadari bahwa manusia merupakan makhluk yang lemah karena itu dalam kehidupan
keseharian pasti melakukan kesalahan/dosa. Dosa dimengerti sebagai perbuatan melawan cinta
kasih Tuhan. Dosa telah berakibat pada rusaknya hubungan manusia dengan manusia,
hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan.
Rusaknya hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, hubungan
manusia dengan Tuhan telah menjadikan manusia berada dalam penderitaan. Sejak awal
penciptaan Allah tidak menghendaki manusia hidup dalam penderitaan oleh sebab itu manusia
yang menderita akibat dosa Allah menanti dan mengusahakan agar manusia kembali kepadaNya.
Allah akan membebasakan dosa bahkan tidak memperhitungkan lagi dosa-dosanya (1 Yoh
4:16b)
Alah yang maha kasih dan tidak memperhitungkan dosa yang dilakukan manusia itu digambarkan
sangat bagus dalam kisah ‘Anak yang Hilang’ Luk 15: 11-32.
Kerahiman/kebaikan Allah tesebut di dalam Gereja Katolik diwujudkan dalam sakramen
tobat/rekonsiliasi. Sakramen tobat disebut pula sakramen rekonsiliasi sebab menjadi tanda dan
sarana mengembalikan hubungan (manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia
dengan Allah) yang telah rusak karena dosa.
Tahap-tahap menerima sakramen tobat
a. Mengakui/menyadari akan kesalahan/doa
b. Menyesali segalah kesalahan/dosa
c. Berjanji tidakmengulangi lagi kesalahan/dosa yang telah dilakukan
d. Menyatakan diri bertobat. (bertobat adalah mengubah perilaku buruk/dosa dengan perilaku
baik)
Langkah-langkah dalam mengaku dosa
a. Melakukan pemeriksaan batin.
b. Berniat untuk bertobat dari dosa yang telah dibuat
c. Masuk ke ruang penakuan, dengn mengakui dosa-dosa yang telah dilakukan, minta
pengampunan dan melakukan penitensi sebagai silih atas dosa yang telah diakukan
d. Mengubah sikap dan tutur kata buruk menjadi baik. (bertobat)
5. Pengurapan orang sakit (minyak suci)
Yesus menyembuhkan orang sakit dan mengutus para murid untuk pelayanan penyembuhan
dengan menggunakan minyak (Mrk 6:13)
Sakramen pengurapan orang sakit dapat disebut sebagai sakramen penyembuhan yang kedua.
Sakramen penyembuhan yang pertama adalah sakramen tobat.
Sakramen pengurapan diberikan kepada orang sakit
 Sakramen pengurapan orang sakit berhubungan dengan penyakit bukan dengan akhir
kehidupan/kematian
 Pada saat sakit keras, orang butuh kembali dan dekat dengan Tuhan (bertobat)
 Dengan kehendak Tuhan si sakit dapat kembali pulih secara jiwa dan raga.
Sakramen pengurapan orang sakit diberikan pada orang yang berda dalam bahaya maut
 Karena sakramen ini menguatkan orang dalam menghadapi perjuanganhidup terakhirnya
 Sakramen ini memberikan bekal rohani sebelum si sakit menghadapi ajal
 Sakramen ini juga mendatangkan pengampunan dosa
Buah-buah dari sakramen pengurapan orang sakit adalah
 Orang sakit mendapatkan kekuatan ketenangan dan kebesaran hati dalam menghadapi
penderitaannya
 Orang sakit mempunyai iman dan harapan pada belas kasih Allah
 Orang sakit memperoleh kesembuhan jiwa dan bila Tuhan menghendaki kesembuhan
badan
 Orang sakit mendapatkan pengampunan dosa
6. Perkawinan
Perhatian Yesus yang besar pada ikatan suci perkawinan (Mat 19:3-12)
• Pandangan masyarakat tentang perkawinan : Perkawinan adalah persekutuan hidup antara
seorang pria dan seorang wanita atas dasar cinta kasih yang total dengan persetujuan bebas
dari keduanya.
