Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Permasalahan

I.1.1 Latar Belakang

Hari Minggu umumnya sudah diterima sebagai hari ibadah umat Kristen. Dikatakan
umumnya karena masih ada kelompok tertentu yang menekankan hari Sabat sebagai hari
1
ibadah. Namun secara keseluruhan hari Minggu yang sudah menjadi hari libur
internasional dan merupakan hari ibadah bagi umat kristen. Dasar teologis yang
dikemukakan banyak ahli untuk praktek peribadahan hari Minggu ini diringkaskan oleh
Bacchiocchi sebagai peringatan hari kebangkitan Yesus Kristus, inagurasi terhadap hari
penciptaan dan harapan eskatologis tentang dunia baru melalui simbolisasi hari
2
kedelapan. Dengan dasar tersebut, maka sampai saat ini hari Minggu menjadi hari
ibadah bagi Umat Kristen. Artinya setiap hari Minggu orang-orang Kristen akan
mengunjungi gereja-gereja untuk melaksanakan ibadah.

Secara ideal setiap gereja (jemaat) mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan itu dapat dilihat dari jumlah anggota terdaftar di suatu gereja tetapi juga
dapat dilihat dari jumlah pengunjung kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan termasuk pada
kebaktian hari minggu. Terkait dengan pengunjung kebaktian hari Minggu pada gereja-
gereja, ada beberapa kemungkinan yang biasa terjadi. Ada gereja yang kecenderungan
pengunjung kebaktian hari Minggunya mengalami penurunan. Ada gereja yang terlihat
seperti stagnan, dimana dalam beberapa tahun pengunjung kebaktian hari Minggunya
terlihat tetap. Tetapi ada juga gereja yang mengalami perkembangan.

1
Kelompok ini adalah kelompok Advent Hari Ketujuh yang biasa disebut Sabbatarianisme, karena
menekankan hari Sabat sebagai hari ibadah orang Kristen. Berkembang pada abad-abad pertengahan
terutama di Inggris. Dikutip dari tulisan Pdt. Ferdy Suleeman, Th.M, “Hari Minggu Sebagai Hari Ibadah
Kristen”, dalam Jurnal Penuntun Vol. 5. No. 18 Tahun 2002, p. 123.
2
Dikutip dari Rewah Auriani Handayani, S. Th., “Bedah Buku: Praktek Dan Dasar Hari Minggu Sebagai
Hari Ibadah”, dalam Jurnal Penuntun vol.5 NO.18, 2002, p.244-245
2

Salah satu gereja yang pengunjung kebaktian hari Minggunya terlihat mengalami
perkembangan signifikan adalah Gereja Kristen Indonesia (GKI) Gejayan Yogyakarta.
Walaupun jemaat ini masih relatif muda karena baru menjadi jemaat dewasa yang mandiri
sejak tanggal 3 Maret 2000, namun saat ini sudah menyelenggarakan tujuh kali kebaktian
hari Minggu. Kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan dimulai pada tahun 1993 (saat
menjadi Pos PI Gejayan GKI Ngupasan) dengan satu kali kebaktian yang dihadiri rata-rata
80 orang. Pada waktu jemaat ini ditingkatkan menjadi jemaat dewasa tahun 2000,
kebaktian sudah dilaksanakan empat kali dengan rata-rata pengunjung 1000 orang. Saat
ini, setelah enam tahun menjadi jemaat dewasa, GKI Gejayan telah menyelenggarakan
tujuh kali kebaktian yaitu hari Sabtu jam 16.00 WIB, hari Minggu jam 06.30 WIB, 09.00
WIB, 11.00 WIB, 16.00 WIB, 18.30 WIB dan sekali kebaktian di Pos PI Hotel Quality
3
jam 09.15 WIB dengan rata-rata dihadiri pengunjung sekitar 3599 orang pada bulan
Oktober 2006. Ini menunjukkan bahwa pengunjung kebaktian hari Minggu di GKI
Gejayan mengalami pertumbuhan yang pesat. Kalau dibandingkan dengan jumlah anggota
4
jemaat yang terdaftar yaitu 757 orang, maka jumlah pengunjung jemaat pada kebaktian
hari Minggu menjadi sangat tinggi. Dari kenyataan ini maka menarik untuk mengetahui
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi warga jemaat sehingga memilih GKI Gejayan
sebagai tempat beribadah pada hari Minggu.

