Disusun Oleh :
ROSALIA E. F.
KELAS: XI – SOSIAL 6
SMA NEGERI 1 KAIMANA
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
menganugerahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga makalah yang
berjudul “Hirarki dan Awam” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini juga kami ingin menyampaikan ungkapan rasa terima kasih
kepada guru mata pelajaran yang telah memberikan kami tugas ini sehingga kami dapat
terlibat aktif dalam mencari sumber serta dapat menambah pengetahuan kami tentang
Hirarki Dalam Gereja.
Kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan sumbangan pikiran serta saran mereka masing-masing demi terselesaikannya
makalah ini, terutama kepada orangtua kami yang telah membiayai kami dalam pembuatan
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah iman kita kepada
Yesus Kristus serta kepada Gereja, serta dapat menambah pustaka belajar kita masing-
masing.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa Gereja adalah Tubuh Kristus, kelompok
umat yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Penebus. Dalam 1 Kor 12:27,
Rasul Paulus mengungkapkan tentang hal itu: “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu
masing-masing adalah anggotanya.”Pernyataan Santo Paulus ini menyiratkan makna sebuah
nilai kesatuan yang ada di antara orang-orang yang menyatakan dirinya sebagai pengikut
Kristus. Meskipun memiliki fungsi yang berbeda-beda (tangan, kaki, kepala, dll), mereka
tetaplah menjadi bagian dari sebuah kesatuan, yaitu Tubuh Kristus sendiri. Kesatuan sebagai
tubuh Kristus inilah yang menunjuk pada bentuk persekutuan yang menjiwai Gereja.
Yang menjadi pertanyaan lebih lanjut adalah, siapa sajakah yang dapat menjadi bagian
dari kesatuan dari Tubuh Kristus itu sendiri? Hanya ada satu jawaban yang memecahkan
persoalan itu. Yang dikatakan sebagai anggota dari Tubuh Kristus (Gereja) adalah mereka
yang sudah menerima sakramen baptis. Dengan kata lain, setiap orang Kristen yang telah
dibaptis adalah anggota Gereja, dan Gereja adalah seluruh tubuh yang terdiri dari orang-
orang Kristen di seluruh dunia tanpa memperhatikan perbedaan denominasi.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Hirari
2. Pengertian Awam
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kata “Hierarki” berasal dari bahasa Yunani hierarchy yang berarti “asal usul suci atau
tata susunan”. Menurut ajaran resmi Gereja Katolik, susunan, struktur hierarki sekaligus
merupakan hakikat kehidupannya juga. Kitab Suci menjelaskan bahwa perutusan ilahi, yang
dipercayakan Kristus kepada para Rasul, akan berlangsung sampai akhir zaman (lih. Mat
28:20). Sebab Injil, yang harus mereka wartakan, bagi Gereja merupakan azas seluruh
kehidupan untuk selamanya. Maka dari itu dalam himpunan yang tersusun secara hierarkis
yaitu para Rasul telah berusaha mengangkat para pengganti mereka. Maka Konsili
mengajarkan “atas penetapan ilahi para Uskup menggantikan para Rasul sebagai gembala
Gereja”. Kepada para Rasul berpesan, agar menjaga seluruh kawanan, tempat Roh Kudus
mengangkat mereka untuk menggembalakan jemaat Allah (lih. Kis 20:28).(LG 20).
Pengganti meraka yakni, para Uskup, dikehendaki-Nya menjadi gembala dalam Gereja-Nya
hingga akhir jaman (LG 18). Maksud dari “penetapan ilahi para Uskup menggantikan para
Rasul sebagai gembala Gereja” ialah bahwa dari hidup dan kegiatan Yesus timbullah
kelompok orang yang kemudian berkembang menjadi Gereja, seperti yang dikenal sekarang.
Struktur Hierarkis Gereja yang sekarang terdiri dari dewan para Uskup dengan Paus
sebagai kepalanya, dan para Imam serta Diakon sebagai pembantu Uskup. Para Uskup
pengganti para Rasul yang dipimpin oleh Paus pengganti Petrus bertugas melayani,
menggembalakan jemaat (bdk. Yoh 21: 15-19) bersama para pembantu mereka, yakni para
Imam dan Diakon. Sebagai wakil Kristus, mereka memimpin kawanan yang mereka
gembalakan (pimpin), sebagai guru dalam ajaran, Imam dalam ibadat suci, dan pelayan
dalam bimbingan (bdk. Lumen Gentium, Art. 20).
Dasar kepemimpinan (hierarki) dalam Gereja Gereja adalah persekutuan yang semua
anggotanya sungguh-sungguh sederajat martabatnya, sederajat pula kegiatan umum dalam
membangun Tubuh Kristus (LG 31). Ada fungsi khusus dalam Gereja yang diemban oleh
hierarki, ada corak hidup khusus yang dijalani Biarawan/Biarawati, ada fungsi dan corak
hidup keduniaan yang menjadi medan khas para Awam. Tetapi yang pokok adalah iman yang
sama akan Allah dalam Kristus oleh Roh Kudus. Yang umum lebih penting daripada yang
khusus.