• Pandangan Gereja Katolik mengenai perkawinan: Perkawinan bukan sekedar persekutuan
dan lembaga insani tetapi persekutuan insani yang telah diangkat oleh Tuhan menjadi tanda
dari persekutuan Kristiani dengan gereja-Nya sehingga perkawinan diangkat sebagai
sakramen.
• Tujuan perkawinan Kristiani adalah kesejahteraan suami-istri sebagai pasangan, keturunan
atau kelahiran anak, pendidikan anak, dan kesejahteraan masyarakat.
• Sifat-sifat perkawinan Kristiani seperti dalam Markus 10:9 yaitu tak terceraikan, monogamy,
perkawinan terjadi antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan, cinta antara seorang
suami dan seorang istri bersifat total tak terbagi. Seorang suami harus mengasihi istri seperti
tubuhnya sendiri (Ef.5:28). Demikian juga istri terhadap suaminya.
7. Imamat
Yesus memilih 12 orang dan member kuasa untuk mewartakan Injil (Mrk 3:13-15)
Sakramen imamat merupakan salah satu dari tujuh sakramen yang ada di Gereja Katolik Roma.
Sakramen ini meliputi Episkopat, Presbiterat, dan diakonat (kan 1009, §1) diberikan dengan
penumpangan tangan serta doa tahbisan yang ditetapkan dalam buku-buku liturgy untuk masing-
masing tingkat. (kan. 1009, §2)
Dengan sakramen imamat pengudusan atas orang-orang yang mendapat tugas dan jabatan
dalam kepemiminan, pengudusan, dan pengajaran bagi umat Allah terlaksana.
Berkat tahbisan para Uskup (episkopat) dan Imam (presbiterat) ambil bagian dalam tugas
rangkap tiga dari Yesus yaitu mengajar, memimpin, dan menguduskan.
Dengan demikian berkat tahbisan suci dan karena kuasa Roh Kudus setiap imam diserupakan
dengan Kristus Yesus kepala dan gembala umat (PDV 12-15)
Di ddalam Gereja imamat para tertahbis menjadi suatu sakramen yakni suatu tanda mengenai
Kristus. Dengan imamat para diakon, imam, dan uskup menerima Roh Kudus yang sama yang
menjadikan mereka bagian dalam imamat jabatan Kristus dan pengganti para rasul. Kehidupan
para tertahbis menjadi kelanjutan kehidupan Kristus yakni sebagai imam, nabi, dan raja.
Sarana yang ada dalam tahbisan adalah
 Penumpangan tangan
 Doa tahbisan
 Pengurapan telapak tangan calon
 Penyerahan perlengkapan
Sakramen baptis, krisma, dan imamat hanya dapat diterima satu kali, sedangkan ekaristi, tobat,
perkawinan, pengurapan orang sakit dapat diterima lebih dari satu kali
Ketujuh sakramen tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian
a. Sakramen baptis, ekaristi, dan penguatan  disebut sakramen inisiasi
Inisisasi berasal dari bahasa Latin initium yang berarti masuk atau permulaan. Maka secara
harafiah inisiasi dapat diartikan masuk, memasukkan, menerima seseorang dalam suatu
kelompok.
Dengan sakramen inisiasi membawa, membuat, atau melantik seseorang menjadi orang
Katolik dengan segala hak dan kewajibannya.
Baptis merupakan sakramen inisiasi yang pertama. Baptis merupakan syarat utama seseorang
menjadi anggota Gereja. Sakramen baptis
b. Sakramen tobat dan pengurapan orang sakit  disebut sakramen penyembuhan terdiri dari
c. Imamat dan perkawinan

SOAL EVALUASI
1. Menurutmu mengapa manusia memerlukan jaminan keselamatan dalam hidupnya? Jelasskan!
2. Ceritakan pengalaman pribadimu tentang pengalaman keselamatan yang pernah kamu
alamami dalam hidupmu? Jelaskan!
3. Mengapa menurutmu umat perlu meyakini bahwa Gereja juga menjadi tanda dan sarana
keselamatan ? Jelaskan!
4. Apa saja makna keselamatan yang kamu peroleh dari gereja ( atau dari agamamu ) ?
Jelaskan!
5. Apa yang pelu diupayakan agar kamu memperoleh keselamatan dalam hidupmu ? Jelaskan!

Anda mungkin juga menyukai