I.1.2 Permasalahan

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa jumlah warga jemaat yang hadir pada
kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan sangat tinggi. Mereka yang hadir ini di antaranya
adalah anggota jemaat yang terdaftar sebagai anggota jemaat, baik anggota sidi maupun
anggota baptis, tetapi juga para simpatisan yang aktif atau sekedar sebagai pengunjung
kebaktian biasa. Kenyataan itu tentu menimbulkan suatu pertanyaan tentang faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi atau menarik sehingga warga jemaat hadir dalam kebaktian-
kebaktian yang dilaksanakan oleh GKI Gejayan.

3
Lih. Diagram 1 di hal. 25.
4
Data ini diperoleh dari Buku Daftar Anggota GKI Gejayan yaitu jumlah seluruh anggota yang pernah
terdaftar sebagai anggota jemaat dikurangi jumlah anggota yang atestasi keluar dan meninggal dunia. (841 –
(60+24) = 757).
Ada berbagai kemungkinan yang dapat diduga sebagai faktor yang mempengaruhi
tingginya kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan. Faktor-
faktor itu antara lain : (1) letak strategis, yaitu perkembangan kota Yogyakarta yang
cenderung ke daerah Utara dimana GKI Gejayan ada dan letaknya yang berdekatan
dengan lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas-universitas besar dan sekolah-
sekolah yang ada di Yogyakarta; (2) corak ibadah/ liturgi kebaktian hari Minggu di GKI
Gejayan yang menggunakan empat versi kebaktian sehingga setiap orang dapat memilih
beribadah sesuai dengan corak ibadah yang disukainya; (3) pembangunan jemaat yang
integral seperti dikemukakan oleh Jan Hendrik yaitu iklim, kepemimpinan, struktur, tujuan
5
dan konsepsi identitas yang telah di lakukan di GKI Gejayan; (4) citra GKI Gejayan
sebagai gereja kaum muda; atau faktor yang lainnya. Faktor-faktor di atas diduga
berpengaruh terhadap tingkat kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari Minggu di GKI
Gejayan. Untuk membuktikan pengaruh faktor-faktor itu maka akan dilakukan penelitian
agar dapat diketahui sejauh mana faktor-faktor itu berpengaruh pada kehadiran warga
jemaat pada kebaktian hari Minggu.

Karena menyadari bahwa tidak mungkin meneliti secara menyeluruh semua faktor itu
dalam sebuah skripsi, maka dalam pembahasan ini penulis hanya akan membahas tentang
pengaruh faktor liturgi terhadap kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari Minggu di
GKI Gejayan. Sehubungan dengan pembahasan itu, maka akan dibahas masalah di sekitar
liturgi GKI dan juga liturgi yang dipakai pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan.
Juga akan dibahas tentang pengelolaan empat versi kebaktian hari Minggu di GKI
Gejayan.

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :


1. Apakah liturgi kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan memperhatikan kategori
6
liturgi menurut James F. White dalam pelaksanaanya; dan

5
Jan Hendriks, Jemaat Vital dan Menarik, 2002, p. 27 – 188.
6
Kategori liturgi adalah istilah yang dipakai James F.White untuk menjelaskan bentuk-bentuk lahiriah dan
kelihatan yang mengitari ibadah atau liturgi Kristen. Ibadah Kristen telah menggunakan bentuk-bentuk itu
secara tetap dalam ibadahnya. Bentuk-bentuk lahiriah dan kelihatan yang dimaksud yaitu umat, iman, waktu,
ruang, doa, khotbah dan musik. Sebenarnya sakramen juga merupakan bentuk yang termasuk dalam ibadah
Kristen, tetapi karena sakramen bukan menjadi fokus utama sebagian besar ibadah Protestan, maka
sakramen tidak dimasukkan dalam bahasan ini.
2. Sejauh manakah liturgi kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan berpengaruh
terhadap kehadiran warga jemaat. Di sini liturgi kebaktian hari Minggu di GKI
Gejayan akan dinilai berdasarkan tujuh kategori liturgi protestan menurut James F.
White.