2
B. Sejarah hierarki
Struktur hierarki bukanlah suatu yang ditambahkan atau dikembangkan dalam sejarah
Gereja. Menurut ajaran Konsili Vatikan II, struktur itu dikehendaki Tuhan dan akhirnya
berasal dari Kristus sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam sejarah hierarki di bawah ini:
3
itu terjadi dalam umat perdanan (Gereja Perdana), yakni Gereja yang mengarang Kitab
Suci Perjanjian Baru. Jadi dalam kurun waktu antara kebangkitan Yesus dan awal abad
kedua secara prinsip terbentuklah hierarki gereja yang dikenal sekarang. Wujud Gereja
perdana beserta struktur kepemimpinannya menjadi patokan bagi perkembangan Gereja
selanjutnya.
D. Dasar, Struktur, Fungsi dan Corak Kepemimpinan (Hierarki) dalam Gereja Katolik
1. Dasar Kepemimpinan (Hierarki) dalam Gereja
Kepemimpinan dalam Gereja pada dasarnya diserahkan kepada hierarki yang
berasal dari Kristus sendiri.Konsili mengajarkan bahwa “atas penetapan Ilahi, para uskup
menggantikan para rasul sebagai penggembala Gereja”.[14]Konsili juga mengajarkan dan
mengatakan bahwa Yesus Kristus, Gembala kekal, telah mendirikan Gereja kudus, dengan
mengutus para rasul seperti Ia sendiri diutus oleh Bapa.[15]Para pengganti mereka yakni
para uskup dikehendakiNyamenjadi gembala dalam GerejaNya hingga akhir zaman.
[16]Dengan demikian, dasar dari kepemimpinan dalam Gereja adalah berasal dari
kehendak Tuhan.
4
2. Struktur Kepemimpinan (Hierarki) dalam Gereja
a. Dewan Para Uskup dengan Paus sebagai Kepalanya
Para uskup adalah pengganti para rasul.Tugas dari dewan para uskup adalah
menggantikan dewan para rasul dan yang memimpin Gereja adalan dewan para uskup.
Ketika Kristus mengangkat dua belas rasul, Ia membentuk mereka menjadi semacam
dewan atau badan yang tetap. Sebagai ketua dewan, diangkatNya Petrus yang dipilih dari
antara mereka.
Sama seperti Santo Petrus dan para rasul lainnya yang atas penetapan Tuhan
merupakan satu dewan para rasul, demikian pula Paus, pengganti Petrus, bersama para
uskup, pengganti rasul, merupakan suatu himpunan yang serupa.
b. Paus
Konsili Vatikan II menegaskan: “Adapun dewan atau badan para uskup hanyalah
berwibawa, bila bersatu dengan imam agung di Roma, pengganti Petrus, sebagai
kepalanya dan selama kekuasaan primatnya terhadap semua baik para gembala maupun
kaum beriman, tetap berlaku seutuhnya.” Sebab Imam Agung di Roma berdasarkan
tugasnya, yakni sebagai wakil Kristus dan gembala Gereja semesta, mempunyai kuasa
penuh, tertinggi dan universal terhadap Gereja dan kuasa itu selalu dapat dijalankan
dengan bebas.
Kristus mengangkat Santo Petrus menjadi pemimpin para rasul. Paus, pengganti
Petrus, adalah pemimpin para uskup.
c. Uskup
Konsili Vatikan II merumuskan dengan jelas: “Masing-masing uskup menjadi asas
dan dasar kelihatan bagi kesatuan dalam Gerejanya”. Tugas pokok uskup adalah
mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas pemersatu itu dibagi menjadi tiga
khusus yakni: tugas pewartaan, perayaan dan pelayanan. Tugas utama para uskup adalah
pewartaan Injil. Uskup yaitu memimpin umat dalam kalangan pastoral keuskupan.
d. Pembantu Uskup: Imam dan Diakon
Para Imam adalah wakil uskup disetiap jemaat setempat.Tugas konkret para imam
adalah pewartaan, perayaan dan pelayanan umat.Para imam ditahbiskan untuk
mewartakan Injil dan menggembalakan umat beriman. Imam merupakan “penolong dan
organ para uskup” (Lumen Gentium 28) Didalam Gereja Katolik ada imam diosesan
(sebutan yang sering dipakai imam praja) dan imam religius (ordo atau kongregasi).Imam
diosesanadalah imam keuskupan yang terikat dengan salah satu keuskupan tertentu dan
5
tidak termasuk ordo atau kongregasi tertentu. Imam religius (misalnya SJ, MSF, OFM,
dsb) adalah imam yang tidak terikat dengan keuskupan tertentu, melainkan lebih terikat
pada aturan ordo atau kongregasinya.
