Anda di halaman 1dari 11

Nama : JAN STEPANUS

Nm : 1802140050
Mata Kuliah : Liturgika
Sejarah Perkembangan Liturgi
Ibadah Zaman Perjanjian Lama
Dalam zaman Perjanjian Lama sudah ada ibadah.
Ibadah waktu itu biasa dilakukan oleh bapa-bapa
Patriakh. Walaupun begitu tata cara ibadahnya masih
sangat sederhana sebab biasanya ibadah dilakukan
hanya bersifat pribadi (Kej. 24:26, Kel. 33:9, 34:8).
Biasanya ibadah itu dilakukan 2 kali sehari yaitu pada
matahari terbit dan matahari terbenam. Seiring
perekembangan, ibadah mulai dilakukan dengan
persekutuan (Jemaat).
Sistem Liturgi dalam PB
Shema
Doa-Doa
Pembacaan Kitab Suci
Penjelasan
Liturgi dalam PL
Sistem ibadah yang dipakai lebih mengikuti sistem
ibadah di Sinagoge. Dimana acaranya terdiri dari puji-
pujian, doa, pembacaan Kitab Suci dan penjelasan.
Ibadah dari gereja Perjanjian Baru dapat diringkaskan
sebagai berikut : Orang-orang percaya bertemu di
dalam rumah-rumah, khususnya pada hari pertama
dari Minggu itu, hari kebangkitan. Mereka makan
bersama-sama, membaca Kitab Suci, menyanyikan
Mazmur dan lagu-lagu pujian dan pengakuan-
pengakuan dilakukan bersama-sama dan menyatu.
Gereja Purba (50-500M)
Ibadah diadakan pada hari Minggu, di suatu tempat
yang tetap dengan liturgi sebagai berikut: pembacaan
Injil-Injil, pembacaan surat-surat rasuli, pembacaan
kitab-kitab nabi, penjelasan kitab yang dibaca oleh
uskup, ajakan untuk hidup sesuai dengan Firman
Tuhan tersebut, berdoa bersama-sama, pembagian
roti dan anggur, doa bebas, pengaminan, ekaristi, dan
ibadah ditutup dengan derma atau kolekte.
Periode kedua (150-300M)
Pembacaan PL, pembacaan kitab-kitab baru (PB),
khotbah, doa jemaat dengan doa syafaat, ciuman
kudus, perayaan Perjamuan Kudus, roti dan cawan
dibawa kepada uskup, pengucapan syukur (doa
Ekaristi), diaken-diaken membagi roti dan anggur,
sementara nyanyian-nyanyian di tengah unsur-unsur
ini.
Periode Ketiga (300-500 M)
Pada periode ketiga liturgi bebas berkembang. Meskipun
pada awal abad keempat, pada masa pemerintahan Kaisar
Diokletianus (284 – 305), penganiayaan yang dialami
Gereja semakin hebat, namun pada masa pemerintahan
Kaisar Konstantinus Agung (306 – 337 M) Gereja
mengalami masa titik balik. Dikeluarkannya Edik Milano
oleh sang Kaisar pada tahun 313 M, setelah menang atas
Kaisar Maksentius, telah membawa perubahan besar
dalam sejarah Gereja. Gereja bukan saja mendapat
kebebasan penuh, tetapi juga milik Gereja yang telah
dirampas selama penghambatan harus dikembalikan.
Pada masa ini juga terjadi perpecahan dimana terdapat
Gereja Barat dan Gereja Timur. Dalam hal ini “Barat” berarti:
yang suasananya dipengaruhi oleh pendapat-pendapat
seperti yang dulu timbul di Kekaisaran Romawi bagian
Barat. “Timur” berarti: yang dipengaruhi oleh pendapat-
pendapat seperti yang dulu terdapat di Kekaisaran Romawi
bagian Timur. Gereja-gereja yang bercorak “Timur” ialah
Gereja Ortodoks Timur (a.l. Gereja Rusia), Gereja Nestorian
dan gereja-gereja Monofisit. Gereja-gereja yang bercorak
“Barat” ialah Gereja Katolik Roma dan gereja-gereja
Protestan. Jadi, gereja-gereja Indonesia semua adalah
“gereja-gereja Barat” dalam arti rohani.
Abad Pertengahan (600 – 1500 M)
Pola Liturgi
Persiapan
Pelayanan Firman
Kredo (Pengakuan Iman)
Ekaristi
Liturgi Protestan
Ciri-ciri liturgi Protestan yang membedakannya dengan liturgi Katolik Roma:
Liturgi dilaksanakan dengan bahasa umat.
Pengajaran atau khotbah adalah unsur utama dari liturgi.
Umat berhak dan wajib menerima komuni, kecuali jemaat yang
bersangkutan dilarang untuk ikut karena alasan pastoral.
Umat berhak menerima roti dan anggur, bukan hanya roti saja.
Umat perlu terlibat secara aktif dalam liturgi dengan menyanyikan nyanyian
jemaat.
Doa dilayankan dengan suara yang jelas dan khidmat.
Pelayan liturgis tidak mengenakan pakaian liturgis yang membedakannya
dari jemaat lain. ia boleh mengenakan jubah yang menunjukkan dirinya
sebagai seorang sarjana, tetapi bukan jubah imamat.
Kesimpulan
Perkembangan liturgi pada zaman dulu banyak
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar dan
keadaan pemerintahan setempat. Di zaman sekarang
liturgi juga banyak dipegaruhi oleh lingkungan sekitar
contohnya adalah dipengaruhi oleh kebudayaan.
Contohnya adalah ada ibadah yang dikhususkan
dengan dengan menggunakan bahasa daerah tersebut.
Jadi apapun sistem liturgi atau pelayanannya jika hal
tersebut tetap untuk memuliakan nama Tuhan dan
sesuai dengan Alkitab, itu bukanlah sesuatu yang
harus dipermasalahkan.

Anda mungkin juga menyukai