I.2. Alasan Pemilihan Judul

I.2.1. Rumusan Judul

Berkaitan dengan permasalahan yang sudah dikemukakan diatas, maka penulis akan
membahasnya dibawah judul :

”Pengaruh Liturgi Terhadap Tingkat Kehadiran Warga Jemaat Pada

Kebaktian Hari Minggu di GKI Gejayan.”

Dengan judul ini diharapkan dapat membantu penulis memberi arah pembahasan skripsi
ini secara sistematis.

Di dalam kalimat judul ini ada dua istilah yang perlu dijelaskan Yang pertama adalah
istilah liturgi mempunyai arti yang sangat luas. Pada pembahasan ini pemakaian kata
liturgi diartikan sebagai persekutuan orang Kristen yang beribadah kepada Allah. Menurut
G. Riemer,

Istilah ini selain sudah menjadi istilah teknis dalam ilmu Teologi yang merujuk kepada
berkumpulnya jemaat untuk beribadah, tata kebaktian dan sebagainya, juga gereja masa
kini biasa menamakan ibadahnya suatu ”liturgi”; kebiasaan ini terdapat pada banyak
7
gereja .

8
Istilah ini juga dikatakan White, dekat dengan bahasa Inggris modern liturgy atau
peribadahan. Liturgi dalam pengertian ini

7
8
G. Riemer, Cermin Injil, Edisi 2, 2002, p. 13.
James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, 2002, p. 13.
adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang demi manfaat orang lain. Dengan kata
lain, liturgi adalah contoh sejati dari imamat semua orang percaya yang didalamnya
seluruh komunitas imamat Kristen mengambil bagian. Menyebut suatu ibadah bermakna
”liturgis” adalah untuk mengindikasikan bahwa kegiatan itu adalah sedemikaian rupa
sehingga semua orang yang beribadah itu ambil bagian secara aktif dalam menyajikan
9
ibadah mereka bersama-sama .

Jadi pengertian liturgi dalam bahasan ini sama dengan ibadah secara keseluruhan.

Yang kedua adalah istilah kebaktian. Kebaktian disini diartikan sebagai perkumpulan
orang Kristen yang beribadah. Jadi kebaktian merupakan wahana dimana ibadah atau
liturgi sedang dilaksanakan oleh warga jemaat yang berkumpul.

I.2.2. Alasan Pemilihan Judul

Alasan mengapa judul ini dibahas adalah karena fakta kehadiran warga jemaat pada
kebaktian hari Minggu mengalami pertumbuhan yang signifikan beberapa tahun ini. Salah
satu hal yang diduga sebagai faktor yang berpengaruh adalah karena kebaktian hari
Minggu di GKI Gejayan dilakukan dengan empat versi yaitu : kebaktian umum biasa
(dilaksanakan pada kebaktian hari Minggu jam 06.00 WIB, 09.00 WIB dan 09.15 WIB di
Pos PI Hotel Quality), kebaktian inovatif (dilaksanakan pada kebaktian hari Sabtu jam
16.00 WIB), kebaktian ekspresif (dilaksanakan pada kebaktian hari Minggu jam 11.00
WIB), dan kebaktian impresif (dilaksanakan pada kebaktian hari Minggu jam 16.00 WIB
dan 18.30 WIB). Selain itu pemakaian liturgi GKI yang diputuskan pada Persidangan
Majelis Sinode GKI XIV di Bali yang resminya akan diberlakukan disemua aras GKI
mulai Minggu Advent I tahun 2006, namun sudah dipakai pada kebaktian hari Minggu di
GKI Gejayan sejak bulan Pebruari 2006 dengan berbagai penyesuaian di jemaat. Karena
fakta ini maka tentu masalah ini menarik untuk diteliti. Penelitian terhadap masalah ini
selain menarik, juga belum pernah dilakukan, sehingga merupakan bahasan yang baru
apalagi dengan melihat menggunakan tujuh kategori liturgi menurut James F. White.