Para Diakon; tingkat hierarki yang lebih rendah terdapat para diakon yang
ditumpangi tangan bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan.[21]Diakon adalah
pembantu Uskup dan Imam dalam pelayanan terhadap umat beriman. Mereka ditahbiskan
untuk mengambil bagian dalam imamat jabatan. Karena tahbisannya ini, maka seorang
diakon masuk dalam kalangan hirarki. Di Gereja Katolik ada 2 macam Diakon, yaitu: 1)
mereka yang dipersiapkan untuk menerima tahbisan Imam. 2) mereka yang menjadi
Diakon untuk seumur hidupnya tanpa menjadi Imam. Catatan: “Kardinal”, Kardinal
bukan jabaran hirarkis dan tidak termasuk struktur hirarkis. Kardinal adalah penasehat
Paus dan membantu Paus dalam tugas reksa harian seluruh Gereja. Mereka membentuk
suatu dewan Kardinal. Jumlah dewan yang berhak memilih Paus dibatasi 120 orang yang
di bawah usia 80 tahun. Seorang Kardinal dipilih oleh Paus secara bebas.Kardinal adalah
merupakan gelar kehormatan. Kata “kardinal” berasal dari kata Latin”cardo” yang berarti
“engsel”, dimana seorang Kardinal dipilih menjadi asisten-asisten kunci dan penasehat
dalam berbagai urusan gereja. Kardinal dapat dipilih dari kalangan Imam ataupun Uskup.
Di Indonesia telah ada 2 orang Kardinal, yaitu Yustinus Kardinal Darmojuwono Pr
(alm.) dan Julius Kardinal Darmaatmaja SJ.
3. Fungsi Khusus Hierarki
Fungsi khusus hirarki adalah:
a. Menjalankan tugas gerejani yakni tugas-tugas yang secara langsung dan eskplisit
menyangkut kehidupan beriman Gereja seperti melayani sakramen-sakramen,
mengajar agama dan sebagainya.
b. Menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman. Hirarki mempersatukan
umat dalam iman dengan petunjuk, nasihat dan teladan.
4. Corak Kepemimpinan dalam Gereja
a. Kepemimpinan dalam Gereja merupakan suatu panggilan khusus, dimana campur
tangan Tuhan merupakan unsur yang dominan. Oleh sebab itu, kepemimpinan dalam
Gereja tidak diangkat oleh manusia berdasarkan suatu bakat, kecakapan atau prestasi
tertentu. Kepemimpinan dalam Gereja tidak diperoleh oleh kekuatan manusia
sendiri. “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih
kamu.” Kepemimpinan dalam masyarakat dapat diperjuangkan oleh manusia, tetapi di
dalam Gereja tidaklah demikian.
6
b. Kepemimpinan dalam Gereja bersifat mengabdi dan melayani dalam arti semurni-
murninya, walaupun ia sungguh mempunyai wewenang yang berasal dari Kristus
sendiri. Kepemimpinan gerejani adalah kepemimpinan untuk melayani, bukan untuk
dilayani. Kepemimpinan untuk menjadi orang yang terakhir bukan yang pertama.
Kepemimpinan untuk mencuci kaki sesama saudara.
c. Kepemimpinan hierarki berasal dari Tuhan, maka tidak dapat dihapus oleh manusia.
E. Awam`
Kaum awam adalah semua orang kristen yang tidak termasuk dalam golongan tertahbis dan
biarawan biarawati, yaang adalah orang-orang yang yang dengan pembaptisan menjadi anggota gereja
dan dengan caranya sendiri mengambil bagian dalam tugas Kristus sebagai imam, nabi, dan raja.
· Definisi teologis: Awam adalah warga negara yang tidak ditahbiskan. Jadi awam meliputi biarawan
seperti suster dan bruder yang tidak menerima tahbisan suci.
· Definisi tipologis: Awam adalah warga gereja yang tidak ditahbiskan dan juga bukan biarawan
biarawati.
Bagi kaum awam, perutusan Gereja Katolik bukan saja dibidang liturgi dan pewartaan, tetapi juga
dibidang pengembalaan. Misalnya sebagai:[13]
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Awal perkembangan hierarki adalah kelompok kedua belas Rasul. Kelompok
inilah yang pertama-tama disebut Rasul. Rasul atau “Apostolos” adalah utusan. Akan
tetapi setelah kebangkitan Kristus, sebutan Rasul tidak hanya untuk kelompok kedua
belas, melainkan juga utusan-utusan selain kelompok kedua belas itu. Bahkan
akhirnya, semua “utusan jemaat” (2Kor8:22) dan semua “utusan Kristus” (2Kor 5:20)
disebut Rasul. Lama kelamaan, kelompok Rasul lebih luas dari pada kelompok kedua
belas Rasul. Sesuai dengan namanya, Rasul diutus untuk mewartakan iman dan
memberi kesaksian tentang kebangkitan Kristus.