9
James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, 2002, p. 14.
Penulis juga menyadari bahwa pengetahuan tentang liturgi sangatlah penting karena liturgi
merupakan salah satu hal yang sentral dalam kehidupan bergereja sehingga masalah ini
penting untuk dibahas. Pembahasan masalah ini juga akan membantu penulis
mempersiapkan diri menjadi seorang pelayan di gereja nantinya dan bagi pihak lain yang
mau meningkatkan pelayanan di jemaatnya dalam hal liturgi.

I.3. Metode Penulisan

I.3.1. Metode Penulisan

Karena penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif maka penulisannya akan


dilakukan dengan memaparkan data berupa diagram dan tabel frekuensi. Data pada
diagram dan tabel frekuensi akan dijelaskan dengan menerangkan permasalahan yang
ada pada angka presentase yang menonjol. Setelah itu akan diberi penafsiran terhadap
data itu sehingga penjelasan mengapa persentase itu tinggi dapat diketahui.

Teknis analisis data yang digunakan adalah deskriptif, yaitu dengan memakai data
yang diolah dari angket yang berhasil dikumpulkan selama penelitian dilakukan,
kemudian dianalisis dengan metode persentase. Penyajian data dalam bentuk
persentase selanjutnya di deskripsikan dan diambil kesimpulan sesuai dengan hasil
interpretasinya terhadap masing-masing komponen dan indikator berdasarkan kriteria
yang sudah ditentukan. Dengan analisis terhadap kecenderungan persentase yang
10
tinggi maka kesimpulan dapat diambil.

I. 3. 2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah warga jemaat GKI Gejayan Yogyakarta. Warga Jemaat
yang dimaksud adalah mereka yang datang pada setiap kebaktian yang dilaksanakan
di GKI Gejayan pada hari Sabtu/Minggu yaitu pada hari Sabtu jam 16.00WIB, dan
hari Minggu jam 06.30WIB, 09.00WIB, 11.00WIB, 16.00 WIB, 18.30 WIB serta jam

10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (ed.rev.V), 2002, pp. 10 – 11; 30;
212.
7

09.15 WIB di Pos Kebaktian Quality Hotel. Karena yang dimaksud dengan warga
jemaat dalam penelitian ini adalah mereka yang datang dalam kebaktian hari
11 12
Sabtu/Minggu, maka mereka adalah anggota baptisan, anggota sidi dan simpatisan.

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain :


a. Data sekunder yang dimiliki oleh jemaat, berupa dokumen-dokumen, warta
jemaat, daftar anggota, daftar kehadiran warga jemaat dalam setiap kebaktian hari
Sabtu/Minggu dan dokumen lain yang dimiliki oleh GKI Gejayan berkaitan
dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
b. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh penulis yang dilakukan dengan
penyebaran kuisioner dan wawancara. Data ini akan dikumpulkan selama
penelitian dilaksanakan.

I.3.3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data, akan dilakukan dengan teknik sebagai berikut :


Pertama, untuk mendapatkan data sekunder berupa daftar anggota jemaat, daftar
kehadiran warga jemaat sebelum dan selama penelitian dilaksanakan, sejarah dan
liturgi, dilakukan dengan studi literatur dan statistik dari data yang dimiliki oleh
GKI Gejayan, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah-masalah
atau data yang ingin diketahui.

Untuk mendapatkan data primer, maka dilakukan dengan 2 (dua) cara. Pertama,
dengan penyebaran kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diisi
oleh responden. Responden merupakan sampel dari seluruh populasi. Sampel ini
13
didapatkan dengan teknik random (dipilih secara acak). Jumlah sampel yang
diperlukan adalah 5 % dari populasi. Karena jumlah pengunjung rata-rata pada
tahun 2006 sekitar 2962 orang, maka sampel yang dibutuhkan adalah 5/100 x 2962

11
Tata Gereja GKI, Tata Dasar pasal 8, ayat 1.b.
12
Tata Gereja GKI, Tata laksana Bab XIX pasal 65, p.100. (Mereka yang aktif atau hadir dalam kegiatan-
kegiatan jemaat termasuk kebatian hari Minggu, tetapi bukan anggota jemaat yang terdaftar di dalam buku
keanggotaan serta tidak memiliki nomor induk anggota GKI Gejayan).
13
Drs. H. Nursal Luth dan Drs. Daniel Fernandez, MA, Panduan Belajar Sosiologi 2, , 1996, p.196.
8

= 148,10. Karena pada bulan tertentu kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari
Minggu di GKI Gejayan mengalami peningkatan yang tinggi misalnya bulan
Oktober 2006 bisa mencapai 3599 orang maka sampel yang dibutuhkan
diusahakan lebih dari 150 responden. Dengan jumlah sampel ini dapat dianggap
mewakili populasi dengan asumsi bahwa warga jemaat yang hadir beribadah pada
kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan adalah relatif homogen karena warga
jemaat adalah sama. Jadi walau sampel yang relatif sedikit namun sudah dianggap
dapat mewakil populasi.

Kedua, untuk memperoleh informasi tentang siapa yang terlibat dalam rangkaian
liturgi hari Minggu, siapa yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaannya maka
akan dilakukan wawancara kepada beberapa orang yang dianggap mengetahui hal
itu.

I. 3. 4. Teknik Analisa Data dan Pengolahan Data

Karena penelitian ini ingin melihat bagaimana liturgi di GKI Gejayan menarik
warga jemaat hadir dalam kebaktian hari Minggu, maka teknik analisa yang
digunakan adalah gabungan antara kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif karena
menyajikan data hasil penelitian berupa diagram dan tabel frekuensi dari hasil
kuisioner tentang kategori-kategori liturgi pada kebaktian Hari Sabtu/Minggu di
GKI Gejayan. Tetapi juga kuantitatif karena memaparkan hasil studi literatur dan
hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden yang dianggap mengetahui
permasalahan yang dibahas. Dari Analisa yang dilakukan baik secara kuantitatif
maupun kualitatif penulis akan membuat refleksi teologis dengan menggunakan
kategori liturgi James F. White sebagai alat untuk mendialogkan hasil penelitian
ini. Yang terakhir akan ditarik suatu kesimpulan sebagai hasil penelitian.

Pengolahan data kuantitatif pada tabel frekuensi dilakukan dengan dua cara. Cara
yang pertama adalah membuat tabel frekuensi dari pertanyaan semi terbuka yaitu
pertanyaan nomor 1 sampai nomor 13 pada kuisioner, dilakukan dengan
menghitung frekuensi jawaban responden ke dalam pilihan yang sudah disediakan
9

termasuk jawaban yang berasal dari responden sendiri, kemudian menghitung


persentase setiap pilihan itu. Cara yang kedua adalah membuat penilaian terhadap
pilihan jawaban responden yang ada pada nomor 14 sampai nomor 49 kuisioner.
Penilaian ini menggunakan kriteria penilaian sederhana. Pada setiap pertanyaan
telah disediakan jawaban berdasarkan ”Skala Lima”. Cara pengukurannya ialah
dengan menghadapkan seorang responden dengan pertanyaan di dalam kuisioner
dan responden memberikan jawaban ”Sangat…….”,
”Membantu/Menarik/Mempengaruhi”, ”Cukup…..……”, ”Kurang……… ”,
”Tidak……..”. Jawaban tersebut diberi skor 5, 4, 3, 2, 1. Sehingga pemberian skor
dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Skala Lima Skor


1. Sangat (membantu/menarik/mempengaruhi) 5
2. Membantu/Menarik/Mempengaruhi 4
3. Cukup (membantu/menarik/mempengaruhi) 3
4. Kurang (membantu/menarik/mempengaruhi) 2
5. Tidak (membantu/menarik/mempengaruhi) 1

Untuk memudahkan pemberian nilai pada skor rata-rata ”Skala Lima”, dibuat
beberapa kategori, yaitu :

Kategori Skala Lima Kualitas Pernyataan


4,21 – 5,00 Sangat (membantu/menarik/mempengaruhi)
3,41 – 4,20 Membantu/Menarik/Mempegaruhi
2,61 – 3,40 Cukup (membantu/menarik/mempengaruhi)
1,81 – 2,60 Kurang (membantu/menarik/mempengaruhi)
1,00 – 1,80 Tidak (membantu/menarik/mempengaruhi)
10

Untuk menghitung nilai setiap pertanyaan digunakan rumus :

(5xa)+(4xb)+(3xc)+(2xd)+(1xe)
N

Keterangan :
- a,b,c,d,e adalah jumlah frekuensi setiap kategori jawaban
- N adalah jumlah sampel.

Tahap selanjutnya adalah melihat pengaruh liturgi terhadap kehadiran warga jemaat
dengan kerangka berfikir sebagai berikut: Liturgi kebaktian hari Minggu dapat
mempengaruhi tingkat kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari Minggu jika setiap
kategori liturgi dirasakan membantu, menarik dan mempengaruhi warga jemaat. Semakin
tinggi kategori-kategori liturgi dirasakan oleh warga jemaat akan semakin berpengaruh
terhadap kehadiran mereka pada kebaktian hari Minggu. Dan sebaliknya, semakin rendah
kategori liturgi dirasakan oleh warga jemaat akan semakin tidak berpengaruh terhadap
kehadiran warga jemaat. Mengenai kategori liturgi James F. White yang berkaitan dengan
kerangka berfikir ini akan dibahas pada bab II.

I.4. Sistematika Penulisan

Setelah penelitian ini selesai maka akan dibuat laporan dalam bentuk skripsi dengan
komposisi sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan

Pada bagian ini akan dipaparkan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, Alasan pemilihan judul yang terdiri atas rumusan judul dan alasan
pemilihan judul. Juga akan dikemukakan tentang metode penulisan yang terdiri
atas metode penulisan dan metode pengumpulan data. Yang terakhir adalah
sisematika penulisan.
11

Bab II. Dimensi-Dimensi Ibadah Menurut Pandangan James F. White

Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tujuh kategori liturgi protestan menurut
James F. White yang digunakan sebagai landasan teori dalam penelitian ini.
Masing-masing kategori akan dijelaskan secara singkat.

Bab III. Liturgi dan Pengunjung Kebaktian Hari Minggu di GKI Gejayan

Dalam bab ini akan di bahas sekilas tentang sejarah liturgi GKI dan juga liturgi
GKI yang baru. Juga akan membahas liturgi kebaktian hari Minggu yang dipakai
pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan dan empat versi kebaktian yang
dilaksanakan di GKI Gejayan.

Bab IV. Pengaruh Liturgi terhadap Kehadiran Warga Jemaat pada Kebaktian Hari Minggu
di GKI Gejayan

Pada bagian ini akan berisi tentang hasil penelitian yang dipaparkan dengan tabel
frekuensi dan juga penilaian warga jemaat terhadap liturgi yang ada pada
kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan.

Bab V. Penutup

Pada bagian ini akan dilakukan refleksi teologis dan juga berisi kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai